• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 PADA BANK SYARIAH DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PT BANK BNI SYARIAH KCU) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 PADA BANK SYARIAH DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PT BANK BNI SYARIAH KCU) SKRIPSI"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

i

SYARIAH DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PT BANK BNI

SYARIAH KCU)

SKRIPSI

Oleh ASISAN

NIM 105730525015

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN PSAK 105 PADA BANK

SYARIAH DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PT BANK BNI

SYARIAH KCU)

ASISAN 10573 05250 15

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2020

(3)

iii

MOTTO

“Allah Tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai kesanggupannya”.(Q.S Al Baqarah: 286)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”.

(Q.S Ar Ra’d:11)

PERSEMBAHAN

 Allah SWT. atas rahmat yang diberikan

 Ibu,Bapak,serta seluruh keluarga yang tak henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan.

 Squad AK 15 C yang selalu membantu dalam memberikan masukan.

(4)

iv

(5)
(6)

vi

(7)

vii

ASISAN, 2020 Analisis Sistem Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 Pada Bank Syariah Di Kota Makassar (Studi Kasus PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama), Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I H.

Mahmud Nuhung dan Pembimbing II Hasanuddin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105 pada Bank Syariah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu menguraikan dan menggambarkan sistem pembiayaan mudharabah yang ada di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama yang kemudian di bandingkan dengan PSAK 105.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi megenai hal-hal yang melatar belakangi Sistem Mudharabah terhadap pembiayaan-pembiayaan dan juga kendala dalam mengaplikasikan pembiayaan Mudharabah pada Bank Syariah agar menjadi rekomendasi bagi Bank Syariah dalam melakukan pengembangan pembiayaan Mudharabah. Sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam prinsip bagi hasil.

Berdasarakan hasil analisis tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa produk pembiayaan yang ada pada Bank BNI Syariah terbagi atas dua bagian yaitu produk pembiayaan Produktif dan produk pembiayaan Konsumtif.

Mengenai hal yang dipertimbangkan dalam melakukan pembiayaan termasuk juga pembiayaan mudharabah Bank BNI Syariah melihat bahwa pertama apakah Nasabah ini memang kompeten dibidangnya baik itu pengusaha dan pegawai.

Mengenai rukun dan syarat pada Bank BNI Syariah lebih sering didapatkan pada

saat setelah putusan.

Kata Kunci: Sistem Pembiayaan Mudharabah, PSAK 105, Bank BNI Syariah.

(8)

iii

ABSTRACT

ASISAN, 2020 Analysis of Mudharabah Financing System Based on PSAK 105 in Sharia Banks in Makassar City. (Case Study of PT Bank BNI Syariah Main Branch Office), Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Guided by Advisor I H.

Mahmud Nuhung and Advisor II Hasanuddin.

This study aims to determine the mudharabah financing system based on PSAK 105 in Bank Syariah. In this study the authors used a comparative descriptive method that describes and illustrates the existing mudharabah financing system at PT Bank BNI Syariah Main Branch Office which is then compared with PSAK 105. This research can be used as reference for the background of the mudharabah system on financing and also the obstacles in applying mudharabah financing to Bank Syariah so that it becomes a recommendation for Bank Syariah in developing mudharabah financing. If it can be taken into consideration in the principle of profit sharing.

Based on the result of this analysis the researchers concluded that the financing products available at BNI Syariah Bank are divided into two parts, namely productive financing products and consumer financing products.

Regarding matters considered in financing including mudharabah financing, BNI Syariah sees that first, whether this customer is competent in his field, both businessman and employee. Concerning the terms and conditions at BNI Syariah Bank more often obtained at the time after the decision.

.

Keywords: Mudharabah Financing System, PSAK 105, Bank BNI Syariah.

(9)

iv

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 Pada Bank Syariah Di Kota Makassar (Studi Kasus PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama)” dapat diselesaikan. Pelaksanaan penelitian skripsi ini sedikit mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja keras penulis dan adanya bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan seperti sekarang ini karena berkat bantuan dari orang-orang yang selama ini telah membantu, mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu penulis tak lupa menyampaikan terimah kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.,CA.CSP selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

(10)

v

5. Bapak Hasanuddin, SE,.M.Si., selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal Lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angkatan 2015 yang selalu belajar Bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terimah kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang Budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 20 Januari 2020

Penulis

(11)

vi

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN……… iii

HALAMAN PERSETUJUAN……….. iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

SURAT PERNYATAAN... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRACK………... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR/ BAGAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

A. Pengertian Sistem ... 5

B. Pengertian Pembiayaan... ... 7

C. Pengertian Mudharabah... ... 8

D. Landasan-landasan Mudharabah... ... 8

E. Jenis-Jenis Mudharabah ... 9

F. Ketentuan Umum Mudharabah... 9

(12)

vii

G. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105... 10

H. Pengertian Bank ... 13

I. Pengertian Bank Syariah ... 15

J. Prinsip - Prinsip Bank Syariah... 15

K. Penelitian Terdahulu ... 17

L. Kerangka Konsep ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

A.Jenis Penelitian ... 25

B.Fokus Penelitian... 25

C.Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

D.Sumber Data... 25

E.Teknik Pengumpulan Data ... 25

F.Instrumen Penelitian... 26

G. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Profil Perusahaan ... 27

B. Hasil Penelitian... 40

C. Pembahasan... 50

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ……….. 55

B. Saran………... 56 DAFTAR PUSTAKA... 57

DAFTAR LAMPIRAN ... 59

(13)

viii

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional 14

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 20

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR /BAGAN

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 24

Gambar 4.1 Struktur Organisasi 34

Gambar 4.2 Pengajuan Pembiayaan 47

(15)

1 A. Latar Belakang

Perbankan merupakan Lembaga Keuangan yang berpengaruh dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Perbankan dalam perspektif Islam atau perbankan Syariah adalah Bank yang dalam melakukan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syariah bahwa prinsip Syariah berasaskan pada nilai- nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan rahmatan lil”alamin karena Bank Syariah melakukan kegiatan bisnisnya tidak berdasarkan riba atau bunga akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil.

Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional dapat dilihat dari sistem dan prinsipnya, yaitu dalam pengambilan keuntungan. Pengambilan keuntungan utama dari Bank Konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkannya. sedangkan, Bank Syariah memperoleh keuntungan bagi hasil dari penyaluran dana kepada nasabah karena Bank Syariah tidak mengenal yang dinamakan bunga.

(16)

2

Salah satu produk perbankan yang khas dari Lembaga keuangan Syariah yang prinsipnya berbeda dengan Lembaga keuangan konvensional adalah produk pembiayaan mudharabah. Pembiayaan Mudharabah merupakan akad pembiayaan antara Bank Syariah sebagai shahibul maal dan nasabah sebagai (mudharib) untuk melaksanakan kegiatan usaha, dengan ketentuan bahwa Bank Syariah memberikan modal sebanyak 100% kepada nasabah dan nasabah menjalankan usahanya. Hasil usaha atas pembiayaan mudharabah akan dibagi antara bank Syariah dan nasabah dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati pada saat melakukan akad.

Salah satu ketentuan dalam Pembiayaan Mudharabah adalah ketika nasabah berhasil mendapatkan keuntungan, maka Bank Syariah akan memperoleh keuntungan dari bagi hasil yang diterima. Sebaliknya, dalam hal nasabah gagal menjalankan usahanya dan mengakibatkan kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh shahibul maal.

Nursoleha (2015), menunjukkan bahwa masih terdapat ketidaksesuain perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah dengan PSAK 105 dalam hal pengakuan dana yang disalurkan sebagai pembiayaan mudharabah.

Sriyati (2016) melakukan penelitian tentang penerapan bagi hasil deposito mudharabah yang berpedoman pada PSAK 105. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan

(17)

akuntansi atas bagi hasil untuk deposito mudharabah telah sesuai dengan PSAK 105

Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2016) yang meneliti Penerapan Perlakuan Akuntansi Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 (studi kasus pada BMT Amal Muslim Wonogiri). Memberikan hasil bahwa perlakuan akuntansi yang diterapkan BMT Amal Muslim Wonogiri mengenai pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105.

Penelitian ini lebih mengacu pada sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah alasan ketertarikan peneliti mengambil penelitian ini karena dalam penerapan sistem bagi hasil selama ini dalam praktek di lembaga keuangan Syariah modern ini dalam kenyataan praktiknya antara shahibul maal dan mudharib terdapat ketidaksesuain pendapat mengenai penentuan nisbah antar keduanya pada awal kesepakatan karena lebih mengutamakan kepentingan masing-masing pihak dan juga adanya penyalahgunaan oleh salah satu pihak, oleh karena itu msyarakat perlu untuk mengetahui penerapan sistem bagi hasil dan untuk mengetahui aspek penting tentang penentuan nisbah, perlunya transparansi materi akad antara kedua belah pihak agar tidak memungkinkan adanya praktik manipulasi keuntungan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan PSAK 105 tetapi disisi lain ada juga yang menyatakan bahwa

(18)

4

telah sesusai dengan PSAK 105 maka ditarik kesimpulan untuk dapat melakukan penelitian yang merujuk pada sistem mudharabah pada Bank Syariah.

Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian” Analisis Sistem Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 pada Bank Syariah Di Kota Makassar” Untuk merealisasikan keinginan tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalahnya adalah bagaimana Sistem Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK 105 pada Bank BNI Syariah di Kota Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105 pada Bank BNI Syariah.

D. Manfaaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Pada hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan referensi megenai hal-hal yang melatar belakangi Sistem Mudharabah terhadap

(19)

pembiayaan-pembiayaan dan juga kendala dalam mengaplikasikan pembiayaan Mudharabah Bank BNI Syariah di Kota Makassar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi Bank BNI Syariah dalam melakukan pengembangan pembiayaan Mudharabah. Sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan langkah pengembangan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem

Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Pengertian sistem menurut beberapa para ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Mulyadi (2014: 2), sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama- sama untuk mencapai tujuan tertentu,

Menurut Isa, (2014:6) menyatakan bahwa sistem merupakan rangkaian komponen-komponen yang memiliki kaitan-kaitan satu sama lainnya untuk membentuk satu kesatuan yang bekerja sama untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan yang sama.

Menurut Lani Sidharta (2015: 9), sistem adalah himpunan dari bagian- bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan yang sama.

(21)

B. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.

21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat (25) Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang disampaikan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarahmuntahiyabittamlik; transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Menurut Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 : Pembiayaan adalah penyediaan kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerja sama permodalan antara Koperasi dengan anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad diserta pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau pengguna dana pembiayaan tersebut.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana baik untuk

(22)

8

investasi atau kerjasama modal. Kepada pihak yang menerima pembiayaan dana diwajibkan untuk dapat mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu tertentu baik dengan imbalan, tanpa imbalan, ataupun dengan bagi hasil.

C. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.

Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan kedalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

D. Landasan-landasan Mudharabah Al Hadist

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan sana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat- syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.”

(HR Tabrani)

(23)

“Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah saw, bersabda, “tiga hal didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqharadah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.“ (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)

E. Jenis-Jenis Mudharabah

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.

a. Mudharabah muthlaqah

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh sering kali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan Batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

F. Ketentuan Umum Mudharabah

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai: dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya

(24)

10

dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati Bersama.

b. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhintungkan dengan dua acara: perhitungan dari pendapatan proyek dan perhitungan dari keuntungan proyek.

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Selaku pemilik modal, bank menanggung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana.

d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha terhadap nasabah. Apabila nasabah cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka dapat dikenakan sanksi administrasi.

G. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 105 tentang Akuntansi mudharabah, dijelaskan mengenai acuan akuntansi pengukuran, pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi dimana lembaga keuangan syariah sebagai pemilik dana shahibul maal adalah sebagai berikut :

a. Pengakuan dan Pengukuran

1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset non-kas kepada pengelola dana. (PSAK 105 : Paragraf 12)

2. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

(25)

a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.

b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pada saat penyerahan:

1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.

2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. (PSAK 105 : Paragraf 13) 31

3) Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105 : Paragraf 14)

4) Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105 : Paragraf 15)

5) Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105 : Paragraf 16)

6) Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105 : Paragraf 17) 7) Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh:

a) Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi.

(26)

12

b) Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau 32

c) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (PSAK 105 : Paragraf 18) 8) Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan

belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. (PSAK 105 : Paragraf 19)

9) Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. (PSAK 105 : Paragraf 20)

10) Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian investasi.

Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara:

a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi; dan b) Pengembalian investasi mudharabah; diakui sebagai keuntungan atau

kerugian. (PSAK 105 : Paragraf 21)

11) Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha. (PSAK 105 : Paragraf 22)

12) Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah. (PSAK 105 : Paragraf 23) 33

13) Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang. (PSAK 105 : Paragraf 24)

b. Penyajian

(27)

Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. (PSAK 105 : Paragraf 36 )

c. Pengungkapan

Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak terbatas, pada:

1) Isi kesepakatan utama usaha mudharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain.

2) Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya.

3) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan.

4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. (PSAK 105 : Paragraf 38 )

H. Pengertian Bank

Menurut Taswan (2010:6) bank adalah suatu Lembaga yang beraktivitas sebagai penghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui jasa penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Adapun jenis bank sendiri ada dua yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sistem yang digunakan oleh bank ada dua yaitu sistem yang berdasarkan bunga dan sistem non bunga atau Syariah. Bank konvensional adalah bank yang dasar operasionalnya menggunakan sistem bunga, sedangkan bank yang tanpa bunga disebut dengan bank Syariah. Bank Syariah yang menurut Muhamaad

(28)

14

(2002:13) adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak mengandalkan bunga. Karena islam menilai bahwa bunga bank adalah riba yang mana riba diharamkan oleh islam.

Menurut kasmir (2004:12) kegiatan bank meliputi tiga kegiatan utama, yaitu :

1) Menghimpun dana

2) Menyalurkan dana

3) Memberi jasa bank lainnya

Tabel 2.1

Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

o Melakukan investasi yang halal saja.

o Berdasarakan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa.

o Profit dan oriented

o Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

o Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

o investasi yang halal dan haram.

o memakai perangkat bunga.

o Profit oriented

o Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor.

o Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Antonio 2001:34

(29)

I. Pengertian Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut UU pasal 2 PBI No.6/24/PBI/2004 memberikan definisi bahwa Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Menurut Rodoni (2008: 14), mengemukakan bahwa pengertian Bank Syariah yang relevan adalah Bank bagi hasil. Secara umum pengoperasian Bank Syariah sama dengan Bank Konvensional tetapi hal yang membedakannya hanyalah bunga karena di dalam Bank Syariah diharamkan karena tidak sesuai dengan syariat islam. Bank Syariah memang tidak menggunakan konsep bunga, tetapi bukan berarti dalam Bank Syariah tidak mengenal beban kepada nasabah yang menikmati jasanya. Beban tetap ada tetapi cara pengenaannya berbeda dengan Bank Konvensional.

J. Prinsip - Prinsip Bank Syariah

Menurut Muhammad (2002:85) Bank syariah memiliki 5 konsep utama yang menjadi dasar operasional yaitu :

1) Prinsip Simpanan Murni ( al-wadi’ah )

Prinsip Al Wadiah atau sering juga disebut titipan merupakan prinsip yang hanya digunakan bank untuk produk simpanan. Simpanan al wadiah tidak mendapatkan keuntungan bagi hasil ataupun margin, al wadiah hanya menerapkan bonus dari Bank.

2) Bagi Hasil ( Syirkah )

(30)

16

Konsep ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara shahibul maal (penyedia dana) dengan mudharib (pengelola dana). Nisbah bagi hasil ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Prinsip ini memiliki bentuk produk yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

3) Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan bagaimana penerapan konsep jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

4) Prinsip Sewa ( al-Ijarah )

Prinsip ini terbagi menjadi dua jenis : (1) Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equitment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai’ al takjiri atau Ijarah Al Muntahiya Bit Tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (finansial lease).

5) Prinsip jasa/fee ( al-Ajr walumullah )

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garasi, Kliring,

(31)

Inkaso, Jasa, Transfer,dll. Secara syari’ah prinsip ini didasarkan pada konsep konsep Al Ajr Wal Umulah.

K. Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah yaitu sebagai berikut:

Ayu Sastika Rani (2015) Penelitian berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada BMT Barokah Amanah Syariah Warujayeng” ini berisi penelitian mengenai penerapan akuntansi sistem bagi hasil pembiayaan mudharabah pada BMT Barokah Amanah Syariah Warujayeng. menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini menggunakan acuan pada SAK syariah yang dituangkan dalam PSAK 105. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam perhitungan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan dan tergantung dengan besarnya keuntungan. BMT telah menggunakan PSAK 105 sebagai standar akuntansi dalam pembiayaan mudharabah. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti pembiayaan mudharabah dan menggunakan metode deskriptif. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu lebih berfokus kepada sistem bagi hasil yang diterapkan, sedangkan penelitian ini meneliti mengenai penerapan akuntansi pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105.

Shela Nursoleha (2015) Penelitian berjudul “Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Mudharabahdengan PSAK 105 Studi Kasus di BMT Khalifah Bandung” ini menyebutkan bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan di BMT khalifah belum sesuai dengan PSAK 105 karena pada saat penyerahan

(32)

18

investasi diakui sebagai pembiayaan dan BMT tidak melakukan penjurnalan apabila telat membayar angsuran. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama- sama meneliti pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK 105 dan metode yang digunakan yakni metode deskriptif. Perbedaan dalam penelitiaan terdahulu yaitu objek yang diteliti adalah BMT Khalifah di Bandung. Sedangkan dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah BMT Amal Muslim Wonogiri.

Rismawati (2014) Penelitian yang berjudul tentang Pengaruh Bagi Hasil Deposito Mudharabah Untuk Menarik Nasabah Berinvestasi Di Bank BNI Syariah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sistem bagi hasil yang digunakan adalah sistem bagi hasil revenue sharing dan produk deposito yang di tawarkan sesuai dengan Fatwa DSN Nomer 3 tahun 2000 yaitu deposito dengan berdasarkan akad mudharabah. Deposito yang ditawarkan BNI Syariah bernama iB Hasanah dengan prinsip mudharabah mutlaqah. Banyak masyarakat yang berminat pada produk ini karena sistem berbankan syariah yang menganut syariat islam dan menggunakan sistem bagi hasil dalam pembagian keuntungan.

menggunakan metode deskriptif. Maka sistem bagi hasil deposito mudharabah ini berpengaruh positif dalam minat nasabah untuk berinvestasi pada deposito iB Hasanah.

Nur (2015) Penelitin yang berjudul tentang Analisis Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Penentuan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Deposito Mudharabah Dan Perlakuan Akuntansi Di BPR Syariah. Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah berdasakan kinerja keuangan, hubungan baik antara bank dengan nasabah dan kondisi ekonomi. menggunakan metode deskriptif Pada perlakuan akuntansinya sesuai dengan PSAK 105.

(33)

Sriyati (2016) Penelitian yang berjudul tentang Penerapan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Yang Berpedoman Pada PSAK 105. Menggunakan metode deskriptif Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan akuntansi atas bagi hasil untuk deposito mudharabah telah sesuai dengan PSAK 105.

Devi (2017) Penelitian yang berjudul tentang Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil dan Perlakuan Sistem Pembiayaan Mudharabah pada BMT Maslahah Capem Pegelang Malang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah menerapkan sistem bagi hasil Revenue Sharing. Dalam PSAK 105 dijelaskan bahwa metode ini menjadikan laba bruto sebagai dasar dalam pendistribusian hasil usaha.

Perlakuan akuntansi untuk pembiayaan BMT Maslahah Pagelarang Malang dengan akad mudharabah mengenai pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan pengakuan beban telah sesuai dengan PSAK 105. Namun, terdapat ketidak sesuain dalam pengakuan investasi.

Purwoko (2016) Penelitian yang berjudul tentang Analisis Penerapan Akuntansi Pembiayaan Perlakuan Akuntansi Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 (Studi Kasus Pada BMT Amal Muslim Wonogiri) menyatakan bahwa belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 105. Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan pengakuan beban di BMT Amal Muslim telah sesuai mudharabah dengan PSAK 105. Dengan menggunakan metode deskriptif. Didalm penelitian ini terdapat ketidaksesuain dalam hal pengakuan investasi. Pengakuan investasi di BMT Amal Muslim belum sesuai karena pada

(34)

20

saat penyerahan dana kepada anggota diakui sebagai pembiayaan mudharabah seharusnya BMT mengakui penyerahan dana mudharabah kepada anggota sebagai pelaku investasi mudharabah. Perlakuan akuntansi mengenai pengukuran, pengakuan dan penyajian akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah yang diterapkan BMT Amal Muslim Wonogiri telah sesuai dengan PSAK 105.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahlu

N o.

Nama Tahun

Judul Penelitian Metod e

Hasil Penelitian

1. Ayu

Sastika Rani (2015)

Analisis Penerapan Akuntansi Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah

pada BMT

Barokah Amanah Syariah

Warujayeng

Metode deskrip tif

Menunjukkan bahwa dalam perhitungan bagi hasil sesuai

dengan

nisbah yang telah

ditentukan dan

tergantung dengan besarnya keuntungan.

BMT telah menggunakan PSAK 105 sebagai standar akuntansi dalam pembiayaan mudharabah.

2. Shela Nursole ha (2015)

Analisis Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Pembiayaan

Metode deskrip tif

Menyebutkan bahwa

perlakuan akuntansi pembiayaan

(35)

Mudharabahdeng an PSAK 105 Studi Kasus di BMT Khalifah Bandung

di BMT

khalifah belum sesuai

dengan PSAK 105 karena pada saat penyerahan investasi diakui sebagai pembiayaan dan BMT tidak melakukan penjurnalan apabila telat membayar angsuran.

3. Rismaw

ati (2014)

Pengaruh Bagi Hasil Deposito Mudharabah Untuk Menarik Nasabah

Berinvestasi Di

Bank BNI

Syariah

Metode deskrip tif

Menunjukkan bahwa sistem bagi hasil yang

digunakan adalah sistem bagi hasil revenue sharing dan produk

deposito yang di tawarkan sesuai

dengan Fatwa DSN Nomer 3 tahun 2000 yaitu deposito dengan

berdasarkan akad

mudharabah.

4. Nur

(2015)

Analisis Faktor Yang

Dipertimbangkan Dalam

Penentuan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Deposito

Mudharabah Dan Perlakuan

Akuntansi Di BPR Syariah

Metode deskrip tif

Dapat diketahui bahwa faktor yang

dipertimbangk an dalam penentuan nisbah bagi hasil deposito mudharabah adalah berdasakan kinerja

(36)

22

keuangan, hubungan baik antara bank dengan nasabah dan kondisi

ekonomi.

Pada perlakuan akuntansinya sesuai

dengan PSAK 105.

5. Sriyati (2016)

Penerapan Bagi Hasil Deposito Mudharabah Yang

Berpedoman Pada PSAK 105

Metode deskrip tif

Menunjukan bahwa pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapa n akuntansi atas bagi hasil untuk

deposito mudharabah telah sesuai dengan PSAK 105

6. Devi (2017)

Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil dan Perlakuan Sistem

Pembiayaan Mudharabah

pada BMT

Maslahah Capem Pegelang Malang

Metode deskrip tif

Menunjukkan bahwa sistem perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah menerapkan sistem bagi hasil Revenue Sharing.

Dalam PSAK 105 dijelaskan bahwa

metode ini menjadikan laba bruto sebagai dasar dalam

pendistribusia n hasil usaha.

Perlakuan akuntansi untuk

(37)

pembiayaan BMT

Maslahah Pagelarang Malang

dengan akad mudharabah mengenai pengakuan akuntansi pembiayaan mudharabah belum sepenuhnya sesuai

dengan PSAK 105. Metode yang

digunakan adalah metode deskriptif.

Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan pengakuan beban telah sesuai

dengan PSAK 105. Namun, terdapat ketidak

sesuain dalam pengakuan investasi.

7. Purwoko (2016)

Analisis Penerapan Akuntansi Pembiayaan Perlakuan Akuntansi Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 (Studi Kasus Pada BMT Amal Muslim Wonogiri)

Metode kualitati f deskrip tif

Menyatakan bahwa belum sepenuhnya sesuai

dengan PSAK 105.

Pengakuan keuntungan, pengakuan kerugian, pengakuan piutang dan

(38)

24

pengakuan beban di BMT Amal Muslim telah sesuai mudharabah dengan PSAK 105 Namun terdapat ketidaksesuai n dalam hal pengakuan investasi.

L. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang dipaparkan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konsep

PT Bank BNI Syariah

Sistem

Mudharabah PSAK 105

Sistem Pembiayaan

Sesuai atau/

Tidak sesuai

(39)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif komparatif. Metode penelitian ini menguraikan dan menggambarkan sistem pembiayaan mudharabah yang ada di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama yang kemudian di bandingkan dengan PSAK 105.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah yang akan diteliti pada penelitian ini terkait Sistem Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan PSAK 105 pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama di Kota Makassar.

C. Pemilihan dan Lokasi

Penelitian dilakukan pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama yaitu bertempat di Jl. Dr. Sam Ratulangi No.140, Kel. Mario, Kec. Mariso Makassar Sulawesi-Selatan 90125. Selama 2 (dua) bulan antara Desember 2019- Januari 2020

D. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dimana data yang langsung diperoleh dari sumbernya melalui wawancara, hasil wawancara (rekaman) dan dokumen-dokumen yang ada hubunganya dengan pembahasan penelitian.

(40)

26

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, yang terstruktur maupun yang tidak terstruktur kepada narasumber, dalam hal ini Manager PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama. Hal ini dimaksudkan agar data yang

diperoleh benar benar asli dan bukan data maupun informasi yang dibuat- buat.

2. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran/ alat berbasis monograph atau fotograph yaitu dokumen-dokumen baik dalam bentuk gambar, data tulisan maupun simbol-simbol yang memiliki hubungan objek penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera,voice recorder, dan kartu wawancara. Tujuannya untuk digunakan dalam pengumpulan data agar menghasilkan informasi yang lebih akurat.

G. Teknik Analisis Data

Sumber data

1. Hasil wawancara yaitu mereduksi data dalam bentuk narasi

2. Dokumen -dokumen dalam bentuk fotograph/ monograph yaitu mereduksi data dalam bentuk display/ gambar.

Melakukan analisis data dengan mencocokkan kedua data dari hasil wawancara dan dari hasil dokumen-dokumen apakah sudah sesuai atau tidak sesuai kemudian hasil kesimpulan.

(41)

27 A. PROFIL PERUSAHAAN

1. Sejarah Bank BNI Syariah

Tampaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan Syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan Syariah di kantor Cabang BNI Konvensional (office channeling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan. BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek Syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH. Ma’ruf Amin. Semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan Syariah.

(42)

28

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 Mengenai pemberian izin usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporerdan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan Syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan Syariah juga semakin meningkat.

PT. Bank BNI Syariah didirikan dengan Akta Pendirian No. 160 tanggal 22 Maret 2010 yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, S.H., sebagai pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

AHU-15574.AH.01.01 tahun 2010 tanggal 25 maret 2010 yang telah diubah dengan Akta No. 226 tanggal 29 Juni 2010 yang laporannya telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

AHU-AH.01.10-20149 tahun 2010 tanggal 6 Agustus 2010 yang telah diubah

(43)

dengan Akta No. 41 tanggal 25 September 2013 yang laporannya telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

AHU58699.AH.01.02 tahun 2013 tanggal 14 November 2013, kemudian diubah dengan Akta N0. 53 tanggal 29 September 2014 yang laporannya telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

AHU-068781.40.21 tahun 2014 tanggal 29 September 2014, yang telah diubah dengan Akta No. 4 tanggal 9 September 2015 yang laporannya telah diterima dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.

AHU-AH.01.03-0001121 tahun 2016 tanggal 7 Januari 2016. Penyetoran modal sebagaimana tercantum dalam akta pendirian dilakukan oleh pendiri dari hasil pemisahan (spin-off) yang efektif dilakukan pada tanggal 19 Juni 2010.

Bank BNI Syariah merupakan bank umum Syariah hasil pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“UUS BNI”). Dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (“Bank BNI”). Proses pendiriannya telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank BNI tanggal 5 Oktober 2009, yang diaktakan dengan Akta No. 37 dari Notaris Fathiah Helmi, S.H. Pemisahan dilakukan dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 Tentang Unit Usaha Syariah. Pendirian tersebut dilakukan dengan izin Bank Indonesia melalui dua tahap, yaitu persetujuan izin prinsip dan izin usaha. Pada tanggal 8 Februari 2010, Bank telah mendapatkan izin prinsip

(44)

30

dari Bank Indonesia untuk melaksanakan pemisahan UUS BNI berdasarkan surat No. 12/2/DpG/Dpbs. Pemisahan UUS BNI dilakukan dengan Akta Pemisahan No. 159 tanggal 22 Maret 2010 yang dibuat di hadapan Aulia Taufani, S.H., sebagai pengganti Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta. Pada Tanggal 21 Mei 2010, Bank memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 12/41/KEP.GBI/2010. Selanjutnya pemisahan terjadi secara efektif pada tanggal 19 Juni 2010 dan petama kalinya Bank memulai kegiatan usaha, sebagaimana yang dilaporkan kepada Bank Indonesia dengan surat No. Dir/1/03 tanggal 19 Juni 2010 perihal Laporan Pelaksanaan Pembukaan Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.

Bank menjalankan kegiatan operasionalnya sebagai bank devisa dimulai pada tanggal 9 Juli 2010 berdasarkan Salinan Surat Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 12/5/KEP.DpG/2010 tertanggal 9 Juli 2010. Berdasarakan Pasal 3 Akta Pendirian Bank, maksud dan tujuan Bank BNI Syariah sebagai bank umum Syariah hasil pemisahan yaitu menyelenggarakan usaha perbankan berdasarkan prinsip Syariah sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku.

Kantor pusat Bank berlokasi di Gedung Tempo Pavilion 1 Jl. H.R Rasuna Said Kav. 11 Jakarta. Pada tanggal 31 Desember 2017, Bank memiliki 68 (enam puluh delapan) Kantor Cabang Syariah (KCS) dan 171 (seratus tujuh puluh satu)

(45)

Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS), yang seluruhnya berlokasi di Indonesia (tidak diaudit).

1. Visi dan Misi

a. Visi

Visi PT Bank BNI Syariah adalah menjadi bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja.

b. Misi PT Bank BNI Syariah

1. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli kepada kelestarian lingkungan

2. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan Syariah

3. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor

4. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah 5. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah

2. Budaya Kerja

Budaya kerja merupakan pedoman yang telah disepakati dan tertanam pada seluruh karyawan PT Bank BNI Syariah yang menjadi acuan dalam berprilaku dalam rangka mencapai visi dan misi PT Bank BNI Syariah. PT Bank BNI Syariah menguraikan budaya kerja sebagai berikut :

(46)

32

a. Amanah :

1. Jujur dan tepati janji 2. Bertanggung Jawab

3. Bersemangat untuk menghasilkan karya terbaik 4. Bekerja ikhlas dan mengutamakan nilai ibadah 5. Melayani melebihi harapan

b. Jamaah:

1. Peduli dan berani memberi maupun menerima umpan balik yang konstruktif

2. Membangun sinergi secara professional 3. Membagi pengetahuan yang bermanfaat 4. Memahami keterkaitan proses kerja 5. Memperkuat kepemimpinan yang efektif

4. Struktur Organisasi PT Bank BNI Syariah

Struktur organisasi adalah kerangka dasar yang mempersatukan fungsi - fungsi suatu perusahaan yang mengakibatkan timbulnya hubungan-hubungan antara personil yang melaksanakan fungsi atau tugas masing-masing. Selain itu struktur organisasi merupakan gambaran tentang pembagian tugas dan wewenang, tanggungjawab serta memperjelas bidang-bidang tiap personil

(47)

sehingga tercapai tujuan perusahaan dan tercipta lingkungan yang baik secara keseluruhan dalam lingkungan perusahaan tersebut. Pencapaian sasaran suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasioanl sangat tergantung pada struktur organisasi yang dibuat secara efektif dan efisien.

Adapun struktur organisasi pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama adalah sebagai berikut:

(48)

34

CONSUMER PROCESSING ASST/

ANDI BESSE P/ 76652 Pjs Umar Rabe /77929

Pjs Asdar /78488

Pjs Feby

Pjs

STRUKTUR ORGANISASI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG UTAMA

CUSTOMER SERVICE /CS

Collectian Assistant BRANCH MANAGER

Hidayat Tri Wahyudi / 73973 Pjs

BUSINESS MANAGER/ BNM Umar Faruq/ -

Pjs

Operational Manager / OM Syahdian Noor / 73126

Pjs

FUNDING HEAD / FH TUTI ASRIANA/ 77624

Pjs

FINANCING ADM HEAD /FAH ST SARIHAEBU /73460

Pjs COSTUMER SERVIS HEAD /CSH

IKAWATY ADIPRASTITI/ 73462 Pjs CONSUMER FINANCING HEAD / CPH

SALAM MASEWALI BUSTAN/ 73839 Pjs

BACK OFFICE HEAD /BOH FEBRIYANI N /73584

Pjs SALES HEAD /SH

A. WYNA H /73586 Pjs SME FINANCING HEAD/ SFH

MUH. ADLAN SAMAD/ 73267 Definitif RECOVERY REMEDIAL HEAD

KARMILA HARUN / 73296 Pgs

OPERATIONAL ASSISTANT / OA ALWI ROEM / 94531

Pjs FINANCING ADM. ASST /FAA

ARINIL HIDAYAH /78489 Pjs AHMAD ALMUHRAM /78378

Defenitif Teller

SUHARTO /94502 Ojt ARDILLAH MAHRIK /-

Ojt - Ojt FUNDING OFFICER /FO

RIZKY AYU A/ 76657 Pjs FUNDING ASSISTANT /FA

AWALUDDIN /- Ojt DEVI WULANDARI /777352

Pjs ANDI ALIFRIANA /-

Ojt SALES OFFICER /SO

A. KARDITA SAVITRI /74143 Pjs Sales Assistant /SA FADLIANSYAH K/ 77155

Definitif MUH. SALEH /77153

Definitif BAHARUDDIN /80422

Definitif RM. AMIRUL M/ 76658

Pjs FAJRULLAH /-

Ojt ARIF RIANTO /80837

Definitif SME ACCOUNT OFFICER /SAO

HARNEISA SYAFRI /77625 Definitif NURRAHMA ARIA /76656

Definitif AMELIA ASWAD /77679

Definitif MUH. SYAMSU ALAM /73836

Definitif WIDYANTI /77319

Pjs

ADMINISTRATION ASST / ADA MUH. FIQHI / 94501

Pjs RECOVERY REMEDIAL

ASSISTANT /RRA FIRDAUS NURLAN /77927

Definitif

A. MUKTI A / 77531 Definitif NURMAGFIRAH / 78523

Pjs MARIA YUSFI/

Ojt SRO

Ade Setiadi /78388 Pjs HAIDIR MUHEMIN / 78524

Pjs ANDI DANDI K/77926

Pjs

NORAFIA BT.M.N /77156 Definitif

RANDI /93752 Pkwt NAJAMUDDIN/ 73500

Pjs RECOVERY REMEDIAL

OFFICER/ RRO - Posisi kosong

(49)

5. Uraian Tugas Dan Fungsi

Dari susunan struktur organisasi dapat dijelaskan tugas dan fungsi dari masing – masing karyawan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama

a. Tugas dan Fungsi Branch Manager

1. Bertanggung jawab dalam hal pengelolaan cabang dalam mengimplementasikan kebijakan direksi sesuai target, (anggaran).

2. Menetapkan strategi pencapaian anggaran termasuk pengembangan SDM cabang.

3. Menetapkan strategi dalam menjalankan pimpinan dan pengurusan.

4. Mengatur ketentuan-ketentuan tentang karyawan perseroan termasuk penetapan gaji, pension, dan jaminan hari tua dan penghasilan lain-lain bagi karyawan perseroan berdasarkan peraturan perundang- undangan perseroan.

5. Menguasai ,memelihara, dan mengurus kekayaan perseroan serta mengupayakan pemberian pembiayaan yang berkualitas tinggi.

6. Memantau hasil audit cabang dan mengambil tindakan koreksi bila diperlukan dan dapat memberikan suasana kerja yang harmonis dan kondusif sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas perseroan.

b. Tugas dan Fungsi Businiess Manager

(50)

36

1. Kembangkan tujuan dan sasaran yang cenderung tumbuh dan berkembang

2. Merancang dan mengimplementasikan rencana dan strategi bisnis untuk mempromosikan pencapaian tujuan

3. Pastikan bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang memadai dan sesuai untuk menyelesaikan aktivitasnya (misalnya, orang, bahan, peralatan, dll.)

4. Atur dan koordinasikan operasi dengan cara yang memastikan produktivitas maksimum

5. Mengawasi pekerjaan karyawan dan memberikan umpan balik dan nasihat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

6. Menjaga hubungan dengan mitra / vendor / pemasok

7. Kumpulkan , analisis, dan interpretasikan data eksternal dan internal dan tulis laporan

8. Nilai keseluruhan kinerja perusahaan terhadap sasaran 9. Mewakili perusahaan dalam acara, konferensi, dll.

c. Manajer Operasional (0perational Manager)

1. Mengelola dan mengarahkan tim operasi untuk mencapai target bisnis.

2. Membantu untuk mengembangkan atau memperbarui prosedur operasi standar untuk semua kegiatan operasional bisnis.

(51)

3. Membangun hubungan yang kuat dengan menangani masalah dan keluhan pelanggan secara tepat waktu.

4. Memberikan penilaian karyawan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja berdasarkan tinjauan kinerja.

5. Memberikan dukungan operasional dan bimbingan kepada staf.

6. Membantu mengembangkan anggaran operasional dan modal.

7. Memantau dan mengendalikan pengeluaran sesuai anggaran yang dialokasikan.

8. Membantu dalam mewawancarai, merekrut dan melatih kandidat.

d. Tugas dan Fungsi Kepala Remedial Pemulihan (Recovery Remedial Head)

a. Melakukan collection kepada nasabah pembiayaan

b. Memproses usulan penyelamatan nasabah pembiayaan

c. Memproses usulan dan eksekusi penyelesaian nasabah.

d. Memproses usulan hapus buku nasabah pembiayaan

e. Tugas dan Fungsi SME Financing Head

a. Memasarkan produk pembiayaan produktif ritel.

b. Memproses permohonan pembiayaan produktif ritel.

(52)

38

c. Melakukan penilaian jaminan nasabah terkait proses permohonan pembiayaan produktif ritel.

d. Memproses pengalihan pengelolaan nasabah pembiayaan produktif kepada Recovery & Remedial Head sesuai ketentuan berlaku.

f. Tugas dan Fungsi Consumer Sales Head

a. Sales officer

1. Memasarkan produk dana dan jasa consumer dan konstitusi /kerjasama Lembaga.

2. Memasarkan produk pembiayaan consumer.

3. Membina hubungan, memantau dan membantu apabila terdapat permasalahan atas aktivitas pemasaran dana oleh SCO.

4. Mengelola aktivitas pemasaran yang dilakukan petugas Direct Sales.

b. Sales Assistant

1. Memasarkan produk dana dan jasa consumer dan institusi / kerjasama Lembaga.

2. Memasarkan produk pembiayaan consumer.

3. Memproses verifikasi awal permohonan pembiayaan consumer.

4. Memproses permohonan pembiayaan talangan haji.

(53)

g. Consumer Financing Head

h. Funding Head

i. Tugas dan Fungsi Customer Servise Head

a. Teller

1. Memproses permintaan transaksi keuangan dan non-keuangan terkait rekening dana yang dilakukan melalui cabang.

2. Mengelola kebutuhan kas harian.

3. Melaksanakan prinsip APU dan PPT

b. Costumer Servis

1. Melakukan pemasaran dana consumer kepada nasabah walk in dan cross / up selling kepada nasabah dana existing.

2. Memproses pembukuan dan penutupan rekening giro / tabungan / deposito.

3. Memproses permohonan gadai / kepemilikan emas dan CCF.

4. Melaksanakan prinsip APU dan PPT

j. Financing ADM Head

k. Back Office Head

(54)

40

B. HASIL PENELITIAN

Analisa atas Hasil Wawancara

1. Produk Pembiayaan pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama

Peneliti : “produk apa saja yang ditawarkan oleh Bank BNI Syariah kepada nasabah atau anggota” ?

Responden : “Produk pembiayaan yang ada pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama terbagi atas dua bagian yaitu produk Pembiayaan Produktif dan produk Pembiayaan Konsumtif. Pembiayaan konsumtif digunakan oleh orang pribadi misalnya pembiayan wadiah, pembiayaan mobil, pembiayaan yang digunakan sendiri. Pada Bank BNI Syariah sebenarnya fleksi biasanya pembiayaan yang dipake buat Pendidikan, naik haji, untuk uang panai juga boleh…hehe betul-betul untuk digunakan pribadi dan bukan untuk usaha.

Sedangkan pembiayaan produktif dapat digunakan untuk usaha, investasi dan modal kerja”.

Peneliti : “Cara penawarannya seperti apa”?

Responden : “untuk penawaran yang pertama kita tau dulu Nasabahnya butuh apa, misalnya dia pengusaha kita tawarkan yang pembiayaan produktif. Terus kita tanya lagi usahanya itu untuk apa pembangunankah atau pembelian bahan baku. Kalau misalkan pembelian bahan baku, pembangunan yang modalnya kontruksi yang rumahnya prijual itu masuk dalam modal kerja, sedangkan kalau investasi sendiri itu pembiayaan yang mendukung usaha bukan yang ikut terjual dalam usaha jadi misalnya membangun Sekolah, Gedung, pembelian lahan dan renovasi”.

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, maka penekanan jawaban untuk pertanyaan terkait produk perbankan pada Bank BNI Syariah adalah

(55)

produk pembiayaan produktif dan produk pembiayaan konsumtif yang tujuan utamanya untuk usaha, investasi dan modal kerja dapat dikatakan sebagai (pembiayaan produktif) dan pembiayaan yang sifatnya pribadi dapat dikatakan sebagai (pembiayaan konsumtif).

2. Pertimbangan Bank BNI Syariah dalam memberikan pembiayaan

mudharabah kepada anggota.

Peneliti : “Apa yang menjadi dasar pertimbangan Bank BNI Syariah dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada anggota” ?

Responden : “saya membahas secara umum yang pembiayaan saja pertama kita lihat dulu apakah Nasabah ini memang kompeten dibidangnya misalnya kalau dia pengusaha, terus kalau misalnya dia pegawai untuk komsumtif, akan tetapi pengusaha juga bisa. Terus kita lihat untuk pegawai apakah gajinya cukup tidak untuk bayar angsuran, karakternya baik tidak pertama pasti karakter Nasabah. Terus usahanya bagus tidak intinya sanggup tidak Nasabah ini bayar angsuran. Modal ada dan sudah bisa membayar angsuran kemudian sama jaminannya. Jadi itulah yang dipertimbangkan untuk memberikan pembiayaan kepada Nasabah”.

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, maka penekanan jawaban untuk pertanyaan terkait pertimbangan dalam memberikan pembiayaan bahwa pada Bank BNI Syariah yang pertama-tama dipertimbangkan adalah karakter Nasabah dimana yang tujuan utamanya apakah nasabah ini memang kompten di bidangnya misalnya mereka pengusaha akan diberikan pembiayaan produktif, sedangkan untuk pegawai diberikan pembiayaan

(56)

42

konsumtif. Maka dari itu akan di cek bisa tidak mereka membayar angsuran mengenai pembiayaan yang telah kereka ajukan.

3. Syarat yang harus dipenuhi anggota untuk mengajukan pembiayaan

mudharabah.

Peneliti : “Syarat apa saja yang harus dipenuhi anggota untuk mengajukan pembiayaan mudharabah” ?

Responden : “Mengenai syarat sebenarnya hampir sama semua dalam pemberian pembiayaan termasuk pembiayaan mudharabah. Cuman paling yang membedakan pererongan, suami istri pasti harus lengkap identitasnya dan legalitasnya”.

Peneliti : “kalau yang belum berkeluarga” ?

Responden : “iya boleh..bagi yang belum berkeluarga boleh juga, akan tetapi harus ada surat keterangan dari kecematan / kelurahan bahwa memang belum menikah. Yang penting dia sudah punya penghasilan tetap misalnya”.

Peneliti : “oh seperti itu..kemudian untuk perusahaan”?

Responden : “untuk perusahaan hampir sama lagi cuman kalau perusahaan orangnya lebih banyak dan lebih kompleks pasti perusahaan ada akta pendirian, akta perubahan. Misalnya kalau berbadan hukum seperti PT sama Yayasan itu pasti ada pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM.

Misalnya usahanya berbentu k CV sebenarnya hampir sama dengan orng probadi. Kemudian yang lain-lain tentu ada izin usaha, legalitas, NPWP, izin usaha operasionalnya. Misalkan sekolah harus ada Badan Akreditasi Nasional (BAN) kemudian dokumen-dokumen lainnya harus ada rekening koran untuk nasabah agar dapat diketahui transaksinya atau perputaran uangnya kira-kira kemana dan banyak dimana keluar masuk dananya agar pihak Bank BNI Syariah juga dapat mengetahui perbulan dia bisa menyisihkan berapa

(57)

ditabungannya. Agar dapat diketahui bahwa dana yang ada direkeningnya ternyata dapat membayar angsuran”.

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas, maka penekanan jawaban untuk pertanyaan terkait syarat yang harus dipenuhi anggota dalam mengajukan produk pembiayaan pada Bank BNI Syariah adalah bahwa pada Bank BNI Syariah menyatakan mengenai syarat sebenarnya hampir sama semua dalam pemberian pembiayaan termasuk pembiayaan mudharabah pada PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Utama. Akan tetapi ada beberapa hal yang dapat membedakan antara Bank BNI Syariah dengan Bank Syariah lain misalnya pererongan, suami istri harus melengkapi identitas dan legalitasnya. Sedangkan bagi yang belum berkeluarga harus menyertakan Surat Keterangan Domisili dari kecematan setempat bahwa memang belum menikah dan lengkap dengan identitas tidak tercatat di KUA manapun.

kemudian untuk perusahaan seperti PT, Yayasan dan Koperasi untuk dapat mengajukan pembiayaan harus menyertakan berupa surat izin usaha, legalitas, NPWP, izin usaha operasionalnya. Misalkan sekolah harus ada Badan Akreditasi Nasional (BAN) kemudian dokumen-dokumen lainnya seperti rekening koran untuk nasabah agar pihak Bank dapat mengetahui transaksinya atau perputaran uangnya kira-kira kemana dan banyak dimana keluar masuk dananya agar pihak Bank BNI Syariah juga dapat mengetahui perbulan dia bisa menyisihkan berapa ditabungannya.

Gambar

Tabel 2.1     Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional       14
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 24

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Apabila saudara tidak hadir sesuai jadwal yang telah ditetapkan, maka kami anggap saudara mengundurkan diri dan pelelangan kami lanjutkan untuk proses sesuai ketentuan

Keberagaman penduduk kota Pangkalpinang tercermin dalam kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Mereka hidup rukun clan harmonis sehingga penyelenggaraan kehidupan

a) lembaga pendidikan Islam, dengan mendirikan bangunan sekolah maupun pondok pesantren dan bangunan lainnya yang dapat meng- hasilkan sumber daya insani yang

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih

Then, LIDAR points that are close to the street slice (closer than 20 cm here) in the top view are kept to approximate the local surface. Points used to approximate the road are

[r]

In the Luxembourg European Council meeting, it was decided to start negotiations with Poland, Hungary, the Czech republic, Estonia, Slovenia and Cyprus, and to work for preparation