• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN SUMBA BARAT 3.0 Pengantar

3.4 Umpatan yang Bermaksud Menghina

Menghina adalah perbuatan merendahkan, memandang rendah orang lain, memburukkan nama baik orang, atau memaki dan menistakan orang lain. Masyarakat Sumba Barat sering menggunakan umpatan untuk bercanda/ mengejek, menyindir, dan marah. Selain ketiga maksud itu, terdapat maksud untuk menghina juga dalam umpatan-umpatan yang diucapkan. Umpatan- umpatan tersebut sebagai berikut.

(47) Macam karabbo mai saja kau ni.

Umpatan dalam tuturan (47) bermaksud untuk menghina anak gadis atau wanita dewasa yang jarang beraktivitas, banyak makan dan tidur, dan dianggap bodoh. Pemakaian karabbo mai untuk menghina anak gadis atau wanita dewasa

47

seperti di atas dikarenakan adanya persamaan sifat mereka dengan kerbau betina yang cenderung malas, kerjanya hanya makan, tidur, dan berkubang di lumpur. Selain itu, kelambanan kerbau juga dipandang mirip dengan gadis atau wanita dewasa yang dihina tersebut.

(48) Kau pung bodok model korokko rara.

Tuturan (48) juga digunakan untuk menghina orang yang dianggap bodoh dan berotak kosong, sama seperti karokko rara, tak berisi di tengah dan hanya dijadikan makan ternak oleh manusia.

(49) Rauta ka’bala ada duduk di sana.

Umpatan dalam tuturan (49) ini bermaksud untuk menghina orang yang berbulu badan lebat karena dianggap sama seperti semak-semak rumpur belalang (rauta ka’bala). Rauta ka’bala adalah rumput yang sering tumbuh pada musim kemarau di padang atau sawah yang tidak ditanami sawah. Sifat dari tumbuhan ini adalah tumbuh dalam jumlah yang rimbun dan lebat, karena itulah kemudian tumbuhan ini diasosiasikan dengan orang yang berbulu badan lebat.

(50) Heh, kabangg’nag watu loko jang banyak omong.

Umpatan dalam tuturan (50) bermaksud untuk menghina orang yang dipandang sangat bodoh, lamban, susah menerima hal-hal yang diajarkan karena memiliki otak keras seperti batu kali. Orang yang diumpat diperintahkan untuk tidak berbicara, karena jika ia berbicara, hanya hal tidak bertumu yang dikeluarkannya.

48

Umpatan dalam tuturan (51) bermaksud untuk menghina orang yang memiliki bentuk fisik kurus,tinggi, dan tipis, seperti tripleks.

(52) Tir ada tai jangan bagaya.

Umpatan dalam tuturan (52) bermaksud menghina orang yang dianggap miskin dan tak memiliki apa pun. Orang yang diumpat tersebut dihina dan kemudian diimbau untuk tidak bertingkah aneh-aneh.

(53) Lo’jang satu, ko makan apa saja?

Tuturan (53) mengandung umpatan yang bermaksud untuk menghina orang yang bertubuh kurus, tinggi, dan cenderung tak berisi. Maksud tuturan tersebut adalah menghina (dalam bentuk pertanyaan) apa saja yang telah dimakan oleh orang yang bersangkutan sehingga ia tumbuh seperti itu, dalam hal ini ada anggapan bahwa yang dimakan oleh orang tersebut adalah bukan makan manusia sehingga orang yang dihina tersebut tumbuh sedemikian rupa.

(54) Kareko pakke, kena tiup angin satu kali malayang.

Umpatan yang terdapat di dalam tuturan (54) ini bermaksud untuk menghina orang yang memiliki badan sangat kurus. Karena kurusnya, orang tersebut langsung dapat terbang dan melayang jika ada angin yang bertiup.

(55) Mette katto, hanya dem gigi se yang keliatan.

Tuturan (55) di atas mengandung umpatan yang memiliki maksud untuk menghina orang yang berkulit gelap atau hitam. Karena saking gelapnya kulit orang itu, yang terlihat hanya giginya, karena hanya giginya yang berwarna putih.

49

Maksud umpatan-umpatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Maksud No Tuturan

A. Bercanda 1 Lawwe, jangan berdiri di situ!

2 Heh Bili gila, barenti makan! 3 Dasar kau Yudas.

4 O, nyora suda bangun.

5 Kom nene yang bilang?

6 Mam raja suda pulang dari pasar koh? 7 Ini anak kapala kahiwu betul.

8 Kecil-kecil kaki kareta juga. 9 Bapa desa masi ada rapat. 10 Panggil itu ibu negara dulu.

11 Itu lawora darat belum kena tangkap. 12 Rauta ka`bala ada duduk di sana. 13 Ada lagoro yang cari mangsa tadi. 14 Laki-laki taripleks baru saja lewat. 15 Lo’jang satu, ko makan apa saja?

16 Kareko pakke, kena tiup angin satu kali

malayang.

17 Dem kajowa ju ikut manari.

18 Mette katto, hanya dem gigi se yang keliatan.

50

20 O, nyora suda bangun. 21 Ini anak kapala kahiwu betul. 22 Bapa desa masi ada rapat. 23 Panggil itu ibu negara dulu. 24 Macam karabbo mai saja kau ni. 25 Marapu nippe suda buat apa lagi? 26 Ode, barenti bakorek!

27 Tir ada tai jangan bagaya.

28 Kareko pakke, kena tiup angin satu kali

malayang.

29 Saya punya ana ku’du su mau nika padahal. 30 Oo, ana millanggu. Mar sini!

31 Mette katto, hanya dem gigi se yang keliatan. 32 Macam hebat-hebat saja ini lau.

C. Marah 33 Memang manusia puki mai.

34 Lahu, diam sedikit!

35 Itu tua satu su macam manu beddi. 36 Itu dia laki-laki katumma.

37 Tutup mulut naga rara.

38 Kau pung bodok model karokko rara. 39 Watu loko suda itu barang-barang.

51 omong.

41 Itu perempuan tebe kalitta skali. 42 Jangan bacari hal deng ata ndaina. 43 Jang sampe itu lahu liat kau lagi. 44 Nguddumu! Kabiar sa tir pi lagi. 45 Kom kere! Apa su sa sendiri. 46 Perempuan telle, maen gila bodo.

D. Menghina 47 Macam karabbo mai saja kau ni.

48 Kau pung bodok model korokko rara. 49 Rauta ka’bala ada duduk di sana.

50 Heh, kabangg’nag watu loko jang banyak

omong.

51 Laki-laki taripleks baru saja lewat. 52 Tir ada tai jangan bagaya.

53 Lo’jang satu, ko makan apa saja?

54 Kareko pakke, kena tiup angin satu kali

malayang.

55 Mette katto, hanya dem gigi se yang keliatan.

Tabel (2) Maksud Umpatan Ditijau dari Konteks Kehidupan Masyarakat Lolo, Kabupaten Sumba Barat

52 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jenis umpatan bahasa Sumba Barat yang terdapat dalam tuturan berbahasa Indonesia di masyarakat Loli, Kabupaten Sumba Barat berdasarkan referennya, dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni

(1) umpatan yang memiliki referen ‘manusia’ dapat dibagi menjadi empat, yakni nama manusia, sapaan, bagian tubuh manusia, dan jabatan.

(2) umpatan yang memiliki referen ‘hewan’ (3) umpatan yang memiliki referen ‘tumbuhan’ (4) umpatan yang memiliki referen ‘benda mati’.

Jika dikaitkan dengan konteks kehidupan masyarakat Loli, Kabupaten Sumba Barat, umpatan-umpatan tersebut memiliki empat maksud, yaitu

(1) umpatan yang memiliki maksud bercanda (2) umpatan yang bermaksud menyindir (3) umpatan dengan maksud marah (4) umpatan yang bermaksud menghina

4.2 Saran

Penelitian ini menghasilkan deskripsi berupa jenis-jenis umpatan dalam tuturan berbahasa Indonesia di masyarakat Loli, Kabupaten Sumba Barat

53

berdasarkan referennya dan deskripsi maksud dari umpatan-umpatan tersebut jika ditinjau dari konteks kehidupan masyarakat Loli, Kabupaten Sumba Barat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, masih ada hal yang dapat diteliti lebih lanjut, yakni bagaimana proses terbentuknya umpatan bahasa Sumba Barat dalam tuturan berbahasa Indonesia di masyarakat Loli, Kabupaten Sumba Barat.

54

Dokumen terkait