HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR, DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR AKUNTANSI DENGAN PRESTASI BELEJAR
AKUNTANSI
Studi Kasus Pada SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta
Yoseph Kurniawan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan: (1)
kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi. (2) jumlah jam belajar
dengan prestasi belajar akuntansi. (3) kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi
belajar akuntansi. (4) hubungan kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar,
kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi kelas XI IPS.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di SMA GAMA Yogyakarta pada
bulan
Januari-April 2011. Populasi penelitian ini adalah siswa IPS yang
berjumlah 109 dan sampel yang diambil 40 siswa dikelas XI IPS. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling
. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi
product moment
dan regresi
linier ganda. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%.
THE RELATIONSHIP BETWEEN DISCIPLINE IN STUDYING,
LEARNING TIME ALLOCATION, AND INDEPENDENCE IN STUDYING
ACCOUNTING AND THE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT ON
THE SUBJECT OF ACCOUNTING
A Case Study on Students of GAMA Senior High School (Third March)
In Yogyakarta
Yoseph Kurniawan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
The aim of this research is to know whether there are any relationship
between: (1) the students’ discipline in studying accounting; (2) the students’
learning time allocation in studying accounting; (3) the students’ learning
independence in studying accounting; and (4) the students’ discipline, learning time
allocation, learning independence in studying accounting and the students’ learning
achievement on the subject of accounting.
The research was conducted at GAMA Senior High School in Yogyakarta
from January until april 2011. The research population was 109 students of the
Social Sciences Department. The samples were 40 students of the eleventh grade of
Social Sciences Department. The technique of taking samples was porpusive
sampling technique. The data gathering technique were questionnaire and
documentation. Data analysis techniques that the researcher used in the research
were the correlation product moment and double regression. The significan level of
the hypothesis testing was 5%.
HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR, JUMLAH JAM
BELAJAR, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus: SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta
di Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Yoseph Kurniawan
(061334021)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR, JUMLAH JAM
BELAJAR, DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus: SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta
di Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Yoseph Kurniawan
(061334021)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi ini kupe rse m b a hka n untuk Tuha n Ye sus Kristus da n Bunda Ma ria O ra ng Tua ku Alm .Sim o n Pa ty da n Enda ng Purwo sa so ng ko (Akhirnya sa la h sa tu c ita - c ita te rb e sa rm u te rc a pa i b pa k..) Ka ka k- ka ka kku Ma s Tinus Se ke lua rg a , Mb a k Ana Se ke lua rg a , da n Ma s Erik Se ke lua rg a Istriku Ste fa ni Ing g it(da n Sa ha b a t Ke c ilku A.Da re ll)
MOTTO
“Manfaatkanlah Waktu dan Kesempatan yang ada untuk meraih sebuah keberhasilan dan kesuksesan”
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:22).”
Semua “orang berhasil” memiliki kenangan manis berupa
saat – saat terpahit yang pernah mereka lewati .”
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juli 2011
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
: Yoseph Kurniawan
Nomor Mahasiswa : 061334021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Kedisiplinan Belajar, Jumlah Jam Belajar, dan Kemandirian Belajar
Akuntansi dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Studi Kasus Siswa-siswi SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari
saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Juli 2011
Yang menyatakan,
HUBUNGAN KEDISIPLINAN BELAJAR, JUMLAH JAM BELAJAR, DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR AKUNTANSI DENGAN PRESTASI BELEJAR
AKUNTANSI
Studi Kasus Pada SMA GAMA (Tiga Maret) Yogyakarta
Yoseph Kurniawan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan: (1)
kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi. (2) jumlah jam belajar
dengan prestasi belajar akuntansi. (3) kemandirian belajar akuntansi dengan prestasi
belajar akuntansi. (4) hubungan kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar,
kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi kelas XI IPS.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di SMA GAMA Yogyakarta pada
bulan
Januari-April 2011. Populasi penelitian ini adalah siswa IPS yang
berjumlah 109 dan sampel yang diambil 40 siswa dikelas XI IPS. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling
. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi
product moment
dan regresi
linier ganda. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%.
THE RELATIONSHIP BETWEEN DISCIPLINE IN STUDYING,
LEARNING TIME ALLOCATION, AND INDEPENDENCE IN STUDYING
ACCOUNTING AND THE STUDENT’S LEARNING ACHIEVEMENT ON
THE SUBJECT OF ACCOUNTING
A Case Study on Students of GAMA Senior High School (Third March)
In Yogyakarta
Yoseph Kurniawan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
The aim of this research is to know whether there are any relationship
between: (1) the students’ discipline in studying accounting; (2) the students’
learning time allocation in studying accounting; (3) the students’ learning
independence in studying accounting; and (4) the students’ discipline, learning time
allocation, learning independence in studying accounting and the students’ learning
achievement on the subject of accounting.
The research was conducted at GAMA Senior High School in Yogyakarta
from January until april 2011. The research population was 109 students of the
Social Sciences Department. The samples were 40 students of the eleventh grade of
Social Sciences Department. The technique of taking samples was porpusive
sampling technique. The data gathering technique were questionnaire and
documentation. Data analysis techniques that the researcher used in the research
were the correlation product moment and double regression. The significan level of
the hypothesis testing was 5%.
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan Kedisiplinan Belajar, Jumlah Jam Belajar, dan Kemandirian Belajar
Akuntansi dengan Prestasi Belajar Akuntansi. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan, bimbingan, dorongan, dan perhatian yang tidak ternilai harganya dari
berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.
Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik,
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6.
Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
7.
Bapak Drs. Untung Sudarmaji, selaku kepala sekolah SMA GAMA yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMA GAMA Yogyakarta.
8.
Segenap dosen serta seluruh staff karyawan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (terutama untuk mbak Aris dan mas Antok) yang telah memberikan
kelancaran dan bantuan sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.
9.
Orang Tuaku Ibu Simon Paty, Eyangku di klaten (I Love You so much),
mertuaku dan Kakak-Kakakku, Istriku Inggit dan anakku Darel yang tercinta yang
telah memberikan doa, dukungan moril dan materil dalam kelancaran skripsi ini.
10.
Teman-temanku PAK ’04 (Bang Weli, Ms.Brintil, Lutfi, dan Acong), Pak ’05
(Ms Eka, Yanto, Budiman, Yansen, Lilik, Vebran, mbak Ratna), dan Suempak
’06 (Johan, Ardidut, Arcil, Beni, Fery Klepu, Sisil, Wahyu, Tio, Lina, Daru,
Lena, Ninin) terimakasih atas semangat, doa dan bantuannya.
Yogyakarta, Juli 2011
Penulis
HALAMAN JUDUL
………. I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
... ii
HALAMAN PENGESAHAN
... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
... iv
MOTTO
... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI
... vii
ABSTRAK
... viii
ABSTRACT
... ix
KATA PENGANTAR
... xi
DAFTAR ISI
... xii
DAFTAR TABEL
... xv
DAFTAR GAMBAR
... xvi
DAFTAR LAMPIRAN
... xvii
BAB I Pendahuluan ... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Identifikasi Masalah ... 7
C.
Batasan Masalah ... 7
D.
Rumusan Masalah ... 8
E.
Tujuan Penelitian ... 8
F.
Manfaat Penelitian ... 9
BAB II Tinjauan Pustaka ... 10
A.
Deskripsi Teoritik ... 10
1.
Belajar ... 10
a.
Pengertian Belajar ... 10
b.
Faktor-faktor Belajar ... 11
c.
Tujuan Belajar ... 14
d.
Prinsip-prinsip Belajar ... 14
2.
Prestasi Belajar ... 17
a.
Pengertian Prestasi Belajar ... 17
b.
Fungsi dan Kegunaan ... 19
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 20
3.
Kedisiplinan Belajar ... 21
a.
Pengertian Disiplin Belajar ... 21
b.
Macam-macam Disiplin Belajar ... 25
1)
Kedisiplinan di Sekolah ... 25
2)
Kedisiplinan di Rumah ... 27
4.
Jumlah Jam Belajar ... 29
5.
Kemandirian Belajar ... 30
a.
Pengertian Kemandirian Belajar ... 30
b.
Ciri-ciri Kemandirian ... 31
B.
Kerangka Berfikir ... 35
C.
Paradigma Penelitian ... 39
D.
Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III Metodologi Penelitian ... 41
A.
Jenis Penelitian ... 41
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
C.
Subjek dan Objek Penelitian ... 41
D.
Populasi dan Sampel ... 42
1.
Populasi………… ... 42
2.
Sampel
...
43
3.
Tehnik Pengambilan Sampel ... 43
E.
Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 44
1.
Variabel Penelitian ... 44
2.
Pengukuran Variabel ... 45
F.
Data Yang diperlukan ... 46
G.
Tekhnik Pengumpulan Data ... 47
H.
Instrument Penelitian ... 48
I.
Uji Coba Instrument ... 51
J.
Tekhnik Analisis Data ... 57
1.
Uji Deskriptif Data ... 57
2.
Uji Prasarat……... ... 58
3.
Uji Asumsi Klasik ... 60
4.
Uji Hipotesa……. ... 62
BAB IV Hasil Temuan Lapangan ... 66
A.
Sejarah Sekolah ... 66
B.
Visi, Misi, dan Tujuan ... 67
C.
Sistem Pendidikan SMA GAMA ... 68
D.
Kurikulum SMA GAMA ... 70
E.
Struktur Oranisasi SMA GAMA ... 71
F.
Sumber Daya SMA GAMA ... 77
G.
Siswa SMA GAMA ... 77
H.
Kondisi Fisik dan Linkungan SMA GAMA ... 78
I.
Hubungan Antara Satuan Pendidikan dan Instansi Lain ... 81
J.
Komite SMA GAMA ... 82
BAB V Pembahasan ... 85
A.
Deskripsi Data ... 85
B.
Pengujian Prasarat Analisis ... 92
1.
Uji Normalitas ... 92
2.
Uji Linieritas ... 93
3.
Uji Asumsi Klasik ... 95
C.
Hipotesis Penelitian ... 97
D.
Pembahasan Hasil Penelitian ... 103
Tabel 1.1.
Observasi Kegiatan Siswa ... 6
Tabel 3.1.
Kisi-kisi dan Indikator ... 49
Tabel 3.2.
Uji 1 Validitas variabel Kedisiplinan belajar ... 53
Tabel 3.3
Uji 2 Validitas variabel kedisiplinan belajar ... 54
Tabel 3.4
Uji 1 Validitas Jumlah Jam Belajar ... 54
Tabel 3.5
Uji 2 Validitas Jumlah Jam Belajar ... 55
Tabel 3.6
Uji Validitas Kemandirian Belajar ... 55
Tabel 3.7
Uji Reliabilitas ... 57
Tabel 3.8
PAP Tipe II ... 58
Tabel 3.9
Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 63
Tabel 4.1
Data Siswa SMA GAMA ... 78
Tabel 5.1
Interpretasi PAP Kedisiplinan Belajar ... 87
Tabel 5.2
Interpretasi PAP Jumlah Jam Belajar ... 88
Tabel 5.3
Interpretasi PAP Kemandirian Belajar ... 90
Tabel 5.4
Interpretasi PAP Prestasi Belajar ... 92
Tabel 5.5
Uji Normalitas ... 93
Tabel 5.6
Uji Multikolinearitas ... 95
Tabel 5.7
Uji Heteroskedastisitas ... 96
Tabel 5.8
Uji Autokorelasi ... 97
Tabel 5.10
Hasil Korelasi Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 98
Tabel 5.11
Korelasi Kedisiplinan belajar ... 99
Tabel 5.12
Korelasi Jumlah Jam Belajar ... 100
Lampiran 1 Instrumen Observasi dan Nilai Rapor ... 117
Instrumen
Observasi
...
118
Nilai Rapor kelas XI IPS semester 1 ... 119
KKM siswa kelas XI IPS ... 123
Lampiran 2 Kuesioner dan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 124
Kuesioner
...
125
Data
Induk
...
130
Uji Validitas dan Reliabilitas ... 132
Lampiran 3 Kuesioner dan Data Induk ... 135
Kuesioner
...
136
Data
Induk
...
141
Lampiran 4 Uji Prasarat dan Uji Asumsi Klasik ... 148
Normalitas
dan
Linieritas
...
149
Uji
Asumsi
Klasik
...
152
Deskriptif
Data
...
156
PAP tipe II ... 173
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bidang yang terpenting dalam pembangunan
masyarakat suatu negara. Hal ini disebabkan pembangunan di berbagai bidang
membutuhkan manusia yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti serta taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengingat hal demikian, melalui pendidikan
upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dapat
diwujudkan.
Perwujudan masyarakat Indonesia yang berkualitas merupakan
tanggung jawab bersama dan sekaligus menjadi tanggung jawab pemerintah,
karena kualitas pendidikan merupakan indikator dari kualitas masyarakat.
Tanggung jawab tersebut terfokus pada upaya mempersiapkan peserta didik
yang mempunyai keunggulan, kreatif, mandiri, dan profesional dalam
bidangnya masing-masing. Oleh karena itu upaya pemerintah yang dilakukan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan saat ini yaitu dengan mengganti
kurikulum 1994 dengan kurikulum baru yaitu kurikulum 2004 atau disebut
juga dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Indriani, 2006:16).
Membentuk suatu masyarakat yang berkualitas tidaklah mudah, hal ini
perlu ditanamkan semangat untuk terus berprestasi. Manusia yang berprestasi
sangat dibutuhkan di jaman sekarang ini, karena merupakan tuntutan yang
prestasi, banyak hal yang mempengaruhi anak didik antara lain peranan orang
tua dalam penanaman nilai disiplin, jumlah jam belajar, kemandirian belajar
serta peranan guru dalam memotivasi belajar siswa, pengaruh lingkungan,
fasilitas pendukung, bimbingan guru, dan sebagainya.
Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan
belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa
harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Menurut
Poerwadarminto (Sakdiyah, 2006:3) disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk dari serangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, atau keterikatan terhadap suatu peraturan tata
tertib. Disiplin juga dapat memberikan mana yang boleh dan mana yang tidak
boleh dilakukan. Perilaku disiplin sangat dibutuhkan dalam pembinaan
perkembangan siswa menuju masa depan yang lebih baik.
Perlunya disiplin di sekolah adalah mendidik siswa untuk berprilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Masalah disiplin siswa di sekolah tidak
dapat dipisahkan dari masalah tata tertib sekolah. Jadi disiplin sekolah
merupakan cerminan langsung dari kepatuhan seorang siswa dalam
melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan
siswa dalam melaksanakan tata tertib di sekolahnya akan mendukung
terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan berguna untuk
mencapai hasil belajar yang optimal (Sakdiyah, 2006:4).
Perilaku disiplin ini juga harus diterapkan di luar lingkungan sekolah,
siswa di luar jam pelajaran, melainkan juga saat siswa belajar. Menurut Tu’u
siswa yang memiliki disiplin belajar akan menunjukkan kesiapannya dalam
mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah, dan
memiliki kelengkapan belajar misalnya buku dan alat belajar lainnya.
sebaliknya siswa yang kurang disiplin belajar tidak menunjukkan kesiapan
dalam mengikuti pelajaran, tidak mengerjakan tugas-tugas, suka membolos,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dan tidak memiliki kelengkapan belajar
(Sakdiyah, 2006:4).
Perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi 2004, atau sering
disebut dengan KBK membuat siswa harus dapat aktif dan mencari sendiri
pengetahuan yang diajarkan. Dalam hal ini siswa dituntut kemandiriannya
agar dapat memahami materi, khususnya akuntansi. Salah satu indikator
keberhasilan KBK menurut Mulyasa adalah tumbuhnya kemandirian dan
berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah, bersifat adaptif, dan
proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi (ulet, inovatif, berani
menanggung resiko), sehingga siswa dituntut untuk mencapai kemandirian
belajar yang tinggi agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai (Indriani,
2006:18).
Dalam usaha pencapain prestasi belajar, jumlah jam belajar yang
dipergunakan untuk belajar perlu diperhatikan. Sebagai seorang pelajar
hendaknya terampil dalam mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu
dan menggunakan waktu secara efesien merupakan hal yang terpenting dalam
2009:4). Sesungguhnya kemampuan menggunakan waktu secara efesien
merupakan salah satu prestasi yang terpenting dari seluruh hidup anda.
Keterampilan mengelola waktu khususnya untuk keperluan studi harus
dikembangkan dan diterapkan dalam studi.
Gie mengatakan bahwa waktu senantiasa ada dan tersedia setiap saat,
dengan demikian waktu tidak bisa ditabung atau disimpan pada kesempatan
lain. Maka sebagai seorang pelajar hendaknya memiliki suatu kebiasaan
mengunakan waktu sekarang juga atau pada saat ini juga. Kebiasaan
memanfaatkan waktu sekarang juga dapat mengikis kecenderungan diri siswa
untuk menunda-nunda waktu, mengulur-ngulur tempo, mencari-cari alasan
untuk tidak mengerjakan tugas saat ini juga, atau bahkan mencari hari yang
baik ataupun menanti saat yang cocok untuk memulai menyempurnakan
catatan, membaca buku wajib, membuat catatan studi, menghafal bahan
pelajaran, dan menulis tugas. Seorang siswa yang unggul memiliki kebiasaan
baik untuk melakukan studi mulai sekarang juga dan pada setiap saat yang
tersedia. Dengan demikian, siswa yang unggul mempunyai kelebihan waktu
untuk belajar dan beristirahat, sehingga berdampak terhadap pretasi belajarnya
di sekolah (Theresia, 2009:4).
Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran akuntansi telah diberikan di
SMA kelas XI IPS. Mata pelajaran akuntansi yang dipelajari di kelas XI
semester 1 dan 2 biasanya dimulai terlebih dahulu dengan pengenalan
dasar-dasar akuntansi, yang meliputi bentuk-bentuk jurnal, macam-macam buku
akuntansi merupakan seni pencatatan, maka dibutuhkan penalaran-penalaran
dalam mengerjakan dan memahaminya. Penalaran-penalaran tersebut tidak
begitu saja muncul dari dalam diri siswa, tetapi harus dilatih sesering
mungkin. Proses melatih nalar tersebut membutuhkan kemandirian,
kedisiplinan, dan jam belajar yang efektif mengenai akuntansi. Semakin sering
siswa membaca dan mencatat transaksi-transaksi yang terdapat dalam
akuntansi, semakin siswa memahami mata pelajaran akuntansi ini.
Akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi data
kuantitatif terutama yang mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha
ekonomi yang kegiatannya meliputi pencatatan, penggolongan, peringkasan,
pelaporan, dan penganalisisaan data keuangan yang digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi dalam memilih alternatif dalam suatu
keadaan (Baridwan, 1999:1). Oleh karena itu siswa dituntut untuk memiliki
kedisiplinan, jam belajar yang efektif dan kemandirian belajar, guna
memecahkan masalah yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, siswa dituntut mewujudkan motivasi
dan percaya diri dalam belajar, mampu bekerja mandiri dan bekerja sama
dengan orang lain (Depdiknas, 2003:8).
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang peneliti lakukan di SMA
GAMA pada kelas XI IPS 1 dan 2 yang berjumlah 40 siswa terhadap
kegiatan-kegiatan yang siswa lakukan dengan menggunakan alat observasi PPL
kelas maupun di sekitar halaman sekolah dari jam 07.00-14.00, peneliti
menemukan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1
Observasi Kegiatan Siswa Kelas XI IPS 1 dan IPS 2
NO Kegiatan-Kegiatan Siswa
1. Siswa sering datang terlambat
2. Saat jam kosong siswa senang memanfaatkan waktunya di kelas dengan mengobrol
3. Siswa sering melamun di kelas 4. Siswa sering mengantuk di kelas 5. Emosi Siswa masih labil
6. Apabila ada tugas, siswa lebih senang untuk mencontek kepunyaan teman 7 Siswa tidak mempunyai catatan
Sikap siswa tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal meliputi pola asuh orang
tua yang cenderung memanjakan anak, kurangnya perhatian dan kasih sayang
orang tua, pola guru dalam mengajar yang terlalu monoton walaupun telah
menggunakan media pengajaran seperti power point, pengaruh pergaulan
dengan teman, motivasi dalam belajar, disiplin yang kurang, tidak
mempergunakan waktu dengan efektif, dan kemandirian dalam belajar yang
kurang optimal. Tetapi dari nilai raport ekonomi-akuntansi yang mereka
peroleh pada semester ganjil, nilai mereka terkesan tuntas, yaitu berada pada
KKM 65. Sedangkan menurut Florentina Budi Rina ada hubungan yang positif
antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi, sementara
menurut Theresia ada hubungan yang positif antara kemandirian dan jumlah
jam belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
Dari uraian di atas maka penulis ingin membuktikan apakah ada
hubungan kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar dan kemandirian belajar
Yogyakarta dengan alasan karena mata pelajaran Akuntansi mulai diajarkan di
kelas XI IPS.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti berpendapat bahwa
kegiatan-kegiatan siswa tersebut disebabkan antara lain oleh: kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak, kurangnya motivasi anak dalam
belajar,pola guru dalam mengajar yang terlalu monoton, lingkungan tempat
tinggal yang kurang mendukung dalam belajar, sehingga berdampak pada
kurangnya disiplin anak dalam belajar, ketidakmampuan anak dalam
menggunakan waktu secara efektif dan ketergantungan anak kepada orang lain
dalam belajar.
C. Batasan Masalah
Siswa yang memiliki disiplin yang rendah, berakibat siswa tersebut
tidak dapat mengatur waktu belajarnya dengan baik, dan tergantung kepada
orang lain. Implikasinya adalah siswa tersebut memiliki prestasi belajar yang
juga rendah, dibandingkan dengan siswa yang memiliki disiplin, jumlah jam
belajar, dan kemandirian yang baik. Maka untuk memperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang permasalahan yang terjadi, maka peneliti membatasi
penelitiannya hanya pada “Hubungan Kedisiplinan Belajar, Jumlah Jam
Belajar, dan Kemandirian Belajar Akuntansi dengan Prestasi Belajar
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan postif antara kedisiplinan belajar dengan prestasi
belajar akuntansi.
2. Apakah ada hubungan positif antara jumlah jam belajar dengan prestasi
belajar akuntansi.
3. Apakah ada hubungan positif antara kemandirian belajar dengan prestasi
belajar akuntansi.
4. Apakah ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar,
dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar Akuntansi
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang:
1. Hubungan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar akuntansi
2. Hubungan jumlah jam belajar dengan prestasi belajar akuntansi
3. Hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar akuntansi
4. Hubungan kedisiplinan belajar, jumlah jam belajar, kemandirian belajar
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi para guru SMA GAMA Yogyakarta sebagai pelaksana pendidikan
Dengan hasil penelitian ini diharapkan para guru bidang akuntansi
dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan cara menumbuhkan semangat
kemandirian belajar pada siswa.
2. Bagi Peneliti
Peneliti berharap bahwa proses penelitian ini bisa dijadikan sebuah
pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut, dan
sebagai sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
4. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi siswa
untuk memiliki kedisiplinan belajar yang tinggi. Siswa diharapkan juga dapat
memiliki jumlah jam belajar yang tinggi dan kemandirian belajar agar dapat
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:14) belajar berusaha
memperoleh kepandain dan ilmu. Dari arti belajar menurut kamus ini, maka
belajar merupakan kegiatan atau aktivitas, sebab “berusaha” mesti berupa
kegiatan. Menurut Hintzman (Syah, 1997:90) “Learning is a change in
organism due to experience which can effect the organism’s behavior”.
Belajar berarti suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia
atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah
laku organisme. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Witig (Syah,
1997:90) “Learning is any relatively permanent change in an organizm’s
behavioral repertoire that occurs as a result of experience”. Belajar ialah
perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengamatan.
Menurut Hamalik (2001:154) belajar adalah perubahan tingkah laku
yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan
manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup yang
tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun satu hal yang sudah pasti bahwa
maksud tertentu. Menurut Lester D. Crow et.all., (Roestiyah, 1982:149)
“Belajar ialah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan Withaker (Koban, 2007:19) yang
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku
ditimbulkan melalui tingkah laku dan pengalaman. Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh W.S. Winkle (1989:36) yang menyatakan bahwa belajar
terjadi karena suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Jadi belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya
suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.
Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil
baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor
(Slameto, 2003:2).
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diklasifikasikan menjadi:
1) Faktor Interen: faktor yang berada dalam diri pelajar, faktor ini berupa
(Roestiyah, 1982:159):
a) Faktor phisiologis
Faktor phisik atau faktor yang berasal dari jasmani dan faktor psikologis
adalah faktor yang berasal dari kondisi kejiwaan. Antara faktor phisik dengan
psikis saling berhubungan, namun dimungkinkan juga masing-masing faktor
berdiri sendiri.
Hal-hal yang dapat disebut dan termasuk faktor intern ini antara lain:
(1)Faktor kematangan jiwa dan fisik. Seorang siswa akan belajar dengan baik
apabila kematangannya sudah tiba, belajar akan sukar apabila
kematangannya belum tiba
(2)Keadaan fisik atau jasmani. Keadaan fisik yang sehat akan
menguntungkan perbuatan belajar
(3)Keadaan psikis. Keadaan psikis yang sehat membuat seorang siswa lebih
cepat dalam memahami atau mempelajari sesuatu.
(4)Alat-alat inderanya. Panca indera yang berfungsi baik akan membantu
perbuatan belajar.
2) Faktor Ekstern: faktor yang berada diluar diri pelajar. Faktor ini dapat berupa
manusia dan bukan manusia. Yang termasuk faktor ini adalah:
a) Adanya orang lain sewaktu belajar akan mengganggu perbuatan belajar
b) Letak sekolah yang berada di keramaian misalnya pasar atau tempat
pertunjukkan akan menggangu proses belajar mengajar karena situasi
menjadi tidak kondusif lagi untuk belajar dan mengganggu konsentrasi
baik guru maupun siswa
c) Tersedianya alat-alat pelajaran, yaitu semua alat yang membantu
d) Kondisi ekonomi, siswa yang berasal dari keluarga yang kondisi
perekonomiannya mapan dan berkecukupan tentu akan berbeda dengan
siswa yang berasal dari keluarga yang kondisinya serba kekurangan karena
belum tentu beda dengan penyediaannya.
e) Keadaan iklim yang panas tidak begitu menguntungkan dalam proses
belajar mengajar dibandingkan dengan keadaan iklim yang relatif lebih
dingin karena iklim yang panas biasanya menyebabkan gerah, tidak
nyaman, cepat lelah dan mengantuk.
f) Keadaan keluarga, siswa yang berasal dari keluarga yang bahagia berbeda
dengan siswa yang berasal dari keluarga yang kurang bahagia atau
bermasalah, karena siswa yang berasal dari keluarga bahagia akan lebih
mampu belajar dengan baik karena ditunjang dengan lingkungan keluarga
yang tenang dan situasi yang diciptakan bahagia.
g) Keadaan waktu, siswa yang belajar terlalu malam akan kesulitan untuk
memahami pelajaran yang dipelajari karena sudah mengantuk, lelah, dan
pada pagi hari menjadi kurang segar. Waktu belajar yang paling tepat
adalah pukul 19.00-21.00
h) Metode belajar, siswa menggunkan metode belajar yang berbeda satu
sama lain ada yang dengan cara meringkas, menghafal, membuat daftar
pertanyaan dan lain-lain. Siswa sendirilah yang dapat menentukan metode
c. Tujuan Belajar
Jika dilihat dari tujuannya maka belajar dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) jenis tujuan, antara lain sebagai berikut (Surakhmad, 1978:61):
1) Penanaman konsep dan keterampilan
Untuk dapat menanamkan konsep diperlukan adanya keterampilan.
Keterampilan dapat dicapai dengan suatu didikan yaitu dengan banyak melatih
kemampuan.
2) Pengumpulan data
Pemahaman akan pengetahuan dan kemampuan berpikir merupakan dua hal
yang tidak dipisahkan. Ini dikarenakan seseorang tidak akan mampu
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
3) Pembentukan sikap dan perbuatan
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak terlepas dari
soal-soal penanaman nilai-nilai, oleh karena itu guru bukan hanya sebagai pengajar
tetapi juga harus menjadi pendidik.
d. Prinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh Darsono
(2000:21), yaitu:
1) Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi awal suatu
kegiatan belajar. Kondisi fisik yang tidak kondusif, misalnya sakit akan
baik misalnya gelisah, tertekan, dan sebagainya merupakan kondisi awal yang
tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
2) Perhatian
Perhatian adalah pemusatan tenaga dan psikis tertuju pada suatu objek, dapat
pula dikatakan bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai suatu aktivitas yang dilakukan.
3) Motivasi
Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong
orang tersebut untuk melakukan kegitan tertentu untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan
aktivitas.
4) Keaktifan siswa
Yang melakukan kegiatan belajar adalah siswa. Oleh karena itu siswa harus
aktif dan tidak boleh pasif. Dengan bantuan guru siswa mampu mencari,
menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang dimilkinya.
5) Mengalami sendiri
Prinsip mengalami sendiri ini sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya
dengan prinsip keaktifan dan kemandirian. Siswa yang belajar dengan
melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil
belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.
6) Pengulangan
Materi pelajaran ada yang mudah dan ada yang sulit. Untuk mempelajari
penting adalah latihan. Dengan latihan berarti siswa mengulang-ngulang
materi yang dipelajari sehingga materi tersebut semakin mudah diingat.
Dengan pengulangan, tanggapan tentang materi semakin segar dalam pikiran
siswa, sehingga makin mudah direproduksi. Prinsip pengulangan ini sama
kaitannya dengan prinsip kedisiplinan dan jumlah jam belajar.
7) Materi pelajaran yang menantang
Keberhasilan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu siswa
terhadap persoalan. Rasa ingin tahu siswa timbul bila materi pelajaran yang
dihadapi menantang atau problematis. Oleh karena itu guru hendaknya
membrikan materi pelajaran yang menantang untuk merangsang rasa ingin
tahu siswa yang akan membuat siswa aktif belajar.
8) Balikan dan Penguatan
Balikan adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun guru.
Dengan balikan siswa mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam suatu
hal, dimana letak kekuatan dan kelemahannya. Penguatan adalah suatu
tindakan
9) Perbedaan Individual
Siswa dalam suatu kelas yang dihadapi oleh guru tidak boleh disamakan
kondisinya seperti benda mati. Masing-masing siswa mempunyai karakteristik
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar pada akhirnya ingin
mengetahui hasilnya. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil dari suatu proses
pembelajaran yang dicapai, maka diadakan suatu tes. Hasil dari suatu tes
tersebut untuk mengetahui seberapa besar perubahan maupun kecakapan yang
diperoleh siswa. Prestasi merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki oleh
seseorang dan merupakan hasil dari proses yang dilakukannya (Winkle,
1983:161).
Prestasi tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar. Proses
merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur dan belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil
kecakapan yang baru dari proses belajar seseorang, sehingga mendapatkan
pengalaman dan perubahan tingkah laku yang baru dari interaksi dengan
lingkungannya (Suryabrata, 2001:232).
Belajar di sekolah mengakibatkan siswa memperoleh suatu perubahan
tingkah laku berupa pengetahuan, sikap atau perilaku sesuai dengan tujuan
belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan
Nasional prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan
persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui
Ada dua jenis penilain atau evaluasi yaitu penilain proses dan penilain
hasil belajar (Masidjo, 1995:30). Sasaran penilain hasil belajar adalah prestasi
belajar yang dicapai siswa. Sedangkan sasaran dari penilain proses adalah
bagaimana kegiatan instruksional seharusnya berlangsung. Kedua jenis
penilain tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling melengkapi.
Penilaian hasil belajar harus berusaha menemukan kekurangan-kekurangan
dalam kegiatan instruksional, sementara penilaian proses berusaha mencari
sebab-sebab dari kekurangan tersebut.
Dalam dunia pendidikan yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai, dilakukan, dan dikerjakan. Nilai merupakan perumusan
terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi
belajar siswa selama masa tertentu (Suryabrata, 2001:296). Untuk mengetahui
prestasi belajar siswa bisa dilihat pada nilai-nilai yang tertera dalam raport.
Siswa yang nilai raportnya tinggi dikatakan mempunyai prestasi belajar tinggi,
sebaliknya siswa yang nilai raportnya rendah dikatakan mempunyai prestasi
belajar rendah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di
sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru
setelah mengikuti penilain dan evaluasi. Penilain dan evaluasi ini digunakan
untuk mengukur prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari
b. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar suatu
prestasi atau hasil usaha menurut aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing yang akan memberikan kepuasan tertentu
pada diri manusia khususnya yang berada di lingkungan sekolah. Adapun
fungsi dari prestasi belajar (Arifin, 1990:3) yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu
3) Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu instansi
pendidikan
5) Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.
Kegunaan prestasi belajar menurut Arifin (1990:4) adalah sebagai
berikut:
1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar
2) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan
3) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan
4) Untuk menentukan isi kurikulum
5) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah
Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi
belajar, maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri atas faktor
intern dan faktor ekstern (Sakdiyah, 2006:48):
1) Faktor Intern, dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:
a) Faktor Jasmaniah
(1) Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya bebas dari penyakit
(2) Cacat tubuh, sesuatu yang menyebabkan kurang baik/kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain
adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, kecakapan, sikap,
kebiasaan, motivasi, disiplin, dan partisipasi.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat berupa kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani. Agar
siswa memperoleh prestasi yang baik, maka dalam belajar siswa jangan
sampai mengalami kelelahan, baik saat sebelum belajar ataupun setelah
belajar. Sehingga ilmu yang dipelajari dapat lebih tersimpan dalam
pikiran.
2) Faktor Ekstern, dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga,
dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencangkup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor Masyarakat
Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat, kegiatan
siswa dalam masyarakat, media elekronik, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat, yang kesemuanya mempengaruhi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar merupakan sesuatu yang
kompleks sehingga faktor-faktor yang mempengaruhinya juga sangat
kompleks, mulai dari diri sendiri sampai pada keluarga, sekolah dan
masyarakat. Prestasi belajar akan tercapai, apabila kesemua faktor-faktor
tersebut terpenuhi dan saling bekerjasama.
3. Kedisiplinan Belajar
a. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab
merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam
belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih memahami tentang
disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin menurut
beberapa ahli.
Disiplin merupakan sikap mental yang mengandung kerelaan
mematuhi suatu ketentuan atau tata tertib yang berlaku dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab. Pelaksanaan pedoman-pedoman yang baik di
dalam usaha belajar dengan disertai disiplin akan membuat peserta didik
mempunyai cara belajar yang baik. Sifat bermalas-malasan, keinginan mencari
kemudahan saja tanpa disertai proses, kurang fokus dan konsentrasi, serta
kebiasaan melamun akan dapat teratasi apabila anak tersebut memiliki
disiplin, karena disiplin akan menciptakan kemauan untuk bekerja secara
teratur (Gie, 1979:51).
Menurut Bernhardt (1964:1) disciplin is an essential characteristic of
any society. No family, school, club or community can run smoothly, without
rules and regulations. Disiplin yang dimaksud disini adalah sebuah
karakteristik utama pada setiap masyarakat. Tidak ada keluarga, sekolah dan
komunitas yang bisa berjalan dengan lancar tanpa ketetapan dan peraturan.
Bernhardt mengungkapkan bahwa discipline is thought of as a plane of a
training, not just as correction or punishment. Disiplin disini adalah suatu
rencana pelatihan, tetapi bukan merupakan suatu aksi pembenaran atau
hukuman (Kurniatun, 2007:15).
Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas, 1997:11), makna
memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan
keteraturan dan sistem aturan tata laku.
Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok
yaitu (Hurlock, 1999:84):
1) Peraturan
Adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin
ditetapkan orang lain, guru atau teman bermain. Tujuannya membekali anak
dengan perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu, misalnya peraturan di
sekolah dan peraturan di rumah. Fungsi peraturan adalah mempunyai nilai
pendidikan sebab peraturan memperkenalkan kepada anak perilaku yang
disetujui anggota kelompok.
2) Hukuman
Fungsi hukuman ada tiga macam, yaitu pertama menghalangi, maksudnya
hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan di
masyarakat. Kedua mendidik, sebelum anak mengerti peraturan mereka akan
dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah. Sedangkan
fungsi ketiga memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak
diterima masyarakat. Untuk penegakan disiplin hukuman harus memenuhi
suatu persyaratan yang baik, yaitu: Hurlock (Listani, 2005:11)
a) Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, maksudnya berat dan
hukuman yang diberikan. Sehingga anak memiliki rasa tanggung jawab
dengan tindakan yang dilakukannya.
b) Hukuman yang diberikan harus konsisten, sehingga anak tersebut akan
mengetahui kapan saja suatu peraturan dilanggar, serta anak akan
mengetahui bahwa hukuman tidak dapat dihindari begitu saja.
c) Hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina atau menimbulkan
rasa permusuhan
d) Hukuman yang diberikan sifatnya harus impersonal sehingga anak tersebut
tidak akan menginterpretasikannya sebagai kejahatan si pemberi hukuman
e) Hukuman harus mengarah kepembentukan hati nurani untuk menjamin
pengendalian perilaku dari dalam di masa yang akan datang.
3) Penghargaan
Penghargaan berarti suatu bentuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain
kepada kita, karena kita telah membantunya, ataupun melakukan sesuatu yang
membuahkan prestasi. Penghargaan tidak hanya berupa materi, tetapi dapat
berupa kata-kata pujian, senyuman, ataupun tepukan. Fungsi penghargaan
adalah memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Dengan adanya
penghargaan akan melemahkan keinginan seseorang untuk mengulangi
perilaku yang tidak disetujui secara sosial, sehingga seseorang akan disiplin
4) Konsistensi
Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas. Bila disiplin itu
konstan akan ada perubahan ke arah perkembangan yang lebih baik dalam diri
seseorang.
Secara psikologis, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:2).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar
dalam penelitian ini adalah sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari
serangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan
berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang mencangkup perubahan berfikir, sikap, dan tindakan yang sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan seseorang dalam belajar
secara konsisten dan konsekuen.
b. Macam-Macam Disiplin Belajar
1) Disiplin Belajar di Sekolah
Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat sekolah
merupakan kebijakan sekolah yang tertulis dan berlaku sebagai standar untuk
tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam
Menurut Sulistiyowati (Listani, 2005:18) agar seorang siswa dapat
belajar dengan baik maka ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam
hal-hal sebagai berikut:
a) disiplin dalam menempati jadwal pelajaran
b) disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda waktu
belajar
c) disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemaun dan semangat
belajar di sekolah, misalnya menaati tata tertib sekolah
d) disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara
makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
Menurut Subari (Listiani, 2005:24) siswa yang disiplin dalam belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Mengarahkan energi untuk belajar secara kontinyu
b) Melakukan belajar dengan kesungguhan dan tidak membiarkan waktu luang
c) Patuh terhadap rambu-rambu yang diberikan guru dalam belajar
d) Patuh dan taat terhadap tata tertib belajar di sekolah
e) Menunjukkan sikap antusias dalam belajar
f) Mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas dengan gairah dan partisipatif
g) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik
h) Tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh guru berkenaan dengan kegiatan
belajar, misalnya mencontek, membolos, berkelahi, dan membuat gaduh di
Menurut Depdikbud (Listiani, 2005:25) dalam melaksanakan kegiatan
belajar siswa diwajibkan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a) Berusaha belajar keras dan teratur
b) Melaksanakan semua pekerjaan yang ditugaskan guru yang berupa pekerjaan
rumah, tugas kelompok belajar, dan tugas ekstrakurikuler
c) Menyerahkan tugas rumah kepada guru
d) Menyediakan semua peralatan belajar yang dibutuhkan
e) Mengikuti semua tes, ujian, atau penilain hasil belajar
f) Meminta bantuan guru atau teman yang pandai untuk mata pelajaran yang
belum dipahami.
Menurut Hurlock (1999:82), disiplin belajar di sekolah adalah suatu
cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok. Adapun indikator belajar di sekolah menurut Hurlock (1999:83)
yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Patuh dan taat terhadap tata tertib sekolah
b) Persiapan belajar
c) Perhatian terhadap kegiatan belajar di kelas
d) Perhatian terhadap materi pelajaran
e) Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya
2) Kedisiplinan Belajar di Rumah
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling kecil dan
linkungan yang memegang peranan penting bagi individu dalam pembentukan
yang salah akan menghasilkan individu yang tidak disiplin. Oleh karena itu
orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengembangan
disiplin individu.
Menurut Hurlock (1999:166) pelanggaran yang sering dilakukan anak
di rumah yaitu:
a) berkelahi dengan saudaranya
b) merusak milik saudaranya
c) malas melakukan kegiatan rutin
d) mencuri barang milik saudaranya
Menurut Imelda (Listiani, 2005:27), individu yang memiliki
kedisiplinan belajar di rumah akan menunjukkan ciri sebagai berikut:
a) memiliki waktu belajar yang teratur
b) belajar dengan mencicil
c) menyelesaikan tugas pada waktunya
d) belajar dalam suasana yang mendukung
Dalam penelitian ini kedisiplinan belajar di rumah memiliki beberapa
indikator, sebagai berikut (Listiani, 2005:27):
a) rencana atau jadwal mengajar
b) ketaatan dan keteraturan dalam belajar
c) mengerjakan tugas pada waktunya
4. Jumlah Jam Belajar
Dalam kegiatan belajar, waktu merupakan faktor yang penting
sehingga perlu diperhatikan, misalnya berapa lama waktu yang digunakan
untuk belajar atau berapa jumlah jam belajar yang digunakan untuk belajar,
berapa kali waktu yang disediakan untuk belajar dalam sehari. Menurut Gie
setiap siswa umumnya mempunyai waktu 11 jam setiap hari untuk belajar.
Sisanya 8 jam digunakan untuk tidur, 3 jam untuk keperluan pemeliharaan
diri, dan tiga jam untuk keperluan pribadi dan urusan sosial (Theresia,
2009:17). Jika dalam 11 jam tersebut 7 jam digunakan untuk belajar di sekolah
maka sisanya 4 jam digunakan untuk belajar di rumah, di lembaga bimbingan,
atau kelompok masyarakat.
Dalam belajar sebaiknya siswa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
sehingga hasil akan optimal. Jumlah jam yang digunakan oleh siswa untuk
belajar sangat menentukan tingi rendahnya hasil belajar. Semakin banyak
jumlah jam yang digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai akan
semakin tinggi. Sebaliknya jika jumlah jam belajar yang digunakan sedikit
maka hasil yang dicapai semakin rendah.
Jumlah jam belajar berarti waktu yang digunakan oleh siswa untuk
belajar dihitung dalam jam. Jam belajar yang digunakan ini tidak hanya
berkaitan dengan jumlah jam belajar di sekolah, melainkan juga jam belajar di
luar sekolah, misalnya rumah, di lembaga bimbingan belajar atau kelompok
5. Kemandirian Belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Orang ingin menjadi mandiri maka seseorang harus belajar, sehingga
dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Pengertian kemandirian belajar
menurut Masrun (Theresia, 2009:12) adalah suatu sifat yang memunkinkan
seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri
dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta
keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu
berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu
mempengaruhi linkungannya, mempunyai rasa percaya diri sendiri dan
memperoleh kepuasan dari usahanya.
Bandura mendefinisikan kemandirian belajar sebagai kemampuan
memantau perilaku sendiri, dan merupakan kerja keras personaliti manusia.
Bandura menyarankan tiga langkah dalam melaksanakan kemandirian belajar
yaitu: (1) Mengamati dan mengawasi diri sendiri; (2) Membandingkan posisi
diri dengan standar tertentu; (3) Memberikan respon sendiri (respon positif
dan respon negatif). Strategi kemandirian belajar mencangkup beberapa
kegiatan, misalnya: mengevaluasi diri, menetapkan tujuan dan rancangan,
mencari informasi, mencatat dan memantau, menyusun lingkungan, mencari
konsekuensi sendiri, mengulang dan mengingat, dan mereview catatan
(http://yusuf-karya.blogspot.com/2011/04/belajar-mandiri.html).
Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka mempunyai
mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri. Sikap-sikap
tersebut perlu dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik karena hal tersebut
merupakan kedewasaan orang terpelajar (Indriani, 2009:34). Selanjutnya
menurut Samana, kemandirian belajar seseorang merupakan sikap bagaimana
seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas
dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri (Elly, 1998:37).
Dimyati mengatakan (Indriani, 2006:35) kemandirian dalam belajar
dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong
oleh kemaun sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari
pembelajar. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah
mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain.
Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu
berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya
diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri dengan bantuan orang lain.
Berdasarkan urain di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian
belajar adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas
kemaunnya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain, serta mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.
b. Ciri-ciri Kemandirian
Menurut Slameto (1991:46) mengemukakan ciri-ciri kemandirian
sebagai berikut:
1) dapat menemukan identitas dirinya
3) membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya
4) bertanggung jawab atas tindakannya
5) dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri
Suyata mengatakan (Theresia, 2009:15) bahwa seseorang dikatakan
mandiri apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) percaya diri
2) memiliki inisiatif
3) mampu membuat pertimbangan-pertimbangan sendiri
4) mampu mempertanggungjawabkan semua tindakannya
5) mampu membebaskan diri dari keterikatan yang tidak perlu
6) dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk memilih
Menurut Samana dan Elly (Indarti, 2006:13) ciri-ciri kemandirian
belajar adalah:
Kemandirian belajar nampak dalam usaha seseorang untuk menyadari, serta memiliki tujuan belajar, keteraturan serta kesungguhan mendalami bahan, kritis, taktis dalam memilih serta menggunakan metode serta sarana, berdisiplin dalam aturan serta perencanaan, berinisiatif dan berani menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan efesiensi belajar, percaya diri dan optimis terhadap hasil yang dicapainya, dan bersikap realistis serta bertanggung jawab.
Suardiman (1984:40) mengatakan bahwa kemandirian memiliki ciri
sebagai berikut:
1) adanya kecenderungan untuk berpendapat
2) memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
3) membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan
4) mampu untuk berfikir dan bertindak kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar
meniru
5) memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar
6) mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa
mengharapkan bimbingan dan pengarahan orang lain
Menurut Lenner et.all., yang dikutip oleh Gendon (Indarti, 2006:14),
aspek-aspek kemandirian mencangkup:
Kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan, bebas mengatur kebutuhan sendiri, kebebasan untuk mengambil inisiatif mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, aktivitas perilaku yang terarah pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain, dan mampu mengatur atau memerintah diri sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas ciri-ciri kemandirian belajar terdiri atas
beberapa indikator sebagai berikut:
1) belajar atas inisiatif sendiri
2) mempunyai rasa percaya diri
3) adanya kemaun yang kuat untuk belajar
4) berusaha mengatasi kesulitan belajar secara mandiri
5) mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Ali
(2010:118) meliputi:
1) gen atau keturunan orang tua, orang tua yang memiliki sifat kemandirian yang
tinggi sering kali menurun pada anaknya sehingga anak memiliki kemandirian
yang tinggi juga
2) pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
berpengaruh terhadap perkembangan kemandirian anak
3) sistem pendidikan di sekolah, dalam proses pendidikan di sekolah yang tidak
mengembangkan demokratisasi pendidikan, akan cenderun menekankan
indokrinasi tanpa argumen akan menghambat kemandirian anak
4) Sistem kehidupan masyarakat, di dalam sistem kehidupan masyarakat yang
terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, kemandirian menjadi
faktor yang penting dalam mempertahankan hidup, karena perbedaan
tingkatan sosial yang membuat seseoran hidup dalam kelompoknya sendiri.
d. Kemandirian Belajar Akuntansi
Mata pelajaran akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran inti
dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Materi pelajaran akuntansi
tidak hanya bersifat abstrak seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, tetapi sebagian
ilmu Akuntansi berupa perhitungan-perhitungan.
Akuntansi tidak terlalu rumit, namun dalam pemahamannya
memerlukan ketelitian dan keuletan. Siswa tidak cukup hanya sekedar
keterampilan yang tinggi. Dengan kata lain siswa dituntut memiliki
kemandirian belajar khususnya didalam memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi. Sehingga dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan Akuntansi siswa tidak tergantung
pada orang lain (Indriani, 2006:28).
Peneliti menyimpulkan, bahwa kemandirian belajar siswa atas mata
pelajaran Akuntansi dipengaruhi oleh beberapa indikator. Indikator-indikator
tersebut sebagai berikut:
1) belajar akuntansi atas inisiatif sendiri
2) mempunyai rasa percaya diri dalam mempelajari Akuntansi
3) adanya kemaun yang kuat untuk belajar Akuntansi
4) berusaha mengatasi kesulitan belajar akuntansi secara mandiri
5) mempunyai perencanaan belajar dan berusaha ulet serta tekun dalam
mempelajari Akuntansi
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Kedisiplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Disiplin belajar sangat penting dalam proses belajar mengajar karena
kedisiplinan belajar akan mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Gie (1979:51) bahwa berdisiplin selain akan membuat
seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga
merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang baik. Seseorang
senang dengan kesadaran yang penuh untuk belajar sehingga prestasi
belajarnya akan meningkat, khusunya pelajaran Akuntansi (Kurniatun,
2007:25).
Menurut Prastiwi (2009:11), dalam kaitannya dengan belajar, disiplin
dapat diartikan sebagai ketaatan dan kepatuhan yang dilakukan oleh siswa
untuk melaksanakan segala kegiatan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sehingga kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.
Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan berkelakuan sesuai
dengan aturan tertentu.
Disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaaan tertib di mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan
yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah bertujuan untuk membantu
peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta mencegah timbulnya
problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, terutama pembelajaran Akuntansi
(Mulyasa, 2003:108).
Disiplin belajar yang baik akan membantu siswa dalam membentuk
sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan
seorang siswa sukses dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang berdisiplin
tinggi akan memiliki keteraturan dalam belajar. Banyaknya bahan pelajaran
yang harus dikuasai siswa, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan
kedalaman dan keluasan pelajaran. Terutama pelajaran Akuntansi yang sangat
memiliki keteraturan dalam belajar Akuntansi. Penguasaan atas bidang
Akuntansi dituntut secara dini tidak harus menunggu menjelang ulangan atau
ujian (Sakdiyah, 2006:52).
2. Hubungan Jumlah Jam Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Dalam proses belajar, jumlah jam belajar perlu diperhatikan. Jumlah
jam dalam hal ini adalah seberapa banyak waktu yang digunakan seorang
siswa di luar jam belajar di kelas. Siswa yang memanfaatkan waktu yang ada
dengan mengikuti bimbingan belajar, akan sangat membantu proses
pencapaian prestasi belajar. Maka semakin banyak jumlah jam belajar yang
digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai semakin baik, terutama
dalam hal ini prestasi belajar Akuntansi (Theresia, 2009:20).
Setiap hari siswa membutuhkan dan menyediakan waktu untuk
kegiatan belajarnya agar bisa menguasai bahan pelajaran yang dipelajari.
Seberapa banyak jumlah jam atau waktu yang digunakan siswa untuk belajar
akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Semakin banyak jumlah jam yang
digunakan untuk belajar maka hasil yang dicapai akan semakin tinggi. Begitu
pun sebaliknya, semakin sedikit waktu yang digunakan untuk belajar maka
hasil yang dicapai akan semakin rendah (Indarti, 2006:4).
Dalam masalah waktu belajar, siswa sering mengeluh kehabisan waktu
atau kekurangan waktu untuk belajar. Alasan kehabisan waktu tidaklah benar,
karena waktu bukanlah semacam barang konsumsi yang akan habis kalau
dipergunakan terus dan sifat dasar dari waktu tidak pernah berhenti, melainkan
3. Hubungan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi
Seorang siswa dituntut untuk terus belajar karena dengan belajar dalam
diri siswa akan muncul suatu keadaan kemandirian, dan sebaliknya
kemandirian tidak akan muncul dengan sendirinya bila seseorang tidak ingin
belajar. Terlebih lagi kemandirian dalam belajar tidak akan muncul apabila
siswa tidak dibekali dengan ilmu yang cukup. Siswa yang memiliki
kemandirian belajar tinggi akan cenderung belajar lebih baik dalam
pengawasannya sendiri dari pada dalam pengawasan program, mampu
memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat
waktu dalam menyelesaikan tugasnya, dan mengatur belajar dan waktu secara
efesien (http://yusuf-karya.blogspot.com/2011/04/belajar-mandiri.html).
Kemandirian belajar penting bagi siswa, karena dengan memiliki
kemandirian belajar siswa akan bertanggung jawab dan tidak tergantung
kepada orang lain, siswa akan menggunakan kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif.