Pembangunan Hukum di Bidang Ekonomi adalah Bagian dari Pelaksanaan Nilai Nilai Pancasila dan Pembanguan Kerangka Hukum Nasional
1. Undang Undang Tidak Sejalan Dengan Konstitusi
Sebelumnya ada Mahkamah Konstitusi (MK), norma hukum yang megatur perekonomian sulit dikontrol apakah sudah sesuai dengan jiwa konstitusi atau tidak terutama Pasal 33 UUD 1945. Pada saat itu, meskipun dirasakan ketentuan hukum yang dibuat mengandung unsure‐ unsur monopoli sehingga rakyat banyak dirugikan, tetap saja ketentuan itu dapat terus eksis, karena ketentuan tersebut tidak dapat dituntut pembatalannya di pengadilan. Kini, y nting, khususnya dalam pola tingkah laku berekonomi dan berbisnis.48
Faktor utama bagi hukum untuk dapat berperanan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan “stability”, “predictability” dan “fairness”. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistem ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum menyeimbangkan dan mengakomodasikan kepentingan‐kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk dapat meramalkan (predictability) akibat dari suatu langkah‐langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan‐hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial yang tradisional. Aspek keadilan (fairness), seperti perlakuan yang sama dan standard pola tingkah laku Pemerintah adalah untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.49
Keberadaan Pemerintah untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat tersebut tercermin dari pengaturan pengaturan yang dilakukan. Mengenai pentingnya peranan hukum (kepastian hukum) dalam perekonomian ini, diakui oleh beberapa ahli diantaranya seperti yang dinyatakan J.D Nyhart, bahwa pertimbangan‐pertibangan ekonomi tentu sejalan dengan pikiran‐pikiran serta sikap‐sikap budaya dari masyarakat, bahkan mungkon ada hal‐hal yang berlawanan diantaranya keduanya. Efisiensi, rasionalisasi, meknisasi dan sebagainya yang merupakan keharusan‐keharusan‐keharusan di dalam proses perkembangan ekonomi mungkin akan menumbulkan benturan‐benturan sera ketegangan dengan tata nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Mengenai keadaan yang demikian ini, hukum diharapkan akan mempertemukan tuntutan serta keharusan‐keharusan yang
erbeda itu
b ke dalam satu rangkaian yang serasi.50
Pandangan senada disampaikan oleh H.W. Robinson yang menyatakan, peningkatan efisiensi secara terus‐menerus memang merupakan salah satu perhatian sistem ekonomi. Oleh karena itu, sistem ini harus senantiasa diusahakan dengan kondisi yang berubah apabila ia hendak memperoleh tingkat efesiensi yang setinggi‐tingginya. Dalam hubungan ini kata H.W Robison di atas dan dikaitkan dengan realita perekenomian dewasa kini, maka persoalan baru yang muncul adalah, sudahkah peraturan hukum itu sesuai dengan yang dikehendaki konstitusi.51 Masalah keselaran dalam kehidupan masyarakt dan adanya kepastian hukum, adalah dua kata kunci yang hampir mirip dengan masalah keadilan dan kepastian hukukm. Apakah itu sudah terpenuhi dalam peraturan perundangan di Indonesia ? Beberapa Contoh
setelah MK terbentuk berdasarkan UUD 1945, jika ada ketentuan hukum yang dinilai mengandung unsure monopoli dan diskriminasi ekonomi sehingga merugikan ekonomi rakyat, maka ketentuan tersebut dapat diajukan permohonan ke pengadilan untuk dimintakan pembatalannya. Ketentuan hukum yang berupa undang‐undang pengajuan pembatalannya (pengujiannya) di pengadilan MK, sedang ketentuan hukum di bawah
ndang e n
u ‐undang, pengajuan p ngujia nya di pengadilan Mahkamah Agung (MA).52
Dari periode antara tahun 2004 – 2009, dari 23 putusan MK yang ditolak ada delapan perkara, dan yang tidak dapt diterima ada delapan perkara, sementara putusan MK yang mengabulkan baik sepenuhnya atau sebagian ada tujuh perkara. Jadi dapat dikatakan bahwa ada tujuh Undang Undang yang tidak sesuai dengan jiwa konstitusi. Untuk
engetahui perkara yang dikabulkan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. m us titusi Terkait Perekonomian 2 Put an Mahkamah Kons 004 – 2009 eterangan No Perkara K 1. Pengujian Undang‐Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Utang Penundaan Kewajiban Pembayaran (Putusan Nomor 2/PUU‐VI/2008) Tidak dapat diterima 2. Pengujian Undang‐Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan tang Penundaan Kewajiban Pembayaran U (Putusan Nomor 015/PUU‐VI/2005) Di tolak 3. Pengujian Undang‐Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Utang Penundaan Kewajiban Pembayaran (Putusan Nomor 19/PUU‐VI/2009) Di tolak 4. Pengujian Undang‐Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Utang Penundaan Kewajiban Pembayaran (Putusan Nomor 18/PUU‐VI/2008) Di tolak 5. Pengujian Undang‐Undang nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan g Penundaan Kewajiban Pembayaran Utan Perkara Nomor : 071/PUU‐II/2004 dan Perkara Nomor : 001‐002/PUU‐III/2005)
Dikabulkan sebagian. Menyatakan pasal 6 ayat (3) beserta penjelasannya dan pasal 224 ayat (6) sepanjang menyangkut kata “ayat(3)” UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
6. Pengujian Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
(Putusan Nomor 1/PUU‐VII/2009)
Di tolak
7. Pengujian Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang‐ Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
rpajakan Ketentuan Umum dan Tata Cara Pe Putusan Nomor 3/PUU‐VI‐2008) ( Tidak dapt diterima
8. Pengujian Undang‐Undang Nomor 1 tahun ra
2004 tentang Perbendaharaan Nega (Putusan Nomor 46/PUU‐VI/2008)
Tidak dapat diterima 9. Pengujian Undang‐Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas (Putusan Nomor 53/PUU‐VI/2008)
Di tolak 10. Pengujian Undang‐Undang Nomor 30 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang i
Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cuka (Putusan Nomor 54/PUU‐VI/2008)
Dikabulkan s agian
Menyatakan Pasal 66A ayat (1) Undang‐Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang semua provinsi yang berhak memperoleh alokasi cukai hasil tembakau, Menetapkan agar pengalokasian dana hasil cukai tembakau untuk provinsi penghasil tembakau dipenuhi paling lambat
ulai Tahun Anggaran 2010 eb
m 11. Pengujian Undang‐Undang Nomor 19 Tahun
ra 2003 tentang Badan Usaha Milik Nega (Putusan Nomor 058/PUU‐VI/2008) Tidak dapat diterima 12. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia
Nomor 49 Prp.Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara
(Putusan Nomor 023/PUU‐IV/2006)
Di tolak
13. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia
Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Perkara Nomor 005/PUU‐II/2004)
14. Pengujian Undang‐Undang nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
(Putusan Nomor 001‐021‐022/PUU‐II/2003)
Dikabulkan seluruhnya. Menyatakan UU No.20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
15. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Perkara Nomor 002/PUU‐I/2003
Dikabulkan sebagian; Menyatakan: Pasal 12 ayat (3) sepanjang mengenai kata‐kata “diberi wewenang”; Pasal 22 ayat (1) sepanjang mengenai kata‐ kata “paling banyak”; Pasal 28 ayat(2) dan (3) yang berbunyi “(2) Harga Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar; (3) Pelaksanaan kebijaksanaan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengurangi tanggung jawab sosial pemerintah terhadap golongan
asyarakat tertentu”; m
16. (Perkara No.003/PUU‐I/2003) Pengujian UU Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara. i tolak D 17. Pengujian Pasal 77A Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang‐ Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(Putusan Nomor 8/PUU‐V/2007
Tidak dapat diterima
18. Pengujian Undang‐Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Perkara Nomor 012/PUU‐I/2003)
Dikabulkan sebgaian. Menyatakan Pasal 158; Pasal 159; Pasal 160 ayat (1) sepanjang mengenai anak kalimat “….bukan atas pengaduan pengusaha …”; Pasal 170 sepanjang mengenai anak kalimat “….kecuali Pasal 158 ayat (1) …”; Pasal 171 sepanjang menyangkut anak kalimat “….Pasal 158 ayat (1) ….”; dan Pasal 186 sepanjang mengenai anak kalimat “….Pasal 137 dan Pasal 138 ayat (1) 2003 tentang ketenagakerjaan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat)
19. Pengujian Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 1006 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang eanan Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepab (Putusan NOMOR 12/PUU‐VII/2009) Tidak dapat diterima 20. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005
(Putusan Nomor 012/PUU‐III/2005)
Tidak dapat diterima
21. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006
) (Putusan Nomor 026/PUU‐III/2005
Tidak dapat diterima
22. Pengujian Undang‐Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran dan
8 Belanja Negara Tahun Anggaran 200 (Putusan Nomor 13/PUU‐VI/2008).
Dikabulkan. Menyatakan Undang‐ Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang perubahan atas Undang‐ Undang nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 tetap berlaku sampai diundangkannya Undang‐Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
egara Tahun 2009). N
23. Pengujian Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Perkara Nomor 008/PUU‐III/2005)
Di tolak