• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong

5.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Usaha Pembibitan Sapi Nilai tambah usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong dianalisis dengan

5.3.1.2 Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha pembibitan sapi potong disajikan pada lampiran 43. Lampiran 43 menunjukkan bahwa terdapat enam variabel yang berpengaruh terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y), yaitu harga harga anakan sapi (X1), harga indukan sapi (X2), biaya obat cacing (X3), biaya garam (X4), biaya BBM (X5) dan upah tenaga kerja (X6).

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha pembibitan sapi potong adalah sebagai berikut.

Y = 17068.285 + 0.255 X1 - 0.467 X2 + 0.043 X3 – 0.007 X4 – 0.018 X5 + 0 .134 X6 Keterangan : * Signifikansi

R² : 0,545

Signifikansi F : 0,000

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 17068.285. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong adalah sebesar 17068.285.

Lampiran 43 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,545. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 54,5% variasi nilai tambah usaha

pembibitan sapi potong (Y) dipengaruhi oleh harga anakan sapi (X1), harga indukan sapi (X2), biaya obat cacing (X3), biaya garam (X4), biaya BBM (X5) dan upah tenaga kerja (X6). Sedangkan sisanya, sebesar 45,5%, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Peternak sapi potong di daerah penelitian umumnya memiliki sumber pendapatan lain selain berusaha ternak sapi potong. Sehingga, peternak tidak benar-benar berusaha untuk meningkatkan nilai tambah usaha ternak pembibitan sapi potong.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.

1. Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 43. Tabel 43 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y), yaitu harga anakan sapi (X1), harga indukan sapi (X2), biaya obat cacing (X3), biaya garam (X4), biaya BBM (X5) dan upah tenaga kerja (X6) secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y).

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 43.

a. Harga Anakan Sapi (X1)

Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel harga anakan sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0.165. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga anakan sapi (X1) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y).

Variabel harga anakan sapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena ketersediaan anakan sapi yang diusahakan sebagai usaha pembibitan sapi potong cukup tersedia di Desa Ara Condong dengan harga yang dapat ditawar lebih rendah diantara peternak, sehingga harga anakan sapi dapat dibeli dengan harga yang lebih murah.

b. Harga Indukan Sapi (X2)

Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel harga indukan sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,292. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1

ditolak, yaitu variabel harga indukan sapi (X2) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y). Nilai koefisien regresi sebesar -0,467 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga indukan sapi sebesar Rp.1/Kg, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar

Rp.0,467 per Kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga indukan sapi, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.

Variabel harga indukan sapi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena harga indukan sapi yang dijual oleh peternak sapi potong di Desa Ara Condong relatif tidak berbeda jauh antara satu peternak dengan peternak lainnya.

c. Biaya Obat Cacing (X3)

Lampiran 45 menunjukkan bahwa variabel biaya obat cacing memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel biaya obat cacing (X3) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y).

d. Biaya Garam (X4)

Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel biaya garam memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,068. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga biaya garam (X4) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y). Nilai koefisien regresi sebesar -0,007 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga garam sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar Rp.0,007 per Kg.

Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga garam, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.

Variabel biaya garam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena ketersediaan garam cukup banyak tersedia di Desa Ara Condong dengan harga yang murah dan penggunaan garam sebagai penambah nafsu makan untuk sapi lebih efisien. Dimana untuk 1 bungkus garam atau 0,25 gram garam dapat digunakan untuk 3 ekor sapi.

e. Biaya BBM (X5)

Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel biaya BBM (Bahan Bakar Minyak) memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,105. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel biaya BBM (X5) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y). Nilai koefisien regresi sebesar -0,018 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga BBM sebesar Rp.1, maka terjadi penurunan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong sebesar Rp.0,018 per Kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga BBM, akan menyebabkan kenaikan nilai tambah usaha pembibitan sapi potong.

Variabel biaya BBM tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena penggunaan BBM pada usaha pembibitan sapi potong hanya digunakan untuk kegiatan mencari pakan hijauan yang jarak tempuhnya tidak terlalu

jauh dari rumah peternak, sehingga BBM tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong.

f. Upah Tenaga Kerja (X6)

Lampiran 43 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,404. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel upah tenaga kerja (X6) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong (Y).

Variabel upah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap variabel nilai tambah usaha pembibitan sapi potong karena tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, selain itu tenaga kerja tidak banyak digunakan dalam usaha pembibitan sapi potong di Desa Ara Condong. Tenaga kerja yang digunakan berkisar dari 1-3 orang, dimana 25 sampel hanya menggunakan 1 orang tenaga kerja, 4 sampel menggunakan 2 orang tenaga kerja dan 1 sampel menggunakan 3 orang tenaga kerja.

Hipotesis 2 diterima, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah usaha