• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Tujuan Penulisan

Memberikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Prioritas Masalah Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri) di RSUD.dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. M b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M

c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Ny. M d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny. M

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. M C. Manfaat

1. Bagi Pendidikan

Dapat memberikan pengetahuan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar mengenai Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri).

2. Bagi Praktik Keperawatan

Dapat menambah wawasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri).

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nyeri

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelumnya. Tujuan dari pengkajian adalah untuk menyusun data dasar mengenai kebutuhan, masalah kesehatan, dan respon klien terhadap masalah.(Potter & Perry, 2010).

Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnose keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang digunakan. (Prasetyo, 2010).

Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap tingkat kenyamanan klien.Apabila nyeri bersifat akut atau parah, ada kemungkinan klien dapat dapat member penjelasan yang terinci tentang pengalaman nyerinya secara keseluruhan.

Selama episode nyeri akut, tindakan perawat yang terutama adalah mengkaji perasaan klien, menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, tingkat keparahan dan kualitas nyeri.Untuk klien yang mengalami nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif, perilaku dari pengalaman nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri. (Potter & Perry, 2005).

Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi pengkajian data subjektif dan data objektif:

1. Data subjektif

a. Faktor pencetus (P : Provocate)

Perawat mengakaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi

bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetuskan nyeri.

b. Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat : tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain, di mna tiap-tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.

c. Lokasi (R : Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien untuk menunjukkan semua bagian / daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar).

d. Keparahan (S : Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif.Pengkajian ini klien diminta untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.Skala deskirptif verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala deskriptif verbal ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis.

Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat.Skala numeric (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10.Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien.Sebagian besar skala menggunakan renatang 0-10, dimasukkannya kata-kata penjelas pada skala dapat membantu beberapa

klien yang mengalami kesulitan dalam menentukannya nilai nyerinya.Klien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling baik mewakili intensitas nyerinya.

Keterangan : 0 = Tidak nyeri 1-2-3 = Nyeri ringan 4-5 = Nyeri sedang 6-7 = Nyeri hebat 8-9 = Nyeri sangat hebat 10 = Nyeri terhebat e. Durasi (T : time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan awitan, durasi, dan rangkaian nyeri.Perawat dapat menanyakan.

1) Kapan nyeri mulai dirasakan?

2) Sudah berapa lama nyeri dirasakan?

3) Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?

4) Seberapa sering nyeri kambuh?

5) Faktor yang memperberat / memperingan nyeri.

2. Data objektif

Data objektif didapatkan dalam mengobservasi respon pasien terhadap nyeri.Respon pasien terhadap nyeri berbeda-beda, dapat dikategorikan sebagai berikut.

a. Respon perilaku

Respon perilaku yang ditunjukkan klien yang mengalami nyeri bermacam-macam. Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain : merubah posisi, mengusap bagian yang sakit, menggeretakan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung.

b. Respon fisiologis terhadap nyeri

Perawat perlu untuk mengkaji klien berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan pada respon terhadap nyeri untuk mendukung diagnose dan

membantu dalam memberikan terapi yang tepat. Adapun respon fisiologis terhadap nyeri, yaitu :

1) Respon simpatik :

a) Peningkatan frekuensi pernapasan b) Dilatasi saluran bronkiolus

c) Peningkatan frekuensi denyut jantung

d) Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah) e) Peningkatan kadar glukosa darah

f) Diaforesis

g) Peningkatan tegangan otot h) Dilatasi pupil

i) Penurunan motilitas saluran cerna 2) Respon parasimpatik :

a) Pucat

b) Ketegangan otot

c) Penurunan denyut jantung atau tekanan darah d) Pernapasan cepat dan tidak teratur

e) Mual dan muntah

f) Kelemahan dan kelelahan c. Respon afektif

Respon afektif juga perlu diperhatikan oleh seorang perawat di dalam melakukan pengkajian terhadap pasien gangguan rasa nyeri. Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti : Apakah Anda saat ini merasakan cemas?. Selain itu adanya depresi, ketidaktertarikan dari lingkungan perlu diperhatikan.

2. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.Selama pengkajian, data di kumpulkan dari berbagai

sumber, divalidasi dan diurut ke dalam kelompok yang membentuk pola.Data dasar secata kontinu direvisi sejalan dengan perubahan dalam fisik status dan emosi klien.Hal ini juga mencakup hasil laboratorium dan diagnostic.Selama langkah ini, perawat menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalis dan menginterpretasi dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data (Potter &

Perry, 2006).

Menurut Nanda (2012) , batasan karakteristik untuk diagnosa keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis adalah.

Batasan karektristik untuk nyeri akut a) Perubahan selera makan

b) Perubahan tekanan darah c) Perubahan frekuensi jantung d) Perubahan frekuensi pernapasan e) Laporan isyarat

f) Diaforesis

g) Perilaku distraksi (mis: berjalan mondar mandir, mencari orang lain atau aktivitas lain, aktivitas berulang)

h) Mengekspresikan perilaku (mis: gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)

i) Masker wajah (mis: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)

j) Sikap melindungi area nyeri

k) Fokus menyempit (mis: gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

l) Indikasi nyeri yang dapat diamati

m) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri n) Sikap tubuh melindungi

o) Dilatasi pupil

p) Melaporkan nyeri secara verbal q) Fokus pada diri sendiri

r) Gangguan tidur

Batasan karakteristik untuk nyeri kronis

a) Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya b) Anoreksia

c) Atrofi kelompok otot yang terserang d) Perubahan pola tidur

e) Skala keluhan (mis., penggunaan skala nyeri) f) Depresi

g) Masker wajah (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata terpencar atau tetap, meringis)

h) Letih

i) Takut terjadi cedera berulang j) Sikap melindungi area nyeri k) Iritabilitas

l) Perilaku protektif yang dapat diamati m) Penurunan interaksi dengan orang lain n) Keluhan nyeri

o) Gelisah

p) Berfokus pada diri sendiri

q) Respon yang diperantarai saraf simpatis (mis., suhu dingin, perubahan posisi tubuh, hipersensitivitas).

3. Rumusan Masalah

Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan umum klien.Namun, sebelum memberikan perawatan masalah harus ditetapakan secara lebih spesifik. Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual (Potter

& Perry, 2006).

Terdapat dua diagnosa keperawatan utama yang dapat digunakan untuk menggambarkan nyeri pada klien, yaitu :

a. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2012), nyeri akut didefenisikan sebagai suatu pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

b. Nyeri kronis didefenisikan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan seemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lamabat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 6 bulan.

4. Perencanaan

Perencanaan, yang merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan, adalah salah satu kategori perilaku keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan.Perencanaan membutuhkan pemikiran kritis, yang diterapkan melalui pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.(Potter &

Perry, 2010).

Menurut Wilkinson (2012), intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa keperawatan nyeri akut dan nyeri kronis adalah :

1. Nyeri akut :

a) Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi, karekteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.

b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan.

c) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.

d) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, hipnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi aktivitas, kompres hangat atau dingin, dan masase sebelum, setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain.

e) Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi, radio, tape, dan interaksi dengan pengunjung.

f) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan, dan kegaduhan).

g) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien terhadap analgesik (misalnya, “Obat ini akan mengurangi nyeri Anda”).

h) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu relaksasi (lakukan perubahan posisi, masase punggung, dan relaksasi).

i) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri.

2. Nyeri Kronis :

a) Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interval tertentu.

b) Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya, tidur, selera makan, aktivitas, kognisi, alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggung jawab peran).

c) Tawarkan tindakan meredakan nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya, umpan balik biologis, teknik relaksasi, dan masase punggung).

d) Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk memfasilitasi peredaan nyeri.

e) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan dapat diterima.

f) Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi, namun evaluasi bahaya sedasi.

g) Pertimbangkan untuk merujuk pasien, keluarga dan orang terdekat pada kelompok pendukung dan sumber-sumber lainnya, sesuai kebutuhan.

h) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.

i) Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat perubahan dalam catatan medis paien, informasikan petugas kesehatan lain yang merawat pasien.

j) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya.

k) Pastikan pemberian analgesik atau strategi nonfarmakologi sebelum dilkakukanprosedur yang menimbulkan nyeri.

l) Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah berat.

B. Asuhan Keperawatan Kasus dengan Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Aman dan Nyaman (Nyeri)

1. Pengkajian a. Anamnese

Berdasarkan dari pengkajian yang dilakukan pada identitas pasien, didapatkan data yaitu Ny.M, umur 50 tahun dengan jenis kelamin perempuan, golongan darah A, status menikah, agama Kristen, pekerjaan sebagai petani, beralamat di Jalan Sosor Gadong. Keluhan utama Ny.M mengatakan pernah jatuh terduduk dan nyeri memburuk jika mengangkat kaki serta merubah posisi.Ny.M mengatakan sangat terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.Ny.M mengatakan nyeri dibagian punggung bawah, lutut, dan telapak kaki.Ny.M mengatakan nyeri seperti dipotong-potong dan tidak menyebar.Pada saat saya menunjukkan skala nyeri dari nomor 1-10, Ny.M menunjukkan nyeri yang dirasakannya pada urutan nomor 7. Ny.M mengatakan nyeri berkurang jika dilakukan pijatan, dikompres dengan air hangat, serta mengkonsumsi obat analgetik.

Keadaan umum Ny.M saat ini composmentis. Suhu tubuh Ny.M 37oC, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 85 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, skala nyeri 7, TB 150 cm, BB 65 kg.

Ny.M mengatakan 3 kali sehari.Ny.M selalu menghabiskan porsi makanannya.Ekspresi wajah yang menahan rasa kesakitan, memegangi area yang nyeri dan CT-Scan : lesi dan peradangan medula spinal kanan.

2. Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. DS :

P : Ny. M mengatakan pernah jatuh terduduk.

Q : Ny. M mengatakan nyeri seperti dipotong-potong.

R : Ny. M mengatakan nyeri di punggung bawah, lutut, dan telapak kaki.

S : Ny. M mengatakan derajat nyeri pada skala 7.

T : Ny. M mengatakan nyeri sepanjang hari.

DO :

1. Ekspresi wajah yang

menahan rasa kesakitan.

2. Memegangi area yang nyeri.

Ujung saraf spinal tertekan

Nyeri

Nyeri Kronis

2.

DS :

1. Ny. M mengatakan nyeri memburuk jika mengangkat kaki dan merubah posisi.

2. Ny. M mengatakan nyeri semakin terasa jika bergerak.

3. Ny. M mengatakan nyeri saat miring kanan dan kiri.

4. Ny. M mengatakan sulit berdiri tegak jika nyeri timbul.

Do :

1. Terlihat pergerakan lambat saat miring kanan dan kiri.

2. Kekuatan otot ekstremitas bawah bernilai 4 (tahanan minimal).

Nyeri

Keterbatasan pergerakan ekstremitas

bawah

Pergerakan lambat

Hambatan mobilitas fisik

Hambatan Mobilitas Fisik

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisa data yang dilakukan ditemukan dua masalah keperawatan yaitu: nyeri kronis dan hambatan mobilitas fisik.

1. Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya lesi & peradangan medula spinal kanan ditandai dengan ekspresi wajah yang menahan kesakitan dan skala 7.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan pergerakan ekstremitas bawah, nyeri ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas bawah 4.

4. Perencanaan Keperawatan No

Dx. 1 Nyeri

INTERVENSI

Tujuan : Nyeri berkurang atau penurunan intensitas nyeri Kriteria Hasil :

- Klien menyatakan secara verbal nyeri berkurang

- Skala nyeri menurun

- Klien mampu mengendalikan nyeri

Manajemen nyeri :

1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karekteristik, onset durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor

pencetus.

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai

ketidaknyamanan terutama pada yang tidak dapat berkomunikasi.

3. Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri.

4. Kurangii faktor pencetus yang meningkatkan pengalaman nyeri (missal : ketakutan, kelelahan

No Dx 2.

menetap, kurang pengetahuan).

5. Kaji pengetahuan klien dan keyakinan mengenai nyeri.

6. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (suhu, ruangan, pencahayaan, suara bising).

7. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi, hypnosis, terapi musik, terapi aktivitas, aplikasi panas/dingin dan pijatan).

8. Tentukan dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (misal : tidur, nafsu makan, aktivitas, pikiran, perasaan, ketidaknyamanan, dan kebutuhan).

9. Tingkatkan istrirahat dan tidur yang adekuat untuk peredaan nyeri.

10. Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri.

11. Tawarkan tindakan nyeri untuk membantu pengobatan nyeri (misalnya : relaksasi dan masase punggung).

Pengaturan Tubuh :

1. Dorong klien untuk melakukan

Hambatan Mobilitas Fisik

Tujuan : Memperlihatkan mobilitas Kriteria hasil :

- Klien mampu bergerak secara mandiri.

- Klien mampu mempertahankan keseimbangan tubuh.

ROM pasif atau aktif.

2. Hindari menempatkan klien dalam posisi yang meningkatkan rasa sakit

3. Minimalkan gesekan dan gaya geser ketika merubah dan memutar posisi.

5. Implementasi Dan Evaluasi

No. Dx IMPLEMENTASI EVALUASI

1. 1. Melakukan beratnya nyeri dan faktor pencetus.

2. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai

ketidaknyamanan terutama pada yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.

S : Klien mengatakan nyeri dibagian

punggung bawah, lutut, dan telapak kaki, klien mengatakan nyeri seperti dipotong-potong, klien mengatakan sangat terganggu dengan nyeri yang dirasakannya.

O : Ekspresi wajah yang menahan kesakitan, memegangi area yang nyeri.

3. Menggunakan

4. Mengurangi faktor pencetus yang meningkatkan pengalaman nyeri.

5. Meningkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk peredaan nyeri.

6. Mengendalikan faktor lingkungan

7. Mengajarkan penggunaan teknik atau beratnya nyeri, dan faktor pencetus.

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal panas atau dingin, pijatan).

4. Kendalikan faktor lingkungan yang

(seperti, relaksasi, hipnosis, terapi music, terapi bermain, terapi aktivitas, aplikasi panas atau dingin dan pijatan).

5. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat untuk peredaan nyeri.

No.

Dx 2

1. Mendorong klien untuk melakukan ROM pasif atau aktif.

2. Menghindari menempatkan klien dalam posisi yang meningkatkan rasa sakit.

3. Meminimalkan gesekan dan gaya geser ketika merubah dan memutar posisi.

S : Klien mengatakan nyeri memburuk jika mengangkat kaki dan merubah posisi, klien mengatakan nyeri semakin terasa jika bergerak, klien

mengatakan sulit berdiri tegak saat nyeri timbul.

O : Terlihat pergerakan lambat saat miring kanan dan kiri, kekuatan otot ekstremitas bawah bernilai 4 (tahanan minimal). pasif atau aktif.

2. Hindari yang menempatkan posisi

yang meningkatkan rasa nyeri.

3. Minimalkan gesekan dan gaya geser ketika merubah dan memutar posisi.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah dilakukan proses keperawatan pada Ny. M yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi disimpulkan diagnosa yang diperoleh dari Ny. M adalah :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya lesi dan peradangan medula spinal kanan ditandai dengan ekspresi wajah yang menahan kesakitan dan skala 7.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan pergerakan ekstremitas bawah, nyeri ditandai dengan kekuatan otot ekstremitas bawah 4.

Dan yang menjadi prioritas masalah keperawatan adalah pada Ny. M adalah nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya lesi dan peradangan medulla spinal kanan ditandai dengan ekspresi wajah yang menahan kesakitan dan skala 7.

Intervensi yang dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karekteristik, onset durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus, mengobservasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan, mengajarkan teknik non farmakologi (misal : relaksasi, terapi musik, terapi aktivitas, serta pijatan).

Dari implementasi yang dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa masalah belum teratasi.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar mengajar tentang nyeri yang dibutuhkan oleh klien.

2. Bagi Praktik Keperawatan

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan di rumah sakit khususnya perawat supaya mengetahui nyeri yang dibutuhkan oleh pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008.Teknik dan aplikasi procedural keperawatan, konsep kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika

Herdman, T. Heather. (2012). NANDA International Diagnosis Keperawatan:

Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Kozier dan Erb, 2009.Buku ajar praktik keperawatan klinis.Edisi 5. Jakarta:EGC Potter dan Perry, 2005. Fundamental keperawatan, konsep, proses, dan praktik.

Edisi 4. Jakarta: EGC

Potter dan Perry, 2010. Fundamental keperawatan.Edisi 7. Jakarta: EGC Wilkinson dan Ahren, 2011.Buku saku diagnosis keperawatan, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC

Lampiran

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 50 tahun

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP Pekerjaan : Petani

Alamat : Jln. Sosor Gadong Golongan darah : A

Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2016

Diagnosa Medis : HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan sangat terganggu dengan nyeri yang dirasakannya, klien sering merasakan nyeri dibagian punggung bawah, lutut, dan telapak kaki.Klien mengatakan nyeri memburuk jika merubah posisi serta mengangkat kakinya.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provokatif/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan pernah jatuh terduduk dan nyei memburuk jika mengangkat kaki dan merubah posisi.

2. Hal yang memperbaiki keadaan

Klien merasa nyeri berkurang jika dilakukan pijatan, dikompres dengan air hangat, serta mengkonsumsi obat analgetik.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan nyeri seperti dipotong-potong.

2. Bagaimana dilihat

Jika dilihat dari ekspresi wajahnya, ada rasa kesakitan yang dirasakannya dan klien memegangi area yang nyeri.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Di daerah punggung bawah, lutut, dan telapak kaki.

2. Apakah menyebar Tidak menyebar.

D. Severity

Klien mengatakan derajat nyeri pada angka 7 E. Time

Klien mengatakan nyeri dirasakan sepanjang hari dan semakin terasa jika digerakkan.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan masa lalu.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan tidak pernah dilakukan tindakan operasi.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien mengatakan tidak pernah di operasi.

D. Lama dirawat

Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.

E. Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi.

F. Imunisasi

Klien mengatakan tidak mendapat imunisasi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Klien mengatakan orang tuanya tidak ada yang menderita penyakit yang dideritanya.

B. Saudara kandung

Tidak ada saudaranya yang menderita penyakit.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan di keluarganya.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Dokumen terkait