• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Antidepresan dengan Metode Uji Open field

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.9 Uji Antidepresan dengan Metode Uji Open field

Open field test adalah uji yang digunakan untuk melihat perilaku eksplorasi, aktivitas motorik dan tingkat kecemasan dari hewan uji. Hewan uji dimasukkan kedalam kotak tanpa tutup, kemudian diamati durasi central square (waktu mencit berada di bagian tengah kotak), grooming, dan jumlah crossing (Gould et al., 2009).

Hasil penelitian ini terhadap durasi central square menunjukkan bahwa pada hari ke-0 tidak terdapat perbedaan yang signifikan durasi central square dari setiap kelompok (p=0,997). Hal tersebut menandakan bahwa mencit yang digunakan dalam percobaan ini berada dalam kondisi yang sama. Pada hari ke-14 setelah paparan stres, terjadi penurunan durasi central square pada mencit yang berbeda signifikan dengan kontrol normal (p=0,000). Penurunan durasi central square ini terjadi karena mencit merasa cemas atau stres sehingga mencit

cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya di dekat dinding (tigmotaksis) dibandingkan di bagian tengah dari kotak (Gould et al., 2009).

Pada hari ke-24 sesudah pemberian sediaan, terjadi peningkatan durasi central square dibandingkan dengan hari ke-14 pada saat mencit stres. Pemberian ekstrak dosis 50 mg/kg BB menyebabkan peningkatan durasi central square yang tidak berbeda dengan kontrol negatif (p=0,276), sehingga ekstrak dosis 50 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan durasi central square pada mencit yang depresi. Pemberian ekstrak dosis 100, 200 mg/kg BB dan sertralin mampu meningkatkan durasi central square mencit yang tidak berbeda dengan kontrol normal (p>0,05), akan tetapi berbeda dengan kontrol negatif (p<0,05).

Pada kontrol negatif terjadi penurunan durasi central square, hal tersebut menandakan bahwa mencit masih dalam kondisi stres. Sehingga pemberian ekstrak dosis 100, 200 mg/kg BB dan sertralin sebagai kontrol positif mampu meningkatkan durasi central square pada mencit yang stres ke kondisi normal.

Data durasi central square dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data durasi central square dengan metode OFT Kelompok

ap<0,05 dibanding dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibanding dengan kontrol positif, cp<0,05 dibanding kontrol normal.

Jumlah crossing atau jumlah total perilaku penyebarangan persegi selama waktu pengujian berlangsung digunakan untuk mengukur aktivitas lokomotor

hewan (Nordquist et al., 2017). Aktivitas lokomotor yang tinggi menandakan bahwa rendahnya tingkat kecemasan (Zimcikova et al., 2017).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pada hari ke-0 tidak terdapat perbedaan yang signifikan jumlah crossing antar kelompok mencit (p=0,124). Hal ini menandakan bahwa semua hewan yang digunakan dalam kondisi yang sama.

Pada hari ke-14 setelah paparan stres selama 14 hari, terjadi penurunan jumlah crossing pada mencit. Jumlah crossing pada hari ke-14 berbeda secara signifikan dengan kontrol normal (p=0,000). Hal ini terjadi dikarenakan mencit sudah mengalami stres yang ditandai dengan penurunan aktivitas pada lapangan terbuka dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk grooming atau duduk diam (Whishaw et al., 2006).

Pada hari ke-24 setelah pemberian sediaan selama 10 hari, terjadi peningkatan jumlah crossing pada mencit. Pemberian ekstrak dosis 50, 100, 200 mg/kg BB, dan sertralin mampu meningkatkan jumlah crossing pada mencit yang berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05) dan tidak berbeda signifikan dengan kontrol normal (p>0,05). Pada kontrol negatif terjadi penurunan jumlah crossing mulai hari ke-14 hingga hari ke-24, hal tersebut menandakan bahwa mencit masih berada dalam kondisi stres. Sehingga pemberian ekstrak dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB serta sertralin sebagai kontrol positif dapat meningkatkan jumlah crossing pada mencit stres kembali ke keadaan normal. Data jumlah crossing pada mencit dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Data jumlah crossing dengan metode OFT

ap<0,05 dibanding dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibanding dengan kontrol positif, cp<0,05 dibanding kontrol normal.

Grooming adalah perilaku khas yang dilakukan hewan untuk membersihkan diri dan mengatur suhu tubuh. Gerakan yang dilakukan mulai dari pembersihan kaki, wajah, anggota tubuh dan ekor (Whishaw et al., 2006).

Grooming adalah perilaku kompleks dan sensitif terhadap kondisi stres. Grooming berfungsi untuk mengukur tingkat stres dan kecemasan pada hewan uji (Smolinksky et al., 2009).

Berdasarkan Tabel 4.9, pada hari ke-0 tidak terdapat perbedaan durasi grooming dari setiap kelompok (p=0,578). Hal tersebut menandakan bahwa mencit yang digunakan dalam percobaan ini berada dalam kondisi yang sama.

Pada hari ke-14 setelah paparan stres selama 14 hari, terlihat peningkatan durasi grooming pada mencit yang berbeda signifikan dengan kontrol normal (p<0,05).

Peningkatan durasi grooming ini menandakan mencit mengalami stres.

Pada hari ke-24 setelah pemberian sediaan selama 10 hari, terjadi penurunan durasi grooming pada mencit. Namun, pemberian ekstrak dosis 50 mg/kg BB terjadi peningkatan durasi grooming pada mencit tetapi peningkatan durasi grooming berbeda dengan kontrol negatif (p=0,030), dan tidak menyamai efek yang ditimbulkan oleh kontrol positif dan kontrol normal (p<0,05), sehingga

ekstrak dosis 50 mg/kg BB tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan durasi grooming pada mencit yang stres. Pemberian ekstrak dosis 100 mg/kg BB dapat menurunkan durasi grooming yang berbeda dengan kontrol negatif (p=0,001) dan kontrol normal (p=0,050), tetapi tidak berbeda dengan kontrol positif (p=0,410). Sehingga pemberian ekstrak dosis 100 mg/kg BB dapat menurunkan durasi grooming sama seperti sertralin sebagai kontrol positif tetapi belum mampu menormalkannya. Pemberian ekstrak dosis 200 mg/kg BB dan sertralin dapat menurunkan durasi grooming pada mencit yang berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05) tetapi tidak berbeda signifikan dengan kontrol normal (p>0,05). Sehingga ekstrak dosis 200 mg/kg BB dan sertralin dapat menurunkan durasi grooming mencit yang stres ke kondisi normal. Pada kontrol negatif terjadi peningkatan durasi grooming, hal tersebut menandakan bahwa mencit masih berada dalam kondisi stres. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak dosis 100 dan 200 mg/kg BB berpotensi menurunkan durasi grooming pada mencit.

Tabel 4.9 Data durasi grooming dengan metode OFT Kelompok

ap<0,05 dibanding dengan kontrol negatif, bp<0,05 dibanding dengan kontrol positif, cp<0,05 dibanding kontrol normal.

Hasil penelitian menggunakan uji open field test menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol rimpang Curcuma heyneana (EERC) mampu

meningkatkan durasi central square, jumlah crossing serta menurunkan durasi grooming mencit yang stres. Hal tersebut terjadi karena adanya kurkumin yang termasuk senyawa polifenol yaitu flavonoid (Jurenka, 2009). Senyawa flavonoid diketahui mempunyai berbagai aktivitas farmakologis termasuk sebagai antidepresan dan mempengaruhi berbagai fungsi fisiologis dan biokimia dalam tubuh yaitu: (a) meningkatkan brain derived neurotrophic factor (BDNF); (b) memodulasi sistem monoaminergik dengan meningkatkan kadar serotonin, norepinefrin dan dopamin, yaitu dengan berinteraksi dengan reseptor 5-HT1A presinaptik, noradrenergik α2, dan reseptor dopaminergik D1, D2, dan D3. Juga dengan menghambat aktivitas enzim monoamine oksidase; (c) aktivitas neuroprotektif; (d) keterlibatan sumbu HPA (Hritcu dkk, 2017).Sehingga pemberian EERC dapat memperbaiki aktivitas lokomotor mencit untuk beraktivitas menjadi lebih baik dan optimal.

Dokumen terkait