HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
2. Uji Hipotesis
Peneliti menggunakan hipotesis satu ekor ( ) karena hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah, yaitu berarah negatif. Hasil uji hipotesis menggunakan teknik korelasi parsial dengan bantuan
versi 16 dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini :
*
5 0! , " (
0 , & " & 0 & & 0! !
(" 0 & 0 & )
Variabel N r r² Sig. (15tailed)
Jarak Usia Kelahiran 116 (0.631 0.398 0.000 Jumlah Saudara Kandung 116 (0.290 0.084 0.001
Dari tabel 12 di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Ada hubungan negatif yang signifikan antara dengan jarak usia kelahiran. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi antara dan jarak usia kelahiran sebesar (0.631 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.01).
b. Ada hubungan negatif yang signifikan antara dengan jumlah saudara kandung. Hal tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar (0.290 dengan signifikansi 0.001 (p < 0.01).
Hasil tersebut didukung juga dengan hasil uji linearitas yang telah dilakukan sebelumnya, dimana jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung menunjukkan hubungan yang linear. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima dimana ada hubungan negatif antara dengan jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung. Semakin dekat jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat nya justru semakin tinggi. Kemudian, semakin sedikit jumlah saudara kandung, maka tingkat nya juga semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat
nya semakin rendah dan semakin banyak jumlah saudara kandung, maka tingkat nya semakin rendah.
Di samping itu, berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa koefisien determinasi (r²) antara variabel dan jarak usia kelahiran adalah 0.398, serta koefisien determinasi (r²) antara variabel
dan jumlah saudara kandung adalah 0.084. Hal ini berarti bahwa dalam penelitian ini jarak usia kelahiran memiliki sumbangan efektif sebesar 39.8% dan jumlah saudara sebesar 8.4% terhadap . Kondisi tersebut menunjukkan bahwa jarak usia kelahiran menyumbang sebesar 39.8% dan jumlah saudara kandung sebesar 8.4% terhadap , sedangkan 51.8% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain.
E. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi data penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat
yang rata(rata rendah dimana empiris seluruh subjek lebih rendah dari teoritiknya (90.819 < 95). Salah satu penyebab tingkat
dalam penelitian ini rendah adalah karena peneliti hanya mengambil jarak usia kelahiran saudara kandung yang memiliki kedekatan usia dengan subjek untuk dijadikan acuan apakah subjek mengalami atau tidak. Padahal dari 116 subjek penelitian, 56 orang diantaranya memiliki lebih dari satu saudara kandung. Kemungkinan subjek untuk berinteraksi dengan saudara kandung yang memiliki jarak usia yang jauh tentu sangat besar.
Di samping itu, Buhrmester dan Furman (dalam Santrock, 2003) juga menambahkan bahwa rendahnya tingkat tersebut disebabkan kurangnya waktu bermain bersama dan komunikasi antara satu saudara dengan saudara kandung yang lain selama masa remaja. Konsep ini didukung juga oleh penelitian Yati dan Mangunsong (2008) mengenai hubungan antara dan motivasi berprestasi pada anak kembar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata(rata partisipan usia remaja dalam penelitian tersebut juga memiliki tingkat yang rendah. Menurut Yati dan Mangunsong (2008), walaupun berada pada tahap usia remaja dimana subjek telah mampu mengolah informasi secara holistik, kehidupan sosial mereka cenderung dipengaruhi oleh teman(teman sebaya ( ) atau teman(teman
sekolah mereka dibanding saudara kandung. Alasan inilah yang menyebabkan tingkat tidak tinggi.
Meskipun tingkat dalam penelitian ini cenderung rendah, pada usia remaja awal masih tetap ada. Dari hasil analisis terbukti bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara
dengan jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang mengatakan ada hubungan negatif antara
dengan jarak usia kelahiran dan jumlah saudara kandung pada remaja awal terbukti kebenarannya. Semakin dekat jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat nya semakin tinggi. Kemudian, semakin sedikit jumlah saudara kandung, maka tingkat nya juga semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak usia kelahiran antarsaudara kandung, maka tingkat nya semakin rendah dan semakin banyak jumlah saudara kandung, maka tingkat
nya juga semakin rendah.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pope (2009) yang menemukan bahwa kedekatan usia antarsaudara kandung memiliki pengaruh negatif terhadap hubungan saudara kandung di usia remaja. Semakin dekat jarak usia antarsaudara kandung, kemungkinan munculnya perilaku menyakiti saudara kandungnya secara fisik, agresivitas, dan antisosial akan semakin besar. Oleh karena itu, orang tua perlu merencanakan jarak usia anak(anaknya. Berdasarkan penelitian Buckles dan Munnich (2011), merencanakan jarak usia yang cukup jauh antara satu saudara kandung dengan saudara yang lain
dapat membawa pengaruh positif terhadap keluarga, seperti meningkatkan kemampuan belajar pada anak yang lebih tua, mengurangi masalah finansial keluarga, dan meningkatkan kondisi kesehatan ibu setelah melahirkan.
Selain itu, berkaitan dengan jumlah saudara kandung, tercatat ada 60 subjek penelitian yang memiliki satu orang saudara kandung, 29 memiliki dua orang saudara kandung, 22 subjek penelitian memiliki tiga orang saudara kandung, dua memiliki empat saudara kandung, serta tiga orang subjek penelitian lainnya masing(masing memiliki lima, enam, dan tujuh saudara kandung. Artinya, hampir sebagian besar subjek penelitian termasuk dalam keluarga kecil dimana rata(rata anggota keluarganya terdiri dari dua atau tiga orang anak (Hurlock, 2000). Sejalan dengan semakin sedikitnya jumlah anak di dalam keluarga, kesempatan anak untuk berinteraksi dengan saudara kandungnya juga semakin kurang bervariasi. Akibatnya, intensitas kebersamaan antara satu saudara dengan saudara yang lain menjadi tinggi sehingga akan lebih banyak memunculkan perselisihan (Ambarini, 2006).
Berbeda halnya dengan anak yang memiliki saudara banyak. Mereka yang memiliki saudara banyak cenderung mendapat sedikit kesempatan untuk , pemanjaan, omelan terus menerus, atau pengawasan yang ketat dari orang tua pada anak (Blake, 1989; Wagner, dkk, 1985, dalam Hurlock, 2000). Menurut Minuchin (dalam Doron, 2009), kurangnya peran orang tua dalam kehidupan anak justru membuat hubungan antarsaudara kandung menjadi kuat, dimana antarsaudara kandung dapat saling membantu, memberi dukungan dan bertindak sebagai orang yang dapat dipercaya.
Kondisi ini membentuk kemandirian yang tinggi tetapi membuat
dan prestasi akdemik cenderung rendah sehingga mereka tidak memiliki keinginan bersaing dengan saudara kandungnya.
Lebih lanjut, uji hipotesis juga mengungkap bahwa jarak usia kelahiran memiliki sumbangan efektif sebesar 39.82% dan jumlah saudara sebesar 8.4% terhadap . Dengan demikian, sumbangan sebesar 51.8% terhadap diperoleh dari faktor lain. Menurut Pope (2009), selain jarak usia, jumlah saudara kandung, dan jenis kelamin, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pada anak. Faktor tersebut antara lain urutan kelahiran ( ) dan sikap orang tua.
Hal itu didukung oleh penelitian Buhrmester dan Fuhrman (dalam Minnet, Vandell, & Santrock, 1983) yang menyebutkan bahwa posisi anak tertua membuat orang tua cenderung menaruh harapan besar supaya mereka menjadi model yang baik bagi adiknya. Namun, tanggung jawab anak tertua untuk membantu dan mengajari saudara yang lebih muda terkadang membuat mereka merasa terintimidasi karena wewenang yang diberikan orang tua terhadap kakaknya tersebut (Zainal, 2003). Hurlock (2000) menambahkan bahwa peran yang diberikan orang tua kepada anak bukan peran yang mereka sendiri. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali jika anak tidak menyukai peran yang orang tua berikan kepadanya.
56 BAB V