IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.7. Uji Hipotesis
4.7.1 Uji Hipotesis Bahan Baku Langsung
a. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku tepung terigu karena harga realisasi tepung terigu selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku tepung terigu dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -3,372 dan t tabel sebesar 0,063
dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih
kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi dalam penggunaan bahan baku tepung terigu berada dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada efisiensi tepung terigu dapat dilihat pada Lampiran 35.
b. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku kornet sapi karena harga realisasi kornet sapi selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku kornet sapi dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -4,831 dan t tabel sebesar 0,063
dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih
kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku kornet sapi masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi kornet sapi dapat dilihat pada Lampiran 36.
c. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku ayam fillet dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -
9,351 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan realisasi harga beli bahan baku ayam fillet masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga ayam fillet dapat dilihat pada Lampiran 37.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku ayam fillet dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung
sebesar -6,647 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan ()
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0.
Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku ayam fillet masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi ayam fillet dapat dilihat pada Lampiran 38.
d. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku cabe rawit merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung
sebesar -1,151 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan ()
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan realisasi harga beli bahan baku cabe rawit merah masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga cabe rawit merah dapat dilihat pada Lampiran 39.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku cabe rawit merah dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t
hitung sebesar 6,707 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
() 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka
tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku cabe rawit merah berada di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi cabe rawit merah dapat dilihat pada Lampiran 40.
e. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku garam dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -3,117
dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat
bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan realisasi harga beli bahan baku garam berada di didalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga garam dapat dilihat pada Lampiran 41.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku garam dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar
-6,420 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka tolak H0. Hal
dan realisasi penggunaan bahan baku garam berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi garam dapat dilihat pada Lampiran 42.
f. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku keju karena harga realisasi keju selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku keju dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -5,747 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf
signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel,
maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku keju berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi keju dapat dilihat pada Lampiran 43.
g. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku minyak goreng karena harga realisasi minyak goreng selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku minyak goreng dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -4,938 dan t tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung
lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku minyak goreng masih berada dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi minyak goreng dapat dilihat pada Lampiran 44.
h. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku bumbu penyedap masakan karena harga realisasi bumbu penyedap masakan selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku bumbu penyedap masakan dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung
5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku bumbu penyedap masakan berada di dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi bumbu penyedap masakan dapat dilihat pada Lampiran 45.
i. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku pengembang karena harga realisasi pengembang selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku pengembang dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -4,065 dan t tabel
sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung
lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa
varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku pengembang masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi pengembang dapat dilihat pada Lampiran 46.
j. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku sagu dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -1,588
dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan derajat
bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan realisasi harga beli bahan baku sagu masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga sagu dapat dilihat pada Lampiran 47.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku sagu dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar
3,944 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, maka tolak H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku sagu di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi sagu dapat dilihat pada Lampiran 48.
k. Uji t yang dilakukan pada varians harga bahan baku penyedap rasa dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil thitung sebesar -
21,541 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan () 5% dan
derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka terima H0. Hal
ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar harga dan realisasi harga beli bahan baku penyedap rasa masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians harga penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 49.
Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku penyedap rasa dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar -6,747 dan t tabel sebesar 0,063 dengan taraf signifikan
() 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, maka
terima H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku penyedap rasa masih dalam batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi penyedap rasa dapat dilihat pada Lampiran 50. l. Uji t tidak dapat dilakukan pada varians harga bahan baku susu
skim karena harga realisasi susu skim selama bulan November 2011 adalah sama setiap harinya. Uji t yang dilakukan pada varians efisiensi bahan baku susu skim dalam produksi Cireng Cageur Grup diperoleh hasil t hitung sebesar 10,081 dan t tabel sebesar 0,063 dengan
taraf signifikan () 5% dan derajat bebas (df) 29. Berdasarkan uji t tersebut diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel,
maka tolak H0. Hal ini menunjukkan bahwa varians yang terjadi antara standar efisiensi dan realisasi penggunaan bahan baku susu
skim masih di luar batas pengendalian manajemen. Hasil uji t pada varians efisiensi susu skim dapat dilihat pada Lampiran 51.