• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Analisis Bivariat

5.1.2 Umur

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan umur yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan umur terbanyak pada kelompok umur 24 - 35 bulan yaitu sebanyak 47 orang (44,4%), kemudian pada kelompok umur 0-11 bulan sebanyak 33 orang (31,1%) dan paling sedikit pada kelompok umur 12-23 bulan sebanyak 26 orang (24.5%).

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinto Sinambela (2008) di Rumah Sakit Sari Mutiara yang menyatakan bahwa penderita pneumonia terbanyak pada kelompok umur 12-59 bulan yaitu sebanyak 140 orang

31,1% 24,5% 44,4% 24-35 bulan 0-11 bulan 12-23 bulan

50

(57,8 %), sedangkan golongan umur 2 -11 bulan sebanyak 88 orang (36,4 %) dan paling sedikit pada umur < 2 bulan sebanyak 14 orang (5,8 %).

5.1.3 Jenis Kelamin

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 64 orang (60,4%) dibandingkan pada perempuan yaitu sebanyak 42 orang (39,6%).

60,4% 39,6%

Laki-laki Perempuan

51

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dani, dkk (2014) di Rumah Sakit Imanuel Bandung yang menyatakan bahwa jumlah kasus pneumonia pada pasien balita yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu 23 kasus (51,1%) dibandingkan pasien balita yang perempuan yaitu sebanyak 22 kasus (48,9%).

Sunyatanimkangto dalam Hartati (2011) menyatakan bahwa anak laki-laki mempunyai faktor resiko mengalami pneumonia lebih besar dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan diameter saluran pernafasan anak laki-laki lebih kecil dibandingkan perempuan, selain itu terdapat perbedaan daya tahan tubuh antara anak laki-laki dan perempuan.

5.1.4 Suku

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 D B M Berdasarkan ga penderita pneumonia orang (93,5%), kemudi pada Suku Minang, S sebanyak 1 orang (0,9%

Pada penelitia Batak karena pasien mayoritas adalah Suku merupakan faktor risi langsung dengan kejadi

93.5% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Batak

Diagram Bar Proporsi Batita Penderita Pn Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Santa E Medan Tahun 2015

n gambar 5.4 di atas dapat dilihat bahwa onia berdasarkan suku terbanyak pada Suku Bat

udian Suku Jawa sebanyak 3 orang (2,9%) da , Suku Nias, Suku Tionghoa dan suku lain-lain, 0,9%).

tian ini proporsi batita penderita pneumonia ba ien yang berobat di Rumah Sakit Santa El

uku Batak. Hal ini bukan menunjukkan bahw isiko untuk menderita pneumonia dan suku tida n kejadian pneumonia pada anak batita.

2.9% 0.9% 0.9% 0.9%

Jawa Minang Nias Tionghoa

52

Pneumonia a Elisabeth

a proporsi batita atak sebanyak 99 dan paling sedikit in, masing-masing

banyak pada Suku Elisabeth Medan bahwa Suku Batak

tidak berhubungan 0.9%

53

5.1.5 Agama

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan agama terbanyak beragama Kristen Protestan sebanyak 80 orang (75,5%), beragama Katolik sebanyak 15 orang (14,2%), beragama Islam sebanyak 10 orang (9,4%) dan paling sedikit beragama Budha sebanyak 1 orang (0,9%).

Pada penelitian ini proporsi batita penderita pneumonia banyak beragama Kristen Protestan karena pasien yang berobat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan mayoritas beragama Kristen Protestan. Hal ini bukan menunjukkan bahwa

75,5% 14,2% 9,4% 0,9% Kristen Protestan Katolik Islam Budha

54

Agama Kristen Protestan merupakan faktor risiko untuk menderita pneumonia dan agama tidak berhubungan langsung dengan kejadian pneumonia pada anak batita.

5.1.6 Tempat Tinggal

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.6 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan tempat tinggal terbanyak berasal dari Kota Medan sebanyak 68 orang (64,2%) sedangkan yang berasal dari luar Kota Medan sebanyak 38 orang (35,8%).

64,2% 35,8%

Kota Medan Luar Kota Medan

55

Banyaknya batita penderita pneumonia yang berasal dari Kota Medan disebabkan karena lokasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sendiri berada di Kota Medan, sehingga banyak pengguna fasilitas rumah sakit tersebut berasal dari kota itu sendiri, sedangkan batita penderita pneumonia balita yang berasal dari luar Kota Medan kemungkinan merupakan pasien rujukan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diessy Marbun (2008) di RSU Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa proporsi tertinggi anak penderita pneumonia yang dirawat inap adalah yang bertempat tinggal di Medan sebanyak 71 orang (67,6%), dan di luar Kota Medan sebanyak 34 orang (32,4%).

5.1.7 Status Gizi

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan status imunisasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

56

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Status Gizi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan status gizi, terbanyak dengan status gizi baik sebanyak 81 orang (76,5%), status gizi kurang sebanyak 16 orang (15,1%), status gizi buruk sebanyak 8 orang (7,5%) dan paling sedikit dengan status gizi lebih sebanyak 1 orang (0.9%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubini Balakrishnan (2014) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa bahwa proposi anak penderita pneumonia terbesar dengan status gizi baik yaitu sebanyak 33 orang (39.8%), kemudian 28 orang (33.7%) memiliki status gizi kurang, 17 orang (20.5%) memiliki status gizi buruk sedangkan 5 orang (6.0%) memiliki status gizi lebih. Hal ini bukan berarti status gizi tidak

76,5% 15,1% 7,5% 0,9% Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Gizi Lebih

57

mempengaruhi kejadian pneumonia, melainkan merupakan salah satu faktor risiko menderita pneumonia.

5.1.8 Status Imunisasi

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan status imunisasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Status Imunisasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan status imunisasi terbanyak dengan status imunisasi tidak lengkap sebanyak 63 orang (59,5%), status imunisasi lengkap sebanyak 31 orang (31,1%) dan paling sedikit pada batita yang tidak mendapat imunisasi sebanyak 10 orang (9,4%).

59,5% 31,1% 9,4% Tidak Lengkap Lengkap Tidak Mendapat Imunisasi

58

Imunisasi yang sangat dekat dengan pencegahan ISPA seperti pneumonia adalah imunisasi difteri, pertusis dan campak. Imunisasi lengkap dapat mampu mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi berat.

Penelitian yang dilakukan oleh Itma Annah (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Salewangan Maros menyatakan bahwa ada hubungan antara riwayat status imunisasi dengan kejadian pneumonia pada balita. Dari hasil analisa juga diperoleh nilai OR = 2,39 (OR>1) yang artinya balita dengan riwayat status imunisasi yang tidak lengkap mempunyai kemungkinan 2.39 kali untuk menderita pneumonia dibandingkan dengan balita yang mempunyai riwayat status imunisasi yang lengkap.

5.1.9 Penyakit Penyerta

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan penyakit penyerta yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

59

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Penyakit Penyerta di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan penyakit peyerta, terbanyak tanpa penyakit penyerta sebanyak 88 orang (83,0%) dan dengan penyakit penyerta sebayak 18 orang (17,0%).

Banyaknya batita penderita pneumonia tanpa penyakit penyerta dikarenakan kebanyakan batita penderita pneumonia yang dibawa untuk berobat masih dengan derajat pneumonia. Batita penderita pneumonia dengan penyakit penyerta cenderung akan lebih berat derajat pneumonianya dari pada batita penderita pneumonia tanpa penyakit penyerta.

83,0% 17,0% Tanpa Penyakit Penyerta Dengan Penyakit Penyerta

60

5.1.10 Derajat Pneumonia

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan derajat pneumonia yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Batita Penderita Pneumonia Berdasarkan Derajat Pneumonia di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2015

Berdasarkan gambar 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi batita penderita pneumonia berdasarkan derajat pneumoni, terbanyak dengan derajat pneumonia sebanyak 97 orang (91,5%) dan paling sedikit dengan derajat pneumonia berat sebanyak 9 orang (8,5%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubini Balakrishnan (2014) di RSUP Haji Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa anak yang menderita pneumonia terbanyak dengan derajat pneumonia yaitu sebanyak 58

91,5% 8,5%

Pneumonia Pneumonia Berat

61

orang (69.9%), diikuti dengan derajat pneumonia berat sebanyak 23 orang (27.7%) dan bukan pneumonia (2.4%).

Dokumen terkait