• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 –sekarang)

Pancasila dan UUD Negara RI Tahun

D. Sejarah Lahirnya Konstitusi Indonesia

4. Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 –sekarang)

Pelaksanaan UUDS 1950 tidak berjalan baik, bahkan menimbulkan kekacauan di berbagai bidang. Beberapa kekacauan tersebut karena banyak partai politik yang garis politiknya berbeda- beda sehingga menambah munculnya partai politik. Akhirnya, berakibat sering terjadi pergantian kabinet.

Selain itu, terbentuk badan konstituante yang diharapkan dapat menghasilkan sebuah UUD yang dapat membawa stabilitas politik ternyata mengalami kegagalan. Oleh karena itu, tidak mungkin lagi mempertahankan UUDS 1950 yang mempergunakan demokrasi liberal. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit yang salah satu isinya ingin kembali mempergunakan UUD Negara RI Tahun 1945.

Sejak itulah, bangsa Indonesia kembali memakai konstitusi UUD Negara RI Tahun 1945. Berdasarkan UUD Negara RI Tahun 1945, bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan kabinet sebagai berikut.

a. Bentuk negara : negara kesatuan b. Bentuk pemerintahan : republik c. Bentuk kabinet : presidensial

Sistematika UUD Negara RI Tahun 1945 sebelum amandemen adalah sebagai berikut.

a. Pembukaan terdiri atas 4 alinea.

b. Batang Tubuh terdiri atas 16 Bab dan 37 Pasal.

c. Penutup terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan khusus. Setelah berakhirnya masa Orde Lama dan Orde Baru, bangsa Indonesia memasuki masa Reformasi. Masa Reformasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan transparansi di segala bidang. Untuk menyelaraskan perkembangan zaman yang semakin kompleks ini maka konstitusi pun harus diadakan perubahan.

Menurut C.F. Strong, ada empat macam prosedur perubahan kosntitusi adalah sebagai berikut.

a. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetap yang dilaksanakan menurut pembatasan- pembatasan tertentu. Perubahan ini terjadi melalui tiga macam kemungkinan sebagai berikut.

1) Pertama, untuk mengubah konstitusi, sidang pemegang kekuasaan legislatif harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya sejumlah anggota tertentu (kuorum) yang ditentukan secara pasti.

2) Kedua, untuk mengubah konstitusi maka lembaga per- wakilan rakyat harus dibubarkan terlebih dahulu dan kemudian diselenggarakan pemilihan umum. Lembaga perwakilan rakyat harus diperbaharui inilah yang kemudian melaksanakan wewenangnya untuk mengubah konstitusi. 3) Ketiga, adalah cara yang terjadi dan berlaku dalam sistem

majelis dua kamar. Untuk mengubah konstitusi, kedua kamar lembaga perwakilan rakyat harus mengadakan

Pancasila dan UUD Negara RI Tahun1945 143

sidang gabungan. Sidang gabungan inilah, dengan syarat- syarat seperti dalam cara pertama, yang berwenang mengubah kosntitusi.

b. Perubahan konstitusi yang dilakukan rakyat melalui suatu referendum. Apabila ada kehendak untuk mengubah konstitusi maka lembaga negara yang diberi wewenang untuk itu mengajukan usul perubahan kepada rakyat melalui suatu referendum. Usul perubahan konstitusi yang dimaksud disiapkan lebih dulu oleh badan yang diberi wewenang untuk itu. Dalam referendum atau plebisit ini rakyat menyampaikan pendapatnya dengan jalan menerima atau menolak usul perubahan yang telah disampaikan kepada mereka. Penentuan diterima atau ditolaknya suatu usul perubahan diatur dalam konstitusi.

c. Perubahan konstitusi yang berlaku pada negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah negara bagian. Perubahan konstitusi pada negara serikat harus dilakukan dengan persetujuan sebagian terbesar negara-negara tersebut. Hal ini dilakukan karena konstitusi dalam negara serikat dianggap sebagai perjanjian antara negara-negara bagian. Usul perubahan konstitusi mungkin diajukan oleh negara serikat, dalam hal ini adalah lembaga perwakilannya, akan tetapi kata akhir berada pada negara-negara bagian. Di samping itu, usul perubahan dapat pula berasal dari negara-negara bagian.

d. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan. Cara ini dapat dijalankan baik pada negara kesatuan ataupun negara serikat. Apabila ada kehendak untuk mengubah konstitusi, maka sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dibentuklah suatu lembaga negara khusus yang tugas serta wewenangnya hanya mengubah konstitusi. Usul perubahan dapat berasal dari pemegang kekuasaan perundang-undangan dan dapat pula berasal dari pemegang kekuasaan perundang- undangan dan dapat pula berasal dari lembaga negara khusus tersebut. Apabila lembaga negara khusus dimaksud telah melaksanakan tugas serta wewenang sampai selesai,dengan sendirinya lembaga itu bubar.

Miriam Budiarjo (Miiriam Budiardjo : 2008) mengemukakan adanya empat macam prosedur perubahan konstitusi, yaitu sebagai berikut.

a. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat misalnya ke- tentuan kuorum dan jumlah minimum anggota badan legislatif untuk menerima perubahan.

b. Referendum atau plebisit, contoh : Swiss dan Australia c. Negara-negara bagian dalam suatu negara federal harus me-

nyetujui, Contoh, Amerika Serikat

d. Musyawarah khusus (special convention), contoh beberapa negara Amerika Latin

Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 berarti perubahan atau mengubah (to amend) UUD Negara RI Tahun 1945. Tujuannya untuk memperkuat fungsi dan posisi UUD Negara RI Tahun 1945 dengan mengakomodasikan aspirasi politik yang berkembang untuk mencapai tujuan negara seperti halnya dirumuskan oleh konstitusi itu sendiri. Cara melakukan amandemen setiap konstitusi dan praktik implementasinya memiliki cara-cara tersendiri yang diatur dalam konstitusi itu.

Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 37 yang diberi wewe- nang untuk melakukannya adalah MPR. Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 tersebut dilakukan pada saat berlangsungnya Sidang Umum MPR. Amandemen dimaksudkan supaya UUD Negara RI Tahun 1945 disempurnakan sesuai dengan perkembangan dan dinamika tuntutan dari aspirasi masyarakat.

Di Indonesia, prosedur untuk mengubah konstitusi diatur dalam Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945 yang telah diamandemen. Disebutkan bahwa untuk mengubah UUD harus memenuhi syarat- syarat berikut.

a. Usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar dapat di- agendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

b. Setiap usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar diaju- kan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

c. Untuk mengubah pasal-pasal undang-undang dasar, Sidang Ma- jelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. d. Putusan untuk mengubah pasal-pasal undang-undang dasar

dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

e. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

Majelis Permusyawaratan Rakyat setelah mempelajari, me- nelaah dan mempertimbangkan dengan saksama dan sungguh-

Pancasila dan UUD Negara RI Tahun1945 145

sungguh hal-hal yang bersifat mendasar yang dihadapi oleh rakyat, bangsa dan negara, serta dengan menggunakan kewenangannya berdasarkan Pasal 37 UUD Negara RI Tahun 1945 mengadakan perubahan-perubahan sebagai berikut.

a. Perubahan Pertama UUD Negara RI Tahun 1945 tanggal 19 Oktober 1999

MPR RI mengubah Pasal 5 Ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 Ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 Ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Perubahan Kedua UUD Negara RI Tahun 1945 tanggal 18 Agustus 2000

MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 19, Pasal 20 Ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 27 Ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B dan Pasal 36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Perubahan Ketiga UUD Negara RI Tahun 1945 tanggal 9 November 2001

MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 1 Ayat (2) dan (3); Pasal 3 Ayat (1), (3), dan (4); Pasal 6 Ayat (1) dan (2); Pasal 6A Ayat (1), (2), (3), dan (5); Pasal 7A; Pasal 7B Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7); Pasal 7C; Pasal 8 Ayat (1) dan (2); Pasal 11 Ayat (2) dan (3); Pasal 17 Ayat (4); Bab VIIA, Pasal 22C Ayat (1), (2), (3); dan (4); Pasal 22D Ayat (1), (2), (3), dan (4); Bab VIIB, Pasal 22E Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6); Pasal 23 Ayat (1), (2), dan (3); Pasal 23A; Pasal 23C; Bab VIIIA, Pasal 23E Ayat (1), (2), dan (3), Pasal 23F Ayat (1) dan (2); Pasal 23G Ayat (1) dan (2); Pasal 24 Ayat (1) dan (2); Pasal 24A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 24B Ayat (1), (2), (3), dan (4); Pasal 24C Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

d. Perubahan Keempat UUD Negara RI Tahun 1945 tanggal 10 Agustus 2002

MPR RI mengubah dan/atau menambah Pasal 2 Ayat (1); Pasal 6A Ayat (4); Pasal 8 Ayat (3); Pasal 11 Ayat (1); Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24 Ayat (3); Bab XIII, Pasal 31 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), dan Ayat (5); Pasal 32

Ayat (1) dan Ayat (2); Bab XIV, Pasal 33 Ayat (4) dan Ayat (5); Pasal 34 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4); Pasal 37 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), Ayat (4), dan Ayat (5); Aturan Peralihan Pasal I, II dan III; Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

Gambar 4.7 Sidang ang- gota-anggota MPR.

www.presidenri.go.id

Dengan ditetapkannya perubahan/amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 sebanyak empat kali maka berdasarkan Pasal 2 Aturan Tambahan, UUD bangsa Indonesia adalah naskah yang terdiri atas pembukaan dan pasal-pasalnya. Akhirnya, sistematika UUD Negara RI Tahun 1945 setelah amandemen adalah sebagai berikut: a. Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 terdiri atas 4

alinea. b. Pasal-pasal.

Baca dan analisislah informasi berikut ini, serta cobalah untuk memberikan komentar terhadap informasi ini berkaitan dengan pertanyaan di bawahnya!

Sri Soemantri: Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 Belum Tuntas

Pakar hukum tata negara Universitas Padjajaran (Unpad) Ban- dung, Prof Dr Sri Soemantri menilai amandemen terhadap UUD Negara RI Tahun 1945 yang telah dilakukan sebanyak empat kali hasilnya belum maksimal karena memang proses perubahannya belum tutas.

Pancasila dan UUD Negara RI Tahun1945 147

Sri Soemantri menilai bahwa dalam perleman dianut dua sistem, yakni satu kamar dan dua kamar, sementara di Indonesia yang menga- cu pada UUD 1945 tidak jelas. Masalah lainnya, kata dia menyangkut BAB IX tentang Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal 24D diatur men- genai Komisi Yudisial. Ini menimbulkan kerancauan, dan seolah-oleh Komisi Yudisial itu merupakan bagian dari kekuasaan kehakiman. Masalah-masalah krusial yang masih ada dalam UUD Negara RI Tahun 1945 itu, menurut dia harus segera diluruskan, dan caranya dengan melaksanakan amandeman atau perubahan yang kelima.

Terkait dengan peranan dan kewenangan dari Dewan Perwaki- lan Daerah (DPD) yang diatur dalam Pasal 22D, menurut dia juga harus dilakukan perubahan, dan amandemen itu tidak semata-mata untuk kepentingan DPD tapi juga daerah terkait pelaksanaan oto- nomi daerah (Otda) sebagaimana diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Menurut dia, kewenangan DPD perlu diperkuat agar bisa men- gawal pelaksanaan Otda. Tanpa pengawalan dari DPD dikhawatirkan pelaksanaan Otda tidak berjalan secara optimal. “Karena kedudukan DPD penting dalam mengawal efektiitas pelaksanaan Otda maka saya menganggap perlu dilaksanakan amandemen,” katanya.

Ia mengatakan mendesak atau tidaknya amanden itu sangat tergantung dari daerah. Jika daerah menganggap perlu dikawal dan didukung DPD maka perubahan menjadi mendesak, tapi jika tidak dianggap perlu berarti tidak mendesak. “Tanya saja pada daerah, perlu tidak mereka didukung dan dikawal DPD,” tegasnya.

Masalahnya, untuk mengubah konstitusi itu sekurang-kurangnya harus diusulkan minimal oleh 226 orang atau sepertiga dari anggota MPR, ini sesuai yang disyaratkan dalam Pasal 37 UUD Negara RI tahun 1945.

beritasore.com Pertanyaan:

Apakah sudah selayaknya dilakukan amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 lagi oleh anggota-anggota MPR hasil Pemilu 2009?