• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Antiinflamasi

4.2.3. Uji Efek Analgetik SEEAcM

Keterangan:

* = berbeda signifikan dengan CMC 0,5%; + = berbeda signifikan dengan SA 100 mg/kg BB; # = berbeda signifikan dengan SEn-HM 500 mg/kg BB; ^ = berbeda signifikan dengan SEn-HM 600 mg/kg BB; ~ = berbeda signifikan dengan SEn-HM 700 mg/kg BB; tb^ = tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM 600 mg/kg BB; tb~ = tidak berbeda signifikan dengan SEn-HM 700 mg/kg BB

4.2.3. Uji Efek Analgetik SEEAcM

Perlakuan uji analgetik pada SEEAcM sama dengan SEEM dan SEnHM yakni dengan menggunakan dosis 500 mg/kg BB, 600 mg/kg BB dan 700 mg/kg BB, kemudian dilakukan uji efek analgetik dengan mengukur waktu awal timbul

+ # ^

*# ^ ~

*+ ^ ~

nyeri menggunakan plat panas pada temperatur 40oC, setiap perlakuan dilakukan sebanyak 6 kali. Hasil uji efek analgetik dari setiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 4.68.

Tabel 4.68:

Rerata waktu awal mula timbul nyeri SEn-HM pada setiap perlakuan

No Perlakuan

Awal Mula Timbul Nyeri Menit 10’ 20’ 30’ 45’ 60’ 90’ 120’ 1 CMC 0,5% 6.68 6.71 8.63 9.75 10.17 9.48 9.25 2 SA 100 mg/kg BB 15.89 21.70 25.05 28.47 25.41 21.27 16.95 3 SEEAcM 500 mg / kg BB 6.72 7.64 9.70 11.71 11.82 11.54 9.58 4 SEEAcM 600 mg / kg BB 10.08 10.84 12.38 12.88 12.04 11.94 10.72 5 SEEAcM 700 mg / kg BB 12.10 12.14 14.05 16.93 15.51 13.12 12.48

Merujuk pada Tabel 4.68 nampak bahwa pada menit ke-30 SEEAcM 500 mg/kg BB menunjukkan rerata waktu awal timbul nyeri sebesar 9,70 diikuti dengan SEEAcM 600 mg/kg BB 12,38, dan SEEAcM 700 mg/kg BB 14,05. Pada menit ke-45, SEEAcM 700 mg/kg BB 16,93, sedangkan SA 100 mg/kg BB sebesar 28,47. Disini nampak kelompok uji SEEAcM 700 mg/kg BB menunjukkan angka yang lebih tinggi dari kelompok uji lainnya yakni lebih mendekati SA 100 mg/kg BB (Gambar 4.17).

0 5 10 15 20 25 30 35 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 Waktu (Menit) W akt u aw al t im b u l n yer i CMC 0,5% SA 100 mg/kg BB SEEM 500 mg/kg BB SEEM 600 mg/kg BB SEEM 700 mg/kg BB Gambar 4.17:

Grafik waktu awal mula timbul nyeri versus waktu (mean ± SEM) pada berbagai perlakuan SEEAcM

Grafik menunjukkan awal mula timbulnya nyeri SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB, dan SEEAcM 700 mg/kg BB menunjukkan waktu mula timbul nyeri lebih tinggi dari pada pemberian suspensi CMC 0,5%. Pada menit ke-30, SEEAcM 700 mg/kg BB waktu mula timbul nyeri lebih tinggi dari SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 500 mg/kg BB dan kemudian menunjukkan penurunan mulai menit ke-60. Data pengujian terhadap masing-masing hewan uji dalam setiap perlakuan ditunjukkan pada Lampiran 17, halaman 165.

Uji analisis variansi (Anava) terhadap waktu awal timbul nyeri dari menit ke-10 sampai menit ke-120 dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yaitu SA 100 mg/kg BB, CMC 0,5%, SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB menggunakan program SPSS versi 11 (Tabel 4.68).

Tabel 4.69:

Tabel Anava perlakuan antar kelompok uji analgetik SEEAcM mulai menit ke-10 sampai menit ke-120

Berdasarkan hasil analisis variansi nampak bahwa pada menit ke-10 sampai menit ke-90, mempunyai nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), sedangkan pada menit ke-120 (nilai sigifikansi 0,001; p<0,05) ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antar semua perlakuan uji, yaitu secara statistik terjadi perbedaan waktu awal timbul nyeri secara statistik dan untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai terbesar antara satu perlakuan dengan perlakuan yang lain maka dilakukan uji beda rerata Duncan dari menit ke-10 sampai menit ke-120.

Pada menit ke-10, hasil uji Duncan terhadap SA 100 mg/kg BB diperoleh nilai signifikansi 1,000 (p>0,05), berarti ada perbedaan yang signifikan dengan semua perlakuan tetapi SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (nilai signifikansi 0,184; p>0,05), begitu juga dengan CMC 0,5% tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB (nilai signifikansi 0,982; p>0,05) (Tabel 4.69).

Tabel 4.70:

Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-10

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Hasil uji Duncan pada menit ke-20, nampak bahwa SA 100 mg/kg BB mempunyai nilai signifikansi 1,000 (p>0,05), ini berarti ada perbedaan yang signifikan dengan semua perlakuan, sedangkan SEAcM 500 mg/kg BB dan SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB, tidak menunjukkan perbedaan (nilai signifikansi 0,063; p>0,05), sedangkan CMC 0,5% juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 600 mg/kg BB, SEEAcM 500mg/kg BB (nilai signifikansi 0,087; p>0,05) (Tabel 4.70).

Tabel 4.71:

Hasil Uji Lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-20

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Pada menit ke-30, berdasarkan hasil uji Duncan semua perlakuan uji baik SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan CMC 0,05% (nilai signifikansi 0,145; p>0,05), tetapi berbeda signifikan dengan SA 100 mg/kg BB (nilai signifikansi 1,000; p>0,05) (Tabel 4.71).

Tabel 4.72:

Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-30.

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Pada menit ke-45, hasil uji Duncan SA 100 mg/kg BB diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p<0,05), ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 700 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB, dan SEAcM 500 mg/kg BB.

SEEAcM 600 mg/kg BB, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 700 mg/kg BB (nilai signifikansi 0,193; p>0,05) (Tabel 4.72).

Tabel 4.73:

Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-45

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Pada menit ke-60, uji lanjutan Duncan terhadap SA 100 mg/kg BB, menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan dengan semua perlakuan (nilai signifikansi 1,000; p>0,05), tetapi SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB tidak menunjukkan perbedaan (nilai signifikansi 0,066; p>0,05), sedangkan CMC 0,5% tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB dan SEAcM 600 mg/kg BB (nilai signifikansi 0,343; p>0,5) (Tabel 4.73).

Tabel 4.74:

Hasl uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-60

Pada menit ke-90, berdasarkan uji Duncan, SA 100 mg/kg BB (nilai signifikansi 1,000; p>0,05) menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan semua perlakuan, sedangkan SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB tidak berbeda signifikan dengan CMC 0,5% (nilai signifikansi 0,142; p>0,05) (Tabel 4.74).

Tabel 4.75:

Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-90

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Pada menit ke-120, SA 100 mg/kg BB diperoleh nilai signifikansi 1,000 (p>0,05), ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan dengan semua perlakuan uji, tetapi CMC 0,5% tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB dan SEEAcM 700 mg/kg BB (nilai signifikansi 0,086; p>0,05) (Tabel 4.75).

Tabel 4.76:

Hasil uji lanjutan Duncan antar perlakuan pada menit ke-120

Catatan: Rerata untuk setiap kelompok dalam subsets yang homogen Ukuran sampel = 6

Berdasarkan keseluruhan hasil uji Duncan di atas terlihat bahwa waktu awal timbul nyeri dari SA 100 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB, dan SEEAcM 700 mg/kg BB. Sedangkan CMC 0,5% secara keseluruhan tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB, dan SEEAcM 700 mg/kg BB, ini menunjukkan bahwa efek analgetik SEEAcM 500 mg/kg BB, SEEAcM 600 mg/kg BB, dan SEEAcM 700 mg/kg BB sangat kecil.

Gambar 4.18:

Grafik luas area di bawah kurva waktu awal timbul nyeri (mean ± SEM ) pada berbagai perlakuan SEn-HM

Keterangan:

* = berbeda signifikan dengan CMC 0,5%; + = berbeda signifikan dengan SA 100 mg/kg BB; # = berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB; ^ = berbeda signifikan dengan SEEAcM 600 mg/kg BB; ~ = berbeda signifikan dengan SEEAcM 700 mg/kg BB; tb* = tidak berbeda signifikan dengan CMC 0,5%; tb# = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 500 mg/kg BB; tb^ = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 600 mg/kg BB; tb~ = tidak berbeda signifikan dengan SEEAcM 700 mg/kg BB

Hasil uji Anava luas area di bawah kurva pada Gambar 4.18 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok uji dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil uji lanjutan Duncan terhadap luas area di bawah kurva bahwa SA 100 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan semua kelompok perlakuan (nilai signifikansi 1,000; p>0,05), sedangkan SEEAcM 700 mg/kg BB dan 600 mg/kg BB tidak berbeda signifikan (nilai signifikansi 0,118; p>0,05), begitu juga SCMC 0,5% berbeda signifikan dengan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 CMC 0,5% SA 100 mg/kg BB SEEAcM 500 mg/kg BB SEEAcM 600 mg/kg BB SEEAcM 700 mg/kg BB Perlakuan L u as ar ea d i b aw ah ku rva g raf ik w akt u aw al t im b u l n yer i ~ + tb# tb^ *# ^ ~ + ~ tb* tb^ + tb* tb# tb *+ # tb^

SEEAcM 500 mg/kg BB dan SEEAcM 600 mg/kg BB (nilai signifikansi 0,080; p>0,05). Berdasarkan uji tersebut dapat terlihat bahwa SEEAcM 700 mg/kg BB lebih baik jika dibandingkan dengan SEEAcM 600 mg/kg BB meskipun masih lebih baik dari CMC 0,5% tetapi kekuatan analgetiknya masih di bawah SA 100 mg/kg BB. Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa ekstrak daun mondokaki dengan berbagai pelarut ternyata mempunyai efek analgetik meski pun tidak sebaik suspensi antalgin.

Merujuk pada uji efek analgetik SEEM, SEn-HM dan SEEAcM nampak bahwa SEEM dengan dosis 600 mg/kg BB mempunyai efek analgetik yang paling baik dibandingkan dengan kedua suspensi uji lainnya, tetapi efek analgetik SEn-HM lebih baik dibandingkan SEEAcM, meski pun efek keduanya masih di atas SCMC 0,5%, tetapi semua perlakuan uji efek analgetiknya masih di bawah suspensi antalgin.

4.3 Pembahasan

Berbagai dosis ekstrak yang diuji ditemukan bahwa EEM dosis 600 mg/kg BB dan 700 mg/kg BB memiliki efek antiinflamasi yang sama secara statistik dengan indometasin 10 mg/kg BB, meskipun demikian EEM 600 mg/kg BB menghasilkan efek antiinflamasi dan analgetik yang lebih baik dibandingkan dengan dosis 700 mg/kg BB. Terlepas pada dosis berapa EEM yang memiliki efek antiinflamasi dan analgetik, penelitian ini telah membuktikan secara farmakologis bahwa tumbuhan ini memiliki efek antiinflamasi dan analgetik. Jika merujuk kandungan kimia tumbuhan ini, tidak sepenuhnya dapat dipisahkan senyawa yang bertindak sebagai antiinflamasi dan analgetik. Berdasarkan studi literatur

ditemukan bahwa tumbuhan ini mengandung latex atau getah yang mempunyai efek antiinflamasi (Warrier, 2009).

Berdasarkan penelitian nampak bahwa secara farmakologis En-HM memiliki efek antiinflamasi dan analgetik, terlepas pada dosis berapa En-HM yang memiliki efek antiinflamasi dan analgetik. Jika merujuk kandungan kimia tumbuhan ini, tidak sepenuhnya dapat dipisahkan senyawa yang bertindak sebagai antiinflamasi dan analgetik. Studi literatur ditemukan bahwa tumbuhan ini mengandung latex atau getah yang mempunyai efek antiinflamasi (Warrier, 2009).

Terlepas pada dosis berapa EEAcM yang memiliki efek antiinflamasi dan analgetik, pada penelitian nampak bahwa secara farmakologis EEAcM memiliki efek antiinflamasi dan analgetik,. Jika merujuk kandungan kimia tumbuhan ini, tidak sepenuhnya dapat dipisahkan senyawa yang bertindak sebagai antiinflamasi dan analgetik. Studi literatur ditemukan bahwa tumbuhan ini mengandung latex atau getah yang mempunyai efek antiinflamasi (Warrier, 2009).

Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak etanol tumbuhan ini secara signifikan menunjukkan aktivitas antiinflamasi, analgetik dan antineoplastik. Ketiga aktivitas ini diduga diinduksi oleh komponen alkaloid yang terkandung dalam tumbuhan tersebut . Alkaloid mana yang tersari dengan pelarut yang digunakan yang secara khusus bersifat antiinflamasi dan analgetik belum dapat dipastikan mengingat alkaloid sangat banyak ditemukan dalam tumbuhan ini (Pratchayasakul dkk., 2008).

Selain alkaloid, senyawa non-alkaloid seperti minyak pirolitik dan hidrokarbon. Bahera dkk menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan daun tua, akar, bunga dan batang mondokaki kaya dengan hidrokarbon. Rastagi dkk, telah

mengisolasi 8 senyawa non-alkaloid dari kulit akar mondokaki yaitu α-amirin

lupeol asetat, cycloartenol, β-sitosterol, campesterol, asam benzoate dan aurantiamida asetat. Senyawa tersebut adalah terpenoid dan asam fenolat, dan metabolit tumbuhan yang juga memiliki efek farmakologi antiinflamasi dan antioksidan secara in vitro (Pratchayasakul dkk., 2008).

Diperkirakan mekanisme antiinflamasi mondokaki, melibatkan asam fenolat suatu senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan ini yang potensial sebagai antiinflamasi. Flavonoid, steroid dan triterpen yang terdapat dalam tumbuhan ini telah ditemukan memiliki antioksidan yang menguntungkan, karena kemampuannya mengurangi perkembangan tumor dan inflamasi. Antioksidan diketahui berperan penting dalam menginhibisi dan memangsa radikal bebas yang ikut serta dalam proses antiinflamasi. Oleh karena itu, tumbuhan ini memberi perlindungan kepada manusia untuk melawan infeksi dan penyakit degeneratif lainnya (Gupta dkk., 2004).

Efek antiiinflamasi dari tumbuhan ini juga disebabkan oleh kandungan senyawa flavonoid. Menurut Goodman dan Gilman (1970), dalam Parmar (1978) bahwa flavonoid berperan dalam memelihara atau memperbaiki integritas dinding pembuluh yang mengalami kerusakan oleh agen perusak seperti karagenan atau asam asetat. Sedangkan Hurley (1972), dalam Parmar (1978), menyatakan bahwa hal penting yang terjadi pada reaksi inflamasi adalah terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular oleh agen perusak. Peningkatan permeabilitas vaskular akibat pemberian karegenan dimediasikan oleh histamin, 5-Hydroxy Tryptamin (5-HT), Bradikinin dan Prostaglandin E. Flavonoid diduga berpotensiasi dengan katekolamin endogen seperti adrenalin dalam melawan efek karegenan, selain

mempengaruhi fase proliferasi proses inflamasi dengan menurunkan sintesis material ekstraseluler seperti serat kolagen dan asam mukopolisakarida yang membentuk matrik jaringan dalam proses inflamasi (Withehouse, 1965).

BAB V