• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.2. Uji Asumsi Klasik

4.2.2.4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena obsevasi yang

berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lain. Hal ini sering

ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi

masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson

1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi posotif,

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,

3. Angka diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,962a ,925 ,922 6,65542E7 1,386

a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil 2010-2013, Dana Alokasi Khusus 2010-2013, Dana Alokasi Umum 2010-2013, Pendapatan Asli Daerah 2010-2013

b. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013 Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015

Dari tabel diatas memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,386. Angka ini

terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapatt disimpulkan bahwa

tidak ada terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

4.2.3. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan

bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa

regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian

hipotesis. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut ini :

4.2.3.1. Koefisien Korelasi dan koefisien Determinasi (Goodness of Fit)

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi

atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.

Koefisien korelasi dikatakan kuat jika nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati

merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinasi (�2)

mencerminkan kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen.

Koefisien korelasi dan koefisien determinasi dari model penelitian dapat

dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Koefisien korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,962a ,925 ,922 6,65542E7

a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil 2010-2013, Dana Alokasi Khusus 2010-2013, Dana Alokasi Umum 2010-2013, Pendapatan Asli Daerah 2010-2013

b. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013 Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015

Tabel menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,962 yang

berarti bahwa korelasi antar variabel independen dengan variabel

dependennya berpengaruh signifikan positif didasarkan pada nilai R yang

berada di atas 0,5%.

Nilai R square (�2) atau nilai koefisien deteminasi pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai (�2) adalah diantara nol dan satu. Nilai 2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum �2 untuk data silang

(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara

biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Nilai sebesar 92,5

mempunyai arti bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil mampu dijelaskan oleh variabel Belanja

Langsung sebesar 92,5%, sedangkan sisanya sebesar 7,5 % dijelaskan oleh

faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.

4.2.3.2. Uji Simultan (Uji F)

Signifikansi model regresi secara simultan diuji denga melihat

perbandingan F-tabel dan F-hitung. Selain itu akan dilihat nilai signifikansi

(sig), dimana jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen dinyatakan

berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis untuk uji F adalah

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan

Dana Bagi Hasil memiliki pengaruh secara simultan terhadap Belanja

Langsung. Uji F ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung

dengan ketentuan :

Jika F-hitung < F-tabel pada α = 0,05, maka H5 ditolak, Jika F-hitung > F-tabel pada α = 0,05, maka H5 diterima. Nilai F-hitung dan nilai signifikansi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.897E18 4 1.724E18 389.241 .000a

Residual 5.625E17 127 4.429E15

Total 7.459E18 131

a. Predictors: (Constant), Dana Bagi Hasil 2010-2013, Dana Alokasi Khusus 2010-2013, Dana Alokasi Umum 2010-2013, Pendapatan Asli Daerah 2010-2013

b. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013

Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015

Dari hasil analisis regresi ini, didapat F-hitung adalah 389,241 dengan

signifikansi sebesar 0.000 (p = 0,000; p < 0,05). Signifikan F sebesar 0.000

menunjukkan tingkat kesalah yang akan ditanggung sebagai peneliti bila

menolak hipotesa nol. Dengan demikian, maka tingkat kesalahan yang akan

ditanggung jika peneliti mengatakan bahwa X1, X2, X3 dan X4 mampu

menjelaskan Y adalah 0.000. Tingkat kesalahan ini sangat jauh dibawah nilai

α yang sudah ditetapkan diawal yaitu 5%.

Adapun nilai F-tabel untuk α = 0.05 dengan pembilang sebesar 4 dan penyebut sebesar 28 adalah 2,7141. Maka diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (389,241

> 2,7141). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli

Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil

4.2.3.3. Hasil model Estimasi dan Uji Parsial (Uji t) 1) Hasil Model Estimasi

Tabel 4.8 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.812E7 1.441E7 4.728 .000

Pendapatan Asli Daerah 2010-2013

.908 .053 .664 17.239 .000 .401 2.495

Dana Alokasi Umum 2010-2013

.439 .039 .416 11.163 .000 .427 2.340

Dana Alokasi Khusus 2010-2013

.041 .086 .012 .473 .637 .868 1.152

Dana Bagi Hasil 2010-2013

-.220 .197 -.045 -1.112 .268 .370 2.701

a. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013

Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi fungsi adalah sebagai

berikut:

Y= 68120000 + 0.908X1 + 0.439X2 + 0.041X3 – 0.22X4

Keterangan :

Y = Belanja Langsung

X1 = Pendapatan Asli Daerah

X2 = Dana Alokasi Umum

X3 = Dana Alokasi Khusus

Keterangan :

1. Pendapatan Asli Daerah memiliki koefisien regresi bertanda positif

sebesar 0,908, artinya apabila terjadi perubahan variabel PAD

sebesar 1% akan menaikkan belanja langsung sebesar 0,908 dengan

asumsi variabel lain tetap.

2. Dana Alokasi Umum memiliki koefisien regresi bertanda positif

sebesar 0.439, artinya apabila terjadi perubahan variabel DAU sebesar

1% akan menaikkan belanja langsung sebesar 0.439 dengan asumsi

variabel lain tetap.

3. Dana Alokasi Khusus memiliki koefisien regresi bertanda positif

sebesar 0.041, artinya apabila terjadi perubahan variabel DAK sebesar

1% akan menaikkan belanja langsung sebesar 0.041 dengan asumsi

variabel lain tetap.

4. Dana Bagi Hasil memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar

0.22, artinya apabila terjadi perubahan variabel DBH sebesar 1%

akan menurunkan belanja langsung sebesar 0.22 dengan asumsi

variabel lain tetap.

2) Uji Parsial (Uji t)

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi

berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dilakukan

pengujian dengan uji t. Ada dua hipotesis yang akan di uji dengan uji t.

H1: PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja

H2: DAU memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja

langsung.

H3: DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja

langsung.

H4: DBH memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja

langsung

Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung

dengan ketentuan :

• Jika t-hitung < t-tabel α = 0,05, maka Hi ditolak, • Jika t-hitung > t-tabel α = 0,05, maka Hi diterima.

Tabel 4.9 Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.812E7 1.441E7 4.728 .000

Pendapatan Asli Daerah 2010-2013

.908 .053 .664 17.239 .000 .401 2.495

Dana Alokasi Umum 2010-2013

.439 .039 .416 11.163 .000 .427 2.340

Dana Alokasi Khusus 2010-2013

.041 .086 .012 .473 .637 .868 1.152

Dana Bagi Hasil 2010-2013

-.220 .197 -.045 -1.112 .268 .370 2.701

a. Dependent Variable: Belanja Langsung 2010-2013

Sumber : Lampiran diolah dari SPSS, 2015

1. Pendapatan asli daerah memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti

nilai ini lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai t-hitung diperoleh sebesar

17,239. Nilai t-hitung ini lebih besar dari t-tabel sebesar 2,0518 (17,239 >

2,0518). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima

atau pendapatan asli daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja

langsung.

2. Dana alokasi umum memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang berarti

nilai ini lebih kecil dari 0,05, sedangkan nilai t-hitung diperoleh sebesar

11,163. Nilai t-hitung ini lebih besar dari nilai t-tabel sebesar 2,0518

(11,163 > 2,0518). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa

H2 diterima atau dana alokasi umum memiliki pengaruh signifikan

terhadap belanja langsung.

3. Dana alokasi khusus memiliki nilai signifikansi sebesar 0.637 yang berarti

nilai ini lebih besar dari 0,05, sedangkan nilai t-hitung diperoleh sebesar

0,473. Nilai t-hitung ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,0518 (0,473

< 2,0518). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak

atau dana alokasi khusus tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

belanja langsung.

4. Dana bagi hasil memiliki nilai signifikansi sebesar 0.268 yang berarti nilai

ini lebih besar dari 0,05, sedangkan nilai t-hitung diperoleh sebesar -1,112.

Nilai t-hitung ini lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 2,0518

ditolak atau dana bagi hasil tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

belanja langsung.

Dokumen terkait