• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di Kube Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di Kube Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

PERUMAHAN PANCORAN MAS DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rizka Carissa

NIM: 109054100003

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta , 26 Juni 2014

(5)

i

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk dimana-mana. Sebagaimana kita ketahui bahwa munculnya sampah akan terus meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Bank sampah Iburatu recycle, memunculkan harapan baru bagi masyarakat untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah sampah terutama yang ada di kota Depok.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif .dengan jenis penelitian deskriptif dimana teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling dengan 5 informan.Sedangkan analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif, Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

(6)

ii

Segenap puji syukur hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam yang menguasai

bumi dan langit dengan arena nikmat-Nya penulis bisa beraktifitas dengan sepenuh hati,

hanya rasa syukur yang disertai tasbih dan tahmid yang pantas penulis ucapkan untuk

membalas semuanya, karena Rahmat dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi

ini.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW, yang telah membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran. Sekaligus menjadi

inspirasi dalam kehidupan penulis karena kemuliaan akhlaknya.

Penulis merasakan bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud apabila tanpa adanya

dukungan dari berbagai pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.d selaku wakil Dekan bidang Akademik.

Bapak Drs. Jumroni M,Si selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum, beserta

Bapak Dr. Sunandar, M.A selaku wakil Dekan bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku ketua jurusan Kesejahteraan Sosial. Bapak Ahmad

Zaky, M.Si selaku sekertaris jurusan Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Nurhayati Nurbus, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik

dan saran yang sangat bermanfaat serta memberikan motivasi yang sangat besar

(7)

iii

Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Baron dan Ibu Sri Wulan selaku pengurus Bank Sampah Iburatu Recycle, yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Bank Sampah

Iburatu Recycle.Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

6. Ibu Evi, Ibu Susi, serta Ibu Hadi yang turut berpartisipasi dan sangat membantu

penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

7. Kedua Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Mulyana dan Ibunda Hilna yang dengan

tulus telah memberikan dukungan sepenuhnya, pengorbanan, serta perhatian yang

tiada henti dan selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini

dengan baik.

8. Kaka-kaka tersayang, ka Muthia, ka Ardie, ka Vania, dan ka Arie yang Selama ini

selalu memberikan dukungan, doa yang tiada henti kepada penulis dan memberikan

energi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku tercinta “GENGGONG” (Hanifa, Nandya, Ade, Inge, Jubet, Ni’ma, Ersya, Momba, Widya) yang selama ini menemani dalam suka, duka, canda dan tawa serta tidak pernah henti saling memberikan semangat, dukungan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini I LOVE YOU GUYS.

10. Teman-teman Kessos angkatan 2009 yang selama perkuliahan saling berbagi ilmu,

memberikan semangat serta tetap menjaga kekompakannya menjadi warna-warni

kehidupan bagi penulis. Thanks for all.

11. Teman, kaka, sahabat setia yaitu Yudi yang selalu menjadi penyemangat penulis

(8)

iv

penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan

banyak-banyak terimakasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para

pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi, dan bantuan yang

telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan imbalan dan pahala yang setimpal dari

Allah SWT.Amin yaaRobbal’alamin.

Jakarta, 26 Juni 2014

(9)

v

ABSTRAK……….………..……….. i

KATA PENGANTAR ……….………… ii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTARTABEL ……… viii

BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1

A. Latar BelakangMasalah ………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….……… 6

D. Metodologi Penelitian ……….. 7

E. Pedoman Penulisan Skripsi……….………. 15

F. Tinjauan Pustaka ………... 16

G. SistematikaPenulisan ……….……….. 18

BAB II LANDASAN TEORI ……….……… 20

A. Partisipasi………...………… 20

1. Definisi Partisipasi………... 20

2. Tujuan Partisipasi……….……… 22

3. Tingkatan Partisipasi……… 23

4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Partisipasi………... 24

5. Prinsip Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat………. 25

6. Jenis Partisipasi……… 27

B. Daur Ulang Sampah……….………. 29

(10)

vi

C. Kelompok Usaha Bersama…..………...………… 37

1. Sejarah Singkat Program KUBE…..…..………. 37

2. Definisi KUBE………..…..………. 38

3. Tujuan KUBE……….…..…..………. 39

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ………. 41

A. Gambaran Kota Depok ……….. 41

B. KUBE Iburatu Recycle………..………. 44

1. Sejarah Singkat KUBE IburatuRecycle…..……… 44

2. Visi dan Misi KUBE Iburatu Recycle…..……… 47

3. Struktur kepengurusan KUBE Iburatu Recycle……… 48

4. Tujuan KUBE Iburatu Recycle…………..………... 49

C. Manajemen Penanganan Sampah..……….. 50

D. Teknologi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah……… 51

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA ……….... 57

A. Identitas Informan………...………..……… 57

B. partisipasimasyarakat……… 60

C. Manfaat daur ulang sampah………..……… 74

BAB VPENUTUP ………... 78

A. Kesimpulan……….. 78

(11)
(12)

viii

Tabel 1. Kerangka dan Jumlah Informan……… 8

Tabel 2. Perjalanan Bank Sampah Iburatu Recycle………52

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi sebagian orang beranggapan bahwa sampah adalah hasil limbah

masyarakat yang tidak dapat digunakan lagi atau tidak ada manfaat yang dapat

di ambil dari sampah tersebut, namun bagi sebagian masyarakat sampah

adalah sumber kehidupan, mereka sering kita sebut sebagai pemulung ini

menjadikan pekerjaan tersebut sebagai profesi, memang kehadiran mereka di

butuhkan di tengah-tengah kita, sayang profesi mereka ini belum di legalkan

atau belum diresmikan oleh pemerintah, sehingga penanganan sampah

tersebut tidak maksimal.

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat

ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang

sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani

sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk

dimana-mana. Sampah yang tidak terurus dengan baik akan menyebabkan

menurunnya kesehatan dan nilai estetika lingkungan karena pencemaran air,

udara dan berkembangnya hama penyakit, sehingga pemukiman penduduk

disekitar tumpukan sampah tersebut tidak layak lagi bagi penduduk. Masalah

sampah yang timbul di kota-kota besar adalah kerena sulitnya pengumpulan,

(14)

sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, industri maupun sampah

kantor. Sulitnya penanganan sampah erat kaitannya dengan buruknya kondisi

pemukiman penduduk, karena pertumbuhan pemukiman yang semerawut

mempersulit proses pengumpulan dan pengangkutan sampah sehingga

akhirnya menumpuk.

Sebagaimana kita maklumi bahwa munculnya sampah akan terus

meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi

juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Sementara itu

ketersediaan lahan untuk tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah

makin sulit karena daya dukung lahan khususnya di perkotaan makin

berkurang. Akibat dari semakin bertambahnya pula buangan atau limbah yang

dihasilkan. Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan

konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah

Tangga) telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh

pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Banyak orang yang tidak peduli akan

kebersihan, terutama dalam hal membuang sampah dan banyak pula orang

yang membuang sampah sembarangan, dan jika hal ini terus terjadi

berkelanjutan akan berdampak efek negatif sangat besar bagi lingkungan,

seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi penyakit yang akan

dengan mudah menimpa masyarakat yang berada di sekitar tumpukan sampah.

Manusia sejatinya adalah khalifah yang di tugaskan Allah SWT untuk

menjaga dan memelihara alam di muka bumi, seperti yang di firmankan Allah

(15)

}

٣ ٠

{

“ Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka

berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang

yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal

kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau".

Rabb berfirman:’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui’ ". (QS. 2:30)1

Isbandi Rukminto memberikan langkah upaya pemberdayaan yang

mencoba menyinergikan pemberdayaan ekologi, ekonomi, sosial dan spiritual

adalah seperti apa yang dilakukan oleh salah satu komunitas di India dalam

mengelola sampah dengan proses pembuatan kompos. Salah satu yang

dikembangkan adalah memanfaatkan sampah warga guna proses pembuatan

pupuk yang dikumpulkan dua sampai tiga kali seminggu dengan kendaraan

roda tiga. Upaya yang dilakukannya, bukan saja bernilai dalam pemberdayaan

ekologi di mana mencoba menciptakan lingkungan yang lebih asri, tetapi juga

dapat memberikan pengahasilan bagi warga dari kelas ekonomi yang kurang

diuntungkan. Di samping itu, juga membantu mereka yang kurang

1

(16)

diuntungkan agar tidak melakukan tindak kejahatan dan mau berbuat baik

untuk sesama (mempunyai nilai sosial dan spiritual)2

Sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah, pasal 20 ayat (1) yaitu pengurangan sampah dengan pembatasan

timbunan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali

sampah.3

Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah “ Partisipasi

Masyarakat dalam Program Daur Ulang Sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok”. Dengan adanya bank sampah tersebut, memunculkan harapan baru bagi Pemerintah Kota Depok dan

masyarakat lain untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah

sampah yang ada di Depok. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan juli sampai dengan bulan oktober2013 yang berlokasi di Kube “Iburatu

Recycle” Perumahan Pancoran Mas Depok, dimana dalam hal ini yang

menjadi sasaran adalah warga masyarakat yang tinggal di Perumahan

Pancoran Mas Depok yang memanfaatkan sampah untuk dibuat suatu

kerajinan agar terlihat lebih menarik dan bernilai tinggi harganya. Kegiatan ini

merupakan salah satu inovatif untuk membiasakan masyarakat lebih memilah

sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang

dapat ditabung, terutama ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Akhirnya

2

Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Raja Persada Grafindo, 2008),h. 81-82.

3

(17)

masyarakat terdidik untuk menghargai sampah sesuai dengan jenis dan

nilainya sehingga mereka mau memilah sampah yang pada gilirannya akan

membatasi timbunan sampah. Program yang dilakukan Bank Sampah ini

sebagai sumber penghasilan dalam membantu perekonomian keluarga bagi

mereka yang ikut serta dalam proses mendaur ulang sampah yang telah

dikumpulkan atau mereka yang ikut menabung sampah dalam program yang

telah dicanangkan oleh Bank Sampah.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam penulisan karya ilmiah ini bisa lebih fokus maka penulis

membatasi serta menitikberatkan permasalahan ini pada tahapan

partisipasi serta pengaruh yang dirasakan warga perumahan Pancoran Mas

Depok terhadap kegiatan daur ulang sampah yang di lakukan oleh warga

yang ikut berkontribusi dalam kegiatan daur ulang sampah ini di

lingkungan tempat tinggal mereka.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas agar

lebih terarah dalam mencapai sasaran, maka penulis merumuskan masalah

tersebut dalam berntuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah

(18)

b. Bagaimana manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu Recycle bagi

warga perumahan Pancoran Mas Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam program daur ulang

sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok.

b. Untuk mengetahui manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu

Recycle bagi warga perumahan Pancoran Mas Depok.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

1) Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pemberdayaan

ilmu sosial terutama bagi mahasiswa kesejahteraan sosial,

khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sampah.

2) Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang

berguna untuk menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya,

khususnya pada studi sosial.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan Masukan bagi warga setempat untuk dapat

melaksanakan program selanjutnya.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengaruh yang

(19)

3) memberikan penyadaran akan pentingnya peran mereka dalam

mensukseskan kegiatan ini sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di tempat daur ulang sampah Kube

Iburatu Recycle yang berada di RT01/13 Perumahan Pancoran Mas Kota

Depok. Peneliti mempunyai alasan memilih lokasi tersebut di latar

belakangi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Adanya informasi yang penulis dapatkan dari pihak Bank sampah Kota

Depok mengenai daur ulang sampah berbasis masyarakat di Kube

Iburatu Recycle Pancoran Mas Depok.

b. Lokasi tersebut merupakan daerah perkotaan dengan permasalahan

persampahan yang cukup kompleks.

Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai

tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 28 November 2013. Dengan catatan

penelitian ini akan berakhir jika data-data yang diperlukan dalam

penelitian telah rampung atau dirasakan cukup. Sedangkan untuk hal-hal

(20)

2. Teknik pemilihan informan

Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan menggunakan

metode non-probability sampling. Menurut neuman dalam metode

non-probability sampling jumlah informan ditentukan melalui pengetahuan

yang terbatas mengenai kelompok atau populasi besar yang mana mampu

diwakili oleh sampel terpilih. Sedangkan Herdiansyah mengatakan bahwa

metodenon-probability samplingmerupakan metode sampling yang setiap

individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan

(non-propability) yang sama untuk terpilih.4

Diantara beberapa tipe non-probability sampling yang ada, penelitian

ini menggunakan tipe purposive sampling. Purposive sampling adalah

digunakan dalam situasi yang dengan kemampuan untuk menentukan

informan sesuai dengan tujuan. Jadi pada purposive sampling, pemilihan

informan didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih.5

Berikut ini tabel subjek dan informan yang terpilih dalam

pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 1. Informan

No. NAMA STATUS ALASAN MEMILIH

1. Ibu WLN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui

bagaimana awal mula berdirinya Bank Sampah Iburatu Recycle

4

Moleong,Metodologi Penelitian, h. 95.

5

(21)

2. Bapak BRN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui

3. Ibu SS Pengrajin Untuk mengetahui apa

saja kegiatan yang dilakukan Bank Sampah Iburatu Recycle.

4. Ibu EV Nasabah Bank Sampah Untuk mengetahui

dampak positif yang dirasakan warga sekitar yang ikut berpartisipasi di Bank Sampah Iburatu Recycle.

5. Ibu HD Bukan Nasabah Bank

Sampah

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah data dan

menganalisa data secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan

data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

prilaku yang dapat diamati.6

Jadi, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek

6

(22)

yang diamati oleh penulis, dimana penulis tidak hanya meneliti perilaku

subyek bakan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan subjek dalam

rangka keberdayaan mereka mempertahankan hidupnya.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti kondisi obyek yang alamiah. Pendekatan kualaitatif ini peneliti

gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan kualitatif

bersifat luwes, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta

memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan

fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.7 Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat

menggambarkan dan menganalisis bagaimana proses Bank Sampah dalam

mengimplementasikan program-programnya dan apa saja yang dihasilkan

oleh para wirausaha yang tergabung dalam struktur kepengurusan yang

tersusun di Bank Sampah tersebut. Penelitian deskriptif adalah salah satu

jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap

mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam

penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek

penelitian dan akan menggunakan pertanyaan what dalam menggali

informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah

menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,

menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan

gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal, menyajikan informasi dasar

7

(23)

akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan

mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan

atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif

mengenai subjek penelitian.8

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan

informan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif

deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar

dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari

pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk

penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas

sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut

mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi

lainnya.9

8

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5 h. 69.

9

(24)

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan

pengukuran, akan tetapi observasi atau pengamatan dapat pula memiliki

arti yang lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera

penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan.10

Jadi dalam hal ini peneliti memposisikan diri sebagai pengamat dari

kegiatan dari daur ulang sampah yang dilakukan di Bank Sampah

Kelurahan Pancoran Mas Depok. Pengamatan yang peneliti lakukan

meliputi wilayah dan lingkup di daerah bank sampah yaitu satu bulan

penuh.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain.

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang

di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan

daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat

berupa pedoman wawancara maupunchecklist.11

Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D

wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

10

Adang Rukhiyat, dkk,Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3,h.54.

11

(25)

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.12

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau

pengumpulan data secara tidak langsung. Pengumpulan data dengan

wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula. Perbedaan teknik wawancara dengan pengamatan langsung adalah

bahwa pada teknik wawancara harus selalu diusahakan terjadinya

komunikasi dan interaksi dua arah antara peneliti dan objek riset.13

Kerlinger menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :

a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan

yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh

interviewer dengan memberikan penjelasan.

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing

individu.

c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain

sudah tidak dapat dilakukan.14

Menurut Yin disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki

kelemahan, yaitu :

12

Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231.

13

HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 71.

14

(26)

a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan

yang penyusunanya kurang baik.

b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang

kurang sesuai.

c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi

kurang akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin

didengar oleh pewawancara.15

5. Teknik Analisa Data

Dalam buku Sugiyono, menurut Bogdan bahwa analisa data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.16

Jadi dalam menganalisis data, peneliti memperoleh data dari lapangan

dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kategori data yang terkumpul

yaitu observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan penelitian, dengan menggunakan analisa deskriptif dan dengan

15

Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-3, h. 68.

16

(27)

menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mengetahui gambaran yang

konkret tentang pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang

sampah di Bank Sampah Pancoran Mas Depok.

6. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan

valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi

atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas

social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu

peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data

yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber

berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan

teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan

dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat

dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari

informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara

terhadap hasil dari observasi.17

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam

skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis,

dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2, tahun 2007

17

(28)

F. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis terlebih

dahulu mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebelumnya

yang menjadi ide awal dalam penulisan kaya ilmiah penulis, yaitu:

Muhammad Syakur, skripsinya berjudul “Program Daur Ulang Sampah

Kertas sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (studi kasus Corporate

Sosial Responsibility PT. pembangunan Jaya Ancol Tbk)”. Skripsi Mahasiswa

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Kesejahteraan Sosial (2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syakur mengenai program daur

ulang sampah kertas oleh CSR PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk

diolah bersama masyarakat di tempat produksi yang sudah dipersiapkan pihak

perusahaan dan pemasaran hasilnya pun sudah dipersiapkan. Program ini telah

memproduksi banyak kreasi yang berasal dari kertas yang didaur ulang.

Produk-produk tersebut dijual dan hasilnya untuk keperluan bersama

masyarakat. Perbedaan penelitian Muhammad Syakur dengan penulis adalah

tingkat partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah yang

dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Dan Bank Sampah Iburatu Recycle berdiri

dari masyarakat sekitar untuk meminimalisir penumpukan sampah yang ada

disekitar Bank Sampah.

Siti Habibah, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Ekonomi Perempuan

Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering di Kelurahan Pasar Minggu”.

Skrispsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan

(29)

Habibah mengenai manfaat sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelompok

Lingkungan (I2KL). Penelitian ini berorientasi pada pembukaan lapangan

kerja, peningkatan penghasilan serta dampak yang ditimbulkan dari

pengelolaan sampah tersebut bagi masyarakat setempat, khususnya dibidang

wirausaha. Perbedaan penelitian Siti Habibah dengan penulis dapat dilihat dari

berbagai macam aspek tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja. Berdirinya

Bank Sampah Iburatu Recycle juga mencakup aspek ekonomi, sosial magi

masyarakat sekitar Bank Sampah dan para nasabah Bank Sampah yang ikut

berpartisipasi.

Bagus Adhi Pratama, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Kegiatan Daur ulang Sampah di Perumahan Griya Serpong

Kademangan Setu Tangerang selatan Banten”. Skrispsi Mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2012).

Penelitian ini lebih menekankan kepada pelatihan daur ulang sampah plastik

yang di lakukan oleh ibu-ibu di perumahan Griya Serpong Kademangan Setu

Tangerang Selatan banten. Perbedaan penelitian Bagus Adhi Pratama dengan

penulis adalah menjawab peran serta masyarakat dalam kegiatan dari ulang

sampah serta apa saja manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan yang

dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki

Bank Sampah Iburatu Recycle yang belum tentu dimiliki oleh Bank Sampah

(30)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori,Bab ini berisikan tentang beberapa pengertian dan penjelasan yaitu (i) Partisipasi sebagai faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat. (ii) Pengertian daur ulang dan

Sampah meliputi: Penggolongan sampah, Faktor-faktor yang

mempengaruhi sampah, penjelasan konsep yang di jalani dalam

proses daur ulang sampah

BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan lembaga, meliputi latar belakang lembaga, Visi Misi lembaga, struktur organisasi,

sarana dan prasarana dan lain-lain.

BAB IV Analisis Hasil Penelitian, Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan analisis data, yaitu pemaparan tentang hasil

penelitian dan pengaruh yang dirasakan waraga sekitar mengenai

program daur ulang sampah tersebut dilakukan.

(31)

sampah berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan

(32)

20 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Partisipasi

1. Definisi Partisipasi

Secara bahasa partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta.1 Partisipasi adalah suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam

suatu proses kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu oleh karena itu

unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan

emosional.2 Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pegaktualisasikan diri, dimana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri

dalam suatu kegiatan, semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula

status sosial yang dimilikinya. Oleh karena itu orang yang banyak

meluangkan waktu untuk kerja sosial akan mendapat pengakuan lebih, dan

biasanya dapat membentuk kecerdasan sosial dalam diri orang yang banyak

berpartisipasi. Oleh karena itu partisipasi sebagai faktor penting dalam

pemberdayaan masyarakat.

1

Suharto & Tata Iryanto, “Kamus Bahasa Indonesia”,(Penerbit Indah, Surabaya: 1996) h. 192.

2

(33)

Pengertian partisipasi menurut Uphoff dan Coben yaitu, menekankan

pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.3 Partisipasi memiliki pengertian bahwa setiap program bukan dirancang oleh orang luar

kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakannya, tetapi program tersebut

dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar.4

Sebagaimana diketahui, pemberdayaan pada dasarnya merupakan proses

perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah

perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin

meningkat, merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan

perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan sarana

bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Dalam hal ini, kegiatan

daur ulang sampah merupakan media dan sarana bagi warga.

Terdapat juga beberapa pendapat mengenai pengertian partisipasi dalam

buku Britha Mikkelsen sebagai berikut:

a. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terikat, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu.

b. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

3

Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008), cet-1, h.296.

4

(34)

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan

dampak-dampak sosial.

c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.5

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi adalah

suatu proses keikutsertaan dalam menjalani suatu program yang rancang oleh

masyarakat yang terlibat di dalamnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah

disepakati bersama.

2. Tujuan Partisipasi

Menurut Henry Sanoff mengatakan bahwa tujuan utama dari partisipasi

masyarakat adalah:

a. Melibatkan masyarakat dalam mendisain proses pengambilan keputusan

dan sebagai hasilnya meningkatkan kepercayaan mereka.

b. Menyalurkan dan memfasilitasi masyarakat dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan guna meningkatkan mutu atau kualitas dari

perencanaan keputusannya; meningkatkan rasa kebersamaan (sense of

community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan

bersama.6

5

Britha Mikkelsen, “Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 64.

6

(35)

3. Tingkatan Partisipasi

Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan

dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu

selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya. Maka pada

dasarnya nampak adanya tingkatan, yaitu:

a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk membantu para anggota

kelompok agar memahami masing-masing fungsi dan sikap, sehingga

dapat mengembangkan kerjasama yang lebih baik.

b. Tingkat penasihatin/sugesti, yang dibangun atas dasar saling mengerti,

oleh karena para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung

siap untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah memahami masalah

dan ataupun situasi yang dihadapkan kepada masyarakat.

c. Tingkat otoritas, Otoritas pada dasarnya memberikan kepada kelompok

suatu wewenang untuk memantapkan keputusannya.7

Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip Khairuddin membagi

partisipasi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi yang

mengandung inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal,

ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya

proyek tersebut merupakan kebutuhan-kebutuhan bagi masyarakat.

7

(36)

b. Partisipasi legimitasi (legimitation participation) adalah partisipasi pada

tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.

c. Partisipasi eksekusi (execution participation) adalah partisipasi pada

tingkat pelaksanaan.8

Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa dari ketiga tingkatan

partisipasi tersebut, partisipasi inisiasi mempunyai kadar yang lebih tinggi

dalam penelitian ini dibandingkan partisipasi legitimasi dan eksekusi.

Dimaksudkan, masyarakat tidak hanya sekedar menjadi obyek pembangunan

saja, tetapi bisa menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang

akan dilaksanakan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero, kondisi-kondisi yang mendorong

partisipasi adalah sebagai berikut:

a. Orang yang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau

aktivitas tersebut penting.

b. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.

c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.

d. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya.

e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.

8

(37)

f. Adanya kemampuan untuk menggunakan keputusan, kemampuan dalam

suatu kegiatan akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang akan

dilakukan dan biasanya terkait dengan jabatan yang diduduki.

g. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.9

Ada bermacam-macam faktor yang mendorong kerelaan untuk terlibat ini,

bisa karena kepentingan bisa karena solidaritas, bisa karena memang

mempunyai tujuan yang sama, bisa juga karena ingin melakukan langkah

bersama walaupun tujuannya berbeda. Partisipasi akhirnya harus

membuahkan kesepakatan tentang tujuan yang hendak dicapai dan ditindak

yang akan dilakukan bersama. Artinya, apa yang semula bersifat individual

harus sukarela diubah dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.10

5. Prinsip Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip partisipasi penting diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat,

agar seluruhstakeholder yang terlibat dalam kegiatan dapat berkontribusi dan

memiliki tanggung jawab bersama untuk menyukseskannya.11

Tahapan partisipasi dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan

dituju dan apa yang akan dihasilkan, biasanya yang disebut dengan tahapan

9

Ife dan Tesoriero, “alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community

Development”, h.310-312.

10

Sumarto Sj Hetifah,“Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 188.

11

(38)

rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada

tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber

daya agar tujuan dapat dicapai. Partisipasi dapat dilakukan mulai dari tahap

implementasi sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.12

Program pemberdayaan masyarakat itu aklan sukses dalam memandirikan

masyarakat disegala bidangnya bila didukung oleh partisipasi masyarakat

seluas-luasnya. Partisipasi ini merupakan faktor esensial dalam mendorong

dan bergeraknya peran masyarakat tersebut. Partisipasi akan terwujud menjadi

baik bila masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program

tersebut memiliki peran dan kewenangan yang lebih baik.13

a. Tahap Perencanaan, Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan

dalam program pengembangan atau pembangunan masyrakat,

indikatornya dapat dilihat, pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam

musyawarah penentuan program, identifikasi dan masalah, ataupun

pembuatan formula kegiatan atau program kemasyarakatan tersebut.

b. Tahap Pelaksanaan, Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah

ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan

sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara

seksama dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun

pemanfaat program, masyarakat sebagai pelaksana, mereka misalnya

12

Hetifah, “inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakasa Inovatif dan Partisipatif

di Indonesia”,h. 187.

13

(39)

berpartisipasi dalam perumusan prosedur, aturan main dan mekanisme

pelaksanaan program serta aktif dalam pelaksanaan itu sendiri.

Masyarakat sebagai pemanfaat program, mereka bertanggung jawab

penuh terhadap program yang diberikan oleh lembaga

pemerintah/LSM/Dunia usaha bagi kemanfaatan dan kemandiriannya.

Mereka betul-betul melaksanakan program untuk memberdayakan dirinya

dalam aspek lebih luas.

c. Tahap Pelembagaan Program, partisipasi pada tahap ini, anggota

masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan

program. Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam

merumuskan dan membuat model-model pendanaan program, penguatan

lembaga-lembaga pengelolaan program dan melakukan pengkaderan

anggota masyarakat sebagai penguatan SDM bagi program tersebut.

d. Tahap Monitoring dan Evaluasi, Pada tahap ini, masyarakat ikut serta

mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini menjadi penting agar

program pemberdayaan tersebut dapat dimiliki kinerja yang baik secara

administrative maupun subtantif.14

6. Jenis Partisipasi

1. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah ditentukan tolak ukurnya, hanya

berdasrkan kuantitas kehadiran tanpa banyak berperan dalam pengambilan

14

(40)

keputusan terkecuali yang bersifat voting atau pengambilan suara

berdasarkan kehadiran.

2. Refresentasi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu untuk

menentukan masalah dan perumusannya, memilih metode serta ikut

terlibat dalam membuat keputusan untuk pemecahan masalah. Partisipasi

ini setingkat lebih tinggi dari kehadiran karena sudah terbentuk suatu

totalitas yang utuh untuk terlibat secara menyeluruh dalam suatu kegiatan.

3. Pemilikan dan Pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian

tertinggi secara kualitatif disertai rasa memiliki terhadap kegiatan ini

karena telah terlibat secara mental dan emosional memberikan semangat

pada yang lainnya.15

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengatakan bahwa sumbangan dalm

berpartisipasi dapat dirinci menurut jenis-jenisnya sebagai berikut:

a. Partisipasi Buah Pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau

rapat.

b. Partisipasi Tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan

utuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan

sebagainya.

15

(41)

c. Partisipasi Keterampilan dan Kemahiran, yang diberikan orang untu

mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.16

B. Daur Ulang Sampah.

1. Pengertian Sampah dan Daur Ulang

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses yang telah digunakan. Sampah mengandung

berbagai macam zat baik yang dapat berbahaya dan tidak berbahaya. Akan

tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan

dampak yang cukup serius bagi populasi manusia.17

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang

terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian

dan pembuatan produk/material bekas pakai dan komponen utama dalam

manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah

3R (Reduce, Recycle, Reuse). Pada proses daur ulang sampah masyarakat

dituntut untuk dapat memunculkan kreativitasnya agar dapat merubah sampah

yang pada dasarnya tidak memiliki nilai guna menjadi suatu produk yang

memiliki nilai guna.18

16

Fahrudin. Adi,Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat,(Bandung: Humaniora, 1996), h.39.

17

Y.Eko Budi Susilo.Menuju Keselarasan Lingkungan, Memahami Sikap Teologis Manusia Terhadap Pencemaran Lingkungan. (Malang: Averroes Press, 2003),h. 43-44.

18

(42)

Daur ulang telah memainkan peran utama dalam penciptaan kebijakan

lingkungan baru dan proaktif, sementara pada saat yang sama, menciptakan

pasar untuk bahan yang dapat dibuat menjadi produk baru. Produk daur ulang

yang dihasilkan baik oleh masyarakat atau perusahaan daur ulang akan

percuma apabila tidak adanya gairah dari pasar untuk dapat tertarik membeli

produk tersebut.

Kemudian penggunaan ulang (reuse), didefinisikan sebagai suatu proses

penggunaan kembali benda yang terjadi disaat sebuah produk yang telah

digunakan untuk tujuan aslinya kemudian digunakan untuk menyelesaikan

tujuan yang sama atau tujuan yang sama sekali baru berdasarkan tingkat

kemampuan produk tersebut untuk digunakan kembali. Memang dari definisi

tersebut cukup memberikan gambaran dimana penggunaan kembali suatu

produk atau suatu barang, untuk tujuan yang vsama dengan aslinya atau

ungtuk tujuan yang sama sekali baru, bergantung pula dengan tingkat

kemampuan barang tersebut untuk digunakan kembali. Untuk beberapa

material, terdapat jenis yang memiliki daya tahan yang cukup baik untuk

dapat digunakan kembali pada nilai gunanya yang dari sebelumnya.19

Franchetti juga menjelaskan mengenai prinsip 3R dan 2E sebagai

pendekatan pengelolaan sampah. 3R disebut sebagai reduce (pengurangan),

reuse (penggunaan kembali) dan recycle ( daur ulang) sebagai suatu solusi

19

(43)

penanganan permasalahan sampah berdasarkan hirarki pengelolaan sampah.

Sedangkan 2E yaitu environment (lingkungan) dan economics (ekonomi)

sebagai suatu tujuan dari diadakannya usaha 3R untuk mengurangi dampak

lingkungan terhadap organisasi penyelenggara usaha 3R serta meningkatkan

ekonomi organisasi tersebut.20

Secara khusus, Franchetti menjelaskan terdapat dua yang menjadi tujuan

diadakannya usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga

menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi

akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R tersebut

terhadap nama baik perusahaan dalam dunia usaha serta keuntungan secara

individu dan sosial. Secara lingkungan, keuntungan yang didapat dari usaha

3R adalah

a. Konservasi sumber daya alam seperti : air, hutan, energi dan tanah.

b. Lingkungan yang lebih sehat karena berkurangnya sampah masuk ke

pembuangan akhir.

c. Pengurangan resikoglobal warming.

d. Korservasi habitat.21

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas baik dari proses pengelolaan

sampah berbasis masyarakat dengan sistem 3R (reduce, reuse dan recycle)

20

Totok Noerdianto, PRODUS, upaya alternatif untuk mengurangi sampah dengan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Guna Mengahasilkan Keuntungan Ekonomis dan Ekologi.

Makalah Seminar Nasional. (Surabaya: Teknik Lingkungan ITATS & Dirjen Dikti Depdiknas, 2003), h.7.

21

(44)

serta manfaatnya terhadap lingkungan semakin memberi gambaran bagaimana

pentingnya partisipasi masyarakat sebagai salah satu peran penimbul sampah

dan juga peran yang memiliki dampak langsung dari permasalahan sampah,

untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan masalah persampahan.

Material yang dapat di daur ulang :

1. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali

kertas yang berlapis (minyak atau plastik)

2. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue.

3. Platik bekas wadah air mineral, bekas bungkus kopi, deterjen

4. Sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos.

Salah satu upaya untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah adalah

dengan melakukan pengelolaan sampah. Dan pada tingkat masyarakat,

pengelolaan sampah yang bisa dilakukan dengan prinsip 3R (reduce, reuse,

dan recycle). 3R adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari

sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah

sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama

adalah pemilahan sejak dari sumber.

Setelah melakukan pemilahan, proses selanjutnya adalah pengelolaan

sampah melalui prinsip 3R. Masyarakat dapat melakukan pengelolaan dengan

berpartisipasi mengelola sampah mulai dari pemilahan sampah antara jenis

organik dan anorganik (non-organik). Untuk sampah organik, sampah bisa

(45)

sendiri merupakan proses upaya mengolah sampah organik melalui proses

pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Sedangkan untuk sampah

anorganik, pengolahannya dapat berupa daur ulang sampah, penggunaan

kembali sampah dan dimusnahkan apabila memang sampah tersebut sudah

tidak bisa digunakan.

2. Sumber dan Jenis Sampah.

Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu

sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan

perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial

refuse).

Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan

yang sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan,

bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kalang dan lain-lain.

Comercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat

perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat

jual beli lainnya. Biasanya sampah berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri

dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik, dan daun

pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang

rusak dan lain-lain.

Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,

(46)

oleh perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang

limbah dan sampahnya di sekitar perusahaan tersebut, sehingga sering

mencemari lingkungan disekelilingnya.22

Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah

jenis lain yaitu sampah yang berasal darti jalanan (street sweeping), dari

bangkai binatang yang mati (dead animal), pembersihan dan pembangunan

suatu tempat, sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.

Secara umum sampah dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang mudah

terurai (degradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai

(nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara

alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah

golongan ini berasal dari bahan-bahan organic, seperti sampah sayuran dan

buah-buahan, sisa makanan, kertas bangkai binatang dan lain-lain.

Nondegradable adalah sampah yang tidak dapat diuraikan atau sulit diuraikan

secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan biologis menjadi

molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse biasanya berasal dari bahan

anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya, seperti kaca, plastic, kayu,

keramik.23

22

Haryoto Kusnopoetranto, Kesehatan Lingkungan.(Jakarta:FKM Universitas Indonesia,1986), h.70-74.

23

(47)

Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasikan atas beberapa

kelompok, antara lain:

a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan

atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan

sebagai makanan oleh organism lainnya, seperti insekta, binatang pengerat

(rodentia), dan berbagai “scavenger” sampah jenis ini biasanya bersumber

dari“domestic refuse”atau industry pengolahan makanan.

b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan

dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah

membusuk tetapi muidah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan

sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak

mudah terbakar seperti kaca, keramik, dan tulang hewan.

c. “dead animal”yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa

bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild

animal).

d. “street sweeping” yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang

jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan

(48)

e. “industrial waste” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industry,

sampah jenis ini biasanya lebih homogeny bila dibandingkan dengan

sampah jenis lainnya.24

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting

antara lain:

a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun

berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi

masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.

Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.

Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,

peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat persoalan

persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan

kegiatan kontruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi

pun bertambah, dan produk pertanian, industry dan lain-lain akan

bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.

24

(49)

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah

maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin

beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam

pula.25

C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Sejarah Singkat Program KUBE

Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan program penanggulangan

kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) khususnya

Repelita I-IV melalui program sektor dan regional. Keberadaan lembaga

koordinasi penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral seperti

Kelompok usaha Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu

bernama Departemen Sosial, KUBE dimulai sejak tahun 1982. Tahun 2006

Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial mencoba menyempurnakan

pendekatan penyelenggaraan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).26 Jika pada tahun 2005, penyaluran bantuan kepada KUBE bersifat nature,

melalui perantara, top down, terpusat dan tanpa pendampingan, maka mulai

tahun 2006 sudah dilakukan perubahan dan penyempurnaan ditahun 2007

perubahan nyata dilakukan langsung kepada KUBE dan melalui mekanisme

perbankan (bekerjasama dengan PT. BRI Tbk). Bantuan tidak lagi bersifat

25

Juli Soemirat Slamet,Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), cet-7. H. 154.

26

Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan

Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari

(50)

natural yang harus disediakan oleh pemerintah pusat melalui pihak ketiga

namun disediakan sendiri oleh anggota KUBE.27

2. Definisi KUBE

Berdasarkan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan kelompok Usaha

Bersama (KUBE) Departemen Sosial Republik Indonesia member pengertian

KUBE adalah:

a. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga

binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang

dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui

proses kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk

melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam

semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan sosialnya.

b. KUBE merupaka metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan

proses PROKESOS dalam rangka MPMK (memajukan permasalahan

kemiskinan).

c. KUBE tidak dimaksudkan untuk mengganti keseluruhan prosedur baku

PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial fakir

27

Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari

(51)

Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai

dengan proses pebentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial,

pelatihan ketrampilan berusaha, bantuan stimulant dan pendampingan.

d. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu wadah yang menghimpun dan

mengelola keluarga binaan sosial yang telah mendapatkan bantuan sarana

usaha dari pemerintah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

atau kehidupannya.28

3. Tujuan KUBE

a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatkan

pendapatan keluarga, meningkatnya kealitas pangan, sandang, papan,

kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan,

dan meningkatkannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.

b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi

masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun

dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan

kesepakatan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga, dalam

lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang

mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan, semakin minimnya

28 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari

(52)

perselisihan yang mungkin timbul antara suami dan istri atau antara orang

tua dan anak.

c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan

peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan

sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa

tanggung jawab dan keikut sertaan anggota dalam usaha-usaha

kesejahteraan sosial lingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para

anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih

menguntungkan terbukanya kesempatan memanfaatkan sumber dan

potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.29

29 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari

(53)

41

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

A. Gambaran Kota Depok

Sampah telah menjadi masalah nasional. Pengelolaan sampah yang tidak

komprehensif dan tidak mempertimbangkan aspek masyarakat dan

lingkungan seringkali memunculkan permasalahan sosial, budaya, dan

ekonomi masyarakat. Sistem yang kurang tepat, metode dan teknik

pengelolaan sampah yang belum berwawasan lingkungan, seringkali

berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Pengelolaan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik. Jika

tidak dilakukan penanganan yang baik, dikhawatirkan mempengaruhi

keseimbangan yang merugikan yang akan mencemari lingkungan, baik

terhadap tanah, air, maupun udara. Pengelolaan sampah di Indonesia sangat

mengandalkan sistem end of pipe solution yang menitikberatkan pada

pengolahan sampah, ketika sampah tersebut telah dihasilkan. Kegiatan yang

dilakukan adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke

tempat pembuangan akhir sampah (TPA).

Proses pembuangan akhir sampah di Indonesia pada umumnya cenderung

pada sistem open dumping , yaitu melakukan pembuangan sampah dengan

menimbun secara terbuka. Salah satu akibatnya, jumlah timbulan sampah

(54)

untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75–3,25 lt/org/hari.

Di Kota Depok saja, dari hasil kajian pada 2007, dengan asumsi produksi

sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ), maka pada tahun 2006

dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa, timbulan sampah perhari rata-rata

3.764 m3/hari. Dari timbulan sampah tersebut, sampah yang terangkut hanya 1281 m3/hari dan sampah yang tidak terangkut 2.483 m3/hari.

Meski pelayanan pengelolaan sampah belum optimal, beban tempat

pembuangan akhir sampah (TPA) semakin berat. Dari kajian analisis dampak

lingkungan (Amdal) TPA Cipayung, Depok, volume sampah harian yang

dibuang bervariasi awalnya 69,6 m3/hari. TPA Cipayung dioperasikan sejak

tahun 1992 itu kini memiliki luas 11,2 ha dengan kapasitas dan direncanakan

sekitar 1.200.000 m3 atau setara dengan 4 juta m3 timbunan sampah. Jika program pengelolaan yang semula open dumping (pembuangan terbuka) tidak

ditingkatkan hingga menjadi sanitary landfill (memperhatikan aspek

kesehatan dan kelestarian lingkungan) umur operasional TPA diperkirakan

akan penuh pada tahun 2010.

Pada aspek lain, secara hukum, masyarakat memiliki hak untuk

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak itu tercantum dalam

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat tersebut, kemudian lahir

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sebagai

(55)

memberikan kepastian hukum bagi masyarakat untuk memperoleh layanan

pengelolaan sampah yang baik, di samping mengatur kejelasan hak dan

tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Undang- undang tersebut mengatur paradigma baru dalam pengelolaan

sampah. Pengelolaan sampah sebelumnya lebih banyak menerapkan sistem

kumpul → angkut → buang. Sampah yang berasal dari masyarakat maupun

kawasan hanya dikumpulkan di suatu tempat, lalu diangkut dan langsung

dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sampah dibuang di TPA

tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang bisa menyebabkan pencemaran

lingkungan.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengubah paradigma tersebut

dengan menilai sampah sebagai sumber daya dan dapat dikendalikan untuk

mengurangi atau menghilangkan pencemaran. Sampah dikelola dengan

paradigma baru pengelolaan sampah, yaitu mengurangi (Reduce),

menggunakan kembali (Reuse), mendaur ulang (Recycle), melibatkan

masyarakat(Participation). Sampah dibatasi sejak dari sumbernya dan di tiap

proses penanganan dilakukan proses pemilahan, penggunaan kembali dan

pendaurlangan hingga memiliki manfaat ekonomis dan ekologis.

Permasalahanya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut tidak

serta merta dapat dilaksanakan sekaligus. Ada beberapa hal dalam

pengelolaan sampah yang masih memerlukan sejumlah aturan pelaksanaan di

(56)

pengaturan pengelolaan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda). Perda

tentang pengelolaan sampah ini diperlukan untuk memberikan kepastian

hukum dalam rangka pengelolaan persampahan yang terpadu, komprehensif,

memenuhi hak dan tanggungjawab pemerintah Kota Depok dan peran serta

masyarakat.

B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Sejarah Singkat KUBE Iburatu Recycle

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) atau yang biasa

disebut dengan KUBE Iburatu Recycle berdiri pada tahun 2009. Pada

tahun tersebut terdapat pelatihan kerajinan tangan dengan memanfaatkan

limbah rumah tangga menjadi barang bermanfaat. Pelatihan tersebut

diikuti ibu-ibu rumah tangga lingkungan RT 01 Kelurahan Pitara. Setelah

itu Bank Sampah WPL melaksanakan program yaitu gerakan pemilahan

dan pengumpulan sampah non organik dengan membagikan plastik

sampah non organik ke semua rumah di lingkungan RT 01/13. Kegiatan

lainnya yang ada di Bank Sampah Iburatu recycle adalah pelatihan

membuat souvenir dari bahan sampah kemasan sachet, mie instant, refill

cairan pembersih dan minyak goreng untuk dijadikan hasil kerajinan

tangan. Setelah berhasil menghasilkan produk berupa tas, dompet dengan

(57)

Untuk memudahkan bahan baku akhirnya pada tahun 2011 dibuatlah Bank

Sampah Iburatu Recycle yang tidak hanya mencakup masyarakat

lingkungan sekitar tetapi juga dari luar kelurahan seperti Kelurahan

Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.

Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) berubah nama

menjadi Kube Iburatu Recycle pada tahun 2011. Pembentukan nama

Kube Iburatu Recycle ini merupakan singakatan dari Kelompok Usaha

Bersama Ikatan Ibu-Ibu Pitara RT 01. Bank Sampah ini didirikan bukan

berupa usaha pribadi melainkan gerakan dan usaha yang berbasis

masyarakat. Dengan adanya Bank Sampah Iburatu recycle ini sebagai

wadah pemberdayaan kaum Ibu dalam meningkatkan kualitas lingkungan

dengan memberdayakan masyarakat agar dapat mengelola dan

memanfaatkan sampah secara mandiri dan berkesinambungan.

Seperti bank umumnya, di bank sampah ini setiap nasabah atau orang

yang menabung sampah akan mendapatkan buku tabungan. Di dalamnya

berisi catatan jumlah tabungan dari pihak nasabah. Untuk tabungan sendiri

baru dapat diambil dengan ketentuan setelah menabung selama 3 bulan.

Dengan pertimbangan agar hasil yang diperoleh memiliki nilai lebih

banyak sehingga mampu dirasakan oleh nasabah. Kebiasaan nasabah akan

mengambil hasil tabungan pada kondisi tertentu. Misalnya pada saat

Gambar

Gambaran Kota Depok …………………………………………………..
Tabel 3.Skema Sistem dan Mekanisme Peran Serta Masyarakat ………………… 72
Tabel 1. Informan
Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan lembaga, meliputi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, struktur antrian yang diterapkan pada pelayanan pembelian tiket di Bioskop 21 Mall Panakkukkang adalah Singel Channel Single

telah diperbuatnya. 23 Tujuan dari hukuman sendiri adalah menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan teratur sehingga anak didik dapat menjalankan tugasnya

Penelitian strategis nasional tahun pertama bertujuan untuk (1) mengetahui proses pembuatan tepung kentang hitam tinggi resistant starch tipe 3 dengan enam metode

Dari hasil penerapan asuhan kebidanan dimulai dengan pengkajian, identifikasi diagnosa, intervensi dan implementasi pada klien NY “R” Hamil dengan pre eklamsia

• Ketentuan LD akan tetap berlaku apabila Penjual tidak dapat mencapai COD pada jadwal yang telah disepakati, dengan perhitungan [[Tarif (Component A+B) atau BPP] x Kapasitas Kontrak

Melalui pengamatan gambar di PPT, siswa dapat mengidentifikasi sikap terhadap anggota keluarga sesuai dengan sila Pancasila dengan tepat.. Melalui LKPD di google form, siswa

rebus daun sambiloto, kunyit, temulawak, beluntas, handeuleum, semua bagian nanangkaan, semua bagian memeniran, akar pepaya ranti, akar pinang, bratawali, daun saga, akar

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penambahan sumber mikro- ba dari cairan rumen terhadap batubara pada kondisi reservoir CBM dan batubara mutu rendah