• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Strategis Jangka Panjang

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS (Halaman 53-58)

Penyerapan Dana APBN

4.1. Tujuan Strategis Jangka Panjang

BAB IV: TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Tujuan Strategis Jangka Panjang

Pada akhir tahun 2025, kondisi (outcome) yang diharapkan akan terjadi perubahan pada empat ranah utama, yakni:

1. Korban.

Terbukanya peluang yang lebih besar bagi perempuan korban dan rentan kekerasan serta diskriminasi berlapis, termasuk tapi tidak terbatas pada: perempuan miskin, perempuan migran, perempuan dalam prostisusi, perempuan adat, perempuan PRT, perempuan Minioritas seksual dan agama, perempuan dalam disabilitas, perempuan dalam tahanan dan serupa tahanan, statelesss perempuan dan WHRD dalam mengakses hak-hak mereka atas: kebenaran, keadilan dan pemulihan.

Indikator untuk perubahan kondisi di ranah korban, antara lain:

a) Meningkatnya pengakuan dan dukungan dari Negara terhadap pengalaman dan kebutuhan perempuan korban kekerasan dalam seluruh konteks dan dimensi kekerasan

b) Menguatnya mekanisme yang memudahkan korban untuk mengakses hak-haknya, atas inisiatif Negara maupun masyarakat

c) Meningkatnya kemampuan (kesadaran dan keterampilan dan inisiatif, termasuk untuk membangun mekanisme) korban dalam mengakses hak-haknya.

2. Negara.

Negara mampu melaksanakan tanggungjawab konstitusionalnya dan menunjukkan akuntabilitasnya untuk perlindungan, pemajuan, penegakan & pemenuhan HAM, khususnya dalam penghapusan Kekerasasan terhadap Perempuan.

Indikator untuk perubahan kondisi di ranah negara, antara lain: 3. Masyarakat

Terbangunnya masyarakat yang kritis, menghargai kebhinekaan dan aktif memperjuangkan HAM dan memutus rantai kekerasan, khususnya penghapusan segala bentuk KtP.

Indikator untuk perubahan kondisi di ranah masyarakat, antara lain: 4. Lembaga Nasional HAM

Kepemimpinan Komnas Perempuan sebagai LNHAM dengan mandate spesifik, semakin dipercaya dan diakui oleh korban, gerakan perempuan maupun gerakan sosial, serta negara, baik di tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional.

Indikator untuk perubahan kondisi di ranah kelembagaan nasional HAM, antara lain:

4.2.

Tujuan

Jangka Pendek

Pada akhir tahun 2019, kondisi (Intermediate outcome) yang diharapkan akan terjadi perubahan antara lain berupa :

Pencapaian Tujuan Jangka Panjang 1: Terbukanya peluang yang lebih besar bagi perempuan korban dan rentan kekerasan serta diskriminasi berlapis dan/atau multidimensional, termasuk tapi tidak terbatas pada: perempuan miskin, perempuan migran, perempuan dalam prostisusi, perempuan adat, perempuan PRT, perempuan dengan orientasi seksual, identitas gender dan ekspresi gender yang berbeda; perempuan minoritas agama, perempuan dengan disabilitas, perempuan dalam tahanan dan serupa tahanan, perempuan tanpa kewarganegaraan dan perempuan pembela HAM dalam mengakses hak-hak mereka atas: kebenaran, keadilan, pemulihan dan jaminan atas ketidakberulangan, akan dicapai melalui beberapa Hasil Tujuan Jangka Pendek (Intermediate Outcome), yakni:

48 1) Tersedianya mekanisme penguatan kapasitas dan konsolidasi korban di wilayah

pelanggaran HAM masa lalu, konflik sosial dan bencana alam

2) Tercipta dan menguatnya ruang-ruang dialog antara komunitas korban dan pemerintah/pengambil kebijakan, di tingkat nasional dan daerah

3) Menguatnya kesadaran dan kapasitas korban dalam melakukan pengaduan dan mengakses hak-hak pemulihannya

4) Meningkatnya akses korban terhadap pemenuhan hak-hak SIPOL dan ECOSOC (layanan kesehatan, medis, psikologis, hukum, pemberdayaan ekonomi, perumahan,) dalam kasus Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks Perkawinan, keluarga & Relasi Personal 5) Meningkatnya keterlibatan aktif komunitas penyitas, dan korban dalam memantau dan

memperbaiki kapasitas negara dan masyarakat untuk pemenuhan Hak Korban

6) Meningkatnya regulasi yang berpihak pada perempuan korban yang miskin dan tinggal di daerah terpencil dan implementasinya

7) Menguatnya kesadaran kritis dan kapasitas korban dalam pemantauan, pemulihan, advokasi dan berorganisasi/ berkonsolidasi untuk mengurai persoalan kekerasan terhadap perempuan dalam konteks pemiskinan perempuan

8) Tercipta dan menguatnya ruang-ruang dialog antara komunitas korban dan pemerintah/pengambil kebijakan di tingkat nasional dan daerah

9) Menguatnya mekanisme layanan bagi korban KS dengan memperhatikan kebutuhan khusus dari kelompok rentan

10) Menguatnya kelompok dukungan (support group) bagi korban Kekerasan Seksual 11) Meningkatnya kesadaran korban untuk mengungkapkan kasus KS

12) Terimplementasinya sistem pendokumentasian pengalaman kekerasan oleh komunitas korban secara mandiri dan berkelanjutan, dan digunakan untuk mengadvokasi hak-haknya

13) Menguatnya inisiatif komunitas korban untuk mendukung mekanisme penanganan, perlindungan, dan pemulihan.

14) Menguatnya inisiatif komunitas korban untuk mendorong upaya perubahan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang diskriminatif di nasional dan daerah

15) Terintegrasinya perlindungan dan dukungan bagi perempuan pembela HAM dalam pembahasan revisi UU HAM dan kebijakan lainnya yang relevan

16) Lebih terbukanya akses bagi perempuan pembela HAM untuk mendapatkan perlindungan atas hak-haknya dan kemudahan dalam menjalankan perannya sebagai perempuan pembela HAM

17) Tumbuh berkembangnya perempuan korban kekerasan yang bertransformasi menjadi penyintas dan perempuan pembela HAM

18) Diakuinya komnas perempuan sebagai salah satu situs memorialisasi pelanggaran ham masa lalu

Pencapaian Tujuan Jangka Panjang 2: Negara mampu melaksanakan tanggungjawab konstitusionalnya dan menunjukkan akuntabilitasnya untuk perlindungan, pemajuan, penegakan & pemenuhan HAM, khususnya dalam penghapusan Kekerasasan terhadap Perempuan, akan dicapai melalui beberapa Hasil Tujuan Jangka Pendek (Intermediate Outcome), yakni:

1. Terintegrasinya isu HAM Perempuan dalam kebijakan reformasi sektor keamanan/SSR dan sistem pendidikan sejarah nasional

2. Tersedianya mekanisme dukungan pemenuhan hak dasar perempuan untuk korban pelanggaran ham masa lalu, konflik dan bencana oleh K/L; termasuk layanan bantuan ekonomi, pelayanan kesehatan, dll

3. Menguat dan meluasnya komitmen serta insiatif pemerintah nasional dalam pemenuhan hak perempuan korban kekerasan, terutama korban pelanggaran ham masa lalu, termasuk membuat memorialisasi

49 4. Terimplementasinya Rencana Aksi (Nasional dan Daerah) Penanganan Konflik Sosial di

wilayah prioritas

5. Meningkatnya pemahaman lembaga-lembaga negara yang strategis tentang perubahan UU No 1 1974 tentang Perkawinan dengan perspektif hak asasi perempuan

6. Lahirnya regulasi yang mengatur tentang standar layanan dan standar sistem rujukan bagi perempuan korban kekerasan, termasuk dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pemerintahan desa

7. Menguatnya dukungan negara dalam memfasilitasi organisasi lembaga pengada layanan berbasis masyarakat untuk pencegahan dan penanganan termasuk pelaksanaan peran P2TP2A

8. Meningkatnya inisiatif APH melakukan terobosan hukum untuk meminimalisir kriminalisasi perempuan korban dan meningkatkan akses keadilan bagi korban, Kekerasan terhadap perempuan dalam konteks Perkawinan, keluarga & Relasi Personal; termasuk perlindungan dan jaminan pemenuhan hak perempuan dan anak pasca perceraian dan penguatan akses peradilan bagi perempuan korban di daerah terpencil 9. Bertambahnya pengetahuan para pembuat kebijakan tentang persoalan pemiskinan

perempuan akibat pembangunan

10. Adanya harmonisasi kebijakan di tingkat nasional dan daerah tentang penanganan persoalan pekerja migran di dalam dan di luar negeri

11. Tersedianya kebijakan untuk melindungi PRT, perempuan adat dan pekerja di industry hiburan di tingkat regional, nasional, dan daerah

12. Tersedianya regulasi/kebijakan di tingkat nasional dan daerah yang lebih melindungi perempuan korban KS

13. Terselenggaranya Sistem Peradilan Pidana Terpadu Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (SPPT-PKKTP)

14. Menguatnya sistem pencegahan dan penanganan Kekerasan Seksual yang terlembaga dalam Lembaga Negara, lembaga pendidikan, tempat kerja dan organisasi

15. Terintegrasinya pembahasan isu KS dalam penggunaan indikator kebijakan konstitusional dalam penyusunan peraturan di tingkat nasional dan daerah

16. Terbentuknya payung hukum yang mengatur tentang sistem rujukan (dalam kaitan SPPT PKKTP) untuk penanganan dan perlindungan hak-hak perempuan korban, termasuk perempuan korban kekerasan di tingkat nasional dan daerah

17. Menguatnya asistensi K/L strategis terhadap pemerintah daerah dalam memastikan penegakan HAM dan hak konstitusional perempuan dalam regulasi kebijakan di tingkat daerah

18. Terbentuknya peraturan perundang-undangan atau kebijakan yang menjadi dasar dilakukannya JR terbuka di MA

19. Digunakannya buku pedoman pengujian kebijakan konstitusional yg disusun oleh KP sebagai acuan pemerintah nasional dan daerah

20. Terbangunnya pengetahuan APN, APH, dan Parlemen tentang kerentanan perempuan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik

21. Lahirnya regulasi yang melindungi perempuan pembela HAM dan mendukung pembelaan HAM

22. Meningkatnya upaya negara untuk melindungi dan tidak mengkriminalisasi perempuan pembela HAM karena perannya sebagai pembela HAM

23. Menguatnya dukungan negara terhadap KP sebagai mekanisme HAM nasional perempuan

24. Semakin menguatnya konsolidasi 3 NHRI dalam advokasi pemenuhan HAM

25. Tersedianya pembahasan regulasi yang meneguhkan keberadaan dan peran lembaga-lembaga HAM nasional

50  Pencapaian Tujuan Jangka Panjang 3: Terbangunnya masyarakat yang kritis, menghargai kebhinekaan dan aktif memperjuangkan HAM dan memutus rantai kekerasan, khususnya penghapusan segala bentuk KtP, akan dicapai melalui beberapa Hasil Tujuan Jangka Pendek (Intermediate Outcome), yakni:

1) Menguatnya upaya pendampingan korban/komunitas korban oleh lembaga layanan dan organisasi masyrakat sipil lainnya

2) Menguatnya inisiatif masyarakat dalam melakukan memorialisasi pelanggaran HAM di wilayahnya masing-masing

3) Menguatnya kapasitas lembaga layanan untuk mengintegrasikan isu pelanggaran ham masa lalu konflik dan bencana di dalam kerja pendampingannya

4) Meningkatnya penggunaan ruang-ruang budaya masayarakat untuk mendukung pemulihan korban

5) Meningkatnya peran dan kerjasama lintas organisasi/institusi masyarakat/agama dalam pencegahan, penanganan dan advokasi perundang-undangan dan kebijakan tentang perlindungan korban

6) Menguatnya sinergi dan konsolidasi gerakan perempuan termasuk Forum Pengada Layanan dan organisasi masyarakat lainnya untuk pemberdayaan korban dan penyintas 7) Meningkatnya kerja-kerja kerelawanan untuk mendukung korban KDRT dan kekerasan

dalam relasi personal

8) Meningkatnya pemberitaan media dan respon publik yang berprespektif korban dalam upaya pencegahan dan penanganan perempuan korban kekerasan

9) Meningkatnya upaya penyebarluasan pengetahuan tentang kerentanan perempuan korban kekerasan terutama kekerasan dalam relasi personal, baik oleh tokoh masyarakat maupun media

10) Menguatnya jejaring antara organisasi perempuan dan institusi pengada layanan berbasis masyarakat, dan organisasi masyarakat lainnya untuk menyikapi KtP dalam konteks pemiskinan

11) Menguatnya konsolidasi dan kapasitas organisasi-organisasi yang bekerja dalam isu migran, utamanya serikat buruh migran dalam mempengaruhi kebijakan, isu perempuan adat, PRT dan Perempuan yang bekerja di sector hiburan

12) Meningkatnya dan meluasnya advokasi bersama mitra dan kelompok strategis untuk mendorong lahirnya UU Kekerasan Seksual

13) Meningkatnya keterlibatan media dalam menyebarluaskan informasi tentang pencegahan dan penanganan KS yang sensitif korban

14) Penguatan mitra dan jaringan yang terlibat dalam pencegahan dan perlindungan kelompok rentan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik

15) Meningkatnya dukungan gerakan perempuan dan gerakan masyarakat sipil dalam pencegahan kekerasan dan pemenuhan hak-hak korban (dukungan ini juga bermakna sinergi lintas isu)

16) Menguatnya pengetahuan gerakan perempuan dan gerakan sipil lainnya tentang KtP dan fundamentalisme agama

17) Menguatnya ruang-ruang dialog lintas stakeholder, termasuk partai politik dalam menyikapi soal KtP dan fundamentalis agama

18) Bertambahnya inisiatif dan kebijakan lembaga pendidikan dan organisasi-organisasi strategis lainnya untuk membuka akses dan prioritas kepada perempuan pembela HAM 19) Meluasnya pemahaman, pengakuan dan dukungan publik untuk kerja-kerja perempuan

pembela HAM

20) Semakin terkonsolidasinya gerakan perempuan dan gerakan sosial baik di tingkat lokal, dan nasional untuk lebih responsif dan berperan strategis dalam mendorong perlindugan dan dukungan terhadap perempuan pembela HAM dan pembelaan HAM lainnya

51 21) Menguatnya pemahaman dan keterlibatan pekerja sosial sebagai bagian dari pembela

HAM

22) Terintegrasinya pemahaman HAM berkeadilan gender dan gerakan pembelaan HAM dalam pendidikan pekerja sosial

23) Semakin meningkatnya dukungan dan keterlibatan publik bagi kerja-kerja KP

24) Semakin banyaknya pihak masyarakat termasuk media yang mengangkat 7 isu prioritas KP

25) Solidaritas dan kerelawanan untuk menopang sumberdaya dan sumberdana kerja-kerja/lembaga penghapusan KtP

Pencapaian Tujuan Jangka Panjang 4: Kepemimpinan Komnas Perempuan sebagai LNHAM dengan mandat spesifik, semakin dipercaya dan diakui oleh korban, gerakan perempuan maupun gerakan sosial, serta negara, baik di tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional, akan dicapai melalui beberapa Hasil Tujuan Jangka Pendek (Intermediate Outcome), yakni:

1) Menguatnya strategi advokasi KP tentang pelanggaran HAM masa lalu di tingkat nasional, regional dan internasional

2) Menguatnya kapasistas KP dalam melakukan pemantauan dan pelaporan pelanggaran HAM

3) Menguatnya tata kelola data, informasi dan pemngetahuan KP terkait GBV dalam pelanggaran HAM masa lalu, konflik dan bencana

4) Adanya informasi tentang KtP dalam konteks perkawinan, keluarga dan relasi personal yang komprehensif, sistematis, mudah diakses

5) Tersedianya ruang-ruang untuk membangun pengetahuan yang berkelanjutan tentang persoalan perempuan dalam perkawinan dan relasi personal lainnya

6) Adanya data yang terolah sebagai bahan laporan ke makanisme HAM nasional, regional dan internasional sebagai bentuk akubtabilitas Komnas Perempuan sebagai NHRI

7) Menguatnya pengetahuan KP tentang KtP dalam konteks pemiskinan akibat pembangunan

8) Menguatnya tata kelola dan diseminasi data, informasi pengetahuan tentang KtP dalam konteks pemiskinan akibat pembangunan

9) Tersedianya strategi dan alat advokasi KP tentang KtP dalam konteks pemiskinan akibat pembangunan sebagai basis advokasi lokal, Nasional, Regional, Internasional

10) Tersedianya masukan Komnas Perempuan tentang grand design pembangunan berbasis HAM dan gender

11) Menguatnya tata kelola dan diseminasi data, informasi & pengetahuan terkait isu Kekerasan Seksual

12) Tersedianya pelaporan tentang KS sebagai basis advokasi di tingkat nasional, regional dan internasional

13) Menguatnya peran KP sebagai pusat rujukan dan Tata kelola pengetahuan tentang KtP dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama

14) Menguatnya pemahaman tentang konsep PDML sebagai dasar pemantauan dan pemulihan hak-hak korban dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama

15) Menguatnya pengintegrasian isu kekerasan terhadap perempuan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik dalam mekanisme kerja KP

16) Tersedianya mekanisme yang responsif terhadap percepatan perkembangan persoalan isu 5

17) DIadopsinya masukan KP terhadap RPJMN 2020-2024 yang mengintegrasikan kerentanan dan kebutuhan perempuan korban kekerasan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik

52 18) Terintegrasinya isu kerentanan perempuan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik dalam modul HAM BG KP

19) Menguatnya peran KP dalam mendorong terintegrasinya hasil 4.E.8 pendokumentasian pengalaman kekerasan perempuan dalam konteks diskriminasi dan politisasi identitas atas nama agama, moralitas, budaya dan kepentingan politik dalam setiap pelaporan NHRI

20) Meluasnya dan semakin tersinerginya jaringan di tingkat Regional dan Internasional untuk perempuan pembela HAM dan isu-isu HAM perempuan

21) Tersedianya mekanisme dukungan dan perlindungan KP untuk perempuan pembela HAM 22) Tersedianya dan terlaksananya roadmap advokasi dan penguatan gerakan sosial untuk

perlindungan dan dukungan perempuan pembela HAM

23) Tersedianya informasi dan pengetahuan yang komprehensif dan termutakhirkan tentang perempuan pembela HAM

24) Adanya perbaikan sistem pengelolaan kelembagaan, mitra dan dukungan terhadap perempuan HAM

Secara periodik, capaian jangka menengah akan dievaluasi untuk mengukur hasil yang telah diperoleh dari setiap tahapan, serta untuk melihat bagaimana kontribusi dan keterkaitan antar capaian untuk mewujudkan tujuan akhir. Adapun matriks Rencana Strategis Tahun 2015-2019 yang digunakan terdapat di lampiran 1.5.1

Dalam dokumen RENCANA STRATEGIS (Halaman 53-58)

Dokumen terkait