BAB II LAN DASAN TEORI
B. Daur Ulang Sampah
1. Pengertian Sampah dan Daur Ulang
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses yang telah digunakan. Sampah mengandung berbagai macam zat baik yang dapat berbahaya dan tidak berbahaya. Akan tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan dampak yang cukup serius bagi populasi manusia.17
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 3R (Reduce, Recycle, Reuse). Pada proses daur ulang sampah masyarakat dituntut untuk dapat memunculkan kreativitasnya agar dapat merubah sampah yang pada dasarnya tidak memiliki nilai guna menjadi suatu produk yang memiliki nilai guna.18
16
Fahrudin. Adi,Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat,(Bandung: Humaniora, 1996), h.39.
17
Y.Eko Budi Susilo.Menuju Keselarasan Lingkungan, Memahami Sikap Teologis Manusia Terhadap Pencemaran Lingkungan. (Malang: Averroes Press, 2003),h. 43-44.
18
Johan Silas, Dilema Pengelolaan Sampah, Masalah dan Kejanggalan Pemahaman.(Surabaya: Makalah Seminar Nasional Teknik Lingkungan ITATS&Dirjen Dikti Depdiknas,2003),h.7.
Daur ulang telah memainkan peran utama dalam penciptaan kebijakan lingkungan baru dan proaktif, sementara pada saat yang sama, menciptakan pasar untuk bahan yang dapat dibuat menjadi produk baru. Produk daur ulang yang dihasilkan baik oleh masyarakat atau perusahaan daur ulang akan percuma apabila tidak adanya gairah dari pasar untuk dapat tertarik membeli produk tersebut.
Kemudian penggunaan ulang (reuse), didefinisikan sebagai suatu proses penggunaan kembali benda yang terjadi disaat sebuah produk yang telah digunakan untuk tujuan aslinya kemudian digunakan untuk menyelesaikan tujuan yang sama atau tujuan yang sama sekali baru berdasarkan tingkat kemampuan produk tersebut untuk digunakan kembali. Memang dari definisi tersebut cukup memberikan gambaran dimana penggunaan kembali suatu produk atau suatu barang, untuk tujuan yang vsama dengan aslinya atau ungtuk tujuan yang sama sekali baru, bergantung pula dengan tingkat kemampuan barang tersebut untuk digunakan kembali. Untuk beberapa material, terdapat jenis yang memiliki daya tahan yang cukup baik untuk dapat digunakan kembali pada nilai gunanya yang dari sebelumnya.19
Franchetti juga menjelaskan mengenai prinsip 3R dan 2E sebagai pendekatan pengelolaan sampah. 3R disebut sebagai reduce (pengurangan), reuse (penggunaan kembali) dan recycle ( daur ulang) sebagai suatu solusi 19
Johan Silas, Dilema Pengelolaan Sampah, Masalah dan Kejanggalan Pemahaman.(Surabaya: Makalah Seminar Nasional Teknik Lingkungan ITATS&Dirjen Dikti Depdiknas,2003),h.9.
penanganan permasalahan sampah berdasarkan hirarki pengelolaan sampah. Sedangkan 2E yaitu environment (lingkungan) dan economics (ekonomi) sebagai suatu tujuan dari diadakannya usaha 3R untuk mengurangi dampak lingkungan terhadap organisasi penyelenggara usaha 3R serta meningkatkan ekonomi organisasi tersebut.20
Secara khusus, Franchetti menjelaskan terdapat dua yang menjadi tujuan diadakannya usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R tersebut terhadap nama baik perusahaan dalam dunia usaha serta keuntungan secara individu dan sosial. Secara lingkungan, keuntungan yang didapat dari usaha 3R adalah
a. Konservasi sumber daya alam seperti : air, hutan, energi dan tanah. b. Lingkungan yang lebih sehat karena berkurangnya sampah masuk ke
pembuangan akhir.
c. Pengurangan resikoglobal warming. d. Korservasi habitat.21
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas baik dari proses pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan sistem 3R (reduce, reuse dan recycle)
20
Totok Noerdianto, PRODUS, upaya alternatif untuk mengurangi sampah dengan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Guna Mengahasilkan Keuntungan Ekonomis dan Ekologi.
Makalah Seminar Nasional. (Surabaya: Teknik Lingkungan ITATS & Dirjen Dikti Depdiknas, 2003), h.7.
21
serta manfaatnya terhadap lingkungan semakin memberi gambaran bagaimana pentingnya partisipasi masyarakat sebagai salah satu peran penimbul sampah dan juga peran yang memiliki dampak langsung dari permasalahan sampah, untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan masalah persampahan.
Material yang dapat di daur ulang :
1. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik)
2. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue. 3. Platik bekas wadah air mineral, bekas bungkus kopi, deterjen 4. Sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos.
Salah satu upaya untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah adalah dengan melakukan pengelolaan sampah. Dan pada tingkat masyarakat, pengelolaan sampah yang bisa dilakukan dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). 3R adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama adalah pemilahan sejak dari sumber.
Setelah melakukan pemilahan, proses selanjutnya adalah pengelolaan sampah melalui prinsip 3R. Masyarakat dapat melakukan pengelolaan dengan berpartisipasi mengelola sampah mulai dari pemilahan sampah antara jenis organik dan anorganik (non-organik). Untuk sampah organik, sampah bisa diolah untuk dijadikan kompos melalui proses komposting. Komposting itu
sendiri merupakan proses upaya mengolah sampah organik melalui proses pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Sedangkan untuk sampah anorganik, pengolahannya dapat berupa daur ulang sampah, penggunaan kembali sampah dan dimusnahkan apabila memang sampah tersebut sudah tidak bisa digunakan.
2. Sumber dan Jenis Sampah.
Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial refuse).
Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kalang dan lain-lain.
Comercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat
perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat
jual beli lainnya. Biasanya sampah berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik, dan daun pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang rusak dan lain-lain.
Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri, jumlah dan jenisnya sangat tergantung pada jenis dan jumlah bahan yang diolah
oleh perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang limbah dan sampahnya di sekitar perusahaan tersebut, sehingga sering mencemari lingkungan disekelilingnya.22
Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah jenis lain yaitu sampah yang berasal darti jalanan (street sweeping), dari bangkai binatang yang mati (dead animal), pembersihan dan pembangunan suatu tempat, sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.
Secara umum sampah dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang mudah terurai (degradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai (nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah golongan ini berasal dari bahan-bahan organic, seperti sampah sayuran dan buah-buahan, sisa makanan, kertas bangkai binatang dan lain-lain. Nondegradable adalah sampah yang tidak dapat diuraikan atau sulit diuraikan secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan biologis menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse biasanya berasal dari bahan anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya, seperti kaca, plastic, kayu, keramik.23
22
Haryoto Kusnopoetranto, Kesehatan Lingkungan.(Jakarta:FKM Universitas Indonesia,1986), h.70-74.
23
Departemen Kesehatan,Pembuangan sampah.(Jakarta:Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan Departemen Kesehatan, 1997),h.3.
Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasikan atas beberapa kelompok, antara lain:
a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan oleh organism lainnya, seperti insekta, binatang pengerat (rodentia), dan berbagai “scavenger” sampah jenis ini biasanya bersumber dari“domestic refuse”atau industry pengolahan makanan.
b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah membusuk tetapi muidah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar seperti kaca, keramik, dan tulang hewan.
c. “dead animal”yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild animal).
d. “street sweeping” yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan lain-lain.
e. “industrial waste” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industry, sampah jenis ini biasanya lebih homogeny bila dibandingkan dengan sampah jenis lainnya.24
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sampah
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain:
a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan kontruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industry dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
24
c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.25
C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)