BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
F. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS 20. Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight model dan standardized regression weight yang dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.16 Regression Weights
Estimate S.E. C.R. P Label
PU <--- PE 0,229 0,074 3,077 0,002 par_12 PU <--- CO 0,033 0,032 1,021 0,307 par_16 AT <--- PU 0,245 0,169 1,446 0,148 par_9 AT <--- PE 0,062 0,103 0,601 0,548 par_13 BI <--- PU 0,671 0,174 3,856 *** par_10 BI <--- AT 0,255 0,117 2,185 0,029 par_14 AS <--- PU 0,427 0,168 2,535 0,011 par_11 AS <--- BI 0,029 0,124 0,234 0,815 par_15 AS <--- CO -0,005 0,033 -0,147 0,883 par_17
commit to user
Tabel 4.17
Standardized Regression Weights Estimate PU <--- PE 0,408 PU <--- CO 0,088 AT <--- PU 0,169 AT <--- PE 0,076 BI <--- PU 0,526 BI <--- AT 0,289 AS <--- PU 0,428 AS <--- BI 0,037 AS <--- CO -0,013 Sumber: data primer diolah (2012)
a. H1 : Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (AT)
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived usefulness berpengaruh terhadap atittude toward using. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 1 tidak terbukti secara signifikan, karena nilai probabilitas 0,148 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% (H1 ditolak).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Agarwal dan Prasad (1999) dan Wibowo (2008) yang menyatakan bahwa perceived usefulness merupakan konstruk yang cukup signifikan mempengaruhi attitude toward using. Tetapi hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Igbaria, et al. (1997) dan penelitian Money (2004) yang berjudul “Application of the Technology Acceptance Model(TAM) to a Knowledge Management
commit to user
System” yang menyatakan bahwa konstruk attitude toward using tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam penelitian sehingga dihapuskan. Hasil tersebut didukung oleh Tangke (2004) yang menyatakan bahwa persepsi kegunaan tidak berpengaruh terhadap sikap pengguna dalam menggunakan teknologi.
Dari hasil hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa jika seseorang atau user percaya bahwa menggunakan e-SPT PPN dapat mempermudah dalam melaporkan PPN, belum tentu mereka akan bersikap positif untuk menerima e-SPT PPN dalam pelaporan PPN. Faktor yang menyebabkan hipotesis ditolak adalah belum terbiasanya responden menggunakan program e-SPT PPN karena penerapan program ini termasuk program baru dalam pelaporan pajak dan dari analisis deskriptif menunjukkan bahwa masih terdapat user yang minim pengalaman dalam menggunakan e-SPT PPN yaitu dibawah 3 tahun sehingga belum terbiasa dan belum bisa sepenuhnya menerima teknologi baru ini.
b. H2 : Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap
Behavioral Intention to Use (BI)
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived usefulness berpengaruh terhadap behavioral intention to use. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 2 terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas *** atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan
commit to user
pada taraf signifikansi 5% (H2 diterima). Hasil estimasi pengaruh perceived usefulness terhadap behavioral intention to use diperoleh koefisien jalur (standardized regression weight estimate) adalah 0,526, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel perceived usefulness terhadap behavioral intention to use adalah positif.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Venkatesh dan Morish (2000), Wibowo (2008) serta Yuadi (2009) yang menemukan bahwa perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadap behavioral intention. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi kegunaan teknologi e-SPT PPN oleh user berpengaruh positif terhadap minat user untuk menggunakan teknologi tersebut. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa responden mempunyai persepsi yang baik terhadap kegunaan e-SPT PPN sehingga membuat user berminat untuk terus menggunakan e-SPT PPN sebagai alat untuk pelaporan pajak.
c. H3 : Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap Actual
System Use (AS)
Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah perceived usefulness berpengaruh terhadap actual system use. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 3 terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,011 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan pada taraf
commit to user
signifikansi 5% (H3 diterima). Hasil estimasi pengaruh perceived usefulness terhadap actual system use diperoleh koefisien jalur (standardized regression weight estimate) adalah 0,428, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel perceived usefulness terhadap actual system use adalah positif.
Hasil tersebut mendukung dengan hasil penelitian Sun dan Zhang (2005) dan Tangke (2004) yang menyatakan bahwa perceived usefulness merupakan konstruk yang paling signifikan menentukan actual system usage atau behavior. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang menganggap e-SPT PPN dapat meningkatkan efektivitas dalam melaporkan PPN akan menggunakan e-SPT PPN. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab akan tetap menggunakan program e-SPT PPN karena percaya bahwa dengan menggunakan e-SPT PPN maka akan mempermudah dalam pelaporan pajak.
d. H4 : Perceived Ease of Use (PE)berpengaruh terhadap Perceived
Usefulness (PU)
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived ease of use berpengaruh terhadap perceived usefulness. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 4 terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan pada taraf signifikansi 5% (H4 diterima). Hasil estimasi pengaruh perceived
commit to user
ease of use terhadap perceived usefulness diperoleh koefisien jalur (standardized regression weight estimate) adalah 0,408, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel perceived ease of use terhadap perceived usefulness adalah positif.
Hasil penelitian ini mendukung beberapa penelitian terdahulu, yaitu antara lain penelitian Igbaria, et al. (1997), Tangke (2004), Wibowo (2008), Yuadi (2009) yang menyatakan bahwa perceived ease of use berpengaruh positif terhadap perceived usefulness. Hasil tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Davis, et al. (1989) yang menunjukkan perceived ease of use adalah penentu perceived usefulness. Berdasarkan hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang percaya bahwa teknologi e- SPT PPN mudah digunakan, maka orang tersebut akan percaya bahwa menggunakan e-SPT PPN akan mempermudah dan dapat meningkatkan efektivitas dalam melaporkan pajak pertambahan nilainya. Jawaban responden dalam analisis deskriptif sebagian besar adalah setuju terhadap persepsi kemudahan menggunakan e-SPT PPN dan persepsi kegunaan sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara kedua persepsi tersebut.
e. H5 : Perceived Ease of Use (PE) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (AT)
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived ease of use berpengaruh terhadap atittude toward using. Berdasarkan hasil
commit to user
perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 5 tidak terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,548 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% (H5 ditolak).
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Todd (1995), Al Gahtani (2001) serta Tangke (2004) yang menyatakan bahwa perceived ease of use berpengaruh positif terhadap atittude toward using. Tetapi hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Igbaria, et al. (1997) dan penelitian Money (2004) yang menyatakan bahwa konstruk attitude toward using tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam penelitian sehingga harus dihapuskan. Hasil tersebut didukung oleh Gumussoy, Calisir dan Bayram (2007), Wibowo (2008) dan Yuadi (2009) yang menyatakan bahwa mudah
atau tidaknya web digunakan tidak akan mempengaruhi
sikap pengguna terhadap penggunaanteknologi tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa walaupun teknologi e-SPT PPN mudah untuk digunakan, tetapi belum tentu hal tersebut akan membentuk sikap user untuk selalu menerima e-SPT PPN dalam pelaporan PPN. Faktor yang menyebabkan hipotesis ini ditolak mungkin karena user masih ingin menggunakan cara manual atau mencari alternatif cara yang lain dalam pelaporan pajak. Analisis deskriptif juga menunjukkan bahwa masih banyak respoden atau user yang berpendidikan terakhir SMA ke bawah dan masih minim
commit to user
pengalaman sehingga mungkin belum terbiasa dengan teknologi baru.
f. H6 : Attitude Toward Using (AT) berpengaruh terhadap
Behavioral Intention toUse (BI)
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah atittude toward using berpengaruh terhadap behavioral intention to use. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 6 terbukti secara signifikan dengan nilai probabilitas 0,029 atau lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan pada taraf signifikansi 5% (H6 diterima). Hasil estimasi pengaruh atittude toward using terhadap behavioral intention to use diperoleh koefisien jalur (standardized regression weight estimate) adalah 0,289, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel atittude toward using terhadap behavioral intention to use adalah positif.
Hasil tersebut mendukung hasil penelitian sebelumnya yaitu Gardner dan Amoroso (2004), Wibowo (2008) dan Yuadi (2009) yang menyatakan bahwa attitude toward using berpengaruh positif terhadap behavioral intention. Berdasarkan hasil hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang menerima dan menggunakan e-SPT PPN akan membuat orang tersebut mempunyai minat untuk selalu menggunakan e-SPT PPN. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa walaupun program ini termasuk teknologi baru, tetapi rata-rata responden yang sudah menerima dan menikmati
commit to user
menggunakan e-SPT PPN akan juga berminat untuk selalu menggunakan e-SPT PPN serta berminat untuk mempelajari lebih lanjut dalam penggunaan e-SPT PPN.
g. H7 : Behavioral Intention to Use (BI) berpengaruh terhadap
Actual System Use (AS)
Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah behavioral intention to use berpengaruh terhadap actual system use. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 7 tidak terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas 0,815 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti signifikan pada taraf signifikansi 5% (H7 ditolak).
Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Davis, et al. (1989), Taylor dan Todd (1995) serta Muhammad (2010) yang menunjukkan bahwa behavioral intention adalah prediktor yang baik terhadap actual system use. Penelitian yang dilakukan oleh Jogiyanto (2007) juga menyatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan atau minat (behavioral intention) untuk melakukannya. Tetapi dalam penelitian ini sifat penerimaan sistemnya adalah mandatory use (user wajib memakai sistem yang sudah ditetapkan perusahaan) sehingga intention to use tidak dapat diterapkan dalam lingkungan sistem yang bersifat mandatory use (Brown, Massey, Montoya-Weiss, dan Burkman 2002). Penelitian oleh Adamson dan
commit to user
Shine(2003) juga mendukung bahwa konstruk intention to use tidak berpengaruh dan tidak tepat untuk mengukur penerimaan penggunaan sistem informasi yang bersifat mandatoryuse.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa user yang memiliki minat menggunakan e-SPT PPN belum tentu akan membuat user tersebut memiliki kecenderungan untuk selalu menggunakannya dalam pelaporan PPN. Faktor yang menyebabkan responden belum memiliki kecenderungan untuk selalu menggunakan e-SPT PPN antara lain karena faktor pendidikan terakhir user yang rendah dan terdapat sebagian responden yang masih belum berpengalaman dalam penggunaan e-SPT PPN.
h. H8 : Kompleksitas (CO) berpengaruh terhadap Perceived
Usefulness (PU)
Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah kompleksitas berpengaruh terhadap perceived usefulness. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 8 tidak terbukti secara signifikan dengan nilai probabilitas 0,307 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak signifikan pada taraf signifikansi 5% (H8 ditolak).
Penelitian Chau dan Hu (2001) menyatakan bahwa kompleksitas tidak berpengaruh terhadap perceived usefulness dan behavioral intention karena teknologi yang lebih kompleks akan membuat persepsi kegunaan serta minat oleh pengguna terhadap
commit to user
teknologi akan turun. Tetapi hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Igbaria, et al. (1995) serta Gardner dan Amoroso (2004) yang menemukan hubungan yang kuat dan signifikan antara kerumitan dengan perceived usefulness.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kerumitan dalam menggunakan teknologi e-SPT PPN tidak terlalu berpengaruh terhadap persepsi kegunaan oleh user. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar user yang menjadi responden berpendapat bahwa responden tidak terpengaruh akan kerumitan dalam penggunaan e-SPT PPN, bahkan menyatakan penggunaan e-SPT PPN tidak terlalu rumit dan cukup mudah untuk dioperasikan sehingga mereka yakin bahwa penggunaan e-SPT PPN akan mempermudah pekerjaan mereka dalam pelaporan pajak. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak setuju bahwa e-SPT PPN sulit untuk dioperasikan dan menyatakan bahwa e-SPT PPN sangat membantu dalam pelaporan pajak.
i. H9 : Kompleksitas (CO) berpengaruh terhadap Actual System
Use (AS)
Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah kompleksitas berpengaruh terhadap actual system use. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.16, uji signifikansi terhadap hipotesis 9 tidak terbukti secara signifikan, karena diperoleh nilai probabilitas
commit to user
0,883 atau lebih besar dari 0,05 yang berarti signifikan pada taraf signifikansi 5% (H9 ditolak).
Hasil tersebut mendukung penelitian Gardner dan Amoroso (2004) yang menyatakan bahwa kompleksitas hanya berpengaruh terhadap perceived usefulness saja, dan tidak dapat dibuktikan mempunyai hubungan dengan perceived usage atau actual system use. Tetapi berbeda dalam penelitian yang dilakukan oleh Igbaria, et al. (1995) yang menemukan hubungan yang kuat dan signifikan antara kerumitan dengan actual system use. Berdasarkan hasil hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa kerumitan dalam penggunaan e-SPT PPN belum tentu akan membuat responden tetap menggunakan teknologi e-SPT PPN dalam pelaporan pajak. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa user yang berpendidikan terakhir SMA ke bawah dan yang masih minim pengalaman membuat mereka belum terbiasa dan belum ada ketertarikan untuk terus menggunakan e-SPT PPN sehingga masih harus menambah pengalaman untuk menggunakan e-SPT PPN dalam pelaporan pajak.
commit to user
Model TAM Setelah Pengujian Hipotesis
Secara keseluruhan, kesimpulan dari hasil penelitian dapat dilihat pada gambar berikutini.
H3 H2 H4 H6 Gambar 4.9
Model TAM setelah pengujian hipotesis Attitude Toward Using Behavioral Intention to Use Perceived Ease of Use Perceived Usefulness Actual System Use
commit to user
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran sebagai bagian akhir dari penelitian ini. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Selain kesimpulan akan disertakan keterbatasan dari penelitian ini dan saran-saran yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan peneliti pada bab IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi kegunaan teknologi e-SPT PPN (perceived usefulness) oleh user di wilayah Surakarta berpengaruh positif terhadap kecenderungan tingkah laku atau minat user untuk menggunakan teknologi tersebut (behavioral intention to use) dalam melaporkan PPN, persepsi kegunaan teknologi e-SPT PPN (perceived usefulness) oleh user di wilayah Surakarta berpengaruh positif terhadap penggunaan aktual teknologi tersebut (actual system use) dalam melaporkan PPN, persepsi kemudahan menggunakan teknologi e-SPT PPN (perceived ease of use) oleh user di wilayah Surakarta berpengaruh positif terhadap persepsi kegunaan teknologi terebut (perceived usefulness), serta sikap user di wilayah Surakarta untuk menggunakan teknologi e-SPT PPN (attitude toward using) juga berpengaruh positif terhadap
commit to user
kecenderungan tingkah laku atau minat user untuk menggunakan teknologi tersebut (behavioral intention to use) dalam melaporkan PPN.
Beberapa kesimpulan yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara konstruk satu dengan yang lainnya dalam penelitian ini antara lain adalah persepsi kegunaan teknologi e-SPT PPN (perceived usefulness) oleh user di wilayah Surakarta tidak berpengaruh terhadap sikap user untuk menggunakan teknologi tersebut (attitude toward using) dalam pelaporan PPN, persepsi kemudahan menggunakan teknologi e-SPT PPN (perceived ease of use) oleh user di wilayah Surakarta tidak berpengaruh terhadap sikap user untuk menggunakan teknologi tersebut (attitude toward using) dalam pelaporan PPN, serta kecenderungan tingkah laku atau minat user di wilayah Surakarta untuk menggunakan teknologi e-SPT PPN (behavioral intention to use) tidak berpengaruh terhadap penggunaan aktual teknologi tersebut (actual system use) dalam melaporkan PPN. Beberapa alasan tidak adanya pengaruh antar konstruk diatas tersebut antara lain karena penerapan e-SPT PPN yang tergolong masih baru, user yang masih hanya berpendidikan SMA ke bawah sehingga belum terbiasa dengan teknologi baru, serta user yang masih minim pengalaman menggunakan e-SPT PPN.
Kesimpulan yang dapat diambil dari dua variabel eksternal kompleksitas yaitu yang pertama adalah kerumitan dalam pemahaman dan penggunaan e-SPT PPN (kompleksitas) tidak berpengaruh terhadap persepsi kegunaan (perceived usefulness) oleh user di wilayah Surakarta dalam menggunakan e-SPT PPN untuk pelaporan pajak pertambahan nilainya. Alasan kompleksitas tidak berpengaruh terhadap perceived usefulness adalah pengoperasian program e-SPT PPN tidak terlalu sulit dan rumit sehingga persepsi kegunaan oleh user tidak terpengaruh
commit to user
oleh kerumitan e-SPT PPN. Kedua, yaitu kerumitan dalam pemahaman dan penggunaan e-SPT PPN (kompleksitas) tidak berpengaruh terhadap penggunaan aktual teknologi tersebut (actual system use) dalam melaporkan PPN. Alasan kompleksitas tidak berpengaruh terhadap actual system use adalah belum ada ketertarikan untuk terus menggunakan e-SPT PPN karena sebagian user masih minim pengalaman dan belum terbiasa menggunakan program e-SPT PPN dalam pelaporan pajak.
B. KETERBATASAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel eksternal yaitu kompleksitas, sehingga memberikan peluang untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan mengkaji variabel-variabel lain yang belum dapat diobservasi oleh peneliti dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya menggunakan satu model pendekatan saja dalam mengukur penerimaan teknologi dalam masyarakat yaitu adalah model Technology Acceptance Model (TAM).
3. Keterbatasan dalam metode survei melalui kuesioner yaitu peneliti tidak bisa mengontrol jawaban responden apabila responden tidak jujur dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dan tidak lengkapnya pengisian kuesioner. Hal tersebut juga dikarenakan objek penelitian yang menjadi sampel merupakan penerapan sistem yang mandatory use sehingga user
commit to user
tetap akan menerima dan menggunakan e-SPT PPN karena sudah diwajibkan oleh perusahaan.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut.
1. Menambah variabel-variabel lainnya untuk dapat mengetahui faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi penerimaan e-SPT PPN oleh user. 2. Menggunakan model pendekatan yang lain yaitu Theory of Reasoned
Action (TRA) atau Theory of Planned Behavior (TPB) untuk mengukur penerimaan teknologi dalam masyarakat.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan survei wawancara secara langsung kepada responden selain kuesioner sehingga dapat meminimalkan adanya respon bias.