PERUMAHAN PANCORAN MAS DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Rizka Carissa
NIM: 109054100003
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , 26 Juni 2014
i
Partisipasi Masyarakat Dalam Program Daur Ulang Sampah Di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok
Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk dimana-mana. Sebagaimana kita ketahui bahwa munculnya sampah akan terus meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Bank sampah Iburatu recycle, memunculkan harapan baru bagi masyarakat untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah sampah terutama yang ada di kota Depok.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif .dengan jenis penelitian deskriptif dimana teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling dengan 5 informan.Sedangkan analisa yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif, Data diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian.
ii
Segenap puji syukur hanya milik Allah SWT tuhan semesta alam yang menguasai
bumi dan langit dengan arena nikmat-Nya penulis bisa beraktifitas dengan sepenuh hati,
hanya rasa syukur yang disertai tasbih dan tahmid yang pantas penulis ucapkan untuk
membalas semuanya, karena Rahmat dan berkah-Nya penulis mampu menyelesaikan Skripsi
ini.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran. Sekaligus menjadi
inspirasi dalam kehidupan penulis karena kemuliaan akhlaknya.
Penulis merasakan bahwa skripsi ini tidak dapat terwujud apabila tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.d selaku wakil Dekan bidang Akademik.
Bapak Drs. Jumroni M,Si selaku wakil Dekan bidang Administrasi Umum, beserta
Bapak Dr. Sunandar, M.A selaku wakil Dekan bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku ketua jurusan Kesejahteraan Sosial. Bapak Ahmad
Zaky, M.Si selaku sekertaris jurusan Kesejahteraan Sosial.
3. Ibu Nurhayati Nurbus, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik
dan saran yang sangat bermanfaat serta memberikan motivasi yang sangat besar
iii
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Baron dan Ibu Sri Wulan selaku pengurus Bank Sampah Iburatu Recycle, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Bank Sampah
Iburatu Recycle.Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
6. Ibu Evi, Ibu Susi, serta Ibu Hadi yang turut berpartisipasi dan sangat membantu
penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.
7. Kedua Orang Tua penulis yaitu Ayahanda Mulyana dan Ibunda Hilna yang dengan
tulus telah memberikan dukungan sepenuhnya, pengorbanan, serta perhatian yang
tiada henti dan selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik.
8. Kaka-kaka tersayang, ka Muthia, ka Ardie, ka Vania, dan ka Arie yang Selama ini
selalu memberikan dukungan, doa yang tiada henti kepada penulis dan memberikan
energi positif bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku tercinta “GENGGONG” (Hanifa, Nandya, Ade, Inge, Jubet, Ni’ma, Ersya, Momba, Widya) yang selama ini menemani dalam suka, duka, canda dan tawa serta tidak pernah henti saling memberikan semangat, dukungan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini I LOVE YOU GUYS.
10. Teman-teman Kessos angkatan 2009 yang selama perkuliahan saling berbagi ilmu,
memberikan semangat serta tetap menjaga kekompakannya menjadi warna-warni
kehidupan bagi penulis. Thanks for all.
11. Teman, kaka, sahabat setia yaitu Yudi yang selalu menjadi penyemangat penulis
iv
penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan
banyak-banyak terimakasih.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada para
pembaca pada umumnya. Dan juga semoga semua perhatian, motivasi, dan bantuan yang
telah mereka berikan kepada penulis mendapatkan imbalan dan pahala yang setimpal dari
Allah SWT.Amin yaaRobbal’alamin.
Jakarta, 26 Juni 2014
v
ABSTRAK……….………..……….. i
KATA PENGANTAR ……….………… ii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTARTABEL ……… viii
BAB I PENDAHULUAN ………..……… 1
A. Latar BelakangMasalah ………... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….……… 6
D. Metodologi Penelitian ……….. 7
E. Pedoman Penulisan Skripsi……….………. 15
F. Tinjauan Pustaka ………... 16
G. SistematikaPenulisan ……….……….. 18
BAB II LANDASAN TEORI ……….……… 20
A. Partisipasi………...………… 20
1. Definisi Partisipasi………... 20
2. Tujuan Partisipasi……….……… 22
3. Tingkatan Partisipasi……… 23
4. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Partisipasi………... 24
5. Prinsip Partisipasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat………. 25
6. Jenis Partisipasi……… 27
B. Daur Ulang Sampah……….………. 29
vi
C. Kelompok Usaha Bersama…..………...………… 37
1. Sejarah Singkat Program KUBE…..…..………. 37
2. Definisi KUBE………..…..………. 38
3. Tujuan KUBE……….…..…..………. 39
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ………. 41
A. Gambaran Kota Depok ……….. 41
B. KUBE Iburatu Recycle………..………. 44
1. Sejarah Singkat KUBE IburatuRecycle…..……… 44
2. Visi dan Misi KUBE Iburatu Recycle…..……… 47
3. Struktur kepengurusan KUBE Iburatu Recycle……… 48
4. Tujuan KUBE Iburatu Recycle…………..………... 49
C. Manajemen Penanganan Sampah..……….. 50
D. Teknologi Pengelolaan dan Pengolahan Sampah……… 51
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISA ……….... 57
A. Identitas Informan………...………..……… 57
B. partisipasimasyarakat……… 60
C. Manfaat daur ulang sampah………..……… 74
BAB VPENUTUP ………... 78
A. Kesimpulan……….. 78
viii
Tabel 1. Kerangka dan Jumlah Informan……… 8
Tabel 2. Perjalanan Bank Sampah Iburatu Recycle………52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi sebagian orang beranggapan bahwa sampah adalah hasil limbah
masyarakat yang tidak dapat digunakan lagi atau tidak ada manfaat yang dapat
di ambil dari sampah tersebut, namun bagi sebagian masyarakat sampah
adalah sumber kehidupan, mereka sering kita sebut sebagai pemulung ini
menjadikan pekerjaan tersebut sebagai profesi, memang kehadiran mereka di
butuhkan di tengah-tengah kita, sayang profesi mereka ini belum di legalkan
atau belum diresmikan oleh pemerintah, sehingga penanganan sampah
tersebut tidak maksimal.
Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang sampai saat
ini belum dapat ditangani secara baik, terutama pada negara-negara yang
sedang berkembang, sedangkan kemampuan pengelolaan dalam menangani
sampah ini tidak seimbang dengan produksinya. Sehingga menumpuk
dimana-mana. Sampah yang tidak terurus dengan baik akan menyebabkan
menurunnya kesehatan dan nilai estetika lingkungan karena pencemaran air,
udara dan berkembangnya hama penyakit, sehingga pemukiman penduduk
disekitar tumpukan sampah tersebut tidak layak lagi bagi penduduk. Masalah
sampah yang timbul di kota-kota besar adalah kerena sulitnya pengumpulan,
sampah yang berasal dari rumah tangga, pasar, industri maupun sampah
kantor. Sulitnya penanganan sampah erat kaitannya dengan buruknya kondisi
pemukiman penduduk, karena pertumbuhan pemukiman yang semerawut
mempersulit proses pengumpulan dan pengangkutan sampah sehingga
akhirnya menumpuk.
Sebagaimana kita maklumi bahwa munculnya sampah akan terus
meningkat, tidak saja sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk tetapi
juga meningkat sejalan dengan pola hidup masyarakat. Sementara itu
ketersediaan lahan untuk tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah
makin sulit karena daya dukung lahan khususnya di perkotaan makin
berkurang. Akibat dari semakin bertambahnya pula buangan atau limbah yang
dihasilkan. Limbah atau buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan
konsumsi masyarakat yang lebih dikenal sebagai limbah domestik (Rumah
Tangga) telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Banyak orang yang tidak peduli akan
kebersihan, terutama dalam hal membuang sampah dan banyak pula orang
yang membuang sampah sembarangan, dan jika hal ini terus terjadi
berkelanjutan akan berdampak efek negatif sangat besar bagi lingkungan,
seperti merusak tatanan keindahan sebuah kota, belum lagi penyakit yang akan
dengan mudah menimpa masyarakat yang berada di sekitar tumpukan sampah.
Manusia sejatinya adalah khalifah yang di tugaskan Allah SWT untuk
menjaga dan memelihara alam di muka bumi, seperti yang di firmankan Allah
}
٣ ٠
{
“ Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat:"Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka
berkata:"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau".
Rabb berfirman:’Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui’ ". (QS. 2:30)1
Isbandi Rukminto memberikan langkah upaya pemberdayaan yang
mencoba menyinergikan pemberdayaan ekologi, ekonomi, sosial dan spiritual
adalah seperti apa yang dilakukan oleh salah satu komunitas di India dalam
mengelola sampah dengan proses pembuatan kompos. Salah satu yang
dikembangkan adalah memanfaatkan sampah warga guna proses pembuatan
pupuk yang dikumpulkan dua sampai tiga kali seminggu dengan kendaraan
roda tiga. Upaya yang dilakukannya, bukan saja bernilai dalam pemberdayaan
ekologi di mana mencoba menciptakan lingkungan yang lebih asri, tetapi juga
dapat memberikan pengahasilan bagi warga dari kelas ekonomi yang kurang
diuntungkan. Di samping itu, juga membantu mereka yang kurang
1
diuntungkan agar tidak melakukan tindak kejahatan dan mau berbuat baik
untuk sesama (mempunyai nilai sosial dan spiritual)2
Sesuai dengan undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, pasal 20 ayat (1) yaitu pengurangan sampah dengan pembatasan
timbunan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah.3
Oleh karena itu, judul dalam penelitian ini adalah “ Partisipasi
Masyarakat dalam Program Daur Ulang Sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok”. Dengan adanya bank sampah tersebut, memunculkan harapan baru bagi Pemerintah Kota Depok dan
masyarakat lain untuk berperan serta dalam membantu menangani masalah
sampah yang ada di Depok. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada
bulan juli sampai dengan bulan oktober2013 yang berlokasi di Kube “Iburatu
Recycle” Perumahan Pancoran Mas Depok, dimana dalam hal ini yang
menjadi sasaran adalah warga masyarakat yang tinggal di Perumahan
Pancoran Mas Depok yang memanfaatkan sampah untuk dibuat suatu
kerajinan agar terlihat lebih menarik dan bernilai tinggi harganya. Kegiatan ini
merupakan salah satu inovatif untuk membiasakan masyarakat lebih memilah
sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang atau barang berharga yang
dapat ditabung, terutama ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Akhirnya
2
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas, Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Raja Persada Grafindo, 2008),h. 81-82.
3
masyarakat terdidik untuk menghargai sampah sesuai dengan jenis dan
nilainya sehingga mereka mau memilah sampah yang pada gilirannya akan
membatasi timbunan sampah. Program yang dilakukan Bank Sampah ini
sebagai sumber penghasilan dalam membantu perekonomian keluarga bagi
mereka yang ikut serta dalam proses mendaur ulang sampah yang telah
dikumpulkan atau mereka yang ikut menabung sampah dalam program yang
telah dicanangkan oleh Bank Sampah.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan karya ilmiah ini bisa lebih fokus maka penulis
membatasi serta menitikberatkan permasalahan ini pada tahapan
partisipasi serta pengaruh yang dirasakan warga perumahan Pancoran Mas
Depok terhadap kegiatan daur ulang sampah yang di lakukan oleh warga
yang ikut berkontribusi dalam kegiatan daur ulang sampah ini di
lingkungan tempat tinggal mereka.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas agar
lebih terarah dalam mencapai sasaran, maka penulis merumuskan masalah
tersebut dalam berntuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah
b. Bagaimana manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu Recycle bagi
warga perumahan Pancoran Mas Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam program daur ulang
sampah di KUBE Iburatu Recycle Perumahan Pancoran Mas Depok.
b. Untuk mengetahui manfaat daur ulang sampah di KUBE Iburatu
Recycle bagi warga perumahan Pancoran Mas Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi pemberdayaan
ilmu sosial terutama bagi mahasiswa kesejahteraan sosial,
khususnya yang berkaitan dengan permasalahan sampah.
2) Hasil penelitian ini dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang
berguna untuk menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya,
khususnya pada studi sosial.
b. Manfaat Praktis
1) Sebagai bahan Masukan bagi warga setempat untuk dapat
melaksanakan program selanjutnya.
2) Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pengaruh yang
3) memberikan penyadaran akan pentingnya peran mereka dalam
mensukseskan kegiatan ini sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di tempat daur ulang sampah Kube
Iburatu Recycle yang berada di RT01/13 Perumahan Pancoran Mas Kota
Depok. Peneliti mempunyai alasan memilih lokasi tersebut di latar
belakangi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Adanya informasi yang penulis dapatkan dari pihak Bank sampah Kota
Depok mengenai daur ulang sampah berbasis masyarakat di Kube
Iburatu Recycle Pancoran Mas Depok.
b. Lokasi tersebut merupakan daerah perkotaan dengan permasalahan
persampahan yang cukup kompleks.
Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu mulai
tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 28 November 2013. Dengan catatan
penelitian ini akan berakhir jika data-data yang diperlukan dalam
penelitian telah rampung atau dirasakan cukup. Sedangkan untuk hal-hal
2. Teknik pemilihan informan
Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan menggunakan
metode non-probability sampling. Menurut neuman dalam metode
non-probability sampling jumlah informan ditentukan melalui pengetahuan
yang terbatas mengenai kelompok atau populasi besar yang mana mampu
diwakili oleh sampel terpilih. Sedangkan Herdiansyah mengatakan bahwa
metodenon-probability samplingmerupakan metode sampling yang setiap
individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan
(non-propability) yang sama untuk terpilih.4
Diantara beberapa tipe non-probability sampling yang ada, penelitian
ini menggunakan tipe purposive sampling. Purposive sampling adalah
digunakan dalam situasi yang dengan kemampuan untuk menentukan
informan sesuai dengan tujuan. Jadi pada purposive sampling, pemilihan
informan didasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih.5
Berikut ini tabel subjek dan informan yang terpilih dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 1. Informan
No. NAMA STATUS ALASAN MEMILIH
1. Ibu WLN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui
bagaimana awal mula berdirinya Bank Sampah Iburatu Recycle
4
Moleong,Metodologi Penelitian, h. 95.
5
2. Bapak BRN Pengurus Bank Sampah Untuk mengetahui
3. Ibu SS Pengrajin Untuk mengetahui apa
saja kegiatan yang dilakukan Bank Sampah Iburatu Recycle.
4. Ibu EV Nasabah Bank Sampah Untuk mengetahui
dampak positif yang dirasakan warga sekitar yang ikut berpartisipasi di Bank Sampah Iburatu Recycle.
5. Ibu HD Bukan Nasabah Bank
Sampah
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah data dan
menganalisa data secara kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati.6
Jadi, dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek
6
yang diamati oleh penulis, dimana penulis tidak hanya meneliti perilaku
subyek bakan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan subjek dalam
rangka keberdayaan mereka mempertahankan hidupnya.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi obyek yang alamiah. Pendekatan kualaitatif ini peneliti
gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan kualitatif
bersifat luwes, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta
memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan
fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.7 Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat
menggambarkan dan menganalisis bagaimana proses Bank Sampah dalam
mengimplementasikan program-programnya dan apa saja yang dihasilkan
oleh para wirausaha yang tergabung dalam struktur kepengurusan yang
tersusun di Bank Sampah tersebut. Penelitian deskriptif adalah salah satu
jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap
mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam
penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan pertanyaan what dalam menggali
informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah
menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,
menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan
gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal, menyajikan informasi dasar
7
akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan
atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif
mengenai subjek penelitian.8
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan
informan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
pengukuran. Penelitian kualitatif secara umum bisa digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas
sosial, dan lain-lain. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data
untuk member gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut
mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto,
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi
lainnya.9
8
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5 h. 69.
9
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran, akan tetapi observasi atau pengamatan dapat pula memiliki
arti yang lebih sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera
penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan.10
Jadi dalam hal ini peneliti memposisikan diri sebagai pengamat dari
kegiatan dari daur ulang sampah yang dilakukan di Bank Sampah
Kelurahan Pancoran Mas Depok. Pengamatan yang peneliti lakukan
meliputi wilayah dan lingkup di daerah bank sampah yaitu satu bulan
penuh.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang
di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan
daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat
berupa pedoman wawancara maupunchecklist.11
Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
10
Adang Rukhiyat, dkk,Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3,h.54.
11
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.12
Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau
pengumpulan data secara tidak langsung. Pengumpulan data dengan
wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
pula. Perbedaan teknik wawancara dengan pengamatan langsung adalah
bahwa pada teknik wawancara harus selalu diusahakan terjadinya
komunikasi dan interaksi dua arah antara peneliti dan objek riset.13
Kerlinger menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan
yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh
interviewer dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing
individu.
c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain
sudah tidak dapat dilakukan.14
Menurut Yin disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki
kelemahan, yaitu :
12
Sugiyono,Metode Penelitian Kualitatif dan R&D(Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231.
13
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 71.
14
a. Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan
yang penyusunanya kurang baik.
b. Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang
kurang sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin
didengar oleh pewawancara.15
5. Teknik Analisa Data
Dalam buku Sugiyono, menurut Bogdan bahwa analisa data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.16
Jadi dalam menganalisis data, peneliti memperoleh data dari lapangan
dan diolah serta dianalisa sesuai dengan kategori data yang terkumpul
yaitu observasi, wawancara, dan dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan penelitian, dengan menggunakan analisa deskriptif dan dengan
15
Hamid Patilima,Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-3, h. 68.
16
menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mengetahui gambaran yang
konkret tentang pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang
sampah di Bank Sampah Pancoran Mas Depok.
6. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan
valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi
atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas
social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu
peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data
yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber
berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan
dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat
dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari
informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara
terhadap hasil dari observasi.17
E. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam
skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2, tahun 2007
17
F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian dan penulisan judul ini, penulis terlebih
dahulu mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi sebelumnya
yang menjadi ide awal dalam penulisan kaya ilmiah penulis, yaitu:
Muhammad Syakur, skripsinya berjudul “Program Daur Ulang Sampah
Kertas sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat (studi kasus Corporate
Sosial Responsibility PT. pembangunan Jaya Ancol Tbk)”. Skripsi Mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Kesejahteraan Sosial (2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syakur mengenai program daur
ulang sampah kertas oleh CSR PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk untuk
diolah bersama masyarakat di tempat produksi yang sudah dipersiapkan pihak
perusahaan dan pemasaran hasilnya pun sudah dipersiapkan. Program ini telah
memproduksi banyak kreasi yang berasal dari kertas yang didaur ulang.
Produk-produk tersebut dijual dan hasilnya untuk keperluan bersama
masyarakat. Perbedaan penelitian Muhammad Syakur dengan penulis adalah
tingkat partisipasi masyarakat dalam program daur ulang sampah yang
dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Dan Bank Sampah Iburatu Recycle berdiri
dari masyarakat sekitar untuk meminimalisir penumpukan sampah yang ada
disekitar Bank Sampah.
Siti Habibah, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Melalui Wirausaha Daur Ulang Sampah Kering di Kelurahan Pasar Minggu”.
Skrispsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan
Habibah mengenai manfaat sampah yang dilakukan oleh ibu-ibu Kelompok
Lingkungan (I2KL). Penelitian ini berorientasi pada pembukaan lapangan
kerja, peningkatan penghasilan serta dampak yang ditimbulkan dari
pengelolaan sampah tersebut bagi masyarakat setempat, khususnya dibidang
wirausaha. Perbedaan penelitian Siti Habibah dengan penulis dapat dilihat dari
berbagai macam aspek tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi saja. Berdirinya
Bank Sampah Iburatu Recycle juga mencakup aspek ekonomi, sosial magi
masyarakat sekitar Bank Sampah dan para nasabah Bank Sampah yang ikut
berpartisipasi.
Bagus Adhi Pratama, skripsinya berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Kegiatan Daur ulang Sampah di Perumahan Griya Serpong
Kademangan Setu Tangerang selatan Banten”. Skrispsi Mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (2012).
Penelitian ini lebih menekankan kepada pelatihan daur ulang sampah plastik
yang di lakukan oleh ibu-ibu di perumahan Griya Serpong Kademangan Setu
Tangerang Selatan banten. Perbedaan penelitian Bagus Adhi Pratama dengan
penulis adalah menjawab peran serta masyarakat dalam kegiatan dari ulang
sampah serta apa saja manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan yang
dilakukan di Kube Iburatu Recycle. Serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki
Bank Sampah Iburatu Recycle yang belum tentu dimiliki oleh Bank Sampah
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori,Bab ini berisikan tentang beberapa pengertian dan penjelasan yaitu (i) Partisipasi sebagai faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat. (ii) Pengertian daur ulang dan
Sampah meliputi: Penggolongan sampah, Faktor-faktor yang
mempengaruhi sampah, penjelasan konsep yang di jalani dalam
proses daur ulang sampah
BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan lembaga, meliputi latar belakang lembaga, Visi Misi lembaga, struktur organisasi,
sarana dan prasarana dan lain-lain.
BAB IV Analisis Hasil Penelitian, Bab ini berisikan tentang hasil penelitian dan analisis data, yaitu pemaparan tentang hasil
penelitian dan pengaruh yang dirasakan waraga sekitar mengenai
program daur ulang sampah tersebut dilakukan.
sampah berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian dan
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Partisipasi
1. Definisi Partisipasi
Secara bahasa partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta.1 Partisipasi adalah suatu proses identifikasi diri seseorang untuk menjadi peserta dalam
suatu proses kegiatan bersama dalam situasi sosial tertentu oleh karena itu
unsur intern dalam partisipasi adalah adanya keterlibatan mental dan
emosional.2 Partisipasi sebagai bentuk kepedulian dalam upaya pegaktualisasikan diri, dimana seorang partisipan terlibat atau melibatkan diri
dalam suatu kegiatan, semakin besar tingkat partisipasi semakin besar pula
status sosial yang dimilikinya. Oleh karena itu orang yang banyak
meluangkan waktu untuk kerja sosial akan mendapat pengakuan lebih, dan
biasanya dapat membentuk kecerdasan sosial dalam diri orang yang banyak
berpartisipasi. Oleh karena itu partisipasi sebagai faktor penting dalam
pemberdayaan masyarakat.
1
Suharto & Tata Iryanto, “Kamus Bahasa Indonesia”,(Penerbit Indah, Surabaya: 1996) h. 192.
2
Pengertian partisipasi menurut Uphoff dan Coben yaitu, menekankan
pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.3 Partisipasi memiliki pengertian bahwa setiap program bukan dirancang oleh orang luar
kemudian masyarakat diminta ikut melaksanakannya, tetapi program tersebut
dirancang oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar.4
Sebagaimana diketahui, pemberdayaan pada dasarnya merupakan proses
perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah
perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin
meningkat, merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan
perilaku tersebut. Dalam hal ini aktivitas lokal merupakan media dan sarana
bagi masyarakat dalam melaksanakan partisipasinya. Dalam hal ini, kegiatan
daur ulang sampah merupakan media dan sarana bagi warga.
Terdapat juga beberapa pendapat mengenai pengertian partisipasi dalam
buku Britha Mikkelsen sebagai berikut:
a. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terikat, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
b. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan
para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
3
Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008), cet-1, h.296.
4
supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan
dampak-dampak sosial.
c. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan, dan lingkungan mereka.5
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi adalah
suatu proses keikutsertaan dalam menjalani suatu program yang rancang oleh
masyarakat yang terlibat di dalamnya untuk mencapai suatu tujuan yang telah
disepakati bersama.
2. Tujuan Partisipasi
Menurut Henry Sanoff mengatakan bahwa tujuan utama dari partisipasi
masyarakat adalah:
a. Melibatkan masyarakat dalam mendisain proses pengambilan keputusan
dan sebagai hasilnya meningkatkan kepercayaan mereka.
b. Menyalurkan dan memfasilitasi masyarakat dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan guna meningkatkan mutu atau kualitas dari
perencanaan keputusannya; meningkatkan rasa kebersamaan (sense of
community) dengan mengajak masyarakat untuk mencapai tujuan
bersama.6
5
Britha Mikkelsen, “Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 64.
6
3. Tingkatan Partisipasi
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi diperlukan suatu keterampilan
dan pengetahuan agar dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu
selalu dapat ditemukan titik tolaknya untuk mengawalinya. Maka pada
dasarnya nampak adanya tingkatan, yaitu:
a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk membantu para anggota
kelompok agar memahami masing-masing fungsi dan sikap, sehingga
dapat mengembangkan kerjasama yang lebih baik.
b. Tingkat penasihatin/sugesti, yang dibangun atas dasar saling mengerti,
oleh karena para anggota kelompok pada hakekatnya sudah cenderung
siap untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah memahami masalah
dan ataupun situasi yang dihadapkan kepada masyarakat.
c. Tingkat otoritas, Otoritas pada dasarnya memberikan kepada kelompok
suatu wewenang untuk memantapkan keputusannya.7
Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip Khairuddin membagi
partisipasi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi yang
mengandung inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal,
ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya
proyek tersebut merupakan kebutuhan-kebutuhan bagi masyarakat.
7
b. Partisipasi legimitasi (legimitation participation) adalah partisipasi pada
tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.
c. Partisipasi eksekusi (execution participation) adalah partisipasi pada
tingkat pelaksanaan.8
Dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa dari ketiga tingkatan
partisipasi tersebut, partisipasi inisiasi mempunyai kadar yang lebih tinggi
dalam penelitian ini dibandingkan partisipasi legitimasi dan eksekusi.
Dimaksudkan, masyarakat tidak hanya sekedar menjadi obyek pembangunan
saja, tetapi bisa menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang
akan dilaksanakan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero, kondisi-kondisi yang mendorong
partisipasi adalah sebagai berikut:
a. Orang yang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau
aktivitas tersebut penting.
b. Orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan.
c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.
d. Orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya.
e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.
8
f. Adanya kemampuan untuk menggunakan keputusan, kemampuan dalam
suatu kegiatan akan mempengaruhi tingkat partisipasi yang akan
dilakukan dan biasanya terkait dengan jabatan yang diduduki.
g. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.9
Ada bermacam-macam faktor yang mendorong kerelaan untuk terlibat ini,
bisa karena kepentingan bisa karena solidaritas, bisa karena memang
mempunyai tujuan yang sama, bisa juga karena ingin melakukan langkah
bersama walaupun tujuannya berbeda. Partisipasi akhirnya harus
membuahkan kesepakatan tentang tujuan yang hendak dicapai dan ditindak
yang akan dilakukan bersama. Artinya, apa yang semula bersifat individual
harus sukarela diubah dan diolah menjadi tujuan dan kepentingan kolektif.10
5. Prinsip Partisipasi dalam Pemberdayaan Masyarakat
Prinsip partisipasi penting diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat,
agar seluruhstakeholder yang terlibat dalam kegiatan dapat berkontribusi dan
memiliki tanggung jawab bersama untuk menyukseskannya.11
Tahapan partisipasi dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan
dituju dan apa yang akan dihasilkan, biasanya yang disebut dengan tahapan
9
Ife dan Tesoriero, “alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community
Development”, h.310-312.
10
Sumarto Sj Hetifah,“Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001),h. 188.
11
rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada
tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber
daya agar tujuan dapat dicapai. Partisipasi dapat dilakukan mulai dari tahap
implementasi sampai pada tahap pemantauan dan evaluasi.12
Program pemberdayaan masyarakat itu aklan sukses dalam memandirikan
masyarakat disegala bidangnya bila didukung oleh partisipasi masyarakat
seluas-luasnya. Partisipasi ini merupakan faktor esensial dalam mendorong
dan bergeraknya peran masyarakat tersebut. Partisipasi akan terwujud menjadi
baik bila masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program
tersebut memiliki peran dan kewenangan yang lebih baik.13
a. Tahap Perencanaan, Partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan
dalam program pengembangan atau pembangunan masyrakat,
indikatornya dapat dilihat, pada keikutsertaan anggota masyarakat dalam
musyawarah penentuan program, identifikasi dan masalah, ataupun
pembuatan formula kegiatan atau program kemasyarakatan tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan, Partisipasi pada tahap ini, anggota masyarakat adalah
ikut serta dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan
sebelumnya. Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara
seksama dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai pelaksana maupun
pemanfaat program, masyarakat sebagai pelaksana, mereka misalnya
12
Hetifah, “inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakasa Inovatif dan Partisipatif
di Indonesia”,h. 187.
13
berpartisipasi dalam perumusan prosedur, aturan main dan mekanisme
pelaksanaan program serta aktif dalam pelaksanaan itu sendiri.
Masyarakat sebagai pemanfaat program, mereka bertanggung jawab
penuh terhadap program yang diberikan oleh lembaga
pemerintah/LSM/Dunia usaha bagi kemanfaatan dan kemandiriannya.
Mereka betul-betul melaksanakan program untuk memberdayakan dirinya
dalam aspek lebih luas.
c. Tahap Pelembagaan Program, partisipasi pada tahap ini, anggota
masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan atau pelembagaan
program. Langkah partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam
merumuskan dan membuat model-model pendanaan program, penguatan
lembaga-lembaga pengelolaan program dan melakukan pengkaderan
anggota masyarakat sebagai penguatan SDM bagi program tersebut.
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi, Pada tahap ini, masyarakat ikut serta
mengawasi pelaksanaan program. Pengawasan ini menjadi penting agar
program pemberdayaan tersebut dapat dimiliki kinerja yang baik secara
administrative maupun subtantif.14
6. Jenis Partisipasi
1. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah ditentukan tolak ukurnya, hanya
berdasrkan kuantitas kehadiran tanpa banyak berperan dalam pengambilan
14
keputusan terkecuali yang bersifat voting atau pengambilan suara
berdasarkan kehadiran.
2. Refresentasi, jenis partisipasi ini mengandung aktifitas tertentu untuk
menentukan masalah dan perumusannya, memilih metode serta ikut
terlibat dalam membuat keputusan untuk pemecahan masalah. Partisipasi
ini setingkat lebih tinggi dari kehadiran karena sudah terbentuk suatu
totalitas yang utuh untuk terlibat secara menyeluruh dalam suatu kegiatan.
3. Pemilikan dan Pengendalian, jenis partisipasi ini merupakan varian
tertinggi secara kualitatif disertai rasa memiliki terhadap kegiatan ini
karena telah terlibat secara mental dan emosional memberikan semangat
pada yang lainnya.15
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak mengatakan bahwa sumbangan dalm
berpartisipasi dapat dirinci menurut jenis-jenisnya sebagai berikut:
a. Partisipasi Buah Pikiran, yang diberikan partisipan dalam pertemuan atau
rapat.
b. Partisipasi Tenaga, yang diberikan partisipan dalam berbagai kegiatan
utuk perbaikan atau pembangunan desa, pertolongan bagi orang lain, dan
sebagainya.
15
c. Partisipasi Keterampilan dan Kemahiran, yang diberikan orang untu
mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri.16
B. Daur Ulang Sampah.
1. Pengertian Sampah dan Daur Ulang
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses yang telah digunakan. Sampah mengandung
berbagai macam zat baik yang dapat berbahaya dan tidak berbahaya. Akan
tetapi secara umum, sampah padat yang menumpuk mampu menimbulkan
dampak yang cukup serius bagi populasi manusia.17
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang
terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian
dan pembuatan produk/material bekas pakai dan komponen utama dalam
manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah
3R (Reduce, Recycle, Reuse). Pada proses daur ulang sampah masyarakat
dituntut untuk dapat memunculkan kreativitasnya agar dapat merubah sampah
yang pada dasarnya tidak memiliki nilai guna menjadi suatu produk yang
memiliki nilai guna.18
16
Fahrudin. Adi,Pemberdayaan Partisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat,(Bandung: Humaniora, 1996), h.39.
17
Y.Eko Budi Susilo.Menuju Keselarasan Lingkungan, Memahami Sikap Teologis Manusia Terhadap Pencemaran Lingkungan. (Malang: Averroes Press, 2003),h. 43-44.
18
Daur ulang telah memainkan peran utama dalam penciptaan kebijakan
lingkungan baru dan proaktif, sementara pada saat yang sama, menciptakan
pasar untuk bahan yang dapat dibuat menjadi produk baru. Produk daur ulang
yang dihasilkan baik oleh masyarakat atau perusahaan daur ulang akan
percuma apabila tidak adanya gairah dari pasar untuk dapat tertarik membeli
produk tersebut.
Kemudian penggunaan ulang (reuse), didefinisikan sebagai suatu proses
penggunaan kembali benda yang terjadi disaat sebuah produk yang telah
digunakan untuk tujuan aslinya kemudian digunakan untuk menyelesaikan
tujuan yang sama atau tujuan yang sama sekali baru berdasarkan tingkat
kemampuan produk tersebut untuk digunakan kembali. Memang dari definisi
tersebut cukup memberikan gambaran dimana penggunaan kembali suatu
produk atau suatu barang, untuk tujuan yang vsama dengan aslinya atau
ungtuk tujuan yang sama sekali baru, bergantung pula dengan tingkat
kemampuan barang tersebut untuk digunakan kembali. Untuk beberapa
material, terdapat jenis yang memiliki daya tahan yang cukup baik untuk
dapat digunakan kembali pada nilai gunanya yang dari sebelumnya.19
Franchetti juga menjelaskan mengenai prinsip 3R dan 2E sebagai
pendekatan pengelolaan sampah. 3R disebut sebagai reduce (pengurangan),
reuse (penggunaan kembali) dan recycle ( daur ulang) sebagai suatu solusi
19
penanganan permasalahan sampah berdasarkan hirarki pengelolaan sampah.
Sedangkan 2E yaitu environment (lingkungan) dan economics (ekonomi)
sebagai suatu tujuan dari diadakannya usaha 3R untuk mengurangi dampak
lingkungan terhadap organisasi penyelenggara usaha 3R serta meningkatkan
ekonomi organisasi tersebut.20
Secara khusus, Franchetti menjelaskan terdapat dua yang menjadi tujuan
diadakannya usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi akan tetapi ia juga
menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R yaitu lingkungan dan ekonomi
akan tetapi ia juga menjelaskan mengenai keuntungan usaha 3R tersebut
terhadap nama baik perusahaan dalam dunia usaha serta keuntungan secara
individu dan sosial. Secara lingkungan, keuntungan yang didapat dari usaha
3R adalah
a. Konservasi sumber daya alam seperti : air, hutan, energi dan tanah.
b. Lingkungan yang lebih sehat karena berkurangnya sampah masuk ke
pembuangan akhir.
c. Pengurangan resikoglobal warming.
d. Korservasi habitat.21
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas baik dari proses pengelolaan
sampah berbasis masyarakat dengan sistem 3R (reduce, reuse dan recycle)
20
Totok Noerdianto, PRODUS, upaya alternatif untuk mengurangi sampah dengan Melibatkan Peran Serta Masyarakat Guna Mengahasilkan Keuntungan Ekonomis dan Ekologi.
Makalah Seminar Nasional. (Surabaya: Teknik Lingkungan ITATS & Dirjen Dikti Depdiknas, 2003), h.7.
21
serta manfaatnya terhadap lingkungan semakin memberi gambaran bagaimana
pentingnya partisipasi masyarakat sebagai salah satu peran penimbul sampah
dan juga peran yang memiliki dampak langsung dari permasalahan sampah,
untuk dapat ikut serta dalam menyelesaikan masalah persampahan.
Material yang dapat di daur ulang :
1. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, Koran, majalah, kardus kecuali
kertas yang berlapis (minyak atau plastik)
2. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue.
3. Platik bekas wadah air mineral, bekas bungkus kopi, deterjen
4. Sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos.
Salah satu upaya untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah adalah
dengan melakukan pengelolaan sampah. Dan pada tingkat masyarakat,
pengelolaan sampah yang bisa dilakukan dengan prinsip 3R (reduce, reuse,
dan recycle). 3R adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari
sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah
sampah yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Langkah utama
adalah pemilahan sejak dari sumber.
Setelah melakukan pemilahan, proses selanjutnya adalah pengelolaan
sampah melalui prinsip 3R. Masyarakat dapat melakukan pengelolaan dengan
berpartisipasi mengelola sampah mulai dari pemilahan sampah antara jenis
organik dan anorganik (non-organik). Untuk sampah organik, sampah bisa
sendiri merupakan proses upaya mengolah sampah organik melalui proses
pembusukan yang terkontrol atau terkendali. Sedangkan untuk sampah
anorganik, pengolahannya dapat berupa daur ulang sampah, penggunaan
kembali sampah dan dimusnahkan apabila memang sampah tersebut sudah
tidak bisa digunakan.
2. Sumber dan Jenis Sampah.
Secara umum sumber sampah dapat digolongkan atas tiga kelompok, yaitu
sampah berasal dari kegiatan rumah tangga (domestic refuse), dari kegiatan
perdagangan (commercial refuse) dan dari kegiatan perindustrian (industrial
refuse).
Domestic refuse biasanya merupakan sisa makanan, bahan dan peralatan
yang sudah tidak terpakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan,
bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kalang dan lain-lain.
Comercial refuse adalah sampah yang berasal dari tempat-tempat
perdagangan seperti pasar, “supermarket”, pusat pertokoan, warung dan tempat
jual beli lainnya. Biasanya sampah berasal dari kegiatan perdagangan ini terdiri
dari berbagai jenis, seperti bahan dagangan yang rusak, kertas, plastik, dan daun
pembungkus, bagian komoditi yang tidak dapat dimanfaatkan, peralatan yang
rusak dan lain-lain.
Industrial refuse merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri,
oleh perusahaan perindustrian tersebut. Suatu perindustrian biasanya membuang
limbah dan sampahnya di sekitar perusahaan tersebut, sehingga sering
mencemari lingkungan disekelilingnya.22
Disamping sampah yang bersumber dari kegiatan diatas, masih ada sampah
jenis lain yaitu sampah yang berasal darti jalanan (street sweeping), dari
bangkai binatang yang mati (dead animal), pembersihan dan pembangunan
suatu tempat, sampah dari tempat produksi pertanian dan lain-lain.
Secara umum sampah dibagi atas dua golongan, yaitu sampah yang mudah
terurai (degradable refuse) dan sampah yang tidak dapat terurai
(nondegradable). Degradable refuse yaitu sampah yang mudah terurai secara
alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis. Biasanya sampah
golongan ini berasal dari bahan-bahan organic, seperti sampah sayuran dan
buah-buahan, sisa makanan, kertas bangkai binatang dan lain-lain.
Nondegradable adalah sampah yang tidak dapat diuraikan atau sulit diuraikan
secara alami melalui proses fisik, kimiawi, dan biologis menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil. Nondegradable refuse biasanya berasal dari bahan
anorganik, bahan sintetis dan bahan kertas lainnya, seperti kaca, plastic, kayu,
keramik.23
22
Haryoto Kusnopoetranto, Kesehatan Lingkungan.(Jakarta:FKM Universitas Indonesia,1986), h.70-74.
23
Berdasarkan jenisnya, sampah dapat pula diklasifikasikan atas beberapa
kelompok, antara lain:
a. Garbage yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan
atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan
sebagai makanan oleh organism lainnya, seperti insekta, binatang pengerat
(rodentia), dan berbagai “scavenger” sampah jenis ini biasanya bersumber
dari“domestic refuse”atau industry pengolahan makanan.
b. Rubbish yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan
dapat pula dibagi atas dua golongan. Pertama sampah yang tidak mudah
membusuk tetapi muidah terbakar, seperti kayu, bahan plastic, kain, bahan
sintetik. Kedua adalah sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak
mudah terbakar seperti kaca, keramik, dan tulang hewan.
c. “dead animal”yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa
bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild
animal).
d. “street sweeping” yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang
jalan, seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, daun kayu dan
e. “industrial waste” merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industry,
sampah jenis ini biasanya lebih homogeny bila dibandingkan dengan
sampah jenis lainnya.24
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sampah
Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh
berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
antara lain:
a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak
penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun
berpacu dengan laju pertambahan penduduk.
b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi
masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.
Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk.
Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia,
peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat persoalan
persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan
kegiatan kontruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi
pun bertambah, dan produk pertanian, industry dan lain-lain akan
bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah.
24
c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah
maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin
beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam
pula.25
C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
1. Sejarah Singkat Program KUBE
Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan program penanggulangan
kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) khususnya
Repelita I-IV melalui program sektor dan regional. Keberadaan lembaga
koordinasi penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral seperti
Kelompok usaha Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu
bernama Departemen Sosial, KUBE dimulai sejak tahun 1982. Tahun 2006
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial mencoba menyempurnakan
pendekatan penyelenggaraan program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).26 Jika pada tahun 2005, penyaluran bantuan kepada KUBE bersifat nature,
melalui perantara, top down, terpusat dan tanpa pendampingan, maka mulai
tahun 2006 sudah dilakukan perubahan dan penyempurnaan ditahun 2007
perubahan nyata dilakukan langsung kepada KUBE dan melalui mekanisme
perbankan (bekerjasama dengan PT. BRI Tbk). Bantuan tidak lagi bersifat
25
Juli Soemirat Slamet,Kesehatan Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), cet-7. H. 154.
26
Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari
natural yang harus disediakan oleh pemerintah pusat melalui pihak ketiga
namun disediakan sendiri oleh anggota KUBE.27
2. Definisi KUBE
Berdasarkan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan kelompok Usaha
Bersama (KUBE) Departemen Sosial Republik Indonesia member pengertian
KUBE adalah:
a. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga
binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang
dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui
proses kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk
melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam
semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan sosialnya.
b. KUBE merupaka metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan
proses PROKESOS dalam rangka MPMK (memajukan permasalahan
kemiskinan).
c. KUBE tidak dimaksudkan untuk mengganti keseluruhan prosedur baku
PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial fakir
27
Oetami Dewi,“KUBE (Kelompok Usaha bersama) Sebagai Model Untuk Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses tanggal 23 Juni 2011 dari
Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai
dengan proses pebentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial,
pelatihan ketrampilan berusaha, bantuan stimulant dan pendampingan.
d. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu wadah yang menghimpun dan
mengelola keluarga binaan sosial yang telah mendapatkan bantuan sarana
usaha dari pemerintah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
atau kehidupannya.28
3. Tujuan KUBE
a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan meningkatkan
pendapatan keluarga, meningkatnya kealitas pangan, sandang, papan,
kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan,
dan meningkatkannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.
b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi
masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun
dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan
kesepakatan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga, dalam
lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang
mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan, semakin minimnya
28 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari
perselisihan yang mungkin timbul antara suami dan istri atau antara orang
tua dan anak.
c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan
peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan
sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa
tanggung jawab dan keikut sertaan anggota dalam usaha-usaha
kesejahteraan sosial lingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para
anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih
menguntungkan terbukanya kesempatan memanfaatkan sumber dan
potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.29
29 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
artikel diakses pada tanggal 24 Juni 2011 dari
41
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Gambaran Kota Depok
Sampah telah menjadi masalah nasional. Pengelolaan sampah yang tidak
komprehensif dan tidak mempertimbangkan aspek masyarakat dan
lingkungan seringkali memunculkan permasalahan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat. Sistem yang kurang tepat, metode dan teknik
pengelolaan sampah yang belum berwawasan lingkungan, seringkali
berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Pengelolaan sampah saat ini menjadi permasalahan yang cukup pelik. Jika
tidak dilakukan penanganan yang baik, dikhawatirkan mempengaruhi
keseimbangan yang merugikan yang akan mencemari lingkungan, baik
terhadap tanah, air, maupun udara. Pengelolaan sampah di Indonesia sangat
mengandalkan sistem end of pipe solution yang menitikberatkan pada
pengolahan sampah, ketika sampah tersebut telah dihasilkan. Kegiatan yang
dilakukan adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke
tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
Proses pembuangan akhir sampah di Indonesia pada umumnya cenderung
pada sistem open dumping , yaitu melakukan pembuangan sampah dengan
menimbun secara terbuka. Salah satu akibatnya, jumlah timbulan sampah
untuk kota kecil dan sedang di Indonesia adalah antara 2,75–3,25 lt/org/hari.
Di Kota Depok saja, dari hasil kajian pada 2007, dengan asumsi produksi
sampah per hari per orang 2,65 liter ( skala kota ), maka pada tahun 2006
dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa, timbulan sampah perhari rata-rata
3.764 m3/hari. Dari timbulan sampah tersebut, sampah yang terangkut hanya 1281 m3/hari dan sampah yang tidak terangkut 2.483 m3/hari.
Meski pelayanan pengelolaan sampah belum optimal, beban tempat
pembuangan akhir sampah (TPA) semakin berat. Dari kajian analisis dampak
lingkungan (Amdal) TPA Cipayung, Depok, volume sampah harian yang
dibuang bervariasi awalnya 69,6 m3/hari. TPA Cipayung dioperasikan sejak
tahun 1992 itu kini memiliki luas 11,2 ha dengan kapasitas dan direncanakan
sekitar 1.200.000 m3 atau setara dengan 4 juta m3 timbunan sampah. Jika program pengelolaan yang semula open dumping (pembuangan terbuka) tidak
ditingkatkan hingga menjadi sanitary landfill (memperhatikan aspek
kesehatan dan kelestarian lingkungan) umur operasional TPA diperkirakan
akan penuh pada tahun 2010.
Pada aspek lain, secara hukum, masyarakat memiliki hak untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak itu tercantum dalam
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat tersebut, kemudian lahir
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sebagai
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat untuk memperoleh layanan
pengelolaan sampah yang baik, di samping mengatur kejelasan hak dan
tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Undang- undang tersebut mengatur paradigma baru dalam pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah sebelumnya lebih banyak menerapkan sistem
kumpul → angkut → buang. Sampah yang berasal dari masyarakat maupun
kawasan hanya dikumpulkan di suatu tempat, lalu diangkut dan langsung
dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Sampah dibuang di TPA
tanpa ada pengelolaan lebih lanjut yang bisa menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengubah paradigma tersebut
dengan menilai sampah sebagai sumber daya dan dapat dikendalikan untuk
mengurangi atau menghilangkan pencemaran. Sampah dikelola dengan
paradigma baru pengelolaan sampah, yaitu mengurangi (Reduce),
menggunakan kembali (Reuse), mendaur ulang (Recycle), melibatkan
masyarakat(Participation). Sampah dibatasi sejak dari sumbernya dan di tiap
proses penanganan dilakukan proses pemilahan, penggunaan kembali dan
pendaurlangan hingga memiliki manfaat ekonomis dan ekologis.
Permasalahanya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut tidak
serta merta dapat dilaksanakan sekaligus. Ada beberapa hal dalam
pengelolaan sampah yang masih memerlukan sejumlah aturan pelaksanaan di
pengaturan pengelolaan lebih lanjut dalam Peraturan Daerah (Perda). Perda
tentang pengelolaan sampah ini diperlukan untuk memberikan kepastian
hukum dalam rangka pengelolaan persampahan yang terpadu, komprehensif,
memenuhi hak dan tanggungjawab pemerintah Kota Depok dan peran serta
masyarakat.
B. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
1. Sejarah Singkat KUBE Iburatu Recycle
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) atau yang biasa
disebut dengan KUBE Iburatu Recycle berdiri pada tahun 2009. Pada
tahun tersebut terdapat pelatihan kerajinan tangan dengan memanfaatkan
limbah rumah tangga menjadi barang bermanfaat. Pelatihan tersebut
diikuti ibu-ibu rumah tangga lingkungan RT 01 Kelurahan Pitara. Setelah
itu Bank Sampah WPL melaksanakan program yaitu gerakan pemilahan
dan pengumpulan sampah non organik dengan membagikan plastik
sampah non organik ke semua rumah di lingkungan RT 01/13. Kegiatan
lainnya yang ada di Bank Sampah Iburatu recycle adalah pelatihan
membuat souvenir dari bahan sampah kemasan sachet, mie instant, refill
cairan pembersih dan minyak goreng untuk dijadikan hasil kerajinan
tangan. Setelah berhasil menghasilkan produk berupa tas, dompet dengan
Untuk memudahkan bahan baku akhirnya pada tahun 2011 dibuatlah Bank
Sampah Iburatu Recycle yang tidak hanya mencakup masyarakat
lingkungan sekitar tetapi juga dari luar kelurahan seperti Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru, dan Kelurahan Mampang.
Bank Sampah Warga Peduli Lingkungan (WPL) berubah nama
menjadi Kube Iburatu Recycle pada tahun 2011. Pembentukan nama
Kube Iburatu Recycle ini merupakan singakatan dari Kelompok Usaha
Bersama Ikatan Ibu-Ibu Pitara RT 01. Bank Sampah ini didirikan bukan
berupa usaha pribadi melainkan gerakan dan usaha yang berbasis
masyarakat. Dengan adanya Bank Sampah Iburatu recycle ini sebagai
wadah pemberdayaan kaum Ibu dalam meningkatkan kualitas lingkungan
dengan memberdayakan masyarakat agar dapat mengelola dan
memanfaatkan sampah secara mandiri dan berkesinambungan.
Seperti bank umumnya, di bank sampah ini setiap nasabah atau orang
yang menabung sampah akan mendapatkan buku tabungan. Di dalamnya
berisi catatan jumlah tabungan dari pihak nasabah. Untuk tabungan sendiri
baru dapat diambil dengan ketentuan setelah menabung selama 3 bulan.
Dengan pertimbangan agar hasil yang diperoleh memiliki nilai lebih
banyak sehingga mampu dirasakan oleh nasabah. Kebiasaan nasabah akan
mengambil hasil tabungan pada kondisi tertentu. Misalnya pada saat