• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.4. Uji Hipotesis

3.5.4.3. Uji Signifikan Simultan (F-test)

Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

Rumus dari uji F adalah :

Rumus

F =

Keterangan :

= Variasi Kelompok 1

= Variasi Kelompok 2

Hipotesis pengujian dari uji F adalah : H0 : = (varian data homogen) H1 : ≠ (varian data tidak homogen)

Penggunaan taraf signifikan uji F beragam, tergantung pemilihan peneliti yaitu 0,01 (1%), 0,05 (5%) dan 0,10% (10%). Sebagai contoh jika pengujian dilakukan dengan taraf pengujian α=5%

(0,05). Bentuk pengujiannya, yaitu:

1. Jika nilai Sig ≥ 0,05, H0 diterima, artinya variabel independen berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai Sig ≤ 0,05, maka H1 diterima, artinya variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal. Berikut ini adalah hasil analisis statistik deskriptif dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Sumber: diolah peneliti, 2018

Diketahui bahwa nilai Belanja Modal minimum adalah 24,86 dan nilai Belanja Modal maksimum adalah 26,96. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Belanja Modal adalah 26,0783 dan 0,50350. Diketahui bahwa nilai Pertumbuhan Ekonomi minimum adalah -17,82 dan nilai Pertumbuhan Ekonomi maksimum adalah 6,31. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Pertumbuhan Ekonomi adalah 3,0329 dan 3,57561. Diketahui bahwa nilai Pendapatan Asli

Daerah minimum adalah 22,84 dan nilai Pendapatan Asli Daerah maksimum adalah 26,68. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Pendapatan Asli Daerah adalah 24,9133 dan 0,73912. Diketahui bahwa nilai Dana Alokasi Umum minimum adalah 26,25 dan nilai Dana Alokasi Umum maksimum adalah 27,46.

Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Dana Alokasi Umum adalah 26,9226 dan 0,28147. Diketahui bahwa nilai Dana Alokasi Khusus minimum adalah 24,03 dan nilai Dana Alokasi Khusus maksimum adalah 26,67. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Dana Alokasi Khusus adalah 25,2440 dan 0,71362. Diketahui bahwa nilai Dana Bagi Hasil minimum adalah 23,25 dan nilai Dana Bagi Hasil maksimum adalah 26,96. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari Dana Bagi Hasil adalah 24,1786 dan 0,72023.

4. 2. Uji Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Tingkat signifikansi yang digunakan dan dilakukan sebuah transformasi data untuk beberapa variabel dengan memberikan logaritma natural dalam pengolahan data.

Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi.

 Jika nilai probabilitas ≤ 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Berikut ini adalah tabel hasil uji normalitas dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.2 Uji Normalitas

Sumber: diolah peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Karena nilai probabilitas yakni 0,200 lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi yakni 0,05, berarti asumsi normalitas telah terpenuhi. Selain dari uji normalitas melalui pendekatan statistik Kolmogrov-Smirnov, data yang terdistribusi normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal probability plot berikut ini:

Sumber: diolah peneliti, 2018

Gambar 4. 1 Grafik Histogram

Pada grafik histogram diatas terlihat bahwa variabel Belanja Modal berdistribusi normal. Dikatakan normal, dikarenakan bentuk pada grafik tersebut berbentuk lonceng, tidak menceng ke sudut kiri (skewness) atau menceng ke sudut kanan.

Sumber: diolah peneliti, 2018

Gambar 4. 2

Uji Normalitas (Normal Probability Plot)

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan normal probability plot (Gambar 4. 2) titik-titik cenderung menyebar dekat dengan garis diagonal.

Hal ini berarti data telah memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2. Uji Multikolinearitas

Terjadinya atau tidaknya multikolinearitas pada variabel yang diteliti, dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang melebihi 10, dapat mengindikasikan bahwa ada suatu variabel bebas yang mengalami multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

PE ,623 1,604

PAD ,313 3,193

DAU ,267 3,746

DAK ,646 1,548

DBH , 460 2,172

a. Dependent variable : BM Sumber: diolah peneliti, 2018

Berdasarkan Tabel 4. 3, dapat diketahui bahwa :

1. Nilai VIF dari variabel Pertumbuhan Ekonomi adalah 1,604 ≤ 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas.

2. Nilai VIF dari variabel Pendapatan Asli Daerah adalah 3,193 ≤ 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas.

3. Nilai VIF dari variabel Dana Alokasi Umum adalah 3,746 ≤ 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas.

4. Nilai VIF dari variabel Dana Alokasi Khusus adalah 1,548 ≤ 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas.

5. Nilai VIF dari variabel Dana Bagi Hasil adalah 2,172 ≤ 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas.

Karena seluruh nilai VIF pada variabel tidak melebihi 10, maka diindikasikan tidak terjadi multikolinearitas pada penelitian ini

4. 2. 3. Uji Heteroskedastisitas

Mendeteksi ada tidaknya suatu heteroskedastisitas dalam variabel, dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X.

Dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hasil uji heteroskedasitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 :

Sumber: diolah peneliti, 2018

Gambar 4. 3 Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4. 3, tidak terdapat pola yang begitu jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas.

4. 2. 4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji Durbin-Watson.

Berikut ini adalah hasil autokorelasi berdasarkan uji Durbin-Watson.

Tabel 4. 4 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,721

a. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAK, PE, DAU b. Dependent Variable: BM

Sumber: diolah peneliti, 2018

Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau

Discovering Statistics using SPSS Third Edition mengemukakan bahwa “As very conservative rule of thumb, values less then 1 or greater than 3 are definitely cause for concern; however, values closer to 2 may stil be problematic depending on your sample and model”.

Berdasarkan Tabel 4. 4, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,721. Oleh karena nilai DW 1,721 lebih besar dari batas atas (du) 1. 571 dan kurang dari 4, kemudian nilai statistik DW terletak di antara 1 dan 3, yakni 1 ≤ 1,721 ≤ 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual.

4. 3. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y= a + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4+ ß5 X5 + e

Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS 22.00 for windows maka dapat dilihat hasil analisis regresi linier berganda Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. 5

Analisis Regresi Linear Berganda

Sumber: diolah peneliti, 2018

Berdasarkan tabel 4.8 di atas maka persamaan regresinya adalah : Belanja Modal = a + ß 1PE + ß 2PAD + ß 3DAU + ß 4DAK + ß 5DBH

Belanja Modal = 10,552 - 0,019PE + 0,254PAD - 0,088DAU + 0,456DAK + 0,06DBH Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Koefisien regresi variabel Pertumbuhan Ekonomi (PE) sebesar -0,019, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Pertumbuhan Ekonomi mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal turun sebesar 1,9 %. Koefisien bernilai negatif artinya jika Pertumbuhan Ekonomi naik maka Belanja Modal turun dan sebaliknya.

2. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0,254, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 25,4 %. Koefisien bernilai positif artinya jika Pendapatan Asli Daerah naik, maka Belanja Modal juga naik, dan jika Pendapatan Asli Daerah turun maka Belanja Modal juga mengalami penurunan.

3. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar -0,088, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Alokasi Umum mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal turun sebesar 8,8%. Koefisien bernilai negatif artinya jika Dana Alokasi Umum naik maka Belanja Modal turun dan sebaliknya.

4. Koefisien regresi variabel Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 0,456, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Alokasi Khusus mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 45,6 %. Koefisien bernilai positif artinya jika Dana Alokasi Khusus naik, maka Belanja Modal juga naik, dan jika Dana Alokasi Khusus turun maka Belanja Modal juga mengalami penurunan.

5. Koefisien regresi variabel Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 0,06, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Bagi Hasil mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 0,6%. Koefisien bernilai positif artinya jika Dana Bagi Hasil naik, maka Belanja Modal juga naik, dan jika Dana Bagi Hasil turun maka Belanja Modal juga mengalami penurunan.

4. 4. Uji Hipotesis

4.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Nilai yang digunakan untuk melihat uji koefisien determinasi adalah nilai adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Adjusted R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal.

Tabel 4.6

Uji Koefisien Determinasi (R²)

Sumber: diolah peneliti, 2018

Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien determinasi terletak pada kolom Adjusted R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi sebesar R2

= 0,699. Nilai tersebut berarti seluruh variabel bebas, yakni Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil secara simultan mempengaruhi variabel Belanja Modal sebesar 69,9%, sisanya sebesar 30,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

4.4.2. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:

Ha : ß 1 ß 2 ß 3 ß 4 ß 5 ≠ 0 : ada pengaruh

Uji t digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, pada suatu tingkat signifikansi tertentu (dalam hal ini 0,05).

1. Jika | thitung | ≥ |nilai kritis t (ttabel)|, maka variabel bebas terhadap variabel dependen memiliki pengaruh.

2. Jika | thitung | ≤ |nilai kritis t (ttabel)|, maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen memiliki pengaruh.

Berikut ini adalah cara perhitungan nilai t tabel.

Df = 86 ( Jumlah pengamatan 92 – 6 (X1, X2,X3,X4, X5, Y))

Sumber: diolah peneliti, 2018

Gambar 4.4

Perhitungan t-tabel dengan Rumus TINV

Nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial dapat dilihat pada tabel Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Uji Parsial (t-test)

Sumber: diolah peneliti, 2018

Hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi memiliki signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,069 (0,069 ≥ 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima, dan nilai thitung sebesar -1,839 dan lebih kecil dari ttabel (-1,839 ≤ 1,987) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan Ekonomi dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal.

2. Pendapatan Asli Daerah memiliki signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,000 (0,000 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak, dan nilai thitung sebesar 3,626 dan lebih besar dari ttabel (3,626 ≥ 1,987) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah dalam penelitian ini memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Belanja Modal.

3. Dana Alokasi Umum memiliki signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,658 (0,658 ≥ 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima, dan nilai thitung sebesar -0,444dan lebih kecil dari ttabel (-0,444 ≤ 1,987) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal.

4. Dana Alokasi Khusus memiliki signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,000 (0,000 ≤ 0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak, dan nilai thitung sebesar 9,033 dan lebih besar dari ttabel (9,033 ≥ 1,987) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Alokasi Khusus dalam penelitian ini memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Belanja Modal.

5. Dana Bagi Hasil memiliki signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,925 (0,925 ≥ 0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima, dan nilai thitung sebesar 0,094 dan lebih kecil dari ttabel (0,094 ≤ 1,987) maka dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Bagi Hasil dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh tetapi signifikan terhadap Belanja Modal.

4.4.3. Uji Signifikan Simultan (F-test)

Uji F bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis yaitu :

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Hipotesis ditolak 2. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Hipotesis diterima Berikut ini adalah cara perhitungan nilai F tabel.

Df1 = 5 (X1,X2,X3,X4,X5)

Df2 = 86 (Jumlah pengamatan 92 – 6 (X1,X2,X3,X4,X5))

Sumber: diolah peneliti, 2018

Gambar 4.5

Perhitungan F-tabel dengan Rumus FINV

Nilai statistik F untuk pengujian pengaruh secara parsial dapat dilihat pada tabel Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8

Uji Simultan (F-test)

Sumber: diolah peneliti, 2018

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui nilai Fhitung adalah 43,318 sementara nilai Ftabel 2,320, karena nilai Fhitung 43,318 ≥ Ftabel 2,320, maka hipotesis diterima yakni Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja Modal.

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh baik secara parsial maupun simultan berpengaruh dengan variabel dependen Belanja Modal. Penelitian dilakukan pada seluruh pemerintahan kabupaten/kota yang berada pada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selama periode 2013-2016, dimana seluruh 23 kabupaten/kota pada provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dijadikan populasi dan sampel pada penelitian ini

Besarnya uji koefisien determinasi hipotesis nilai adjusted R2 yang berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS, menghasilkan nilai

koefisien determinasi sebesar 0,699 atau 69,9%. Besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel independen dalam penelitian ini (Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil) terhadap Belanja Modal adalah sebesar 69,9%, sedangkan sisanya sebesar 30,1% adalah dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Menurut hasil uji simultan (F-test) yang dilakukan terhadap variabel independen dan dependen, diperoleh nilai Ftabel 2,320 dan nilai Fhitung 43,318, maka Fhitung ≥ Ftabel (43,318 ≥ 2,320) maka Ha diterima, sedangkan tingkat signifikannya adalah lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 ≤ 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil pengujian variabel penelitian secara parsial,menunjukkan bahwa variabel Belanja Modal yaitu :

1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung sebesar -1,839 lebih kecil dari ttabel (-1,839 ≤ 1,987) dan nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,069 (0,069 ≥ 0,05). Hasil koefisien regresi variabel sebesar -0,019, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Pertumbuhan Ekonomi mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal turun sebesar 1,9 %. Koefisien bernilai negatif, artinya jika Pertumbuhan Ekonomi naik maka Belanja Modal turun dan sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi masyarakat yang kian cenderung tinggi, tidak menjadikan pembiayaan dalam

pengalokasian anggaran Belanja Modal bertambah tinggi. Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laura (2015) dan Novalia (2016) yang menyatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

2. Variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung sebesar 3,626 dan lebih besar dari ttabel (3,626

≥ 1,987) dan nilai signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,000 (0,000 ≤ 0,05). Hasil koefisien regresi variabel sebesar 0,254, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 25,4 %. Koefisien bernilai positif, artinya jika Pendapatan Asli Daerah naik maka Belanja Modal juga naik begitupun sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan semakin tingginya Pendapatan Asli Daerah menyebabkan pengalokasian anggaran Belanja Modal meninggi, serta dapat pula mengurangi beban pos anggaran lainnya karena anggaran belanja daerah ditanggung oleh pendapatan daerahnya . Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafitri (2009) dan Romario (2012) yang menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Belanja Modal.

3. Variabel Dana Alokasi Umum tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung sebesar -0,444 dan lebih kecil dari ttabel (-0,444 ≤ 1,987) dan nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,658 (0,658 ≥ 0,05). Hasil koefisien regresi variabel sebesar -0,088, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Alokasi Umum mengalami

kenaikan 1%, maka Belanja Modal turun sebesar 8,8%. Koefisien bernilai negatif artinya, jika Dana Alokasi Umum naik maka Belanja Modal turun dan sebaliknya. Hasil tersebut menunjukkan tingginya transfer Dana Alokasi Umum yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, tidak menjadikan pegalokasian anggaran Belanja Modal bertambah tinggi. Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiasih dan Gayatri (2017) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

4. Variabel Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh dan signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung sebesar 9,033 dan lebih besar dari ttabel (9,033

≥ 1,987) dan nilai signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,000 (0,000 ≤ 0,05). Hasil koefisien regresi variabel sebesar 0,456, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Alokasi Khusus mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 45,6 %. Koefisien bernilai positif, artinya jika Dana Alokasi Khusus naik maka Belanja Modal juga naik dan sebaliknya.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa transfer Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah menyebabkan pengalokasian anggaran Belanja Modal meninggi, serta dapat membantu pos pendapatan daerah dalam pengalokasian belanja daerahnya. Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasyanti (2015) yang menyatakan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap Belanja Modal.

5. Variabel Dana Bagi Hasil tidak memiliki pengaruh tetapi signifikan terhadap Belanja Modal dengan nilai thitung sebesar 0,094 dan lebih kecil dari ttabel (0,094

≤ 1,987) dan nilai signifikan lebih besar dari nilai probabilitas 0,925 (0,925 ≥ 0,05). Hasil koefisien regresi variabel sebesar 0,06, artinya jika variabel independen lainnya tetap dan Dana Bagi Hasil mengalami kenaikan 1%, maka Belanja Modal naik sebesar 0,6%. Koefisien bernilai positif artinya jika Dana Bagi Hasil naik, maka Belanja Modal juga naik begitu pula sebalikya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Dana Bagi Hasil tidak meliliki pengaruh terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal. Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Romario (2012) yang menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil dua kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil berpengaruh secara signifikan terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal kabupaten/kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Secara parsial, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

a. Pendapatan Asli Daerah (X2) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal.

b. Dana Alokasi Khusus (X4) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal.

5.2. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian–penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini terbatas pada proksi Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil,

sedangkan masih ada proksi–proksi lainnya yang kemungkinan ada yang berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran Belanja Modal.

2. Keterbatasan informasi dalam pengambilan salah satu sampel dikarenakan data yang akan digunakan dalam keadaan belum tersusun rapi dan masih harus diolah kembali sebelum dapat dijadikan sampel.

5.3. Saran

Adapun saran atas dasar kesimpulan dan keterbatasan penelitian, adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi pengalokasian anggaran Belanja Modal.

2. Sampel yang digunakan lebih luas dan waktu pengamatan yang lebih panjang sehingga hasilnya dapat digeneralisir.

DAFTAR PUSTAKA

Andy, Field, 2009. Discovering Statistics using SPSS Third Edition. Penerbit:

Sage Publications, London.

Boediono, 2010, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi., Edisi Ketiga, Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), Jakarta.

Cooper, Donald R; Emory, C. William, 1996. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit : Erlangga, Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2008 Tentang Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan.

Jensen, Michael C. dan Meckling. William H., 1976, “Theory of The Firm:

Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, Volume 3 Nomor 4, October pp. 305-360

Kasyanti, 2015, Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Dana Bagi Hasil dan Kemandirian Fiskal Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah), Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Laura. Ayu, 2015, Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Novalia, Nanda Dwi, 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, Skripsi, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Purwanto, dan Devi. Fiona Puspita, 2013, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Modal (Studi Kasus Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2011, Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Republik Indonesia, Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959 Tentang Keistimewaan Provinsi Aceh.

________________, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

________________, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

________________, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

________________, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi

________________, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi

Dokumen terkait