• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

2) Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel penelitian, yaitu variabel gambaran tubuh dengan harga diri memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji Anova dengan bantuan program komputer SPSS version 16.0 For Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linear atau tidaknya hubungan antara kedua variabel adalah dilihat dari nilai linearitas yaitu jika p < 0,05 dan nilai deviasi dari linearitas yaitu jika p > 0,05 (Hadi, 2000).

41

Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa data dan pembahasan yang diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 120 orang pria yang berasal dari Kota Medan, Pekanbaru, Jakarta dan Bandung. Dari 120 subjek tersebut, diperoleh gambaran subjek berdasarkan usia, indeks massa tubuh dan kota tempat tinggal subjek.

a. Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Kategori Usia Jumlah (N) Bobot

Dewasa Awal 18 – 40 tahun 120 100%

Dewasa Madya 41 – 60 tahun 0 0%

Dewasa Akhir 61 tahun keatas 0 0%

Total 120 100%

Berdasarkan data pada tabel 4.1, diketahui bahwa seluruh subjek (100%) berada pada kategori dewasa awal dengan rentang usia antara 18 sampai 40 tahun.

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berdasarkan indeks massa tubuh subjek penelitian yang didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter) maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

IMT Kategori Jumlah (N) Bobot

< 17 Sangat Kurus 3 2,5% 17 – 18,4 Kurus 16 13,33% 18,5 – 24,9 Normal 74 61,67% 25 – 27 Gemuk 11 9,17% > 27 Sangat Gemuk 16 13,33% Total 120 100%

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa jumlah subjek dengan IMT sangat kurus ada 3 orang (2,5%), jumlah subjek dengan IMT kurus ada 16 orang (13,33%), jumlah subjek dengan IMT normal ada 74 orang (61,67%), jumlah subjek dengan IMT gemuk ada 11 orang (9,17%), dan jumlah subjek dengan IMT sangat gemuk ada 16 orang (13,33%).

c. Kota Tempat Tinggal

Berdasarkan kota tempat tinggal subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kota Tempat Tinggal

Kota Jumlah (N) Bobot

Medan 25 20,83%

Pekanbaru 11 9,17%

Jakarta 63 52,5%

Bandung 21 17,5%

Berdasarkan data pada tabel 4.3, diketahui bahwa jumlah subjek yang tinggal di Kota Medan ada 25 orang (20,83%), jumlah subjek yang tinggal di Kota Pekanbaru ada 11 orang (9,17%), jumlah subjek yang tinggal di Kota Jakarta ada 63 orang (52,5%), dan jumlah subjek yang tinggal di Kota Bandung ada 21 orang (17,5%).

2. Hasil Penelitian

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil uji normalitas, uji linearitas dan hasil analisa data hubungan gambaran tubuh dengan harga diri pada pria.

a. Uji Asumsi Penelitian 1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS version 16.0 For Windows. Data dikatakan terdistribusi normal apabila harga p ≥ 0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Variabel Gambaran Tubuh dan Variabel Harga Diri

Variabel Z p Keterangan

Gambaran Tubuh 0,522 0,948 Normal

Harga Diri 0,955 0,322 Normal

Kaidah normal yang digunakan untuk uji normalitas adalah jika p ≥

0,05 maka data penelitian terdistribusi normal, sebaliknya jika nilai p < 0,05 maka data penelitian tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel

gambaran tubuh diperoleh nilai Z = 0,522 dan p = 0,948. Hasil menunjukkan

bahwa nilai p (0,948) > α (0,05) maka data dari variabel gambaran tubuh terdistribusi normal. Hasil uji normalitas variabel harga diri diperoleh nilai Z = 0,955 dan p = 0,322. Hasil menunjukkan bahwa nilai p (0,322) > α (0,05)

maka data dari variabel harga diri terdistribusi normal.

2) Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel penelitian, yaitu variabel gambaran tubuh dan harga diri memiliki hubungan yang linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji Anova dengan bantuan program komputer SPSS version 16.0 For Windows. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linear jika nilai p (linearitas) < 0,05 dan nilai p (deviasi dari linearitas) > 0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Linearitas Variabel F (linearitas) p (linearitas) F (deviasi dari linearitas) p (deviasi dari linearitas) Keterangan Gambaran tubuh dengan harga diri 15,946 0,000 1,523 0,063 Linear

Dari hasil uji linearitas antara gambaran tubuh dengan harga diri, diperoleh nilai p (linearitas) = 0,000 (p < 0,05) dan nilai p (deviasi dari linearitas) = 0,063 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel gambaran tubuh memiliki hubungan yang linear dengan harga diri.

b. Hasil Analisa Data

1) Hasil Perhitungan Korelasi

Data dianalisis menggunakan Pearson Product Moment yang akan menjelaskan mengenai hubungan antara gambaran tubuh dengan harga diri dengan bantuan program komputer SPSS version 16.0 For Windows. Hasil perhitungan korelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Korelasi Antara Gambaran Tubuh dengan Harga Diri

Variabel r p Keterangan

Gambaran tubuh dengan harga diri

0,325 0,000 Berkorelasi

Hasil perhitungan korelasi antara gambaran tubuh dengan harga diri, diperoleh nilai r = 0,325 dengan tingkat signifikansi koefisien korelasi p = 0,000 (p < 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gambaran tubuh dengan harga diri pada pria yang mengikuti penelitian ini. Dari hasil korelasi Pearson Product Moment, diketahui arah hubungannya adalah positif yang menunjukkan bahwa semakin positif gambaran subjek terhadap tubuhnya sendiri maka harga diri subjek juga akan semakin tinggi dan semakin negatif gambaran subjek terhadap tubuhnya sendiri maka harga diri subjek juga akan semakin rendah.

Berdasarkan hasil pengolahan data hubungan gambaran tubuh dengan harga diri diperoleh koefisien determinan (R²) sebesar 0,11. Hal ini mengandung pengertian bahwa kontribusi gambaran tubuh terhadap harga diri sebesar 11% dan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain selain gambaran tubuh.

2) Kategorisasi

Analisa data penelitian dapat dilakukan dengan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal.

a) Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian tentang kategori gambaran tubuh dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Deskripsi Data Penelitian Gambaran Tubuh Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Gambaran Tubuh 43 85 65,2 8,7 24 96 60 12

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh mean empirik untuk skala gambaran tubuh sebesar 65,2 dengan SD empirik sebesar 8,7, sedangkan untuk mean hipotetiknya sebesar 60 dengan SD hipotetiknya sebesar 12.

Data penelitian tentang kategori harga diri dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Deskripsi Data Penelitian Harga Diri Variabel Skor Empirik Skor Hipotetik

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

Harga Diri 53 95 71,1 7,8 24 96 60 12

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh mean empirik untuk skala harga diri sebesar 71,1 dengan SD empirik sebesar 7,8, sedangkan untuk mean hipotetiknya sebesar 60 dengan SD hipotetiknya sebesar 12.

b) Kategorisasi Data Penelitian

Berdasarkan kategorisasi subjek penelitian secara empirik, data dikelompokkan dalam beberapa tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma-norma tertentu. Menurut Azwar (2000), subjek dikategorikan menjadi dua kelompok dengan menggunakan rumus:

Tinggi / Positif = X ≥Mean + (Z)(SD/√N)

Tidak Terkategorisasi = Mean – (Z)(SD/√N) < X < Mean + (Z)(SD/√N)

Rendah / Negatif = X ≤Mean – (Z)(SD/√N)

Kriteria variabel gambaran tubuh pada pria dengan jumlah frekuensi dan bobotnya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Kategorisasi Data Gambaran Tubuh

Kategori Rentang Nilai Jumlah Bobot

Positif X ≥ 62 76 63,33%

Tidak Terkategorisasi 58 < X < 62 23 19,17%

Negatif X ≤ 58 21 17,5%

Total 120 100%

Pada tabel 4.9 diketahui terdapat 76 orang subjek (63,33%) yang memiliki gambaran tubuh positif, 23 orang subjek (19,17%) memiliki gambaran tubuh yang tidak terkategorisasi dan 21 orang subjek (17,5%) yang memiliki gambaran tubuh negatif. Subjek yang memiliki gambaran tubuh yang tidak terkategorisasi (berada antara positif dan negatif) tidak ikut diklasifikasikan karena tujuan semula penelitian memang hanya untuk memisahkan subjek ke dalam dua kategori saja.

Kriteria variabel harga diri pada pria dengan jumlah frekuensi dan bobotnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10 Kategorisasi Data Harga Diri

Kategori Rentang Nilai Jumlah Bobot

Tinggi X ≥ 62 108 90%

Tidak Terkategorisasi 58 < X < 62 9 7,5%

Rendah X ≤ 58 3 2,5%

Total 120 100%

Pada tabel 4.10 diketahui terdapat 108 orang subjek (90%) yang memiliki harga diri tinggi, 19 orang subjek (7,5%) memiliki harga diri yang tidak terkategorisasi dan 3 orang subjek (2,5%) yang memiliki harga diri rendah. Subjek yang memiliki harga diri yang tidak terkategorisasi (berada antara tinggi dan rendah) tidak ikut diklasifikasikan karena tujuan semula penelitian memang hanya untuk memisahkan subjek ke dalam dua kategori saja

.

d) Data Penelitian Tambahan

Setelah dilakukan pengujian statistik untuk data utama dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara gambaran tubuh dengan harga diri pada pria yang mengikuti penelitian ini. Selain itu, peneliti juga ingin melihat lebih jauh mengenai hubungan tersebut berdasarkan perbandingan dimensi masing-masing variabel, indeks massa tubuh dan kota tempat tinggal subjek.

Berikut adalah penjabaran nilai signifikansi perbandingan antara dimensi gambaran tubuh dengan komponen harga diri dapat dilihat pada tabel 4.10 ini.

Tabel 4.11 Nilai Signifikansi Perbandingan Antara Dimensi Gambaran Tubuh Dengan Komponen Harga Diri

Harga Diri Total PD PM PB Gambaran Tubuh Total r = 0,325; p = 0,000 r = 0,278; p = 0,001 r = 0,302; p = 0,000 r = 0,276; p = 0,001

Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

EP r = 0,511; p = 0,000 r = 0,388; p = 0,000 r = 0,484; p = 0,000 r = 0,480; p = 0,000

Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

OP r = -0,158; p = 0,043 r = -0,158; p = 0,042 r = -0,103; p = 0,131 r = -0,145; p = 0,058

Signifikan Signifikan Nonsignifikan Nonsignifikan

KBT r = 0,145; p = 0,057 r = 0,174; p = 0,028 r = 0,086; p = 0,177 r = 0,111; p = 0,114 Nonsignifikan Signifikan Nonsignifikan Nonsignifikan

KMG r = 0,153; p = 0,048 r = 0,151; p = 0,050 r = 0,164; p = 0,037 r = 0,091; p = 0,161

Signifikan Nonsignifikan Signifikan Nonsignifikan

PUK r = 0,222; p = 0,007 r = 0,176; p = 0,027 r = 0,229; p = 0,006 r = 0,186; p = 0,021

Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

Keterangan:

EP : Evaluasi Penampilan OP : Orientasi Penampilan

KBT :Kepuasan terhadap Bagian Tubuh KMG :Kecemasan Menjadi Gemuk PUK :Pengkategorian Ukuran Tubuh PD :Perasaan Diterima

PM :Perasaan Mampu PB :Perasaan Berharga

Berdasarkan tabel 4.11, dapat terlihat bahwa hubungan signifikan hanya terdapat pada perbandingan antara:

1. Skor total gambaran tubuh dengan skor total harga diri, komponen perasaan diterima, perasaan mampu, dan perasaan berharga

2. Skor total harga diri dengan dimensi evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh 3. Dimensi evaluasi penampilan dengan komponen perasaan diterima, perasaan

4. Dimensi orientasi penampilan dengan komponen perasaan diterima

5. Dimensi kepuasan terhadap bagian tubuh dengan komponen perasaan diterima 6. Dimensi kecemasan menjadi gemuk dengan komponen perasaan mampu 7. Dimensi pengkategorian ukuran tubuh dengan komponen perasaan diterima,

perasaan mampu, dan perasaan berharga

Berikut adalah tabel nilai signifikansi perbandingan antara gambaran tubuh dengan harga diri berdasarkan indeks massa tubuh subjek.

Tabel 4.12 Nilai Signifikansi Perbandingan Antara Gambaran Tubuh Dengan Harga Diri Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

IMT Kategori Jumlah (N) r P Keterangan

< 17 Sangat Kurus 3 -0,980 0,128 Nonsignifikan

17 – 18,4 Kurus 16 0,166 0,536 Nonsignifikan

18,5 – 24,9 Normal 74 0,253 0,300 Nonsignifikan

25 – 27 Gemuk 11 0,852 0,000 Signifikan

> 27 Sangat Gemuk 16 0,380 0,162 Nonsignifikan

Total 120

Berdasarkan tabel 4.12, dapat terlihat bahwa hubungan signifikan hanya terdapat pada responden dari kategori gemuk.

Berikut adalah tabel nilai signifikansi perbandingan antara gambaran tubuh dengan harga diri berdasarkan kota tempat tinggal subjek.

Tabel 4.13 Nilai Signifikansi Perbandingan Antara Gambaran Tubuh Dengan Harga Diri Berdasarkan Kota Tempat Tinggal

Kota Jumlah (N) R P Keterangan

Medan 25 0,252 0,224 Nonsignifikan

Pekanbaru 11 -0,053 0,878 Nonsignifikan

Jakarta 63 0,353 0,004 Signifikan

Bandung 21 0,500 0,210 Nonsignifikan

Total 120

Berdasarkan tabel 4.13, dapat terlihat bahwa hubungan signifikan hanya terdapat pada responden yang bertempat tinggal di Jakarta.

Dokumen terkait