• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KETENTUAN TENTANG DIVESTASI SAHAM

B. Tujuan Pengaturan Divestasi Saham Asing

William J. Gole dan Paul J. Hilger mengemukakan tentang pertimbangan divestasi, sebagaimana disajikan berikut ini:49

1. Penjualan unit yang berjalan dengan baik, tetapi tidak strategis.

Tampilan keuangan yang kuat tidak sama dengan kesehatan strategis. Namun, tampilan yang kuat dapat merintangi keputusan untuk melakukan divestasi karena keadaan ini menutupi kekurangan kesehatan strategis dan ini dapat menyebabkan pengelola memilih pembiayaan jangka pendek. Oleh Karena itu, keputusan menjual unit usaha yang berjalan baik memerlukan tingkat disiplin yang tinggi pada pihak pengelola, dan biasanya diberikan dalam tautan dengan strategi investasi untuk beralih dari penjualan tersebut.

2. Penjualan unit yang tidak berjalan baik (underperforming) yang merusak pertumbuhan yang terkonsolidasi dan profitabilitas.

Alasan ini umumnya didasarkan pada pengakuan pengelola bahwa unit yang ditargetkan tidak lagi memiliki hubungan baik dengan pasarnya dan tidak merupakan suatu kemungkinan yang baik bagi investasi di masa datang. Dalam keadaan demikian, tidak berinvestasi atau rendahnya investasi sangat mungkin menimbulkan lingkaran menurun yang merusak bekerjanya unit tersebut, mempercepat ketiadaan investasi, dan terus-menerus memperburuk kinerja.

48

Ibid, hal. 33.

49

Jika tidak adanya property dihubungkan dengan pasarnya, investasi berikutnya dimaksudkan untuk menimbulkan harapan-harapan yang tidak dipenuhi dan penyalahgunaan sumber daya material dan finansial. Berdasarkan keadaan ini, manajemen pada umumnya akan melepaskan unit tersebut.

3. Penjualan unit yang sehat atau dapat memberikan keuntungan untuk memperoleh uang tunai.

Organisasi biasanya menjual harta kekayaan yang dapat memberikan keuntungan dan secara strategis bagus untuk memperoleh uang tunai. Ini biasanya dilakukan untuk memungkinkan organisasi membayar utang dan merestrukturisasi posisi keuangannya. Dalam kasus yang relatif jarang, ini dapat dilakukan untuk memperoleh uang tunai operatif, suatu pertimbangan yang menyarankan problem bisnis struktural.

4. Penjualan unit yang diterima oleh pasar yang menyebabkan salah perkiraan seluruh perusahaan penjual.

Strategi organisasi dan struktur bisnis tidak berada dalam ruang kosong dan tunduk kepada analisis kritis oleh pihak-pihak yang berkepentingan, seperti organisasi pemegang saham, himpunan investasi pada umumnya.

Manajemen harus mempertimbangkan bahwa pasar keuangan melakukan penilaian sendiri mengenai kelayakan dan nilai strategis dan bahwa penilaian tersebut mungkin berdampak negatif terhadap para pemegang saham dan nilai perusahaan.

Dalam keadaan himpunan investasi menganggap bahwa suatu unit bisnis yang ada merusak nilai perusahaan yang lebih besar, manajemen mungkin merasa penting atau sangat diperlukan untuk melakukan koreksi dalam bentuk divestasi. Karena semua pertimbangan ini, perusahaan yang melakukan divestasi tidak boleh dilihat sebagai transaksi pembiayaan tersendiri yang dilakukan untuk menghapuskan unit bisnis yang tak dikehendaki atau benar-banar untuk memperoleh uang tunai. Divestasi adalah suatu tindakan yang dapat merefleksikan strategi penting untuk mereposisi dan merestrukturisasi suatu organisasi dengan tujuan meningkatkan nilai organisasi tersebut.

Patricia Ajeng Pebrikasari melakukan penelitian dengan judul pengaruh pengumuman dan karakteristik transaksi divestasi dan aliansi terhadap kemakmuran pemegang saham perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:50

50

“Transaksi divestasi dan aliansi di Bursa Efek Jakarta ini memberikan kemakmuran bagi pemegang saham perusahaan yang melakukan aktivitas tersebut, walapun karakteristik transaksi yang memberikan pengaruh signifikan terhadap cumulative abnormal return yang diperoleh hanyalah nilai transaksi. Sementara itu, karakteristik perusahaan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap cumulative abnormal return yang diperoleh.”

Penelitian Patricia Ajeng Pebrikasari difokuskan pada tingkat kemakmuran dari pemegang saham yang melakukan divestasi di Bursa Efek Jakarta. Dengan melakukan divestasi saham, pemegang saham yang melakukan divestasi akan memperoleh uang kontan. Dengan diperolehnya uang kontan tersebut, pemegang saham akan dapat mengembangkan usahanya secara optimal.51

Pavel Trisch menyajikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan divestasi. Pavel Trisch mengemukakan bahwa divestasi bertahap dapat menyebabkan hasil yang lebih tinggi dari pada satu transaksi divestasi terhadap seluruh aset. Hal ini mungkin terjadi dalam hubungan dunia nilai informasi apakah lengkap dan tidak lengkap dan didistribusikan secara sistematis.52

Penelitian yang dilakukan oleh Pavel Trisch difokuskan pada divestasi kepemilikan saham di perusahaan yang terafiliasi dalam konteks hubungan berbasis sistem keuangan. Model ini diterapkan pada divestasi yang terjadi di Jerman setelah ditetapkan The Tax Reduction Act tahun 2000. Penelitian ini hanya menganalisis nilai

51

Ibid.

52

jual saham atau aset yang dilakukan secara bertahap. Penjualan secara bertahap akan memberikan hasil yang tinggi jika dibandingkan dengan divestasi secara total.53

Naga Lakshmi Damaraju melakukan penelitian, dengan judul Why and How do Firms Divest. Naga Lakshmi Damaraju menyajikan tentang pengaruh teori keputusan nyata dari pengambilan keputusan untuk divestasi. Naga Lakshmi Damaraju mengemukakan sebagai berikut:54

1. Ketidakmenentuan yang tinggi dalam lingkungan unit bisnis memiliki hubungan negatif secara signifikan terhadap keputusan untuk melakukan divestasi terhadap unit bisnis. Bertambahnya ketidakmenentuan memperjelas asosiasi negatif dengan keputusan untuk melakukan divestasi, sedangkan menurunnya ketidakmenentuan tidak relavan dengan keputusan untuk divestasi. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan perusahaan untuk melakukan divestasi unit usaha mungkin didorong oleh pertimbangan-pertimbangan pilihan, khususnya jika kondisi lingkungan divestasi dalam keadaan tidak menentu.

2. Ketidakmenentuan adalah tidak signifikan dengan keputusan yang terkait dengan penjadwalan divestasi. Hal ini merupakan hasil yang sangat menarik karena menegaskan bahwa teori pilihan nyata mungkin tidak dapat diaplikasikan dalam hal divestasi, sebagaimana dalam kasus investasi.

3. Ide mungkin dalam kondisi tertentu, pilihan pertimbangan mungkin lebih penting untuk keputusan divestasi dari pada meningkatnya perhatian karena informasi asimetris (tidak seimbang).

Secara keseluruhan ketiga uraian di atas memberikan kontribusi penting pada teori pilihan nyata secara umum, dan khususnya pada kajian literatur divestasi. Penelitian yang dilakukan Naga Lakshmi Damaraju bertujuan untuk menguji teori keputusan nyata dalam investasi dan divestasi. Ada dua inti teori keputusan nyata, yaitu sebagai berikut:55

53 Ibid. 54 Ibid, hal. 90-91. 55 Ibid, hal. 81.

1. Perusahaan-perusahaan akan menghindari untuk melakukan investasi yang mahal dalam kondisi yang sangat tidak menentu/tidak menguntungkan;

2. Jika investasi yang telah dilakukan dalam kondisi yang sangat tidak menentu, investasi yang dilakukan secara bertahap akan lebih disukai (preferred) contohnya joint venture sebagai upaya untuk menghindari investasi total, karena patungan ini lebih bersifat fleksibel dalam menghadapi ketidakmenentuan.

Khusus bidang usaha pertambangan divestasi diatur dalam Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menentukan bahwa pemegang IUP dan IUPK setelah lima tahun sejak berproduksi harus mendivestasikan sahamnya secara bertahap sehingga pada tahun kesepuluh sahamnya paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) dimiliki peserta Indonesia.

Tujuan peraturan pemerintah diartikan sebagai kebangkitan industri pertambangan nasional. Penanaman modal asing memberikan investasi besar dan divestasi diberlakukan secara bertahap, karena selama ini perusahaan tambang nasional tidak pernah mendapat kesempatan investasi di pertambangan besar. Dengan demikian perusahaan modal asing wajib mendivestasi sahamnya kepada Peserta Indonesia paling sedikit 51% (lima puluh satu persen).

Dokumen terkait