BAB V Pembahasan
B. Pengujian Prasarat Analisis
2. Uji Linieritas
Setelah dilakukan uji normalitas maka selanjutnya dilakukan uji
linieritas. Tujuan dilakukan pengujian linieritas adalah untuk mengetahui
apakah ada hubungan linier atau tidak antara variabel-variabel bebas dengan
variabel kedisiplinan belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi,
variabel jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi, variabel
kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer
melalui SPSS 13.0, dan digunakan statistik uji F dengan tingkat signifikansi
5% dan derajat kebebasan n-k-1. Hasil pengujian hubungan antara variabel
bebas (X) dan variabel terikat (Y) sebagai berikut:
Hasil pengujian hubungan antara variabel bebas kedisiplinan belajar
(X1) dengan variabel terikat prestasi belajar akuntansi (Y) di dapat Fhitung
0,682 pada derajat kebebasan df 8,30. Karena Fhitung < Ftabel, atau 0,682 < 2,27,
maka hubungannya adalah linier.
Hasil pengujian hubungan antara variabel bebas jumlah jam belajar
(X2) dengan variabel terikat prestasi belajar akuntansi (Y) di dapat Fhitung 0,238
pada derajat kebebasan df 3,35. Karena Fhitung < Ftabel, atau 0,238 < 2,89, maka
hubungannya adalah linier.
Hasil pengujian hubungan antara variabel bebas kemandirian belajar
akuntansi (X3) dengan variabel terikat prestasi belajar akuntansi (Y) di dapat
Fhitung 0,821 pada derajat kebebasan df 14,24. Karena Fhitung < Ftabel, atau 0,821
< 2,13, maka hubungannya adalah linier.
Dengan melihat hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa hubungan antara masing-masing variabel terikat adalah linier. Sehingga
3. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dapat dideteksi pada model regresi, apabila pada
variabel terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi kuat satu
sama lain. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS 13.0 dengan hasil pengujian sebagai berikut:
Tabel 5.6 Uji Multikolinearitas Coefficientsa 54,517 9,996 5,454 ,000 ,535 ,470 ,209 1,137 ,263 ,741 1,350 1,480 1,029 ,233 1,438 ,159 ,950 1,052 -,023 ,249 -,017 -,091 ,928 ,709 1,411 (Constant) kedisiplinan jam kemandirian Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: prestasi a.
Dari hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel kedisiplinan
belajar (X1) ditemukan nilai VIF sebesar 1,350.
Dari hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel jumlah jam
belajar (X2) ditemukan nilai VIF sebesar 1,052.
Dari hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel kemandirian
belajar akuntansi (X3) ditemukan nilai VIF sebesar 1,411. Oleh karena nilai
VIF < 10, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diantara variabel-
variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS
13.0 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 5.7 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa -2,930 5,641 -,519 ,607 ,315 ,265 ,223 1,187 ,243 ,013 ,581 ,004 ,023 ,982 ,035 ,140 ,047 ,247 ,806 (Constant) kedisiplinan jam kemandirian Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Dependent Variable: abresid a.
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas untuk variabel kedisiplinan
belajar (X1) ditemukan nilai sig-(P = 0,243); variabel jumlah jam belajar (X2)
ditemukan nilai sig-(P = 0,982); variabel kemandirian belajar akuntansi (X3)
ditemukan nilai sig-(P = 0,806). Oleh karena nilai sig-(P) > 0,05. Maka dapat
disimpulkan diantara variabel-variabel bebas tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
3) Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-
Watson. Regresi yang terdeteksi otokorelasi dapat berakibat biasnya interval
kepercayaan dan ketidaktepatan uji F dan uji T (Triton, 2005:156). Pengujian
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 13.0,
Tabel 5.8 Uji Autokorelasi Model Summaryb ,250a ,063 -,016 3,19224 2,042 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson
Predictors: (Constant), kemandirian, jam, kedisiplinan a.
Dependent Variable: abresid b.
Gambar 5.9
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Durbin Watson
Dari hasil pengujian otokorelasi untuk variabel bebas kedisiplinan
belajar, jumlah jam belajar, dan kemandirian belajar akuntansi ditemukan D-
Whitung = 2,042 (n=40; 4-dL (1,3384) = 2,6616; 4 – dU (1,6589) = 2,3411; k
=3), oleh karena nilai D-W > 4 – dL, maka diantara variabel-variabel bebas
terjadi gejala autokorelasi negatif.
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini ada empat hipotesis yang akan diuji. Hipotesis
pertama, hipotesis kedua, dan hipotesis ketiga diuji dengan menggunakan
SPSS 13.0. Sedangkan hipotesis keempat menggunakan analisis regresi linier
ganda tiga variabel bebas yang dikerjakan dengan bantuan program SPSS
13.0.
Hasil perhitungan diperoleh korelasi antara masing-masing variabel
bebas yaitu kedisiplinan belajar (X1), jumlah jam belajar (X2), dan
kemandirian belajar akuntansi (X3), dengan variabel terikat (Y), seperti yang
diterangkan dalam tabel berikut:
Tabel 5.10
Hasil korelasi antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat Variabel
Bebas
Variabel
Terikat N rhitung Signifikansi Kesimpulan
X1 Y 40 0,212 0,190 Tidak Signifikan X2 Y 40 0,240 0,136 Tidak Signifikan X3 Y 40 0,138 0,396 Tidak Signifikan
1. Hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi
a. Perumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan prestasi
belajar akuntansi
H1 = Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar
Tabel 5.11
Korelasi Kedisiplinan Belajar
kedisiplinan prestasi
Kedisiplinan PearsonCorrelation Sig. (2-tailled)
N
Prestasi Pearson Correlation Sig. (2-tailled) N 1 0,212 0,190 40 40 0,212 1 0,190 40 40
b. Menentukan koefisien korelasi antara kedisiplinan belajar dengan prestasi
belajar akuntansinya atau mencari nilai rhitung nya.
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,212 dan taraf signifikansi 0,190. Karena taraf signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka tidak signifikan, dan H0 diterima. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan tidak ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan
prestasi belajar akuntansi.
c. Interpretasi hubungan antara variabel kedisiplinan belajar dengan prestasi
belajar akuntansi dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,212. Hal ini berarti bahwa antara variabel kedisiplinan belajar (X1)
dengan variabel prestasi belajar akuntansi (Y) terdapat hubungan positif yang
rendah. Oleh karena itu jika kedisiplinannya rendah maka prestasi belajar
akuntansinya juga rendah.
2. Hubungan antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi
a. Perumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi
H1 = Ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi belajar
akuntansi
Tabel 5.12
Korelasi Jumlah Jam Belajar
Jam belajar Prestasi
Jam Belajar PearsonCorrelation Sig. (2-tailled) N
Prestasi Pearson Correlation Sig. (2-tailled) N 1 0,240 0,136 40 40 0,240 1 0,136 40 40
b. Menentukan koefisien korelasi antara jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi atau mencari nilai rhitung nya.
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,240 dan taraf signifikansi 0,136. Karena taraf signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka tidak signifikan, dan H0 diterima. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan tidak ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan
prestasi belajar akuntansi.
c. Interpretasi hubungan antara variabel jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi dengan menggunakan pedoman sebagai berikut
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,240. Hal ini berarti bahwa antara variabel jumlah jam belajar (X2)
dengan variabel prestasi belajar akuntansi (Y) terdapat hubungan positif yang
rendah. Oleh sebab itu jika jumlah jam belajar rendah maka prestasi belajar
3. Hubungan antara kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar
akuntansi
a. Perumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan positif antara kemandirian belajar akuntansi dengan
prestasi belajar akuntansi
H1 = Ada hubungan positif antara kemandirian belajar akuntansi dengan
prestasi belajar akuntansi
Tabel 5.13
Korelasi Kemandirian Belajar Akuntansi kemandirian
belajar prestasi Kemandirian Belajar PearsonCorrelation
Sig. (2-tailled) N
Prestasi Pearson Correlation Sig. (2-tailled) N 1 0,138 0,396 40 40 0,138 1 0,396 40 40
b. Menentukan koefisien korelasi antara kemandirian belajar akuntansi dengan
prestasi belajar akuntansi
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,138 dan taraf signifikansi 0,396, karena taraf signifikansi lebih besar
dari 0,05, maka H0 diterima. Sedangkan dari persamaan regresi menunjukkan
nilai b3 (-), sehingga arah hubungannya adalah negatif. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan negatif antara variabel
kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
c. Interpretasi hubungan antara variabel jumlah jam belajar dengan prestasi
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,138. Hal ini berarti bahwa antara variabel kemandirian belajar
akuntansi (X3) dengan variabel prestasi belajar akuntansi (Y) terdapat
hubungan positif yang sangat rendah. Namun dari persamaan regresi
menunjukkan nilai b3 (-), sehingga arah hubungannya adalah negatif. Dengan
demikian hubungan antara variabel kemandirian belajar akuntansi dengan
prestasi belajar akuntansi adalah negatif. Oleh sebab itu jika kemandirian
belajar akuntansinya rendah, maka prestasi belajar akuntansinya tinggi.
4. Hubungan antara kedisiplinan belajar (X1), jumlah jam belajar (X2),
kemandirian belajar akuntansi (X3), dengan prestasi belajar akuntansi (Y)
a. Perumusan Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar, jumlah jam
belajar, kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi
H1 = Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar, dan
kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi
b. Menentukan koefisien korelasi kedisiplinan belajar (X1), jumlah jam belajar
(X2), kemandirian belajar akuntansi (X3) dengan prestasi belajar akuntansi (Y)
Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi ganda (lihat lampiran V)
diperoleh nilai Ry123 sebesar 0,313. Untuk menguji signifikansi nilai koefisien
korelasi Ry123 maka digunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa Fhitung sebesar 1,302 sementara Ftabel pada df
(3,36) adalah 2,86. Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,302 < 2,86). Taraf
dengan kata lain tidak ada hubungan yang positif antara variabel kedisiplinan
belajar, jumlah jam belajar, dan kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi
belajar akuntansi. Tetapi untuk kemandirian belajar akuntansi dari persamaan
regresi menunjukkan nilai b3 (-), sehingga arah hubungannya adalah negatif.
c. Interpretasi hubungan antara variabel kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar,
dan kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi
Berdasarkan tabel output SPSS 13.0 diketahui bahwa nilai rhitung
sebesar 0,313. Hal ini berarti bahwa antara variabel kedisiplinan belajar (X1),
jumlah jam belajar (X2) dengan variabel prestasi belajar akuntansi (Y) terdapat
hubungan positif yang rendah. Artinya jika kedisiplinan dan jumlah jam
belajar rendah, maka prestasi belajar juga rendah. Sedangkan untuk
kemandirian belajar akuntansi (X3) dari persamaan regresi menunjukkan nilai
b3 (-), sehingga arah hubungannya adalah negatif. Dengan demikian hubungan
antara variabel kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi belajar
akuntansi adalah negatif. Oleh sebab itu jika kemandirian belajar akuntansinya
rendah, maka prestasi belajar akuntansinya tinggi.