• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya R. Soerjo

5.2.4 Tumbuhan untuk tali, anyaman, dan kerajinan

Berdasarkan hasil analisis vegetasi diperoleh spesies yang berguna sebagai tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yaitu anggrung (Trema

42

orientalis) dari famili Ulmaceae. Kulit anggrung (Trema orientalis) yang liat dan berair merupakan bahan yang dapat digunakan untuk membuat tambang. Selain itu, kayu dari spesies ini juga dapat digunakan sebagai bahan pembuat kotak teh dan kayu ini baik sekali untuk bahan membuat korek api. Spesies lain adalah pandan (Pandanus sp.) dari famili Pandanaceae yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan anyaman. Spesies lain yang berpotensi sebagai bahan kerajinan yaitu tutup (Macaranga sp.) yang termasuk famili Euphorbiaceae. Menurut Rahmanto (2000) diacu dalam Suita dan Nurhasybi (2009) kayu dari Macaranga sp. tidak awet namun mudah dikerjakan sehingga tanaman ini dapat digunakan untuk membuat sarung pisau, gagang pacul, dan kelom-kelom kayu. Selain itu juga kayunya sering digunakan untuk konstruksi sementara dan secara khusus pada bagian rumah yang tidak kontak dengan tanah. Kayunya juga baik digunakan untuk papan, kotak, alat-alat pelampung, peti kemas, korek api, dan kayu bakar. Tutup (Macaranga sp.) merupakan spesies pioner yang mudah tumbuh pada lahan sekunder dan lahan terbuka. Contoh tumbuhan penghasil tali,anyaman dan kerajinan tersaji pada Gambar 10.

(a) (b)

Gambar 10. Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan : (a) Pandan (Pandanus sp.), (b) Tutup (Macaranga sp).

5.2.5 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin

Pewarna nabati adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan-bahan ini biasanya diekstak dengan jalan fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Sedangkan, Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, memiliki rasa yang pahit dan kelat, seringkali tanin berasal dari ekstrak pepagan atau bagian

lain terutama daun, buah dan puru (galls). Tanin nabati dapat digunakan untuk proses penyamakan dengan cara pengunaan langsung atau dipekatkan dengan cara mengekstrak kembali bahan taninnya (Lemmens & Soetjipto 1999).

Berdasarkan hasil analisis vegetasi diperoleh spesies tumbuhan yang mempunyai potensi untuk menghasilkan bahan pewarna adalah kacang-kacangan (Clitoria ternatea), bima (Symplocos lucida), anggrung (Trema orientalis), dan pasang (Quercus sundaica). Spesies kacang-kacangan (Clitoria ternatea) dapat digunakan sebagai pewarna makanan atau barang anyaman dengan menggunakan bunganya yang berwarna biru nila dan daunnya sebagai pewarna hijau (Pitojo & Zumiati 2009). Selain itu, jika bunganya diremas-remas dengan menggunakan air dan cuka dapat digunakan untuk mewarnai pakaian. Namun, kekurangan dari pewarna ini jika digunakan untuk pewarna pada pakaian yaitu warnanya tidak dapat bertahan lama (Heyne 1987).

Tumbuhan penghasil warna lainnya yaitu anggrung (Trema orientalis) yang menghasilkan warna cokelat dari bagian kulitnya. Pewarna dari spesies ini biasanya digunakan untuk menyamak jala. Selain itu, pewarna ini juga dapat digunakan untuk mengawetkan tambang-tambang ikan terhadap air laut. Spesies lain yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna adalah bima (Symplocos lucida). Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999) bagian daun dari spesies Symplocos lucida (bima) dapat digunakan sebagai bahan pewarna dengan menghasilkan warna kuning.

Spesies tumbuhan lain yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak adalah pasang (Quercus sundaica). Kadar bahan penyamak dari spesies ini tidak terlalu tinggi sehingga proses penyamakan tidak dapat berjalan dalam jangka waktu yang pendek. Namun, hasil dari penyamakan dengan menggunakan bahan penyamak dari kulit pasang (Q. sundaica) lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penyamakan menggunakan kulit akasia.

5.2.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan (Sudarmo 2005). Hasil dari analisis vegetasi diketahui spesies tumbuhan yang berpotensi menjadi bahan pestisida nabati yaitu lempuyangan

44

(Globba marantina), kacang-kacangan (Clitoria ternatea), remejun (Euphatorium riparium). Spesies lempuyanan dan kacang-kacangan seperti yang terdapat pada gambar di atas dapat digunakan sebagai racun ikan. Bagian tumbuhan dari spesies kacang-kacangan (Clitoria ternatea) yang dapat dijadikan sebagai racun ikan adalah tunas bunga. Sedangkan untuk spesies lempuyangan (Globba marantina) bagian yang digunakan adalah bijinya. Ekstrak biji yang diencerkan dengan perbandingan 1:2000 dapat beracun untuk ikan

Spesies remejun (Euphatorium riparium) dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Menurut Yunita et al. (2009) senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak daun Euphatorium riparium merupakan penyebab kematian larva Aedes aegypti karena senyawa bioaktif tersebut dapat berfungsi sebagai toksikan. Senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ekstrak daun Euphatorium riparium adalah saponin, tanin, steroid, dan kuinon. Menurut Hopkins dan Huner (2004) diacu di dalam Yunita et al. (2009) saponin merupakan bahan yang mirip dengan deterjen mempunyai kemampuan untuk merusak membran. Tanin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap serangga dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna makanan karena tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan sehingga proses penyerapan protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu. Senyawa tanin, kuinon, dan saponin memiliki rasa yang pahit sehingga dapat menyebabkan mekanisme penghambatan makanan pada larva. Rasa pahit yang menyebabkan larva tidak mau makan sehingga larva akan kelaparan dan akhirnya mati (Yunita et al. 2009). Contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai pestisida nabati tersaji pada Gambar 11.

(a) (b)

Gambar 11. Contoh tumbuhan penghasil pestisida nabati : (a) lempuyangan (Globba marantina) , (b) kacang-kacangan (Clitorea ternatea).

Saat ini, pestisida nabati banyak digunakan oleh petani karena mahalnya harga pestisida kimia. Selain itu, penggunaan pestisida kimia dapat menimbulkan pencemaran jika digunakan dalam dosis yang besar dan secara berulang-ulang. Oleh karena itu, alternatif dari penggunaan pestisida kimia adalah dengan menggunakan pestisida nabati. Penggunaan pestisida nabati dapat mengurangi pencemaran lingkungan, selain itu harga dari pestisida nabati yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pestisida kimia.

Menurut Sudarmo (2005) keunggulan dari pestisida nabati adalah (1) harganya yang lebih murah dan mudah dibuat oleh petani, (2) relatif aman terhadap lingkungan, (3) tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, (4) sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, (5) kompatibel digabung dengan menggunakan cara pengendalian yang lain, (6) menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Namun, pestisida nabati juga memiliki beberapa kekurangan bagi petani yaitu (1) daya kerja dari pestisida nabati yang cenderung lambat, (2) tidak membunuh sasaran (hama) secara langsung, (3) tidak tahan terhadap sinar matahari, (4) kurang praktis, (5) tidak tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama, (6) terkadang dalam penggunaannya pestisida nabati harus disemprotkan berulang-ulang sehingga kurang efisien dan praktis.

5.2.7 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Bahan pakan (bahan makanan ternak) merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak (baik berupa bahan organik maupun anorganik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Berdasarkan hasil analisis vegetasi, ditemukan 6 spesies penghasil pakan ternak yaitu kopian (Glochidion macrocarpum), gebut (Aneilema nodiflorum), corok bathok (Bidens pilosa), codo (Elaeagnus latifolia), tebu sawur (Polygonum chinense), dan kacang-kacangan (Clitoria ternatea). Contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai pakan ternak tersaji pada Gambar 12.

46

(a)

(b)

Gambar 12 Contoh spesies tumbuhan penghasil pakan ternak : (a) gebut (Aneilema nodiflorum), (b) kopian (Glochidion macrocarpum). 5.2.8 Tumbuhan hias

Hasil dari analisis vegetasi ditemukan spesies tumbuhan yang berpotensi untuk tumbuhan hias yaitu kacang-kacangan (Clitoria ternatea). Tumbuhan ini merupakan terna menahun yang membelit ke kiri, pada pangkalnya sering berkayu. Spesies ini memiliki bunga yang berwarna biru nila sehingga sangat bagus jika dijadikan sebagai tumbuhan hias. Spesies lain yang juga berpotensi sebagai tumbuhan hias adalah anggrek (Macodes sp), sebra (Rubus fraxinifolius) dan corok bathok (Bidens pilosa). Contoh tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan hias tersaji pada Gambar 13.

(a) (b)

Gambar 13 Contoh spesies tumbuhan hias : (a) Anggrek (Macodes sp.), (b) Sebra (Rubus fraxinifolius).

5.2.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Hasil analisis vegetasi ditemukan spesies yang berguna sebagai penghasil kayu bakar yaitu Trema orientalis (anggrung). Tumbuhan ini merupakan pohon yang dapat tumbuh dengan cepat. Kayu yang dihasilkan dari spesies ini memiliki sifat yang tidak terlalu awet dan ringan. Oleh karena itu, kayu tersebut sering dicampur dengan kayu dari spesies pohon yang lain untuk digunakan sebagai kayu bakar. Selain anggrung (Trema orientalis), tumbuhan penghasil kayu bakar

lainnya adalah codo (Elaeagnus latifolia). Tumbuhan ini merupakan semak kecil memanjat dengan daun berbentuk lanset. Spesies ini mempunyai kayu yang berwarna kuning dan kayunya cukup keras sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar (kayu bakar). Salah satu contoh tumbuhan penghasil kayu bakar sebagaimana tersaji pada Gambar 14.

Gambar 14 Codo (Elaeagnus latifolia).

Dokumen terkait