• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis nilai Willingness to Pay sampel terhadap pembelian nasi goreng.

2. Untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi nilai Willingness to Pay sampel terhadap pembelian nasi goreng.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi, masukan maupun pertimbangan bagi pihak penjual nasi goreng dalam meningkatkan kualitas dan fasilitas terhadap permintaan konsumen sehingga kedepannya para produsen dapat lebih tepat dalam melihat target pasar.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peniliti, sehingga menambah ilmu pengetahuan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta bagi pihak yang membutuhkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Beras merupakan salah satu sumber makanan pokok yang biasa dikonsumsi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, air, dan karbohidrat.

Menurut Kristiatuti dan Rita (2004), makanan pokok adalah makanan yang dapat dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, sumber karbohidrat, mengenyangkan dan merupakan hasil alam daerah setempat. Makanan pokok adalah sumber karbohidrat bagi tubuh manusia, makanan pokok biasanya tidak menyediakan keseluruhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, oleh karenanya biasanya makanan pokok dilengkapi dengan lauk pauk atau diolah dengan bahan makanan lain untuk mencukupkan kebutuhan nutrisi seseorang dan mencegah kekurangan gizi.

Pengolahan nasi sebagai makanan pokok menjadi berbagai produk yang berbeda sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Berbagai pengolahan tersebut dilakukan untuk mengurangi rasa bosan terhadap jenis makanan yanng dikonsumsi setiap hari. Modifikasi pengolahan nasi bisa dilakukan dengan menambahkann berbagai bahan tambahan pada proses pemasakan nasi. Bahan tambahan yang biasa ditambahkan adalah santan, sari kunyit, bumbu halus, cabai dan lain sebagainya.

Pengolahan nasi tergantung pada kondisi beras sebagai bahan utamanya, dan teknik olah yang digunakan antara lain adalah di masak dengan lemak, digoreng dengan sedikit minyak, dan direbus. Beberapa contoh olahan beras sebagai

makanan pokok adalah nasi tim, nasi goreng, lontong dan nasi uduk. Nasi goreng adalah nasi yang diolah dengan teknik digoreng.

Nasi goreng adalah sebuah makanan berupa nasi berbahasa latin oryza yang digoreng dan diaduk dalam minyak goreng atau margarin, biasanya ditambah kecap manis, bawang merah, bawang putih, asam jawa, lada, dan bumbu-bumbu lainnya, seperti telur, ayam, dan kerupuk. Ada pula nasi goreng jenis lain yang dibuat bersama ikan asin yang juga populer di seluruh Indonesia.

Nasi goreng adalah sebuah komponen penting dari masakan tradisional Tionghoa, menurut catatan sejarah sudah mulai ada sejak 4000 SM. Nasi goreng kemudian tersebar ke Asia Tenggara dibawa oleh perantau-perantau Tionghoa yang menetap di sana dan menciptakan nasi goreng khas lokal yang didasarkan atas perbedaan bumbu-bumbu dan cara menggoreng. Nasi goreng juga dikenal sebagai hidangan khas Indonesia (Handayani, 2011).

Nasi goreng juga dikenal sebagai masakan nasional Indonesia. Dari sekian banyak hidangan dalam khazanah masakan Indonesia, hanya sedikit yang dapat dianggap sebagai makanan nasional sejati. Masakan nasional Indonesia ini tidak mengenal batasan kelas sosial. Nasi goreng dapat dinikmati secara sederhana di warung tepi jalan, gerobak penjaja keliling, hingga restoran dan meja prasmanan dalam pesta.

2.2. Landasan Teori Teori Willingness to Pay

Willingness to Pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas

lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan.

Konsep kesediaan membayar (willingness to pay) merefleksikan keinginan, kerelaan seseorang akan harga yang akan dibayarkan terhadap suatu barang atau jasa. Menurut Fauzi (2004), kesediaan membayar atau (willingness to pay) diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang ingin membayar untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas terhadap sesuatu barang. Menurut Varian (2010), Konsep WTP merupakan intrepretasi lain dari tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution) dimana MRS merupakan slope negatif dari kurva indiferen. Tingkat substitusi marginal (MRS) mengukur tingkat kesediaan atau kerelaan konsumen untuk melepaskan atau mengganti sejumlah unit barang untuk memperoleh satu unit tambahan barang lain dengan kepuasan yang sama. Rasio

∆𝑥2/∆𝑥1 menunjukkan seberapa besar keinginan seseorang untuk mengganti sejumlah barang 2 untuk mendapatkan satu tambahan barang 1. Rasio tersebut merupakan slope kurva indiferen yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Bedasarkan Gambar 2.1 slope MRS negatif, hal ini menunjukkan semakin meningkat jumlah konsumsi barang 1 maka jumlah konsumsi barang 2 akan semakin menurun. Slope MRS menyerupai kurva permintaan yang menunjukkan slope negatif. Apabila suatu kurva memiliki slope negatif kurva tersebut mendefinisikan fungsi inverse demand. Fungsi Inverse demand menggambarkan posisi harga (P) sebagai fungsi dari kuantitas (Q). Bentuk kurva Inverse Demand menunjukkan hubungan jumlah barang atau jasa yang diinginkan pada berbagai tingkat harga yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Kurva Willingness to Pay memiliki slope yang sama dengan kurva Inverse Demand yang menunjukkan semakin tinggi nilai yang bersedia dibayarkan (WTP) maka semakin rendah jumlah barang yang akan dikonsumsi. Konsep WTP berkaitan dengan kepuasan dimana dalam fungsi permintaan terdapat intrepretasi ekonomi lain, yaitu selama barang yang dikonsumsi berjumlah positif dan terdapat pilihan- pilihan untuk memaksimalkan kepuasan, hal tersebut berkaitan dengan tingkat substitusi marginal (MRS) dimana tingkat substitusi marginal sama dengan rasio harga.

Gambar 2.2 Kurva Inverse Demand

Penghitungan WTP dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan melakukan survey, dan secara tidak langsung (indirect method), yaitu penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi.

Menurut Hanley and Spash (1993), terdapat empat metode bertanya (Elicitation Method) yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP sampel, yaitu:

1. Metode tawar menawar (bidding game)

Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada sampel apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point).

Jika “ya”, maka besarnya nilai uang dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.

2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question)

Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada sampel berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atas perubahan kualitas lingkungan.

3. Metode kartu pembayaran (payment card)

Metode ini menawarkan kepada sampel suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar dimana sampel tersebut dapat memilih nilai maksimal atau minimal yang sesuai dengan preferensinya. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik.

4. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice)

Metode ini menawarkan sampel sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah sampel mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan tertentu.

Menurut Hanley and Spash (1993), Selain keempat metode tersebut, terdapat pula metode bertanya contingent ranking. Dengan metode ini, sampel tidak ditanya secara langsung berapa nilai yang ingin dibayarkan, tetapi sampel diperlihatkan ranking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dan nilai moneternya kemudian diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai.

Pendekatan Hedonic Pricing Method

Definisi hedonic menurut bahasa adalah sesuatu yang berhubungan dengan kesenangan (pleasure). Model ekonometrik hedonic adalah model dimana variabel independen berhubungan dengan kualitas, misalnya kualitas dari suatu produk yang ingin dibeli. Pendekatan hedonic merupakan metode untuk memastikan nilai atau kesenangan yang dirasakan dari atribut yang baik. Nilai atribut tersebut merupakan harga implisit (harga hedonic) yang tidak tersedia sebagai harga pasar.

Menurut Yeh dan Sohngen (2004), suatu barang dinilai menurut attribut yang bersangkutan dengan kegunaannya atau karakteristiknya. Metode hedonis digunakan untuk memperkirakan nilai marginal atau nilai harga dari fasilitas untuk kelompok atau pasar yang berebeda. Penggunaan utama dari metode harga hedonis adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor harga berdasarkan pada premis bahwa harga ditentukan baik oleh karakteristik internal dan eksternal barang dan jasa.

Menurut Munn dan Palmquist (2000), bahwa metode hedonik digunakan untuk menjelaskan harga dari suatu produk yang berlainan. Model hedonis

mengasumsikan persaingan sempurna dan informasi yang sempurna atas suatu barang atau jasa. Sedangkan Rosen (2008) memberi dasar teoritis untuk hubungan antara harga dari sebuah barang konsumen dan karakteristik yang terkandung dalam barang tersebut.

Menurut Rintamaki (2006), Karakteristik dari nilai hedonik adalah self-purposeful dan self-oriented, karaktersitik nilai hedonik yang dimaksud disini adalah konsumsi hedonik dilakukan dengan sengaja oleh konsumen itu sendiri dengan lebih memperhatikan aspek pribadinya. Rintamaki (2006) juga mengemukakan bahwa pelanggan / pembeli merealisasikan nilai hedonik saat perilaku belanja diapresiasi sebagai haknya, dengan tidak mengindahkan perencanaan pembelian yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini berarti nilai hedonik sering direalisasikan demi memuaskan diri konsumen walaupun perilaku ini harus dilakukan dengan melanggar rencana pembelian terhadap suatu produk yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Eun Soon Yim, Suna Lee, dan Woo Gon Kim (2014) yang berjudul “Determinants of a restaurant average meal price: An application of the hedonic pricing model” menyimpulkan bahwa rata – rata harga makanan di restoran sebesar ₩ 48.991. Diantara variabel makanan, dekorasi, masakan jepang dan perancis, ruangan VIP dan tempat parkir menunjukan pengaruh yang positif terhadap harga makanan di restoran, sementara untuk blogger reviews, first floor, masakan itali dan franchise menunjukkan pengaruh negatif terhadap variabel terikat.

Hasil penelitian Gergaud et al (2006) yang berjudul “Stardust over Paris gastronomic restaurants” menyimpulkan bahwa dekorasi, makanan, lokasi, pendapat ahli makanan dan pelayanan berpengaruh positif terhadap harga dan Michelin star, sedangkan untuk masakan tidak berpengaruh signifikan dengan Michelin star.

Hasil penelitian Schamel, G (2012) yang berjudul “Weekend vs midweek stays:

Modeling hotel room rates in a small market” menyimpulkan bahwa hotel star rating, popularity ratings, hotel location of distance from the city, the period of advance booking, room service, express checkout berpengaruh signifikan dengan nilai Willingness to Pay sedangkan untuk wireless, minibar, hotel bar etc tidak terlalu berpengaruh signifikan.

Hasil penelitian Nisrina Priyandani (2016) yang berjudul “Analisis kesediaan membayar (Willingness to Pay) terhadap daging ayam bersertifikat halal (Studi Kasus Konsumen PT. Tri Satya Mandiri)” menyimpulkan bahwa besar nilai rataan biaya tambahan yang bersedia dibayarkan konsumen (EWTP) pada daging ayam bersertifikat halal sebesar Rp. 3.582 per kilogram dan faktor yang mempengaruhi WTP sampel adalah pengetahuan daging halal, jumlah tanggungan keluarga, dan kepedulian terhadap Sertifikat Halal.

2.4 Kerangka Pemikiran

Mahasiwa Agribisnis di Universitas Sumatera Utara sebagian besar berasal dari luar daerah Kota Medan. Oleh karena itu banyak dari mahasiswa agribisnis bertempat tingal di sekitaran kampus Universitas Sumatera Utara, dimana mereka menyewa rumah ataupun menyewa kamar kost.

Kebanyakan mahasiswa tidak sempat memasak dikarenakan jadwal kuliah yang padat selain itu mahasiswa terkadang malas untuk memasak sendiri karena harus membeli bahan – bahan masak terlebih dahulu. Akibatnya mereka lebih memilih untuk membeli makanan diluar secara instan.

Banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa untuk bersedia membayar nasi goreng antara lain tingkat kepuasan cita rasa, tingkat kepuasan pelayanan, dekorasi tempat, tingkat keramaian, jarak, tempat parkir, ac, wifi, franchise, letak restoran, dan private room. Faktor tersebut termasuk dalam variabel bebas (X), dan untuk variabel terikat (Y) adalah Willingness to Pay.

Berdasarkan pernyataan di atas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Dekorasi Tempat

2.5. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh positif antara tingkat kepuasan cita rasa, tingkat kepuasan pelayanan, dekorasi tempat, tingkat keramaian, jarak, tempat parkir, ac, wifi, franchise, letak restoran, dan private room dengan Willingness to Pay nasi goreng pada mahasiswa strata 1 program studi agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive artinya penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa usia mahasiswa yang tebilang muda dapat lebih memahami kuesioner dengan baik, selain itu juga dapat selalu didampingi oleh penulis, banyak juga penelitian yang menggunakan metode hedonic memakai sampel lingkungan sekitar penulis maupun mahasiswa.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi yang akan dijadikan objek penelitian yaitu mahasiswa strata 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2014 sampai 2017. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa mahasiswa Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2014 sampai 2017 berjumlah 620 orang (Departemen Agribisnis FP USU, 2018).

Metode yang digunakan untuk menentukan besar sampel, menggunakan rumus Slovin, diperoleh besar sampel yang akan diteliti dengan perhitungan sebagai berikut :

𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁𝑒2

𝑛 = 620

1 + 620. 10%2 n = 86 Sampel

Selanjutnya metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel berstrata proporsional (Proportionate Stratified Random Sampling) karena kondisi populasi heterogen dan berstrata. Kondisi populasi yang heterogen dapat dilihat dari strata masing – masing stambuk yang ada pada Jurusan Agribisnis dimana terdapat kesenjangan jumlah mahasiswa. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Strata Angkatan pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Sumber : Departemen Agribisnis FP USU, 2017

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada mahasiswa, sampel yaitu sebanyak 86 mahasiswa dan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya.

No Angkatan Jumlah Mahasiswa (orang) Sampel (orang)

1. 2014 128 128/620 x 86 = 18

2. 2015 155 155/620 x 86 = 21

3. 2016 172 172/620 x 86 = 24

4. 2017 165 165/620 x 86 = 23

Jumlah 620 86

3.4 Metode Analisis Data

Rataan Willingness to Pay (WTP)

𝐸𝑊𝑇𝑃 = ∑ 𝑊𝑖𝑃𝑓𝑖

𝑛

𝑖=1

Dimana :

EWTP = dugaan rataan WTP Wi = nilai WTP ke-i Pfi = nilai relatif

I = sampel ke-I yang bersedia membayar lebih terhadap pembelian nasi goreng

Hedonic Pricing Model

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi WTP sampel. Model yang digunakan adalah hedonik regresi.

Analisis Hedonic Pricing digunakan untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik nasi goreng tersebut dimana variabel bebas (X) yang terdiri dari tingkat kepuasan cita rasa, tingkat kepuasan pelayanan, dekorasi tempat, tingkat keramaian, jarak, tempat parkir, AC, WiFi, Franchise, Letak Restoran dan Private Room terhadap satu variabel terikat (Y) yaitu Willingness to Pay.

Dimana :

Y = Willingness to Pay (Rp)

α = Konstanta

a1,..,a3,b1,..,b8 = Koefisien Regresi

Y = α + a1X1 + a2X2 + a3X3 + b1D1 + b2D2 + b3D3 +b4D4 + b5D5 + b6D6 + b7D7 + b8D8 + e

X1 = Tingkat Kepuasan Cita Rasa (1 = tidak suka – 9 = sangat suka) X2 = Tingkat Kepuasan Pelayanan (1 = tidak suka – 9 = sangat suka) X3 = Dekorasi Tempat (1 = tidak suka – 9 = sangat suka)

D1 = Tingkat Keramaian (0 = Tidak ramai / 1 = Ramai) D2 = Jarak (0 = Dekat / 1 = Jauh)

D3 = Tempat Parkir (0 = Tidak ada / 1 = Ada) D4 = Ac (0 = Tidak ada / 1 = Ada)

D5 = WiFi (0 = Tidak ada/1 = Ada) D6 = Franchise (0 = Tidak ada/1 = Ada) D7 = Letak Restoran (0 = Non mall/1 = Mall) D8 = Private Room (0 = Tidak ada/1 = Ada)

e = Standard Error

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Pengujian normaitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig. KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig. KS < 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati

sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Dampak yang diakibatkan dengan adanya multikolinearitas antara lain yaitu:

1. Nilai standard error untuk masing-masing koefisien menjadi tinggi, sehingga t- hitung menjadi rendah

2. Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya variabel independen.

3. Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi (Priyatno, 2009:59-60).

Untuk mendeteksi ada tidak adanya multikolinearitas dengan melihat Tolerance dan VIF, sebagai berikut :

Tolerance > 0,1 dan VIF < 10 , Tidak terjadi multikolinearitas

Tolerance < 0,1 dan VIF > 10 , Terjadi multikolinearitas (Priyatno, 2009:60).

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Alghifari (2000), adanya heterokedastisitas artinya varians variabel dalam model tidak sama (konstan). Konsekuensi adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah penaksir (estimation) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya (tidak bias) dan bertambahnya sampel yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini disebabkan oleh variasn-nya yang tidak minimum atau tidak efisien. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji statistik Glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas.

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi R2 merupakan suatu nilai statistic yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana varuabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Firdaus, 2011).

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar anatara 0 < R2< 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari bariabel terikat, demikian pula sebaliknya.

2. Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap bariabel dependen. Artinya X1, X2, X3, dan X4

hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya bahwa secara serempak variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap terikat.

Jika H1 diterima artinya bahwa secara serempak variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

3. Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan adalam ilmu sosial adalah 5% dan 10% (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika sig. t ≤ 0,05 atau sig. t ≤ 0,1 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t ≥ 0,05 atau sig. t ≥ 0,1 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya bahwa variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Jika H1 diterima artinya bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Willingness to Pay adalah kesediaan mahasiswa untuk mengeluarkan biaya lebih atas nasi goreng yang mereka beli sesuai dengan kepuasan yang diterimanya.

2. Hedonic Pricing Model adalah model yang digunakan untuk melihat willingness to pay pembelian nasi goreng dengan variabel independen berdasarkan karakteristik dari nasi goreng tersebut.

3. Tingkat keramaian adalah tingkat dimana orang – orang pada berkumpul di satu tempat gerai nasi goreng dengan persepsi sendiri disetiap orang.

4. Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh satu tempat gerai nasi goreng dari sampel berada menuju tempat tersebut berdasarkan persepsi sendiri disetiap orang.

5. Tempat parkir adalah kawasan yang disediakan gerai atau restoran nasi goreng untuk memakirkan kendaraan para konsumen.

6. AC adalah fasilitas yang disediakan oleh gerai atau restoran untuk menyejukkan ruang makan.

7. WiFi adalah fasilitas yang disediakan oleh gerai atau restoran untuk keperluan akses internet.

8. Tingkat kepuasan cita rasa adalah tingkatan yang diberikan sampel dalam menilai kepuasan rasa yang ia terima.

9. Tingkat kepuasan pelayanan adalah tingkatan yang diberikan sampel dalam menilai kepuasan pelayanan yang ia terima.

10. Dekorasi tempat adalah penilaian penataan ruangan yang baik dan kreatif agar pembeli dapat merasa senang dan nyaman.

11. Franchise adalah usaha waralaba suatu gerai atau restoran dengan membuka cabang dibeberapa tempat agar memudahkan pembeli.

12. Private room adalah fasilitas restoran yang memiliki ruangan khusus untuk tamu yang ingin suasana lebih tenang dan pribadi.

13. Besar uang saku adalah sejumlah uang yang diberikan orang tua atau wali kepada mahasiswa.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sampel penelitian adalah Mahasiswa Strata 1 Program Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2014 sampai 2017.

3. Waktu penelitian tahun 2018.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Fisik dan Geografi

Penelitian dilakukan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara.

Universitas Sumatera yang memiliki luas 120 Ha yang terletak di tengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis sumber belajar baik dam bentuk cetak maupun elektronik.

Secara administratif, Fakultas Pertanian mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan jalan Bioteknologi Sebelah Selatan berbatasan dengan jalan Dr. A. Sofian Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Prof. Hanafiah Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Tri Dharma

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara memiliki 7 jurusan yang terdiri dari : Agroekoteknologi, Agribisnis, Ilmu dan Teknologi Pangan, Peternakan, Keteknikan Pertanian, Kehutanan, dan Manajemen Sumberdaya Perairan.

4.1.2. Sejarah Singkat Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Program Studi

Program Studi SEP/Agribisnis berada di bawah naungan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian berdiri bersamaan dengan pendirian Fakultas Pertanian USU pada tanggal 16 November 1956 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara berdasarkan SK Meneteri No.8691/S pada tanggal 25 Agustus 1958. Pada awal pendiriannya sejak 1957 hingga tahun 1967, gedung Departemen Sosial Ekonomi Pertanian berada di Jl. Seram Nomor 4 dan Jl. Jogja 30 (sekarang Kantor Gubernur Sumatera Utara). Sejak tahun 1967 hinga tahun 1974 Departemen Sosial Ekonomi menggunakan gedung bekas SMA Andalas di Jl Cik Ditiro No. 8, Medan. Akhirnya pada tahun 1974 hingga saaat ini

Program Studi SEP/Agribisnis berada di bawah naungan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian berdiri bersamaan dengan pendirian Fakultas Pertanian USU pada tanggal 16 November 1956 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara berdasarkan SK Meneteri No.8691/S pada tanggal 25 Agustus 1958. Pada awal pendiriannya sejak 1957 hingga tahun 1967, gedung Departemen Sosial Ekonomi Pertanian berada di Jl. Seram Nomor 4 dan Jl. Jogja 30 (sekarang Kantor Gubernur Sumatera Utara). Sejak tahun 1967 hinga tahun 1974 Departemen Sosial Ekonomi menggunakan gedung bekas SMA Andalas di Jl Cik Ditiro No. 8, Medan. Akhirnya pada tahun 1974 hingga saaat ini

Dokumen terkait