• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 .2.1 Per ubahan Belanja Pem er intah Pusat M enur ut Jenis

Perubahan anggaran belanja pemerintah pusat menur ut jenis, terjadi pada semua jenis belanja, yaitu: (1) belanja pegawai; (2) belanja barang; (3) belanja modal; (4) pembayaran bunga utang; (5) subsidi; (6) belanja hibah; (7) bantuan sosial; ser ta (8) belanja lain-lain.

Dari semua jenis belanja pemerintah pusat, sebagian di antaranya secara langsung lebih sensitif ter hadap perubahan asumsi ekonomi makro, seperti misalnya pembayaran bunga utang dan belanja subsidi, sementar a beber apa jenis bel anja yang lain tidak secar a langsung berpengar uh terhadap per ubahan asumsi ekonomi makro. Dalam APBN-P 2011, sem ua j eni s bel anj a pem er i nt ah pusat t er sebut m engal am i per ubahan dengan kecenderungan meningkat, sehingga jumlah anggaran belanja pemerintah pusat dalam APBN-P 2011 menunjukkan peningkatan sekitar 8,6 persen, yaitu dari Rp836.578,2 miliar menjadi Rp908.243,4 miliar. Secara rinci, perubahan dari masing-masing jenis belanja ter sebut adalah sebagai ber ikut. Alokasi anggar an belanja pegawai dalam APBN-P 2011 ditetapkan sebesar Rp182.875,0 miliar , yang berarti meningkat Rp2.050,1 miliar atau 1,1 per sen dar i pagu yang ditetapkan dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp180.824,9 miliar . Lebih tingginya alokasi anggaran belanja pegawai dalam tahun 2011 ter sebut, t er ut ama ber kait an dengan adanya per ubahan al okasi anggar an pada pos bel anj a honorarium, vakasi, lembur dan lain-lain. Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai tahun 2010 yang mencapai Rp148.078,1 miliar, maka alokasi belanja pegawai tahun 2011 tersebut meningkat sebesar Rp34.796,9 miliar , atau 23,5 per sen.

Alokasi anggaran belanja gaji dan tunjangan dalam APBN-P 2011 dianggarkan sebesar Rp89.743,5 miliar. Jumlah ini ber ar ti mengalami peningkatan sebesar Rp17,3 miliar (0,02 per sen) dar i pagunya dal am APBN t ahun 2011 sebesar Rp89.726,2 m i l i ar . Tambahan anggar an bel anja pegawai pada pos belanja gaji dan tunjangan ter sebut ter utama dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan anggar an gaji pegawai bar u, dan kekur angan anggar an gaj i pegawai exi st i ng pada beber apa Kem ent er i an Negar a/ Lembaga.

Selanjutnya, alokasi anggaran pada belanja honorar ium, vakasi, lembur , dan lain-lain dalam APBN-P tahun 2011, dianggarkan sebesar Rp31.018,2 miliar, yang berar ti Rp1.227,0 miliar (4,2 persen) lebih tinggi dari pagunya dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp29.791,2 miliar. Tambahan anggaran belanja pegawai pada pos honorarium, vakasi, lembur dan l ai n-l ai n t er sebut t er ut am a di r encanakan unt uk m em enuhi kebut uhan t am bahan anggar an r emuner asi pada beber apa K/ L ber kait an dengan pelaksanaan pr ogr am reformasi birokr asi.

Sementara itu, anggaran belanja pegawai untuk kontribusi sosial dalam APBN-P tahun 2011 dianggar kan sebesar Rp62.113,3 miliar , yang ber ar ti Rp805,7 miliar (1,3 persen)

Bab I V Per ubahan Belanja Negar a

Nota Keuangan dan APBN-P 2011 I V-5

lebih tinggi dari pagu APBN tahun 2011 sebesar Rp61.307,5 miliar . Tambahan anggaran bel anja pegawai pada pos kont r i busi sosial t er sebut , ter ut am a dialokasikan untuk memenuhi kekur angan anggar an pembayar an m aanfaat pensiun tahun 2011. Selain itu, sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2010, maka mulai tahun 2011 akan dialokasikan program jaminan kesehatan bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR, DPD, BPK, Komisi Yudi sial, H akim M ahkam ah Konsti tusi dan H akim Agung M ahkam ah Agung.

Alokasi anggar an belanja bar ang dalam APBN-P 2011 ditetapkan sebesar Rp142.825,9 miliar. Jumlah ini, berarti Rp4.976,2 miliar (3,6 persen) lebih tinggi dari pagunya dalam APBN 2011 sebesar Rp137.849,7 miliar. Lebih tingginya pagu anggaran belanja bar ang dalam APBN-P t ahun 2011 ter sebut, ter ut am a ber kai tan dengan adanya t ambahan anggaran untuk progr am r ew ar d dan punishment belanja K/ L, dan tambahan anggaran unt uk penyel enggar aan SEA Games 2011. Apabi l a di bandingkan dengan r eal i sasi anggaran belanja barang dalam tahun 2010 sebesar Rp97.596,8 miliar , maka alokasi anggar an belanja barang dalam APBN-P 2011 lebih tinggi sebesar Rp45.229,1 miliar atau 46,3 per sen.

Sej alan dengan itu, alokasi an ggar an bel an j a m odal dal am APBN-P tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp140.952,5 miliar, yang berar ti Rp5.098,3 miliar, atau 3,8 persen lebih tinggi dar i pagu alokasi anggar an belanja modal yang ditetapkan dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp135.854,2 miliar. Lebih tingginya alokasi anggaran belanja modal dalam APBN-P tahun 2011 t er sebut , ter ut ama ber kai tan dengan tam bahan alokasi anggar an pada beber apa kement er ian negar a/ lem baga untuk menampung ber bagai pr ogram/ kegiatan yang menjadi pr ioritas, yang har us diselesaikan pada tahun 2011. Program-program ter sebut diantaranya adalah: (i) tambahan anggaran untuk pengadaan alutsista pada Kementerian Pertahanan sebesar Rp2.000,0 miliar ; dan (ii) pengalihan anggaran dari BA BUN untuk alutsista laut dan sarana kesehatan sebesar Rp41,5 miliar. Apabila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja modal dalam tahun 2010 sebesar Rp80.287,1 miliar , maka alokasi anggar an belanja modal dalam APBN-P tahun 2011 tersebut berarti lebih tinggi Rp60.665,4 miliar atau 75,6 per sen.

Pem bayar an bunga utang disusun dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian

pada akhir tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2011, yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam menetapkan asumsi imbal hasil (yield) SBN yang akan diterbitkan pada tahun 2011, asumsi r ata-rata SBI 3 bulan, dan asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat. Pada saat penyusunan APBN tahun 2011, yield SBN yang akan diterbitkan dalam tahun 2011 diasumsikan berada pada kisaran rata-rata 10 per sen untuk SBN jangka panjang, dan rata-r ata 6 per sen untuk SBN jangka pendek. Asumsi tersebut mengacu pada pergerakan yield pada akhir tahun 2009 sampai dengan par uh per tama tahun 2010 yang ber fluktuasi pada kisar an 5 – 10 persen pada bulan Oktober 2009, kemudian naik sedikit menjadi 6–10 persen pada bulan Desember 2009, dan meningkat lagi menjadi 7–10 persen pada bulan M aret 2010. Untuk tingkat bunga SBI 3 bulan, dan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amer ika Ser ikat mengacu pada asumsi yang ditetapkan dalam APBN, yaitu masing-masing sebesar 6,5 persen dan Rp9.250 per USD. Ber dasar kan hal ter sebut, pembayar an bunga utang dalam APBN tahun 2011 dir encanakan sebesar Rp115.209,2 miliar , terdiri dari bunga utang dalam negeri sebesar Rp79.396,0 miliar, dan bunga utang luar negeri sebesar Rp35.813,2 miliar.

Kondisi per ekonomian nasional yang semakin membaik sepanjang tahun 2010 sampai dengan saat ini, telah memberikan dampak positif terhadap perkir aan penurunan beban pembayar an bunga utang pada tahun 2011. Faktor -faktor yang mempengar uhi beban pembayaran bunga utang tersebut antara lain adalah perubahan asumsi tingkat bunga SBN-3 bulan menjadi tingkat bunga SPN dengan matur ity date 3 bulan dimana cenderung lebih r endah, dan nilai tukar r upiah ter utama ter hadap dolar Amer ika Ser ikat yang cenderung menguat secar a signifikan sejak kuartal I I I tahun 2010.

Ber dasar kan ber bagai per k em bangan t er sebut , pem bayar an bunga ut ang dal am APBN-P tahun 2011, diper kirakan menurun sebesar Rp8.625,4 miliar (7,5 persen dari pagu alokasi dalam APBN tahun 2011), sehingga menjadi sebesar Rp106.583,8 miliar. Jumlah ini terdiri dari bunga utang dalam negeri sebesar Rp76.613,7 miliar , dan bunga utang luar negeri sebesar Rp29.970,1 miliar . Penurunan perkir aan pembayaran bunga utang ter sebut ter utama disebabkan oleh lebih r endahnya pembayar an bunga utang dalam neger i sebesar Rp2.782,3 miliar, dan pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp5.843,1 miliar. Penurunan pembayaran bunga utang dalam negeri tersebut disebabkan oleh efisiensi dalam pengelolaan utang, yang didukung oleh per baikan kondisi pasar keuangan global, sehingga tingkat imbal hasil untuk penerbitan SBN dapat ditekan. Selain itu, penurunan pembayaran bunga utang dalam negeri juga disebabkan oleh penur unan asumsi tingkat bunga SBI 3 bulan dari 6,5 persen pada APBN 2011 menjadi 5,6 per sen. Fakt or lain yang m endukung efisiensi i ni adal ah pemi li han waktu pener bitan, dan pemilihan instrumen yang tepat, sehingga dapat mengur angi realisasi diskon yang harus dibayar kan pemer intah. Sedangkan penur unan pembayar an bunga utang luar neger i disebabkan oleh efisiensi dalam pengelolaan utang dalam mata uang asing, baik untuk pinjaman luar neger i dan SBN valas. Pemilihan waktu yang tepat untuk menerbitkan SBN Valas pada bulan M ei 2011, ser ta rencana penyesuaian target penerbitan SBN valas juga menjadi faktor yang menentukan besar nya jumlah bunga utang ter sebut. Selain itu, penurunan pembayaran bunga utang luar neger i juga disebabkan oleh menguatnya asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dar i Rp9.250 per USD pada APBN 2011 menjadi Rp8.700 per USD. Dari sisi pinjaman luar negeri r ealisasi penar ikan pi nj am an pr oyek yang r el at i f r endah pada sem est er I tahun 2011 m engaki batkan tertundanya pembayaran bunga pada tahun 2011.

Sementara itu, dalam APBN-P tahun 2011, anggar an belanja subsidi ditetapkan sebesar Rp237.194,7 miliar, yang berarti mengalami kenaikan sebesar Rp49.570,5 miliar, atau 26,4 per sen bila dibandingkan dengan pagu alokasi anggar an yang ditetapkan dalam APBN 2011 sebesar Rp187.624,3 miliar. Kenaikan beban anggaran belanja subsidi yang signifikan dibandingkan dengan pagunya dalam APBN tahun 2011 ter sebut, ter utama disebabkan oleh beber apa faktor antar a lain: (1) implikasi dar i adanya penyesuaian beberapa par ameter subsidi dengan perkembangan terkini, seperti harga minyak mentah I ndonesia (I CP), volume konsumsi BBM , dan kur s r upiah; (2) antisipasi r isiko fiskal subsidi listrik; (3) menampung kur ang bayar subsidi pupuk tahun 2008 dan 2009; dan (4) penyesuaian  terhadap  perubahan outstandi ng dan plafon kr edit pr ogram. Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja subsidi dalam tahun 2010 sebesar Rp192.707,0 miliar, maka alokasi anggaran belanja subsidi dalam APBN-P tahun 2011 tersebut ber arti lebih tinggi sebesar Rp44.487,7 miliar, atau sekitar 23,1 persen. Ber dasarkan perubahan-perubahan tersebut, beber apa jenis subsidi mengalami perubahan-perubahan alokasi anggaran dalam

Bab I V Per ubahan Belanja Negar a

Nota Keuangan dan APBN-P 2011 I V-7

APBN-P 2011, yaitu subsidi BBM , subsidi listrik, subsidi pupuk, PSO, subsidi bunga kr edit program, dan subsidi pajak (DTP). Rincian perubahan beban subsidi dalam tahun 2011 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I V.2.

Subsidi BBM dalam APBN-P 2011 diperkirakan mencapai Rp129.723,6 miliar, yang ber arti Rp 33.809,4 miliar atau 35,2 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBN 2011 sebesar Rp95.914,2 miliar . Lebih tingginya beban anggaran belanja subsidi BBM dalam tahun 2011 ter sebut, ter utama disebabkan oleh meningkatnya per kiraan asumsi harga minyak mentah I ndonesia (I CP) yang diperkirakan mencapai USD15 per bar el, dar i semula USD80 per bar el dalam APBN 2011 menjadi USD95 per barel dan dimasukkannya komponen subsidi PPN atas BBM , BBN dan LPG 3 Kg dalam perhitungan subsidi BBM (realokasi dar i pos subsidi pajak). Selain itu, tingginya beban subsidi BBM dalam tahun 2011 tersebut juga disebabkan oleh meningkatnya volume konsumsi BBM , yang sampai dengan akhir tahun 2011 diper kirakan 40,5 juta kilo liter, lebih tinggi 1,9 juta kilo liter dibandingkan dengan asumsi yang digunakan dalam APBN 2011 sebesar 38,6 juta kilo liter . Peningkatan volume konsumsi BBM , ter sebut terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan berkaitan dengan langkah-langkah pengaturan BBM ber subsidi ser ta tingginya dispar itas harga antar a BBM ber subsidi,

A. EN ERGI 136 .6 14,2 1,9 19 5.28 8 ,7 2,4 1. Subsidi BBM 95.914,2 1,4 129.723,6 1,7 2. Subsidi Listrik 40.700,0 0,6 65.565,1 0,7 B. N ON EN ERGI 51.0 10 ,1 0 ,7 41.9 0 6 ,0 0 ,7 1. Subsidi Pangan 15.267,0 0,2 15.267,0 0,2 2. Subsidi Pupuk 16.377,0 0,2 18.803,0 0,2 3. Subsidi Benih 120,3 0,0 120,3 0,0 4. PSO 1.877,5 0,0 1.849,4 0,0

5. Subsidi Kredit Program 2.618,2 0,0 1.866,2 0,0

6. Subsidi Pajak 14.750,0 0,2 4.000,0 0,2

Sumber : Kementerian Keuangan

TABEL I V.2

BELAN JA SU BSI D I , 20 11