• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Uji Identifikasi Escherichia coli

4. Uji sitrat

Tujuan uji sitrat adalah mengetahui pengunaan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi oleh bakteri. Bakteri E.colidapat mengunakan asetat sebagai sumber karbon, tapi tidak dapat mengunakan sitrat.

Media yang digunakan adalah Simmon’s Citrate Agar yang merupakan medium sintetik dengan Na sitrat yang berfungsi sebagai satu-satunya sumber karbon, NH4 sebagai sumber N dan Brom Thymol Blue sebagai indikator pH. Apabila bakteri menggunakan sitrat sebgai satu-satunya sumber karbon maka akan menghilangkan asam dari medium biakan sehingga terjadi peningkatan pH dan akan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru (Lay, 1994). Peningkatan pH terjadi karena kemampuan bakteri dalam menghasilkan asam piruvat dan CO2dalam proses metabolisme. Asam piruvat dan CO2akan berinteraksi dengan NA sitrat menjadi NA karbonat. Pembentukan NA karbonat akan menyebabkan perubahan pH menjadi lebih basa sehinga menyebabkan indikator Brom Thymol Blue berubah warna dari hijau menjadi biru (Lenette, 1995). Pertumbuhan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai

sumber karbon dapat dilihat dari adanya kekeruhan dan perubahan warna dari media.

Hasil uji positif akan ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna dari hijau menjadi biru sedangkan bila hasilnya negatif maka tidak akan terjadi kekeruhan dan tidak ada perubahan warna (warna tetap hijau) (Supardi dan Sukamto, 1999).

Gambar 9. Hasil Uji Sitrat Sampel Jamu Cekok

Keterangan : tanda panah merah menunjukkan warna media tetap hijau Hasil uji sitrat pada ketiga sampel tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna. Hal ini berarti bakteri dalam sampel uji tidak mampu tumbuh dan tidak ammpu menghilangkan asam-asam dalam medium uji. Bateri dalam sampel jamu cekok juga tidak menggukan sitrat sebagai sumber karbon dan energi (Gambar 9).

d. Pengecatan Gram

Tujuan pengecatan gram adalah untuk membedakan sifat bakteri antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Pengecatan ini dilakukan dengan pulasan bakteri. Zat warna yang digunakan ada 4 macam yaitu : (1) larutan gram A yang berisi larutan kristal violet yang berfungsi sebagai cat utama, (2) larutan gram B yang berisi iodine yang berfungsi sebagai penguat cat utama, (3) larutan

gram C berisi alkohol 70% yang berfungsi sebagai larutan peluntur, (4) larutan gram D yang berisi safranin berfungsi sebagai cat lawan.

Pada bakteri gram positif hasilnya akan berwarna ungu karena kompleks zat warna kristal violet-iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan peluntur. Sedangkan bakteri gram negatif hasilnya akan berwarna merah karena kompleks zat warna kristal violet-iodium larut sewaktu pemberian larutan gram C. Penambahan larutan gram D akan memberikan warna merah setelah pengecatan. Perbedaan warna ini disebabkan karena perbedaan struktur dinding sel antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif dinding selnya lebih banyak mengandung peptidoglikan dibanding dengan bakteri gram negatif. Sedangkan dinding sel bakteri gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida. Lipida yang cukup tinggi dibandingkan sel bakteri gram positif. Lipida akan larut dalam larutan gram C yang berisi alkohol dan aseton, sehingga pori-pori dinding sel membesar dan meningkatkan daya larut kompleks violet-iodium pada dinding sel bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif akan terbentuk persenyawaan kompleks kristal violet-iodium ribonukleat yang tidak larut dalam larutan gram C. Persenyawaan kompleks kristal violet-iodium ribonukleat ini tidak terbentuk pada bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kandungan asam ribonukleat antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Radji, 2009)

Penambahan larutan gram D yang berisi safranin pada bakteri gram positif tidak menyebabkan warna merah karena kompleks violet-iodium tetap terikat pada dinding sel. Pada bakteri gram negatif penambahan safranin

menyebabkan warna sel menjadi merah atau merah muda karena persenyawaan kompleks violet-iodium telah larut sehingga dapat mengikat zat warna safranin.

Hasil pengecatan gram pada sampel jamu cekok menunjukkan warna merah muda. Warna merah muda disebabkan kompleks kristal violet-iodium dapat dilunturkan dengan pemberian larutan gram C yang berisi alkohol dan kemudian terwarnai oleh cat safranin yang berwarna merah. Pada mikroba uji, struktur dinding selnya mempunyai lapisan peptidoglikan tipis. Selain itu permeabilitas dinding selnya besar sehingga memungkinkan lunturnya warna kompleks kristal violet-iodium. Penambahan safranin menyebabkan warna merah menjadi semakin jelas.

Gambar 10. Hasil pengecatan Gram biakan bakteri dari sampel jamu cekok

Keterangan : koloni bakteri berwarna merahbakteri gram negatif

Berdasarkan hasil pengecatan gram (gambar 10) dapat disimpulkan bahwa bakteri hasil isolasi merupakan kelompok bakteri gram negatif.

Dari berbagai hasil pengujian biokimia, SIM, dan IMVIC maka diperoleh hasil rangkuman (tabel VII)

Tabel VII. Hasil Uji IdentifikasiE.coli

Pengujian Hasil Sampel Jamu Cekok Hasil Kontrol (+) Kultur MurniE.coli ATCC 25922 Hasil Uji identifikasi E.coliSNI SNI 01-2897-1992 Uji Fementasi gula-gula + + + Uji Sulfur - - -Uji Motilitas + + + Uji Indol + + +

Uji Metil Merah + + +

Uji Voges

Proskaeur - -

-Uji Sitrat - -

-Keterangan :

+ : sesuai dengan hasil kontrol positif biakanE.coli ATCC 25922

- : berbeda hasil dari kontrol positif biakanE.coli ATCC 25922

Dari tabel VII dapat disimpulkan bahwa sampel jamu cekok penjual jamu racik “X” positif mengandung bakteri E.coli. Kontaminasi mungkin disebabkan karena adanya kontaminan E.coli dari air yang digunakan, sarana-prasarana produksi yang tidak terjamin kebersihannya. E.colidapat hidup dalam usus besar manusia dan hewan sebagai flora normal,E.coli juga dapat hidup dalam tanah dan dalam air. Pada saat proses pembuatan pemanasan jamu cekok tidak dididihkan secara sempurna sehingga mengakibatkan bakteri E.colitidak mati, juga didukung dengan lama penyimpanan sebelum dijual yang dapat menambah jumlah kontaminan. Alasan penjual tidak melakukan proses pemanasan hingga mendidih karena khawatir khasiat dari jamu cekok akan hilang. Menurut Menkokesra (2013) untuk mematikan bakteri E.coli penjual dapat melakukan pemanasan

hingga suhu 70°C. PenularanE.colibiasanya melaluifecal oral routeyaitu kontak langsung dengan air dan makanan yang tercemarE.coli(Radji, 2009).

Dokumen terkait