• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data hasil pengujian dari mesin penyosoh biji hotong pada berbagai tingkat kadar air biji hotong dapat dilihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6, perubahan kadar air biji hotong berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas mesin penyosoh kulit biji hotong, rendemen penyosohan, efektifitas kipas penyosoh, susut tercecer, dan kualitas penyosohan buru hotong. Contoh perhitungan performansi mesin penyosoh buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 20.

Tabel 6. Karakteristik teknik mesin penyosoh biji hotong

Kriteria Kadar air 11.1% Kadar air 8.5% Kadar air 6.2%

Kapasitas penyosohan (kg/jam) Rendemen (%)

Efektifitas kipas (%) Susut tercecer (%)

Persentase biji Tersosoh (%) Persentase biji tak tersosoh (%) Persentase biji pecah (%)

44.86 60.17 14.95 6.58 91.86

1.00 7.14

40.90 62.80 15.29 3.51 92.97

1.93 5.11

32.15 68.97 14.56 5.83 93.00

3.03 3.97

a. Kapasitas Penyosohan Buru Hotong

Kapasitas penyosohan adalah banyaknya bahan yang disosoh per satuan waktu (jam). Semakin banyak bahan yang tersosoh dalam waktu yang relatif singkat menunjukkan bahwa kapasitas yang dicapai semakin tinggi, dan sebaliknya semakin sedikit bahan yang tersosoh dalam waktu yang lama berarti kapasitas penyosohan yang dicapai akan rendah. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05.

Peningkatan kadar air bahan menunjukkan peningkatan pada kapasitas penyosohan. Kapasitas penyosohan yang tertinggi adalah pada

kadar air 11.1% yakni sebesar 44.86 kg/jam. Kapasitas penyosohan yang terendah adalah pada kadar air 6.2% yakni sebesar 32.15 kg/jam, sedangkan pada kadar air 8.5% mempunyai kapasitas penyosoh sebesar 40.90 kg/jam. Peningkatan kapasitas penyosohan pada tingkat kadar air yang meningkat dapat disebabkan karena faktor bahan. Kadar air bahan diturunkan dengan cara pengeringan menyebabkan ukuran bahan tersebut menjadi lebih kecil dibandingkan jika tidak dikeringkan. Kadar air yang lebih tinggi dapat menyebabkan biji hotong mudah tersosoh karena dengan ukuran biji yang besar maka memungkinkan terjadinya gesekan antara biji dengan biji, biji dengan roller, dan biji dengan plat dan begitu juga sebaliknya jika kadar air lebih rendah maka proses penyosohan semakin lambat, oleh karena itu kapasitas penyosohan semakin menurun pula.

Hubungan antara kadar air dengan kapasitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 15. Pengukuran kapasitas penyosohan buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 11.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air Kapasitas Penyosohan (Kg/jam)

Gambar 15. Hubungan antara kadar air dengan kapasitas penyosohan

b. Rendemen Penyosohan Buru Hotong

Rendemen penyosohan biji bersih hasil penyosohan diperoleh dengan cara membagi berat biji hasil penyosohan dengan berat awal bahan yang disosoh kemudian dikali dengan 100%. Rendemen ini merupakan hasil dari 3 (tiga) kali proses penyosohan dengan cara pengulangan pada

proses penyosohan. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05.

Data hasil pengujian mesin penyosoh biji hotong ini menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas mesin pada proses penyosohan mengakibatkan rendemen penyosohan mengalami penurunan.

Rendemen tertinggi diperoleh ketika kadar airnya rendah yakni pada kadar air 6.2% sebesar 68.97% dan rendemen terkecil diperoleh ketika kadar air 11.1% sebesar 60.17%, sedangkan pada kadar air 8.5%

maka diperoleh rendemen 62.80%. Hal ini disebabkan karena ketika pada kadar air tinggi akan mengakibatkan biji hotong saling menempel dan menempel pada roller dan menempel pada rumah penyosoh akibatnya biji hotong yang keluar akan sedikit karena tertahan pada rumah penyosoh sehingga rendemen penyosohan akan semakin menurun. biji hotong banyak yang keluar melalui celah yang ada pada rumah penyosoh. Begitu juga sebaliknya, kadar air rendah akan mengakibatkan biji tidak saling menempel dan juga tidak menempel pada roller dan tidak menempel pada rumah penyosoh, sehingga biji hotong akan sedikit tertahan pada rumah penyosoh, akibatnya rendemen yang dihasilkan akan tinggi karena banyak biji hotong yang keluar melalui lubang pengeluaran. Hubungan antara kadar air dengan peningkatan rendemen dapat dilihat pada Gambar 16.

Pengukuran rendemen penyosohan buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 11.

54 56 58 60 62 64 66 68 70

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Rendemen Penyosohan (%)

Gambar 16. Hubungan rendemen penyosohan dengan kadar air

c. Efektifitas Kipas Penyosohan Buru Hotong

Setelah melalui proses penyosohan di dalam rumah penyosoh, kulit biji yang telah tersosoh, debu dan kotoran masih bercampur dengan biji yang telah tersosoh, untuk memisahkan kulit biji dan kotoran tersebut supaya mendapatkan hasil penyosohan yang bersih, maka diperlukan suatu aliran udara dengan kecepatan tertentu sehingga kulit biji dan kotoran dapat dipisahkan dengan biji yang tersosoh. Hal ini menggunakan prinsip bahwa aliran udara dapat menghisap sekaligus menghembuskan kulit biji dan kotoran. Aliran udara penghisap sekaligus penghembus ini dapat dihasilkan oleh blower (kipas) tipe sentrifugal berbentuk siput.

Efektifitas kipas sangat rendah, efektifitas kipas diperoleh dengan cara membagi jumlah dedak yang dapat dihisap oleh kipas dengan jumlah dedak keseluruhan yang dihasilkan dari proses penyosohan ini. Efektifitas kipas yang rendah diakibatkan oleh adanya celah pada pada blower dan panjang selang yang menghubungkan antara lubang pengeluaran biji hotong dengan lubang pengeluaran dedak terlalu panjang serta diameter selang yang terlalu lebar. Adanya celah pada blower mengakibatkan dedak keluar melalui celah kipas sehingga dedak berhamburan keluar dan menyebabkan keadaan sekitar mesin penyosoh kotor. Panjang selang yang terlalu panjang mengakibatkan penghisapan dedak menuju saluran pengeluaran dedak sangat sulit karena energi yang dibutuhkannya sangat

besar, akibatnya banyak dedak hotong keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh melalui saluran pengeluaran biji hotong sosoh. Diameter yang terlalu lebar akan mengakibatkan kecepatan hisap semakin berkurang, sehingga kemampuan menghisap dedak berkurang pula, dengan demikian dedak akan keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap efektifitas kipas penyosohan pada penyosohan biji hotong menggunakan mesin penyosoh pada taraf nyata 0.05. Pengukuran efektifitas kipas dapat dilihat pada Lampiran 12.

Perbedaan kadar air berpengaruh terhadap efektifitas kipas hal ini dapat dilihat pada Gambar 17, yakni bahwa pada kadar air 8.5% diperoleh efisien yang paling tinggi dibandingkan dengan kadar air yang lainnya, yakni sebesar 15.29%, pada kadar air 6.2% diperoleh efektifitas kipas sebesar 14.56%, sedangkan pada kadar air 11.1% diperoleh efektifitas sebesar 14.95%. Ini menunjukkan bahwa dengan kandungan kadar air yang tinggi menyebabkan efektifitas kipas yang rendah, ini disebabkan karena dedak biji hotong tersebut juga mempunyai kadar air yang tinggi sehingga kipas kurang mampu menghisap dedak, akibatnya dedak akan keluar bersama-sama dengan biji hotong sosoh melalui saluran biji hotong sosoh, dan bila kadar air terlalu rendah maka dedak biji banyak yang keluar melalui celah akibatnya dedak yang keluar melalui kipas sedikit yang menagkibatkan efektifitas kipas terlalui rendah.

14 14.2 14.4 14.6 14.8 15 15.2 15.4

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Efektifitas Kipas (%)

Gambar 17. Hubungan efektifitas kipas dengan kadar air

d. Susut Tercecer Penyosohan Buru Hotong

Susut tercecer biji hotong hasil penyosohan diperoleh dengan cara membagi berat biji yang tercecer pada penyosohan dengan berat biji yang disosoh kemudian dikali dengan 100%. Susut tercecer ini diperoleh dengan cara mengambil biji yang tercecer ketika waktu penyosohan berlangsung dan biji tidak tertampung pada tempat penampung. Hubungan antara susut tercecer dengan kadar air dapat dilihat pada Gambar 4.

Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap susut tercecer penyosohan pada taraf nyata 0.05.

Biji tercecer terjadi karena ketika penyosohan biji hotong ada yang keluar dari celah mesin dan ada pula yang keluar dari tempat penampungan. Gambar 18 menunjukkan bahwa susut tercecer terendah terjadi pada kadar air 8.5% sebesar 3.51%, sedangkan susut tercecer terbesar terjadi pada kadar air 11.1% sebesar 6.58%. Susut tercecer pada kadar air 6.2% sebesar 5.83%. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang tinggi yaitu 11.1% maka menghasilkan kapasitas yang tinggi sehingga biji banyak yang keluar dari penampungan penyosoh dan keluar dari celah yang ada pada rumah penyosoh, akibatnya susut tercecer juga akan semakin besar, begitu juga dengan kadar air yang rendah yaitu 6.2%

juga menyebabkan susut tercecer yang cukup besar pula. Pengukuran persentase susut tercecer dapat dilihat pada Lampiran 13.

0 1 2 3 4 5 6 7

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Susut Tercecer (%)

Gambar 18. Hubungan susut tercecer dengan kadar air

e. Kualitas Penyosohan Buru Hotong

Biji yang tersosoh dengan baik adalah biji yang telah bersih dari kulitnya, warna hasil penyosohan kuning terang. Kualitas penyosohan yang baik adalah persentasi biji utuh dan tersosoh setinggi mungkin, biji tidak tersosoh dan biji pecah serendah mungkin. Kualitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 19. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas penyosohan pada taraf nyata 0.05.

Gambar 19. Kualitas penyosohan buru hotong

Persentase biji tersosoh tertinggi diperoleh pada saat penyosohan pada kadar air 6.2% sebesar 93.00% dan mempunyai persentase biji pecah

yang paling rendah yaitu sebesar 3.97%, namun persentase biji tidak tersosoh paling tinggi sebesar 3.03%. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang rendah maka biji yang mempunyai kadar air yang rendah akan memerlukan waktu yang cukup lama dalam penyosohan sehingga biji yang akan tersosoh kemungkinan besar akan banyak, tetapi kelemahan penyosohan dengan kadar air yang cukup rendah akan menyebabkan biji sulit tersosoh karena kulit dengan biji melekat sangat kuat. Gambar hubungan antara kadar air dengan kualitas penyosohan dapat dilihat pada Gambar 20.

0 20 40 60 80 100

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air Kualitas Penyosohan (%)

Biji Tersosoh Biji Tidak Tersosoh Biji Pecah

Gambar 20. Hubungan kualitas penyosohan dengan kadar air

Persentase biji tersosoh terendah diperoleh pada saat penyosohan pada kadar air 11.1% sebesar 91.86% dan mempunyai persentase biji pecah yang paling tinggi yakni sebesar 7.14%. Persentase biji tidak tersosoh pada kadar air 11.1% merupakan persentase yang paling rendah dibandingkan pada kadar air yang lainnya yaitu sebesar 1.00%. Hal ini disebabkan karena dengan kadar air yang tinggi maka biji akan memerlukan waktu yang cukup cepat untuk disosoh sehingga biji yang akan tersosoh kemungkinan akan sedikit, tetapi kelebihannya penyosohan dengan kadar air yang cukup tinggi akan menyebabkan biji yang tidak tersosoh sedikit.

Persentase biji tersosoh pada kadar air 8.5% adalah sebesar 92.97%, sedangkan persentase biji tidak tersosoh sebesar 1.93% dan

persentase biji pecah sebesar 5.11%. Pengukuran persentase kualitas penyosohan dapat dilihat pada Lampiran 13.

Rata-rata biji hotong yang tersosoh dapat dilihat bahwa besarnya daiatas 90% tetapi dibawah 100%, jadi bila dibandingkan dengan kualitas sosohan beras maka biji sosoh buru hotong ini termasuk kualitas B yaitu dengan syarat biji yang tersosoh diatas 90%. Beras sosoh yang termasuk kualitas yang paling bagus yaitu tidak ada beras yang tidak tersosoh atau dengan kata lain bahwa beras tersosoh 100%. Ini digolongkan pada Kualitas A.

C. UJI PERFORMANSI MESIN PENEPUNG BURU HOTONG

Data hasil pengujian dari mesin penepungan biji hotong pada berbagai tingkat kadar air biji hotong dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7, perubahan kadar air biji hotong berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas mesin penepung buru hotong, rendemen penepungan, susut tercecer, dan kualitas penyosohan buru hotong. Contoh perhitungan performansi mesin penepung buru hotong dapat dilihat pada Lampiran 21.

Tabel 7. Karakteristik teknik mesin penepung biji hotong

Kriteria Kadar air 11.1% Kadar air 8.5% Kadar air 6.2%

Kapasitas penepungan (kg/jam) Rendemen penepungan (%) Susut tercecer (%)

Modulus Kehalusan Ukuran Tepung (inchi)

6.618 88.52 11.48 1.25 0.014

7.928 86.6 13.4 1.63 0.016

7.282 84.64 15.36 1.29 0.015

a. Kapasitas Penepungan Buru Hotong

Kapasitas penepungan menunjukkan kemampuan alat penepung, yaitu kemampuan menepung sejumlah bahan dalam waktu tertentu.

Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap kapasitas penepungan biji hotong pada taraf nyata 0.05.

Tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan antara kadar air dengan kapasitas penepungan adalah apabila kadar air biji hotong terlalu basah dan terlalu kering maka menghasilkan kapasitas yang rendah yakni pada kadar air 6.6% menghasilkan kapasitas mesin penepung sebesar 7.282kg/jam dan pada kadar air 11.1% menghasilkan kapasitas 6.618kg/jam, dan apabila kadar air biji hotong sebesar 8.5% menghasilkan kapasitas mesin yang paling bagus dibandingkan dengan kadar air yang lainnya yaitu menghasilkan kapasitas mesin sebesar 7.928kg/jam. Hal ini disebabkan karena apabila kadar air yang terlalu tinggi maka biji yang menjadi tepung akan banyak menempel pada pisau akibatnya akan memerlukan waktu yang lama untuk menepungkan biji hotong, oleh sebab itu kapasitas yang dihasilkan akan rendah. Begitu juga pada kadar air yang rendah, penepungan akan memerlukan waktu yang lama karena banyak biji tepung yang tidak saling menempel akibatnya pisau akan kesulitan dalam menepungkan biji hotong. Hubungan kadar air dengan kapasitas mesin penepung dapat dilihat pada Gambar 21. Pengukuran kapasitas penepungan dapat dilihat pada Lampiran 14.

5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 8.50

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Kapasitas Penepungan (%)

Gambar 21. Hubungan kadar air dengan kapasitas mesin penepung biji Hotong

b. Rendemen Penepungan Buru Hotong

Rendemen menunjukkan persen hasil, yaitu perbandingan berat akhir dan berat awal penepungan dikalikan dengan 100. Rendemen ini menunjukkan pula persen tepung yang hilang selama proses penepungan.

Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen tepung pada penepungan biji hotong menggunakan mesin penepung pada taraf nyata 0.05.

Tabel 7 menunjukkan bahwa hubungan kadar air dengan rendemen tepung pada penepungan biji hotong menggunakan mesin penepung adalah semakin tinggi kadar air biji hotong maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, apabila kadar air biji hotong semakin rendah maka rendemen yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena apabila kadar air terlalu tinggi maka penepungan akan lebih mudah terjadi, sebab sifat biji hotong adalah liat. Proses ini juga terlihat pada Gambar 22.

82 83 84 85 86 87 88 89

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Rendemen Penepungan (%)

Gambar 22. Hubungan kadar air dengan rendemen penepungan biji hotong

Gambar diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar airnya maka semakin tinggi rendemen tepung pada proses penepungan biji hotong. Rendemen yang dihasilkan pada kadar air 6.2% merupakan rendemen yang paling rendah yaitu sebesar 84.64%, sedangkan pada kadar

air 8.5%, rendemen penepungannya sebesar 86.6%. Rendemen sebesar 88.52% merupakan rendemen penepungan pada kadar air 11.1% yang merupakan rendemen penepungan buru hotong yang paling besar.

Pengukuran rendemen penepungan dapat dilihat pada Lampiran 14.

c. Susut Tercecer Penepungan Buru Hotong

Besarnya susut tercecer biji hotong hasil penepungan diperoleh dengan cara membagi berat biji yang tercecer pada proses penepungan dengan berat tepung kemudian dikali dengan 100%. Susut tercecer ini diperoleh dengan cara mengambil tepung yang tercecer ketika waktu penepungan berlangsung dan tepung tidak tertampung pada tempat penampung. Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap susut tercecer tepung pada penepungan biji hotong menggunakan mesin penepung pada taraf nyata 0.05.

Tepung tercecer terjadi karena ketika penepungan terjadi banyak tepung yang menempel pada rumah penepung dan pisau mesin penepung dan ada pula yang keluar dari tempat penampungan. Gambar 23 menunjukkan bahwa susut tercecer terendah terjadi pada kadar air 11.1%

sebesar 11.48%, sedangkan susut tercecer terbesar terjadi pada kadar air 6.2% sebesar 15.36%. Susut tercecer pada kadar air 8.5% sebesar 13.4%.

Hal ini menunjukkan bahwa apabila kadar air sangat tinggi maka susut tercecer akan kecil karena dengan kadar air yang tinggi maka proses penepungan akan lebih mudah terjadi karena sifat prinsip mesin penepung adalah dengan cara pemotongan dan cocok untuk bahan yang liat. Begitu juga sebaliknya, kadar air yang rendah akan menimbulkan susut tercecer yang tinggi, hal ini disebabkan karena proses penepungan sulit terjadi sebab biji hotong terlalu kering akibatnya pisau yang memotong biji yang kering sulit untuk mengecilkan ukuran biji tersebut. Pengukuran susut tercecer penepungan dapat dilihat pada Lampiran 14.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Susut Tercecer (%)

Gambar 23. Hubungan antara kadar air dengan susut tercecer pada proses penepungan

d. Derajat Kehalusan Penepungan Buru Hotong

Derajat kehalusan (fineness modulus) merupakan bilangan yang mewakili ukuran rata-rata partikel bahan hasil penepungan, dengan menggunakan test pengayakan Tyler maka dapat diketahui derajat kehalusannya dengan menggunakan jumlah masing-masing fraksi yang tertahan pada tiap ayakan dikalikan dengan menggunakan faktor pengalinya dan dibagi 100. pengukuran berat tepung buru hotong yang tertampung pada tiap mesh pada ayakan tyler pada bebagai kadar air dapat dilihat pada Lampiran 15. Lampiran tersebut menunjukkan bahwa yang lolos pada mesh 60 pada perlakuan kadar air 6.2%, 8.5% dan 11.1%

adalah berturut-turut sebesar 17.44%, 20.77% dan 21.78%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas tepung ini sangat rendah karena tepung yang lolos pada mesh 60 di bawah 90%, dimana angka 90% ini syarat sebagai tepung tapioka dapat dipasarkan, untuk itu perlu penanganan khusus pada penepungan hotong agar diperoleh kualitas tepung yang bagus.

pada kadar air 6.2% mempunyai derajat kehalusan yang rendah yakni 1.29, begitu juga pada kadar air yang rendah yakni pada kadar air 11.1% maka derajat kehalusannya sebesar 1.25. Derajat kehalusan pada kadar air 8.5% adalah sebesar 1.63. Perbedaan kadar air biji hotong

berpengaruh sangat nyata terhadap derajat kehalusan tepung pada taraf nyata 0.05. Pengukuran persentase berat tepung buru hotong yang tertampung pada tiap mesh pada ayakan tyler pada bebagai kadar air dapat dilihat pada Lampiran 16.

Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara derajat kehalusan yang satu dengan yang lainnya pada proses penepungan dengan perbedaan kadar air. Kadar air 11.1% dan 6.2% merupakan kadar air yang cocok untuk memperoleh derajat kehalusan yang bagus, karena menghasilkan kehalusan tepung yang cukup baik. Ini disebabkan karena dengan kadar air yang rendah maka pisau penepung akan lebih mudah memecahkan biji hotong hingga halus dan dengan kadar air yang tinggi maka kehalusan tepung akan diperoleh karena sifat biji hotong adalah liat sehingga hotong akan menempel pada pisau akibatnya pisau akan menghaluskan biji hotong menjadi tepung yang halus. Gambar kualitas penepungan buru hotong dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Kualitas tepung buru hotong sosoh berdasarkan meshnya

Hasil test pengayakan tyler menunjukkan bahwa tepung biji hotong yang dihasilkan oleh mesin penepung biji hotong tertahan pada fraksi halus dan sedang, yaitu mulai ayakan 28 mesh sampai pan. Hubungan kadar air buru hotong terhadap derajat kehalusan tepung biji hotong dapat dilihat pada Gambar 25. Pengukuran derajat kehalusan tepung biji hotong dapat dilihat pada Lampiran 17.

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Derajat Kehalusan

Gambar 25. Hubungan antara kadar air dengan derajat kehalusan tepung biji hotong

e. Ukuran Partikel Tepung Buru Hotong

Ukuran partikel tepung dapat menunjukkan kehalusan tepung, semakin kecil ukuran tepung maka semakin halus tepung tersebut, dan sebaliknya, bila ukuran tepung semakin besar maka tingkat kehalusan tepung semakin kasar. Ukuran partikel ini dapat diperoleh dengan rumus D

= 0.0041 x (2)FM dimana D adalah ukuran partikel tepung, sedangkan FM adalah derajat kehalusan.

Gambar 26 menunjukkan bahwa pada kadar air sebesar 6.2%

mempunyai ukuran partikel tepung buru hotong sebesar 0.015 inchi, sedangkan pada kadar air 8.5% menghasilkan ukuran rata-rata tepung biji hotong sebesar 0.016 inchi. Ukuran rata-rata tepung pada kadar air 11.1%

adalah sebesar 0.014 inchi. Jadi, penepungan dengan kadar air 11.1%

mempunyai kehalusan tepung yang paling bagus karena ukuran rata-rata partikel tepungnya paling rendah. Perbedaan kadar air biji hotong berpengaruh sangat nyata terhadap ukuran partikel tepung pada taraf nyata 0.05. Hubungan kadar air Buru hotong dengan ukuran partikel tepung dapat dilihat pada Gambar 23. Pengukuran ukuran partikel tepung biji hotong Lampiran 17.

0.0130 0.0135 0.0140 0.0145 0.0150 0.0155 0.0160 0.0165

6.20% 8.50% 11.10%

Kadar Air

Ukuran Partikel Tepung (inchi)

Gambar 26. Hubungan antara kadar air dengan ukuran partikel tepung

Berdasarkan pertimbangan kadar air biji hotong yang digunakan, pengoperasian mesin penyosoh dan penepung biji hotong akan lebih optimal pada saat kadar air biji hotong sebesar 11.1%. Dalam kondisi operasional dengan menggunakan kadar air biji hotong 11.1%, mesin penyosoh dapat menghasilkan kapasitas yang lebih tinggi (44.86kg/jam), persentase biji tak tersosoh paling sedikit (1%), efektifitas kipas yang cukup tinggi (14.95%), dan persentase biji tersosoh yang cukup besar (91.86%). Dalam kondisi operasional dengan menggunakan kadar air biji hotong 11.1%, mesin penepung dapat menghasilkan rendemen paling tinggi (88.52%), susut tercecer paling rendah (11.48%), derajat kehalusan paling kecil (1.25), dan ukuran partikel tepung paling kecil (0.014 inchi).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait