• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui Apakah pengakuan pendapatan yang diterapkan pada PT.

Hutama Karya (Persero) Wilayah Makassar sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut, yaitu:

1. Bagi penulis

Penelitian ini bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah pengakuan pendapatan jasa konstruksi baik dalam kerangka teoritis maupun di dalam penerapannya di perusahaan.

2. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah bagi perusahaan dalam menangani masalah pengakuan pendapatan jasa konstruksi

3. Bagi pembaca

Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tambahan di bidang akuntansi khususnya dan merupakan sumber referensi bagi jurusan akuntansi.

7 A. Konsep Akuntansi

1. Pengertian Akuntansi

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Akumtansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang sesuai dengan prinsip akuntansi dalam memilih alternatif dari suatu keadaan.

Definisi akuntansi menurut Accaounting Principle Board (APB) No. 4 dalam Teori Akuntansi (2013:5) yaitu:

“akuntansi adalah suatu kegiatan jasa dan fungsinya adalah memberikan

informasi kuantitatif, terutama yang bersifat financial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengam bilan keputusan-keputusan ekonomi, dalam penentuan-penentuan pilihan yang logis diantara tindakan-tindakan alternative.

American Institute Of Certified Public Accaunting (AICPA) dalam Teori Akuntansi Ahmed Riahi- Belkaoui (2013:5) mengatakan bahwa: “Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan peringkasan dengan cara yang berarti, atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya”.

Al- Haryano Yusuf (2011:4) Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengelola data menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambilan keputusan.

Rudianto (2008:14), menyatakan bahwa akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas/transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan.

L. M. Samryn dalam Pengantar Akuntansi (2012:3) mendefenisikan akuntansi sebagai berikut:

“Akuntansi merupakan suatu system informasi yang digunakan untuk

mengubah data dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat dan menafsirkan, mengomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi kepada pemakai informasinya. Proses akuntansi menghasilkan informasi keuangan. Semua proses tersebut diselenggarakan secara tertulis dan berdasarkan bukti transaksi yang juga hars tertulis.

Berdasarkan pengertian akuntansi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah seni yang bersifat keuangan serta mengukur aktivitas bisnis dan mengolah data menjadi laporan keuangan dengan cara mengumpulkan, menganalisis, mencatat, meringkas dan melaporkan transaksi kemudian mengkomunikasikan hasil kepada para pengambil keputusan yang sesuai dengan prinsip akuntansi.

2. Fungsi Akuntansi

Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi. Dari laporan akuntansi kita bias melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi didalamnya. Akuntansi dibuat secara kualitatif dengan satuan ukuran uang. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak manajer/manajemen untuk membantu keputusan suatu organisasi

3. Keguanaan dan Penggunaan Akuntansi

Berbagai pengertian akuntansi di atas selalu menyatakan bahwa akuntansi memiliki kegunaan (uses) dan penggunaan (users). Kegunaan akuntansi bagi dunia bisnis antara lain untuk:

1. Menyediakan informasi ekonomis suatu perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit yang tepat.

2. Menjadi media komunikasi bisnis antara menejemen dan pengguna eksternal mengenai posisi keuangan, perubahan posisi keuangan dan arus kas perusahaan.

3. Memberikan potret yang dapat diandalkan mengenai kemampuan menghasilkan laba dan arus kas perusahaan.

4. Menjadi bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada para pemilik perusahaan.

5. Menjadi gambaran kondisi perusahaan dari suatu periode ke periode berikut mengenai pertumbuhan/kemunduran, dan memungkinkan untuk di perbandingkan dengan perusahaan lain pada industri sejenis.

Pengguna informasi akuntansi memiliki berbagai karasteristik dan cara pandang yang berbeda pula, pengguna informasi akuntansi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Pengguna Internal.

Pengguna internal adalah mereka yang menghasilkan keputusan yang berakibat langsung kepada operasional, misalnya: Dewan komisaris, dewan direksi, manajer kunci dan karyawan perusahaan.

2. Pengguna Eksternal.

Sedangkan Pengguna eksternal adalah mereka yang menghasilkan keputusan yang terkait dengan hubungan mereka dengan perusahaan, misalnya: Investor, kreditor, fiskus, pemerintah, pemasok, pelanggan, peneliti dan komunitas terkait.

B. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. Standar Akuntansi Indonesia (SAK) di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada seperti, International Accounting Standards (IAS), International Financial Reporting Standards (IFRS), Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), General Accepted

Accounting Principle (GAAP). Selain itu ada juga Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) syariah dan juga System Analysis Program (SAP).

Selain untuk keseragaman laporan keuangan, standar akuntansi juga diperlukan untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan berdasarkan International Financial Reporting Standards (IFRS) pada tahun 2012.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hamper semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang bergabung dalam suatu lembaga yang di namakan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah disusu dan disahkan oleh lembaga resmi pada saat tertentu.

Pernyataan di atas memberikan pemahaman bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan buku petunjuk tentang akuntansi yang berisi konvensi atau kesepakatan, peraturan dan prosedur yang telah disahkan oleh suatu lembaga resmi atau institute resmi. Dengan kata lain Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan sebuah peraturan tentang prosedur

akuntansi yang telah disepakati dan telah disahkan oleh sebuah lembaga atau institut resmi.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disuse oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) selalu mengacuh pada teori-teori yang berlaku dan memberikan tafsiran dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama dalam hal pembuatan laporan keuangan dalam memperoleh informasi yang akurat sehubungan data ekonomi. Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan menjadi suatu kemutlakan bagi setiap perusahaan dalam membuat laporan keuangan, namun paling tidak dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur dan elemen data ekonomi harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar semua data ekonomi dapt tersaji dengan baik, sehingga dapat memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menginterpretasikan dan mengevaluasi suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan ekonomiyang baik bagi tiap-tiap pihak.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 merupakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mengatur mengenai syarat pengakuan dan pencatatan pendapatan dan biaya kontrak untuk pekerjaan kontrak konstrusi, yaitu

“ Bila hasil (Outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak

konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca”.

Keseluruhan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi peratran tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung dan telah disepakati (konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga atau institut resmi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 merupakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mengatur mengenai syarat pengukuran dan pencatatan pendapatan dan biaya kontrak untuk pekerjaan kontrak konstruksi.

C. Pengertian Pendapatan 1. Definisi pendapatan

Pengertian pendapatan diperoleh dari dua bentuk, yaitu dari awal pembentukan pendapatan dan proses pembentukan pendapatan. Oleh karena itu, pendapatan merupakan jumlah penerimaan yang di peroleh dari individual, masyarakat, produsen/perusahaan dan sebagainya. Sebagai hasil usaha dan konpensasi yang diterima dari kegiatan-kegiatan usaha yang dilaksanakannya.

Dalam kamus inggris Indonesia mengemukakan bahwa penghasilan (income) dan pendapatan (revenue) mempunyai pengertian yang sama.

Ikatan Standar Akuntansi (2005:230) mendefinisikan pendapatan bahwa:

“Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau

penurunan kewajiban atau keduanya yang terjadi dalam periode akuntansi yang berasal dari aktivitas produksi dan penjualan barang, penyerahan jasa dan aktivitas lain yang merupakan usaha pokok perusahaan.

Menurut Makhirah (2013:11) berpendapat bahwa, ada dua pandangan tentang pendapatan (revenue) yaitu:

a. Secara luas, pendapatan ( revenue) dianggap termaksud seluruh hasil dari perusahaan dan kegiatan investasi. Termaksud revenue ialah seluruh perubahan net asset yang timbul dari kegiatan produksi dan dari laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva dan investasi.

b. Secara sempit, pendapatan ( revenue) hanya yang berasal dari kegiatan produksi tidak termasuk laba rugi yang berasal dari penjualan aktiva.

Berdasarkan definisi yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan arus masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penrunan kewajiban dalam suatu periode tertentu. Pendapatan tersebut berasal dari kegiatan produksi, penjualan barang, pemberi jasa, atau kegiatan-kegiatan lainnya yang merupakan jumlah aktiva yang dapat berbentuk diterimanya uang tunai atau timbulnya piutang dagang atau penurunan kewajiban/hutang selama periode dimana perusahaan memproduksi atau menyerahkan barang/jasa dan adanya aktivitas yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Pendapatan jasa juga timbul karena adanya peneriamaan bunga, deviden, royalty dan sewa.

Accounting Terminology Bulletin No. 2 dalam Teori Akuntansi Ahmed Riahi, Belkaoui mendefinisikan pendapatan (2006:279) sebagai berikut:

“Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta

diukur dengan pembebanan yang di kenakan kepada pelanggan, klien, atau penyewa, untuk barang dan jasa yang disediakan bagi mereka. Pendapatan juga mencakup keuntungan dari penjualan atau pertukaran aktiva ( selain saham yang diperdagangkan), bunga, dan deviden yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal.

Soemarso (2005:230), pendapatan merupakan peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibtkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Peningkatan jumlah aktivitas atau penurunan kewajiban dapat berasal dari penyerahan barang/jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam satu periode.

2. Sumber-Sumber Pendapatan

Pendapatan merupakan sumber pemasukan perusahaan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Kegiatan perusahaan yang dimaksud seperti kegiatan dagang, jasa, maupun manufaktur. Melalui kegiatan tersebut, perusahaan dapat menerima pendapatan sehingga terjadi keberlangsungan usaha.

IAI melalui PSAK No. 23 revisi 2009 mengungkapkan sumber pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Penjualan barang 2. Penjualan jasa

3. Bunga, royalty dan deviden

4. Pertukaran barang dan jasa

Pengelompokan pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pendapatan Operasi

Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari proyek-proyek yang dilaksanakan oleh PT. Waskita Karya termasuk pendapatan yang diperoleh dari pemberian jasa-jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan operasi itu seperti pendapatan proyek yang diperoleh dari kontrak-kontrak kontruksi yang dikerjakan. Pendapatan proyek ini seperti uang muka pembayaran pekerjaan proyek dan hasil penagihan termin.

2. Pendapatan Non Operasi (pendapatan lain-lain)

Pendapatan non operasi ini diperoleh dari usaha yang bukan utama perusahaan sebagai pendapatan lain-lain, yang terdiri dari:

a. Pendapatan jasa giro

Pendapatan yang diterima dari simpanan uang di bank dalam bentuk rekening giro dan dicatat setelah adanya note kredit dari bank yang bersangkutan.

b. Pendapatan sewa

Pendapatan yang diperoleh dari hasil menyewakan peralatan konstruksinya kepada pihak lain. Dan dicatat pada saat terjadinya transaksi.

3. Pengukuran Pendapatan

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang timbul dari suatu transaksi penukaran aktiva atau jasa yang biasa ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi dengan diskon dagang dalam rabat volume yang di perbolehkan perusahaan.

4. Penyajian Pendapatan

Penyajian pendapatan yang didasarkan saat uang tunai diterima disebut cash basis. Sedangkan pendapatan yang tidak dipenuhi oleh saat penerimaan dalam bentuk uang disebut accrual basis. Accrual basis inilah yang dianut oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam rangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

D. Pengakuan Pendapatan

Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal kedalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan. Definisi pendapatan harus dipisahkan dari pengertian pengakuan pendapatan, sedangkan pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya diakui kalau memenuhi kualitas ukuran dan keandalan. Kualitas tersebut harus dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan.

Menuru Werran (2006:124) dasar pengakuan pendapatan atau (revenue) secara umum ada dua cara yaitu:

1. Dasar kas (cash basis) beban di laporkan dalam laporan laba rugi pada periode dimana kas diterima atau dibayar. Misalnya, penghasilan dicatat ketika kas diterima dari klien, dan upah dicatat ketika kas di bayarkan kepada karyawan. Laba (rugi) bersih merupakan selisi antara penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (beban).

2. Dasar akrual (accrul basic) dilaporkan dalam laporan laba rugi pada periode saat pendapatan tersebut dihasilakan. Misalnya, pendapatan dilaporkan pada saat jasa diberikan kepada pelanggan tanpa melihat apakah kas telah di terima atau belum dari pelanggan selama periode ini.

Transaksi penjualan atau penyerahan barang (sales basic) mendekati prinsip-prinsip yang mendasari accrual basic accounting dan menghasilkan tiga bukti yang mendukung pengakuan pendapatan, yaitu:

1. Tidak ada kewajiban yang melekat pada penjual

2. Nilai relative produk atau barang yang dijual ditentukan oleh transaksi yang terjadi antara dua pihak yang independen

3. Pihak pembeli yang dianggap berkemampuan untuk membayar harga yang telah disepakati dalam transaksi, telah membayar atau berjanji untuk membayar

Sedangkan prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat pendapatan telah direalisasi atu dapat di realisasi, pendapatan yang dihasilkan.

Kedua prinsip pengakuan pendapatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pendapatan yang telah direalisasikan atau dapat direalisasi, yaitu pendapatan dikatan telah direalisasi jika produk barang dan jasa, barang dagang, atau aktiva yang lain telah dipertukarkan dengan kas. Sedangkan pendapatan dikatakan direalisasi apabila aktiva yang diterima segera di konversiakan menjadi kas.

2. Pendapatan telah dihasilkan,yaitu pendapatan telah dihasilkan apabila sebuah entitas yang bersangkutan telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu yakni apabila proses mengahasilkan laba telah selesai.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pada umumnya pendapatan di akui pada saat realisasi, yaitu pada saat penjualan, saat pemberian jasa, saat aktiva atas sumber ekonomi dipergunakan atau pada saat barang atau aktiva diluar barang dagangan dijual.

Ada dua konsep lain yang sangat erat hubungannya dengan dengan masalah proses pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan dan proses realisasi pendapatan.

1. Proses Pembentukan Pendapatan

Proses pembentukan pendapata adalah suatu konsep tentang terjadinya pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua

kegiatan operasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan kegaitan produksi.

2. Proses Realisasi Pendapatan

Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas kontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.

Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:

1) Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.

2) Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.

E. Pengakuan Pendapatan Konstruksi

Ikatan Akuntansi Indonesia (2010,h.34.8) dalam PSAK No. 34 tentang pengakuan pendapatan dan biaya kontrak yaitu “ jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang

berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan. Taksiran rugi pada kontrak konstruksi tersebut diakui sebagai beban kontrak”.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2010, h.34.9) dalam PSAK No. 34, pengakuan pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian suatu kontrak sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menrut metode ini, pendapatan kontrak dihubungkan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam mencapai tahap penyelesaian tersebut, sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaaan secara proporsional. Metode ini memberikan informasi yang berguna mengenai luas aktivitas kontrak dan kinerja selama suatu periode.

Ikatan Akuntansi Indonesia (2010, h.34.4) menyebutkan bahwa pendapatan kontrak terdiri dari:

a. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.

b. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim dan pembayaran intensif;

1) Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan.

2) Dapat diukur secara andal.

Menurut Kieso et al (2008) Ada dua metode akuntansi digunakan untuk pengakuan pendapatan kontrak konstruksi sbb:

1. Metode Persentase Penyelesaiaan

Pada umumnya kontraktor melakukan pekerjaan pembangunan dalam dua jenis, yaitu periode jangka panjang dan periode jangka pendek. Untuk periode jangka pendek proyek dikerjakan misalnya perbaikan pembangunan yang memakan waktu kurang dari satu tahun. Sedangkan untuk periode jangka panjang misalnya meliputi pembangunan gedung, jembatan, waduk, perumahan dan lain-lain yang memakan waktu kurang lebih dari satu tahun. Dalam perhitungan pendapatan untuk kontrak-kontrak, baik jangka panjang maupun jangka pendek sangat dipengaruhi oleh metode pengakuan pendapatan yang digunakan.

Terdapat dua alternatif dalam metode akuntansi yang digunakan untuk kontrak konstruksi jangka panjang, yaitu metode persentase penyelesaian dan metode kontrak selesai. Metode persentase penyelesaian mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya tujuan kearah penyelesaian kontrak jangka panjang.

Profesi Akuntan mewajibkan bahwa metode persentase penyelesaiaan harus digunakan apabila estimasi kemajuan kearah penyelesaiaan, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan semua syarat-syarat berikut ini terpenuhi:

a. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenai barang atau jasa yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terkai dengan kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan, serta cara dan syarat penyelesaiannya.

b. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi kewajiban dalam kontrak.

c. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual tersebut.

Untuk menerapakan metode persentase penyelesaian, kita harus mempunyai beberapa dasar atau standar untuk mengukur kemajuan kearah penyelesaian pada tanggal tertentu. Salah satu ukuran masukan yang digunakan untuk menentukan kearah penyelesaian adalah dasar biaya terhadap biaya (cost to cost basis).

Adapun rumus dasar biaya terhadap biaya adalah sebagai berikut:

1. Rumus untuk Persentase Penyelesaian, Dasar Biaya terhadap Biaya (cost to cost basis)

Rasio persentase biaya yang terjadi terhadap estimasi total biaya diterapkan estimasi total biaya diterapkan pada total pendapatan atau estimasi total laba kotor atas kontrak tersebut untuk mendapatkan jumlah pendapatan atau laba kotor yang akan diakui sampai tanggal ini. Rumus total pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini sebagai berikut:

2. Rumus Total Pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini Biaya yang terjadi sampai tanggal ini

= Persentase penyelesaian Estimasi total biaya terkini

Estimasi total Pendapatan (atau laba Persentase penyelesaian X pendapatan ( atau = kotor) yang akan diakui

laba kotor) sampai tanggal ini

Untuk mengetahui jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui setiap periode, EDS harus mengurangkan tolal total pendapatan atau laba kotor yang diakui dalam periode-periode sebelumnya. Rumus untuk pendapatan periode berjalan, dasar biaya terhadap biaya sebagai berikut:

3. Rumus Jumlah Pendapatan Periode Berjalan

Berdasarkan rumus diatas, maka muncul ayat jurnal penyelesaian (AJP) yang dibuat sebagai berikut:

a. Mencatat biaya kontrak yang terjadi:

Konstruksi dalam pelaksanaan xxx

Bahan baku, hutang, dan sebagainya xxx b. Mencatat tagihan kepembeli (termin):

Piutang dagang xxx

Tagihan kontrak konstruksi xxx c. Mencatan hasil penagihan kas:

Kas xxx

Piutang dagang xxx

Pendapatan (atau Pendapatan (atau laba Pendapatan (atau laba kotor) yang akan - kotor) yang diakui dalam = laba kotor) periode Diakui sampai tanggal ini periode sebelumnya berjalan

d. Untuk mengakui pendapatan dan laba kotor:

Konstruksi dalam pelaksanaan (laba kotor) xxx

Pendapatan konstruksi kontrak jangka panjang xxx e. Untuk mencatat penyelesaian kontrak:

Tagihan konstruksi kontrak jangka panjang xxx

Konstruksi dalam pelaksanaan xxx

Konstruksi dalam pelaksanaan xxx

Dokumen terkait