• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Definisi Operasional

I. Metode Penelitian

5. Unit Analisis

a. Unit Sampel

Unit sampel adalah objek yang dipilih peneliti untuk didalami. Unit sampel dalam penelitian ini adalah semua potongan adegan dalam film Sang Pencerah (2010)dengan durasi 6930 detik dan semua potongan adegan dalam film Sang Kiai (2013) dengan durasi 7470 detik.Dalampenelitianini, total keseluruhan durasi film yang dimaksud adalah mulai berjalannya cerita sampai akhir cerita film atau dari adegan pertama sampai adegan terakhir. Durasi credit tittle tidak ikut dihitung dalam penelitian ini.

commit to user b. Unit Pencatatan

1) Unit Fisik

Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat berupa waktu (durasi).119

Dalam penelitian ini unit fisik digunakan untuk menghitung jumlah durasi (dalam hitungan detik) tayangan berupa perilaku dan atau dialog yang menampilkan nilai-nilai patriotisme secara keseluruhan. Melalui analisis dengan menggunakan unit fisik ini, peneliti bisa mengetahui lama durasi nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah (2010) dan Sang Kiai (2013).

2) Unit Tematik

Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks. Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti

119

commit to user

melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu teks.120

Unit tematik dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur frekuensi kemunculan nilai-nilai patriotisme yang ada dalam potongan adegan yang ditampilkan berupa perilaku dan atau dialog sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

3) Unit Referensial

Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni

kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada sesuatu yang sama.121Sedangkan Krippendorff menyebut unit referensial ini sebagai unit kategoris.122 Kata-kata yang mirip, sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai satu kesatuan.

Dalam penelitian ini, unit referensial digunakan untuk menganalisis dimensi tokoh pelaku patriotisme yang ditampilkan dalam film. Tokoh pelaku patriotisme ini dikategorikan dalam 6 kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung, tokoh figuran, tokoh utama dan pendukung, tokoh utama dan tokoh figuran serta pendukung dan figuran. Dengan

120

Eriyanto, Op.Cit, hal 84.

121

Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264.

122

Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks: Sage Publications,1980), hal 105.

commit to user

menggunakan unit referensial ini, akan dapat diketahui porsi masing-masing kategori tokoh pelaku patriotisme.

6. Pengkodingan

Sebelum melakukan pengkodingan, para coder terlebih dahulu menonton keseluruhan film secara berulang-ulang. Peneliti sendiri telah menonton kedua film selama lebih dari 10 kali untuk benar-benar mengamati nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Setelah mengamati kedua film, peneliti membuat transkrip film untuk mempermudah proses pengkodingan. Selanjutnya peneliti membuat petunjuk pengkodingan atau protokoler pengkodingan (lihat di lampiran) yang jelas dan detail berdasarkan variabel penelitian. Kemudian barulah dilakukan proses pengkodingan.

Dalam penelitian ini, pengkodingan dilakukan dengan menggunakan tiga jenis unit analisis yaitu analisis tematik, fisik dan referensial. Unit tematik dan unit fisik digunakan untuk mengkoding dimensi nilai-nilai patriotisme, sedangkan unit referensial digunakan untuk mengkoding dimensi tokoh pelaku patriotisme.

Proses coding menggunakan unit tematik terbilang lebih rumit karena tidak seperti unit analisis lain, dalam unit analisis tematik, coder tidak dapat langsung menghitung atau mengukur. Namun pengcoder perlu melihat secara keseluruhan, mengamati dan baru kemudian dapat

commit to user

mengkode ke dalam kategori yang sesuai. Dalam unit tematik pengkoder tidak hanya mengukur atau menghitung saja, tetapi juga memberikan penilaian dan kemudian mengkategorikan ke dalam kategori yang sesuai dalam penelitian berdasarkan protokol coding

(lihat di lampiran). Untuk itulah diperlukan protokol coding yang detail dan jelas untuk meminimalisir kemungkinan adanya penafsiran coder.

Selain menggunakan unit tematik, proses coding untuk dimensi nilai- nilai patriotisme juga menggunakan unit analisis fisik. Proses coding unit fisik terbilang sederhana. Coder hanya tinggal menghitung lama durasi (dalam hitungan detik) dari potongan adegan dalam film yang menampilkan nilai-nilai patriotisme. Kemudian lama durasi dari tiap potongan adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme dijumlahkan untuk mengetahui jumlah durasi keseluruhan yang mengandung nilai- nilai patriotisme. Dari sini dapat diketahui apakah film yang dikoding sarat akan nilai-nilai patriotisme dengan persentase durasi nilai-nilai patriotisme lebih dari 50% atau lebih dari separuh dari durasi film.

Dimensi tokoh pelaku patriotisme menggunakan unit referensial. Proses

coding unit referensial dimulai dengan mengelompokkan tokoh dalam film berdasarkan kategori tokoh pelaku patriotisme. Kemudian coder

melihat kedua film (Sang Pencerah dan Sang Kiai). Selanjutnya dari nama-nama atau tokoh yang muncul secara eksplisit dalam adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme, coder lalu melihat ke dalam daftar

commit to user

(list) protokol coding. Berdasarkan hal itu, coder kemudian mengkode ke dalam 6 kategori tokoh pelaku patriotisme yang dipakai dalam penelitian.

7. Validitas

Validitas di sini digunakan untuk mengukur apakah alat yang dipakai sudah benar dan tepat untuk menelitimasalah yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan coding sheet sebagai alat ukur. Validitas yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengajukannya dengan ahli analisis isi.123 Ahli yang peneliti maksud disini adalah dosen ilmu komunikasi sebagai pembimbing peneliti.

8. Reliabilitas

Analisis isi selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas atau keandalan yang tinggi. Analisis isi harus dilakukan secara objektif artinya tidak boleh ada beda penafsiran antara coder yang satu dengan

coder yang lain. Reliabilitas diartikan sebagai fungsi dari keseluruhan rancangan studi menyangkut prosedur sampling, prosedur penghitungan, prosedur pengkodingan dan reliabilitas kategori. Reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana pengukuran bila diulangi mencapai nilai yang sama.124

123

Eriyanto, op.cit, hal 263.

124

commit to user

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik intercoder reliability. Untuk mengukur realibilitas antar coder ada beberapa rumus yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan formula Holsti dan formula Scott (Scott Pi).

Menurut formula Holsti, rumus untuk menghitung reliabilitas antar coder adalah sebagai berikut125 :

Dimana :

CR = Coeficient Reliability

M = jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder)

N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Selain formula Holsti, peneliti juga menggunakan formula Scott (Scoot Pi) untuk memperkuat hasil uji reliabilitas. Dibandingkan formula Holsti, formula Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas

125

commit to user

karena factor peluang terjadinya persamaan antar coder diperhitungkan. Rumus formula Scott adalah sebagai berikut126 :

Dimana :

Pi = Probability of Indexs/

persetujuanantar coder

Persetujuan yang nyata = coeficient reliability

Persetujuan yang diharapkan = kuadrat dari masing-masing proporsi kategori.

Realibilitas bergerak antara 0 sampai 1 dimana 0 berarti tidak ada satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan sempurna diantara para coder. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya jika lebih dari 0,7 berarti alat ukur benar-benar reliabel. Akan tetapi, jika hasil perhitungan angka reliabilitas di bawah 0,7 maka alat ukur yang digunakan tidak reliabel. Seperti juga yang dikatakan oleh Laswell bahwa menurutnya pemberian angka yang menunjukkan kesamaan antara pelaksana koding sebaiknya berkisar antara70 – 80 %, dengan

126

commit to user

demikian proses koding dapat diterima sebagai keterpercayaan. yang memadai (handal). 127

Dokumen terkait