HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Analisis Data Penelitian
4. Uji hipotesis
Dari tabel statistik deskriptif, dapat dilihat bahwa rerata empirik kecerdasan emosi adalah 119, berarti rata-rata subjek penelitian termasuk dalam kategori sedang. Rerata empirik kecemasan adalah 23,94 yang berarti termasuk dalam kategori sedang.
4. Uji hipotesis
a. Korelasi Product Moment Pearson
Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis korelasi product moment dari Pearson yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengaruh antar variabel bebas (kecerdasan emosi) dan variabel tergantung (kecemasan) dapat dilihat dalam tabel berikut
commit to user Tabel 11.
Hasil Teknik Analisis Korelasi Product Moment Pearson Correlations Kecemasan Kecerdasan emosi Kecemasan Pearson Correlation 1 -.329 ** Sig. (1-tailed) .001 N 95 95 Kecerdasan emosi Pearson Correlation -.329 ** 1 Sig. (1-tailed) .001 N 95 95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Uji korelasi menunjukkan hubungan kecerdasan emosi dengan kecemasan (rxy) sebesar - 0,329, hal ini berarti terdapat korelasi negatif antara
kecerdasan emosi dengan kecemasan. Menurut Nugroho (2005) koefisien korelasi yang dihasilkan menunjukan bahwa korelasi antara keduanya tergolong lemah. Sedangkan arah hubungan antara dua variabel adalah negatif karena nilai r negatif (-). Tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar p = 0,001 (p < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan kecemasan, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan dapat diterima.
b. Sumbangan efektif
Sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja kelas 3 Mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
commit to user Tabel 12.
Sumbangan Efektif Kecerdasan Emosi Terhadap Tingkat Kecemasan Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Kecemasan *
Kecerdasan emosi -.329 .108 .717 .513
Angka dalam tabel tersebut mengandung pengertian bahwa dalam penelitian ini peranan atau sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan kecemasan 10,8% ditunjukkan oleh nilai RSquared 0,108. Hal ini berarti masih
terdapat 89,2% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan remaja Mu’alimin Pondok Pesantren Al-Mukmin selain variabel kecerdasan emosi.
D. Pembahasan
Analisis uji asumsi variabel kecerdasan emosi dan kecemasan yaitu berupa uji normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini berupa variabel kecerdasan emosi yang menghasilkan nilai ks-z sebesar 1,017 dengan asym sig (2-tailed) 0,837 > 0,05 termasuk kategori normal sedangkan variabel kecemasan menghasilkan nilai ks-z sebesar 0,62 dengan asym sig (2-tailed) 0,837 > 0,05 juga termasuk kategori normal. Ini berarti bahwa variabel kecerdasan emosi dan kecemasan memenuhi syarat sampel yang representatif, sehingga hasil penelitian dapat di generalisasikan pada populasi.
Hasil analisis deskriptif kategorisasi menunjukkan kecerdasan emosi remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo secara umum termasuk dalam kategori sedang sebesar 53,68%, yakni rerata empirik sebesar 119 dan rerata hipotetik sebesar 100 dengan jumlah 51 remaja sedangkan yang
commit to user
memiliki kecerdasan emosi rendah sebanyak 0% atau tidak ada dan yang memiliki kecerdasan emosi tinggi sebanyak 44 remaja atau 46,32%. Selanjutnya tingkat kecemasanya secara umum termasuk dalam kategori sedang sebesar 92,63%, yakni rerata empirik sebesar 23,94 dan rerata hipotetiknya sebesar 25 dengan jumlah 88 remaja, sedangkan yang memiliki kecemasan rendah sebanyak 5 remaja atau sebesar 5,26% dan yang memiliki kecemasan tinggi sebanyak 2 remaja atau sebesar 2,11%.
Hasil dari analisis data hubungan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja mu’alimin kelas 3 Pondok Pesantren Al Mukmin Sukoharjo dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan variabel tingkat kecemasan (rxy) sebesar -0,329 dan p < 0,05. arah hubungan
antara dua variabel adalah negatif karena nilai r negatif (-) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosi dan kecemasan, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin rendah kecemasan begitu pula sebaliknya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan pada remaja mu’alimin kelas 3 Pondok Pesantren Al Mukmin Sukoharjo. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan Davidoff dan Collings (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007) dimana orang yang mengalami kecemasan ini biasanya mempunyai penilaian yang kurang baik terhadap dirinya, mempunyai kecerdasan emosi yang rendah dan kurang percaya diri. Namun kecemasan dapat diatasi bila seseorang mempunyai kecerdasan emosional yang
commit to user
baik dengan cara berfikir realistis dan bersikap secara tepet. Temuan dalam penelitian yang penulis lakukan ini juga sejalan dengan yang diungkapkan oleh Coopersmith (dalam Syahraini dan Rohmatun, 2007) yang menyatakan bahwa individu dengan kecerdasan emosional yang rendah menunjukkan tingkat kecemasan tinggi. Tidak jauh beda seperti yangi di utarakan Salovey (dalam Berrocal, 2006) berpendapat bahwa hasil penelitian kaitan antara kecerdasan emosi dengan depresi, kecemasan dan keseluruhan psikis serta kesehatan mental menunjukkan bahwa seseorang yang lebih banyak memperhatikan emosinya, seseorang yang memiliki nilai lebih rendah kejernihan emosinya dan seseorang
yang menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatur keadaan emosi
menunjukkan rendahnya penyesuaian emosi. Begitupula penelitian yang dilakukan Rooprai (2009) bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mencegah timbulnya perasaan negatif seperti marah, kurang percaya diri, kecemasan dan sebaliknya fokus pada perasaan positif salah satunya percaya diri, empati dan keserasian. Pengembangan kecerdasan emosi harus lebih ditekankan untuk mengatasi stress dan kecemasan. Selanjutnya menurut Spielberger dan Rickman kecemasan adalah reaksi normal pada situasi sosial yang merupakan sikap mengancam harga diri atau mental yang sehat. Kecerdasan emosi menurut Bar-On, merupakan pengukuran mental yang sehat pada seseorang dimana kecemasan yang tidak dapat di kontrol tidak akan memiliki mental yang sehat. Pengukuran kecerdasan emosi menurut Emmerling dan Goleman bahwa kecerdasan emosional bisa di kembangkan begitu juga dengan mental yang sehat dan kontrol kecemasan (Rensburg, 2005). Hal tersebut diperkuat dengan
commit to user
penelitian yang dilakukan oleh Sulistyana (2009) dimana penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan kecemasan. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah kecemasan, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin tinggi kecemasan seorang.
b. Sumbangan efektif dalam penelitian ini ditunjukkan melalui Rsquare
atau disebut juga sebagai koefisien determinan yaitu sebesar 0,108 (nilai Rsquare
0.adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi (R)). Artinya 10,8% kecemasan pada remaja mu’allimin kelas 3 Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosi. Variabel kecerdasan emosi memberikan sumbangan efektif sebesar 10,8%. Sedangkan sisanya (100% - 10,8% = 89,2%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Faktor-faktor lain di luar variabel kecerdasan emosi mungkin mempunyai hubungan terhadap kecemasan yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain itu di antaranya faktor fisik, trauma dan konflik, conditioning, konstitusi, hereditas, lingkungan awal dan latihan dan lain lain.
Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan tingkat kecemasan remaja kelas 3 mu’allimin Pondok Pesantren Al-Mukmin Sukoharjo, namun hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan pada remaja di Pondok Pesantren lain. Penerapan populasi yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain
commit to user
yang belum disertakan dalam penelitian ini, ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkupnya.
commit to user BAB V