• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan proses mengukur sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2010:5). Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut sedangkan instrumen yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka instrumen tersebut memiliki validitas rendah (Azwar, 2011:6). Pada pengujian validitas terdapat tiga hal yaitu, validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk.

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan pengujian terhadap instrumen untuk mengetahui sejauh mana aitem-aitem yang ada dalam instrumen tes

mampu mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Aswar, 2011:45). Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada hasil penilaian dari expert judgment. Instrumen yang divalidasai oleh expert judgment berupa aitem berbentuk pilihan ganda. Jumlah aitem pada instrumen tes ada 50 butir. Validasi isi dilakukan oleh empat

expert judgment yang akan memberikan penilaian pada isi dari instrumen

penelitian ini. Expert judgment terdiri dari dua orang dosen dan dua orang guru. Penilaian terhadap instrumen penelitian ini berupa skor dan komentar. Skala skor yang digunakan dalam menilai instrumen ini menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2010:138). Bentuk pernyataan dalam skala Likert ada dua yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sedangkan pernyataan negatif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1. Penelitian ini menggunakan pernyataan tingkatan skor positif yaitu 1, 2, 3, dan 4. Skor 4 berarti sangat sesuai, skor 3 sesuai, skor 2 kurang sesuai, dan skor 1 tidak sesuai. Skor 5 tidak digunakan dalam penelitian ini karena untuk menghilangkan keterangan “cukup sesuai” pada skor 3. Keterangan

“cukup sesuai” pada skor 3 dihilangkan karena bersifat meragukan. Skor

3 dengan keterangan “cukup sesuai” diubah menjadi keterangan “sesuai” begitu juga dengan skor 4 menduduki keterangan “sangat sesuai”. Hasil penilaian akan dikategorikan berdasarkan kriteria yang ditentukan. Pelaksanaan revisi instrumen tes ditentukan dalam tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen

Penilaian Kuantitatif Penilaian Kualitatif Keputusan

> 3 Positip Tidak Revisi

> 3 Negatif Revisi pada bagian

tertentu

< 3 Positif Revisi

< 3 Negatif Revisi

Tabel 3.5 menunjukkan jika rata-rata skor dari expert judgment lebih besar dari 3 dengan komentar yang positif maka keputusannya aitem tidak direvisi. Jika rata-rata skor lebih besar dari 3 dengan komentar negatif maka keputusannya aitem direvisi pada bagian tertentu. Sedangkan rata-rata skor kurang dari 3 dengan komentar positif maupun negatif maka keputusannya aitem tetap direvisi.

Validator yang pertama dilakukan oleh Bapak PS, beliau adalah salah satu dosen Universitas Sanata Dharma yang ahli dalam bidang Fisika, selain itu beliau juga pengarang dari buku-buku miskonsepsi Fisika. Adapun masukan Bapak PS pada keseluruhan instrumen adalah karena ini sendi miskonsepsi maka perlu deteksi keyakinan anak terhadap jawabannya apa ia yakin benar atau tidak?”. Validator kedua dilakukan oleh salah satu dosen Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma yaitu Ibu SAS. Beliau dipilih menjadi validator karena beliau juga ahli dalam bidang Fisika. Validator ketiga adalah guru kelas V di SD Negeri Denggung yaitu Ibu ATI. Beliau dipilih menjadi validator karena beliau sudah mahir dalam pembuatan soal IPA dan beliau mengetahui bagaimana bentuk soal yang sesuai dan baik untuk siswa kelas V. Secara keseluruhan beliau memberikan saran untuk memperbaiki kata-kata yang susah dimengerti oleh siswa. Validator yang

keempat juga diakukan oleh seorang guru, beliau adalah Bapak AGT. Beliau adalah guru kelas V di Kabupaten Magelang. Secara garis besar beliau memberikan masukan untuk menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Berikut tabel 3.6 disajikan tentang hasil uji validasi isi oleh expert judgment.

Tabel 3.6 Tabel Hasil Uji Validasi Expert Judgment

No. Nama Ahli Skor

rata-rata PG Penilaian Keputusan

1. PS 2,92 Positif Revisi

2. SAS 3,68 Positif Tidak Revisi

3. ATI 3,76 Positif Tidak Revisi

4. AGT 3,1 Positif Tidak Revisi

Tabel 3.6 menunjukkan bahwa menurut Bapak PS sebagai validator 1, memberikan skor instumen PG sebesar 2,92. Jika skor perolehan kurang dari 3 (< 3) dengan penilaian positif maka keputusan akhir harus dilakukan revisi instrumen. Sedangkan dari validator 2, 3, dan 4 memberikan skor lebih dari 3 (>3) dengan penilaian yang positif maka keputusan tidak dilakukan revisi. Setelah dilakukan uji validasi oleh

expert judgment, peneliti mempertimbangkan berapa masukan sehingga

beberapa soal harus dihilangkan sehingga dari semula berjumlah 50 butir soal menjadi 38 butir soal.

b. Validitas Muka

Validitas muka dilakukan untuk menunjukkan apakah instrumen penelitian dari segi muka nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen (Siregar, 2013:46). Validitas muka merupakan jenis validitas yang signifikansinya

paling rendah karena didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan instrumen.

Validitas muka dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1, Temanggung. Alasan dipilihnya siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1 dikarenakan siswa kelas V SD Negeri Candiroto 1 dianggap sudah mengetahui konsep tentang gaya (gaya magnet, gaya gravitasi, gaya gesek), pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, penerapan sifat-sifat cahaya dalam suatu karya/model (periskop), jenis-jenis batuan, dan pembentukan tanah karena pelapukan serta siswa setara dengan subjek dalam penelitian ini yaitu kelas V SD. Secara keseluruhan beberapa siswa memberikan komentar bahwa pada soal nomor 18, 20, 24, 34, dan 35 kalimatnya susah untuk dipahami. Sebagai tindak lanjut dari komentar tersebut peneliti melakukan penyederhanaan bahasa agar lebih mudah dipahami oleh siswa.

c. Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan kesanggupan alat ukur untuk mengukur suatu konsep yang diukurnya (Siregar, 2013:47). Validitas ini digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada konsep gaya (gaya magnet, gaya gravitasi, gaya gesek), pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, penerapan sifat-sifat cahaya dalam suatu karya/model (periskop), jenis-jenis batuan, dan pembentukan tanah karena pelapukan. Instrumen soal selanjutnya diujicobakan kepada siswa kelas V di SD Negeri se-Kecamatan Sleman. Dari 28 SD Negeri yang ada di se-Kecamatan Sleman maka dipilih 5 SD secara acak sebagai tempat uji coba instrumen soal.

Sebanyak 45 siswa mengerjakan instrumen soal tersebut. Sejumlah 45 siswa ini merupakan anggota dari poulasi namun bukan termasuk dalam anggota sampel penelitian. Hasil pekerjaan siswa kemudian dihitung validitasnya

Hasil jawaban siswa selanjutnya direkap dengan Microsoft Excel kemudian datanya dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 20. Jika dalam perhitungan SPSS versi 20, terdapat tanda bintang satu (*) atau bintang dua (**) pada soal maka soal tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika tidak ditemukan tanda bintang maka soal tersebut dinyatakan tidak valid. Jumlah bintang menentukan kualitas kevalidan soal, jika terdapat tanda satu bintang (*) maka soal tersebut valid sedangkan tanda dua bintang (**) soal tersebut sangat valid. Berikut tabel 3.7 tentang hasil validitas soal pilihan ganda dengan SPSS versi 20.

Tabel 3.7 Hasil Valdiasi Soal Pilihan Ganda

No. Butir Soal t tabel r hitung Sig

(2-tailed) Keterangan 1 1 0,294 A - Tidak valid 2 2 0,294 .179 .239 Tidak valid 3 3 0,294 .173 .257 Tidak valid 4 4 0,294 .478** .001 Valid 5 5 0,294 .421** .004 Valid 6 6 0,294 .248 .101 Tidak valid 7 7 0,294 .371* .012 Valid 8 8 0,294 .581** .000 Valid 9 9 0,294 .510** .000 Valid 10 10 0,294 .432** .003 Valid 11 11 0,294 .415** .005 Valid 12 12 0,294 -.043 .780 Tidak valid 13 13 0,294 .434** .003 Valid 14 14 0,294 .358* .016 Valid 15 15 0,294 .267 .076 Tidak valid 16 16 0,294 .456** .002 Valid 17 17 0,294 .174 .253 Tidak valid

No. Butir Soal t tabel r hitung Sig (2-tailed) Keterangan 18 18 0,294 .031 .840 Tidak valid 19 19 0,294 .078 .608 Tidak valid 20 20 0,294 .341* .022 Valid 21 21 0,294 -.001 .993 Tidak valid 22 22 0,294 .500* .000 Valid 23 23 0,294 .430** .003 Valid 24 24 0,294 .395** .007 Valid 25 25 0,294 .486** .001 Valid 26 26 0,294 .296* .049 Valid 27 27 0,294 .587** .000 Valid 28 28 0,294 .282 .060 Tidak valid 29 29 0,294 .222 .143 Tidak valid 30 30 0,294 -.034 .824 Tidak valid 31 31 0,294 .057 .711 Tidak valid 32 32 0,294 .395** .007 Valid 33 33 0,294 .209 .169 Tidak valid 34 34 0,294 .239 .114 Tidak valid 35 35 0,294 .487** .001 Valid 36 36 0,294 .111 .469 Tidak valid 37 37 0,294 .432** .003 Valid 38 38 0,294 .212 .162 Tidak valid

Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa soal yang valid sebanyak 21 soal. Sebanyak 20 soal digunakan untuk mengukur miskonsepsi IPA Fisika Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Sleman. Soal yang digunakan harus mewakili masing-masing indikator dalam penelitian. Jika pada salah satu indikator tidak terwakili oleh satu atau dua soal maka soal tersebut direvisi kembali sehingga mampu mewakili indikator tersebut.

Dokumen terkait