• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan

pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua

tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses

perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga

dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai

dengan lahirnya organisasi Budi Utomo.1

Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh

organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia

yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada.

Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan

pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi

lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912.

Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat

1

(2)

commit to user

Indonesia yang saat itu terpuruk akibat penjajahan Belanda selama ratusan

tahun. 2

Perjuangan rakyat Indonesia tak hanya sampai pada pergerakan nasional saja.

Perjuangan fisik melalui perlawanan perang juga telah dilakukan para

pejuang dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan. Perjuangan yang

pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil

memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus

1945 di rumah Soekarno, jalan Pegangsaan Timur nomor 56.3 Namun setelah

memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang masih harus berperang

melawan tentara Sekutu dan Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia.

Pertempuran Surabaya menjadi awal pergolakan perang melawan penjajah

tersebut. Para pejuang arek-arek Suroboyo di bawah komando Bung Tomo

berperang dan mempertaruhkan seluruh jiwa raga mereka untuk

mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Begitupun yang

terjadi di daerah lain yang berjuang melawan penjajah dengan segenap jiwa

raga.

Setelah melewati perlawanan dan perjuangan yang panjang akhirnya

perjuangan kemerdekaan berakhir dengan ditandatanganinya naskah

pengakuan penyerahan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal

27 Desember 1949. Belanda secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia

dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di wilayah bekas

2 Ibid. 3

(3)

commit to user

jajahan mereka Hindia Belanda.4 Dengan begitu, bangsa Indonesia sukses

dalam perjuangannya dengan mendapatkan pengakuan internasional sebagai

negara yang merdeka dan berdaulat.

Kesuksesan memperoleh kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai

hadiah melainkan diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang dengan

penuh keyakinan, semangat keberanian, pantang menyerah dan pengorbanan.

Demi tercapainya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, para

pejuang rela mengorbankan harta, kesehatan, keluarga dan bahkan nyawa

mereka. Mereka pantang menyerah pada keadaan dan penjajah yang berusaha

menguasai Indonesia.

Begitu besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan Indonesia dalam

meraih kemerdekaan negara ini. Semangat dan jiwa kepahlawanan mereka

harusnya dapat dicontoh oleh generasi sekarang ini. Namun setelah

menikmati kemerdekaan selama 69 tahun tampaknya banyak dari rakyat

Indonesia yang terlena dan lupa dengan perjuangan dan pengorbanan para

pahlawan Indonesia untuk dapat memberikan kemerdekaan seperti yang

mereka nikmati saat ini. Saat ini justru tindakan-tindakan yang merugikan

negara yang marak terjadi di dalam negeri ini. Korupsi dan narkoba yang

merusak negeri kian merajalela. Menurut ICW (Indonesian Corruption

Watch) tingkat korupsi semakin naik antara tahun 2013 sampai 2014 hingga

mencapai 1.271 orang dengan 560 kasus di tahun 2013 dan diperkirakan

4

Mawarti Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI

(4)

commit to user

semakin meningkat di tahun 2014 dengan melihat jumlah kasus sementara

yang sudah mencapai 308 kasus pada semester pertama.5 Sedangkan untuk

narkoba,BNN telah berhasil mengungkap 108.701 kasus narkoba dengan

134.117 tersangka dan mencatat selama 2010-2014 telah merehabilitasi

34.467 residen atau pengguna melalui layanan medis atau sosial milik

pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Survei Nasional

Penyalahgunaan Narkoba pada 2011, angka prevalensi atau pengguna di

Indonesia sebesar 2,2 persen atau 4,2 juta orang. Meski masih di bawah

proyeksi prevalensi sebesar 2,23 persen, angka tersebut mengalami

peningkatan dan masih terus meningkat.6Untuk itulah diperlukan upaya untuk

menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti saat bangsa ini berjuang

memperoleh kemerdekaannya.

Media massa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam

menanamkan pesan-pesan yang baik pada generasi penerus bangsa agar tak

menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa dan dapat

mencontoh semangat juang para pahlawan bangsa. Salah satu media yang

mampu berperan adalah film. Film merupakan media yang paling efektif

untuk menyampaikan pesan seperti yang tertulis dalam mukadimah Anggaran

Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 yang menjelaskan bahwa film :

5

Tren Korupsi Naik

lagi,http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi, 18 Agustus 2014, diaksespada 23 Januari 2015 pukul 00:01 WIB.

6

200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Setiap

(5)

commit to user

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”7

Film dapat membuat kita paham akan budaya dan film juga merupakan

refleksifitas dari kenyataan yang ada. Berbagai teori film juga menyatakan hal

tersebut bahwa film dapat menjadi cerminan masyarakatnya. Salah satunya

adalah Sigfried Kracauer, seorang pakar film yang menyatakan bahwa :

“film suatu bangsa, mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya.”8

Begitu besar manfaat dari film yang berpengaruh pada masa depan generasi

bangsa. Untuk itulah kita harus mengapresiasi berbagai karya film yang telah

dibuat oleh anak-anak bangsa terutama film-film yang berisikan pesan-pesan

positif tertentu yang berguna untuk nusa dan bangsa. Film yang baik adalah

film yang diniatkan untuk menyampaikan pesan-pesan alias hikmah yang

diambil dari kenyataan. Salah satunya adalah film-film dengan tema

perjuangan pahlawan Indonesia.

Kisah bertemakan kepahlawanan tentang perjuangan Indonesia telah banyak

diproduksi dan diangkat ke layar lebar, seperti filmJanur Kuning

(1979),November 1828 (1979), Naga Bonar (1987), Tjoet Nja’ Dien (1988)

dan Trilogi Merdeka: Merah Putih,Hati Merdeka dan Darah Garuda

7

Ekky Al-Malaky, Menonton: Nggak Sekedar Cari Hiburan, Powerfulnya Sebuah Film, dapatdiakses melalui http://majalahannida.multiply.com/reviews.

8

(6)

commit to user

2011).9Namun kebanyakan dari film-film tersebut hanya berkisah tentang

perjuangan para pahlawan secara umum. Tidak banyak film yang mengangkat

kisah pejuang kemerdekaan dari kaum tertentu misalnya kaum agamis.

Padahal Indonesia merupakan negara dengan dasar negara Pancasila yang sila

pertamanya berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini artinya masyarakat

Indonesia adalah masyarakat agamis. Namun sayangnya perjuangan

kemerdekaan bumi pertiwi ini lewat peranan kaum agamis kurang terangkat,

padahal kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Banyak dari tokoh

agamis yang menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang dan

mengorbankan segala-galanya demi melihat Indonesia sejahtera dan merdeka.

Tak banyak film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan Indonesia dari

kaum agamis.Dua diantara film-film yang mengangkat kisah perjuangan para

pahlawan dari kaum agamisadalah film Sang Pencerah (2010) dan film Sang

Kiai (2013).Kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang bagaimana

pengorbanan dan peranan kaum agamis dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia. Kedua film ini masing-masing merupakan biografi perjuangan

pahlawan nasional yang berasal dari pemuka agama Islam yaitu KH. Ahmad

Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah di

masa pergerakan nasional dan KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri

organisasi Islam Nahdlatul Ulama.

9

Utami Widowati, Film Perjuangan; Lima Film Perjuangan Paling Fenomenal,

(7)

commit to user

Dengan dorongan spiritual keagamaan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim

Asy’ari serta para pengikutnya berjuang dan mengorbankan segala-galanya

demi kemajuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat

Islam di Indonesia. Karena tindakan patriotik itulah mereka ditetapkan

sebagai pahlawan nasional. Dalam daftar pahlawan nasional Republik

Indonesia, KH. Ahmad Dahlan (1868-1934) ditetapkan sebagai pahlawan

nasional di urutan ke-11 dengan SK Presiden Nomor 657 Tahun

1961/27-12-1961. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari (1875-1947) ditetapkan sebagai

pahlawan nasional di nomor urut-31 dengan SK Presiden Nomor 294 Tahun

1964/17-11-1964. 10Jiwa patriotik atau patriotisme kedua pahlawan inilah

yang harusnya ditiru oleh generasi penerus bangsa. Semangat juang dan rela

berkorban demi bangsa dan negara harus tertanam di dalam diri setiap rakyat

agar cita-cita para pejuang untuk menjadikan Indonesia negeri yang sejahtera

dapat terwujud.

Film Sang Pencerah yang dirilis tahun 2010 merupakan film besutan

sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Setting waktu dalam film ini adalah

antara tahun 1897-1912 yang berlokasi di Yogyakarta. Film ini merupakan

film biografi dari KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi

Islam Muhammadiyah. Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad

Dahlan dari kecil sampai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah. Dalam

film ini dikisahkan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan

10

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia,

(8)

commit to user

masyarakat terutama umat Islam di Jawa agar dapat berpikiran maju, tidak

terbelakang dan mengarah pada perubahan sehingga bisa terlepas dari

penjajahan Belanda. Dengan semangat perubahan dan pembaharuan yang ia

lakukan, berbagai hambatan dan ancaman dihadapi KH. Ahmad Dahlan. Ia

berjuang tanpa menyerah hingga ia rela mengorbankan segala-galanya demi

kebangkitan tanah airnya.11

Sementara itu film Sang Kiai (2013) bercerita tentang perjalanan perjuangan

KH.Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan

kemerdekaan NKRI. Dalam film tersebut digambarkan bahwa KH. Hasyim

Asy’ari merupakan salah satu sosok sentral dalam peletakkan dasar batu

kemerdekaan Negara Indonesia. Beliau menjadi panutan di tahun 1942-1947

dalam menentukan arah dan pengerakan massa santri ‘pejuang’ dalam

melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH. Hasyim Asy’ari

menghimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah

melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang

dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.12

Kedua film tersebut sama-sama merupakan film perjuangan yang

mengisahkan tentang peranan tokoh Islam sekaligus pendiri organisasi Islam

terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) dalam upaya kemerdekaan

bangsa Indonesia. Di kedua film ini diperlihatkan bagaimana KH. Ahmad

11

Sinopsis Sang Pencerah. www.apigunadarma.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:00 WIB.

12

(9)

commit to user

Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan para pengikutnya masing-masing berjuang

menghadapi hambatan dan siksaan dengan gagah berani, tanpa kenal

menyerah dan mengorbankan apa yang dimiliki untuk tanah airnya.

Patriotisme yang ada dalam diri mereka telah membawa mereka menjadi

tokoh panutan dan dikenang sebagai pahlawan untuk bangsa Indonesia.

Dua film yang memiliki karekteristik sama namun dibuat oleh sineas yang

berbeda. Itulah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jauh perbandingan

nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam kedua film tersebut.

Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan.

Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat

komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Seperti yang

disampaikan oleh Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.13

Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah pesan nilai-nilai

patriotisme yang tampak dalam kedua film. Metode analisis yang digunakan

adalah analisis isi kuantitatif, dimana analisis ini meneliti pesan yang tampak

atau tersurat dari kedua film.

13

(10)

commit to user B. Rumusan Masalah

Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara

Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto

dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara

Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto

dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian

analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini

jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang

serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman

Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat

dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri

(11)

commit to user

Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat

Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi

dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah

berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

1. Nilai-Nilai Patriotisme

Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun

masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian

dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun

bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah

terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,

kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup

mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah

berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.

Segenap perjuangan dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan

kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional

modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh

lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan

Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari

berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan

(12)

commit to user

yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan

penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada

tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang

panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang

oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu

pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia

adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama

pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi

kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat

dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional

atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.14

Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas

dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan

penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang

dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang

kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar

menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.

Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah.

Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat

diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga

melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha

14

(13)

commit to user

pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang

mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk

serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui

pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang

yang menyusun bangsa tersebut.

Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air,

artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan

bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan

terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi

kesejahteraannya.15Secara awam, patriotisme berasal dari kata “patriot”

dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan.

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela

berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa

pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga. 16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) patriotisme adalah sikap

seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan

dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.17 Sementara

dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme

diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong

kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan

15

Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984).

16

Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X, (Jakarta: Erlangga,2008), hal 36.

17

(14)

commit to user

negara dan tanah tumpah darah seseorang.18Patriotisme didasari oleh

kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang

dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan

penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah

airnya.

Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang

patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan

negaranya.

“A patriot is particularly concerned to defend his own country and countrymen and women, and promote their well-being and interests. He might condemn an imperialistic war between two

foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But

he will risk his life to defend his own country from attack. A patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third-world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But she will care more about poor people in her own community and

spend some of her own valuable time to improve their lives.”19

Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan

bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan

bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara

dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang.

Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya

sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk

eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani

18

Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2, (New Delhi: S. Chand & Company Ltd, ), hal 951.

19

(15)

commit to user

petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat

peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan

waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin

tersebut.

Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu

cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan

untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan

mempertahankan negaranya sendiri.20 Cinta tanah air digambarkan

dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan

pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan

kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana

seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi

demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .

Patriotisme mencakup kebaikan (budi luhur) kewarganegaraan seperti

kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan

pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat

melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 :

“Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”21

20

Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, (New York :Rosen -Rosen, 1993).

21

(16)

commit to user

Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika

Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis

mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada

keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan

kesetiaan paling tinggi pada gereja.22

Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan (attachment)

seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, agama, partai politik dan

sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam

mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk

selanjutnya menjadi loyal.23

Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind

patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau

patriotisme konstruktif.24 Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah

keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala

sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik.

“ Blind patriotism is defined as an attachment to country

characterized by unquestioning positif evaluation, staunch

allegiance, and intolerance of critism.”25

22

International Encyclopedia of Government and Public

23

Staub E & Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, daniel&Staub, Ervin (ed) Patriotism-in the lives of individuals nations, (Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997).

24 Ibid. 25

Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, Daniel&Staub, Ervin (ed)

(17)

commit to user

Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman

oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan

politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai

habis-habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari

Bar-Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.

Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah

keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya

pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang

dilakukan/ terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna

mencapai kesejahteraan bersama.

Constuctive patriotism is defined as an attachment to country characterized by support for questioning and critism of current

group practices that are intended to result in positive change.”26

Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap

menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota (rakyat) pada kelompoknya

(bangsa), namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima

kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang

mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.

26

(18)

commit to user

Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua

bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif

moral.

“It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested that cases of constructive patriotism be sorted into two different groups:

a) Political constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved yet is based on an underlying motivation that has nothing to do with issues of ethics or morality.

b) Moral constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved, revealing passion for values of justice and fairness.”27

Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang

tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak

ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan

patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang

menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan

keadilan.

Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of

individuals and nations” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang

semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.28Patriotisme

konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme

konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung

nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti

27

Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3, No.4, 2013, pp. 107-112.

28

(19)

commit to user

patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya

akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat

merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan

lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.

Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme (yang lebih

mengacu pada patriotisme konstruktif) dapat diartikan sebagai perasaan

cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan

tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada

kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela

mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada

kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan

melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan

berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki

untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang

nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong

sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang

baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun

tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan

evaluasi.

Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik

menurut standar logika (benar atau salah), estetika (baik atau buruk),

(20)

commit to user

dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.29 Santayana

menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam

ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.30 Sedangkan menurut

Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau

jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga

bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk

mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang

karena nilai dijadikan standar perilaku.31

Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai

patriotisme yakni :

a. Keberanian

Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya

membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan

tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu

kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan

– pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu

membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan

pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang

besar itu selalu menyimpan resiko.

29

Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 27-28.

30

Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003), hal 205.

31

(21)

commit to user

Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan

memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu

menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena

percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian

adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang

dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,

kesakitan, dan lain-lain.32

The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan

menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan

(Aristoteles). Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan

mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang

sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang

mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi

dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.

Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi

pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang

akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat

diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat

salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang

memiliki kedudukan lebih rendah (dalam Kris :2012).33

32

Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,(Bandung : Angkasa,2003)

(22)

commit to user

Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa

seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun

perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu

keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin

akan terjadi.

b. Rela Berkorban

Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban.

Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air

merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang

ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriotisme

adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya

untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah

air.34

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya

kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk

orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri

sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,

keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya

sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami

penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang

34

(23)

commit to user

lain maupun orang banyak.35Seorang patriot akan mengorbankan

semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi

kesejahteraan negaranya.

c. Pantang Menyerah

Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat

hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan

menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit

berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus

pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.

Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang

gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain

dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang

menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal

sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha

memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.36 Walaupun ia

menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia

tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk

tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi

kegagalan, hambatan dan rintangan.

d. Kesetiakawanan Sosial

35

Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, (Jakarta:Tarbawi Center,2004), hal 61.

(24)

commit to user

Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi

terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial

merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan

perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan

tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari

masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,

kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam

kebersamaan dan kekeluargaan.

Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati

dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau

egois37. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan

kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari

solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang

menderita,dan menolong kebangkitannya untuk memperoleh

kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.38 Sedangkan definisi

empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang

merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers

menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka

berpikir internal orang lain secara akurat dengan

komponen-komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang

lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain

37

Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : //www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember 2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB.

38

(25)

commit to user

sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati

adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain

dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari

sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan

kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.39

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki

seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya

sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi

kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan

sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.40

e. Percaya Diri

Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan

tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya

diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk

berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa

manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun

harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari

39

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, (Jakarta, Erlangga, 1991), hal 53.

40

(26)

commit to user

kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang

harus dilakukan.41

Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri

terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan

bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga

individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu

situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap

kemampuan diri sendiri.

Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang

patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah

airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak

peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.

f. Toleransi

Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya

lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan

loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar

atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur

yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi

yang dilakukan oleh anggotanya.

41

Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja

(27)

commit to user

Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya

menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan

berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat

yang berbeda.42

Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai

bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah

kerukunan dalam perbedaan. 43 Seorang patriot harus mempunyai

toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan

bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari

anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang

benar.

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat

dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap

individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan

individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu-individu itu untuk

tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang

mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern

42

Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/PPKn/ TOLERANSI.pdf

(28)

commit to user

berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan

sosial melalui komunikasi.44

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya

berbagi (Stuart,1983).45

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi

(sharing process).Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang

berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide

atau sikap dengan seseorang.46 Schramm menjelaskannya melalui contoh

sebagai berikut :

“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” 47

Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya

konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu

komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan

komunikasi.

44

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,2002), hal 1.

45

Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal 3.

46

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,2006), hal 2-3.

(29)

commit to user

Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi

sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi

merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait

dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu

kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen

berkaitan secara integral dengan elemen lain.48

Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun

dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat

komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya

berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah

mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and

Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What

in Which Channel to Whom with What Effect?”.49

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

a. Komunikator (communicator, source, sender)

b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

48

Ibid, hal 5

49

(30)

commit to user e. Efek (effect, impact, influence)

Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang menimbulkan efek tertentu.

Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah

proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui

berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non

verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan

kata-kata baik lisan maupun tulisan. Melalui kata-kata mereka

mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan,

menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling

bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal

bahasa memiliki peranan yang sangat penting.50Contoh dari komunikasi

verbal ini adalah surat dan percakapan (dialog).

Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya

dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. 51 Menurut Larry A.

Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua

rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi,

yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial

50

Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, ((Yogyakarta : Kanisius,2003), hal 22.

51

(31)

commit to user

bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang

disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa

komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal

adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.52 Komunikasi non verbal

dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan(action)

atau obyek.53 Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak

tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi

pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk

komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat

menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu

meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang

mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah

komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi

non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.

3. Teori Produksi Pesan

Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang

kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal

apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan

diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan

52

Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, (California: Wandsworth Publishing Company, 1985)

53

(32)

commit to user

budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa

yang mempengaruhi produksi pesan.54

Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk

dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori

konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang

dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.

Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara

teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh

Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi

menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak

menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara

pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan

pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif

individu.55

George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi

seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut

persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian

54

Stephen W & Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8th edition, (USA: Thomson Wadsworth,2005), hal 15

55

(33)

commit to user

ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya

berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem

kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara

kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi

dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut

differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana

pesan menjadi kompleks.56

Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara

kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana

hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki

banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan

sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa

mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan

kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan

kompleks inilah komunikasi antarpersona dapat tercipta.

Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi

yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan

differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.

Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori

konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi,

beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan

56

(34)

commit to user

tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein (1975) menyatakan bahwa

individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi

kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam

hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan

elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut

pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan

menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan

norma-norma situasi kutural tertentu.57

Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa

proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori

kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan

kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional

dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan

suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian

atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.

Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana

sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons b

uka-tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan

produksi pesan berbasiskan situasi tertentu (misalnya, bagaimana

membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan

hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga

57

(35)

commit to user

terlelap). Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan

sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian

dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.58

Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam

sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang

digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah

tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk

lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri

di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori

Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person

adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat

atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan

oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya

masyarakatnya.59

Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks

komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West & Lynn H. Turner

adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya

orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan

bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi

yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang

muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan

58

Ardianto, Op.Cit, hal 160.

(36)

commit to user

aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang

lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri

adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya

selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat

instrumental (seperti mengajak atau memberitahukan seseorang) dan

relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona

diri).60

4. Komunikasi Massa

Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan

komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga

mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan

beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal

yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk

melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi

massa.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner yakni :

Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah

60

(37)

commit to user

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).61

Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa

merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan

lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang

dalam masyarakat industri. 62 Dari pengertian diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang

menggunakan media massa.

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan

oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari

corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:

a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim

Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan

anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif

besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai

kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain

serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

61

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991) , hal 188.

62

(38)

commit to user b. Pesan disampaikan secara terbuka

Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu

orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka

untuk khalayak yang plural.

c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat

sekilas (khusus untuk media elektronik)

Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya

khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir

bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.

d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang

kompleks yang melibatkan biaya besar.63

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan

kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan

bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi

yang menggunakan biaya besar.

Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting

juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D

Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :64

63

(39)

commit to user

a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan)

Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan

atau pemberi informasi pada masyarakat luas.

b. The correlation of parts of society in responding to the environtment

(Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan)

Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai

lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya

terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial

atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai

pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan,

tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat.

Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,

memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya

lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan

kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang

dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada

pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak

pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu

terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).

c. The tranmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya)

64

(40)

commit to user

Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan,

nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau

dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru.

Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.

5. Film

Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang (audio visual)

yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan

baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan

atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan

sistem proyeksi mekanik.65 Dalam perkembangannya, film diartikan

sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan

suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat

dipertunjukkan.66Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope (secara

harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup).67 Pertama kali

dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis

Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah

kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal

dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar

ke London (Inggris), St. Petersburg (Rusia) dan Bombay (India). Tahun

65

Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film,

dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan UND Fund for Women (UNIFEM), 1992, hal 80.

66

Ibid.

67 Yan Widjaya, “Sekilas

[image:40.595.152.515.243.477.2]
(41)

commit to user

berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di

Korea dan tahun 1905 di Italia.68

Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan

selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan

hiburan.69James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa

film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi

estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film,

seperti sosial dan politik), dan movies (sebagai barang dagangan). Film

sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering

menduelkan antara cinema (sebagai art) dan movies (sebagai

komersiil).70

Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam

Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa

film :

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building

mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”71

68

Haris Jauhari (ed), Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1992), hal 11.

69

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, (Jakarta: Salemba Humanika,2011), hal 14.

70

Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, (Kompas, 17 Juli 2005)

71

(42)

commit to user

Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat

menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu.72 Jika fungsi dan

teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan

menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama,

suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.

a. Struktur Film

Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi

tiga unsur yatu73 :

1) Shot

Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan

teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.

2) Scene

Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat

oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa

Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa

shot.

3) Sequence

Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian

peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak,

dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling

berkaitan.

72

Ekky Imanjaya, loc.cit. 73

(43)

commit to user b. Penokohan dalam Film

Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau

karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan

kedudukannya ke dalam tiga bagian74 :

1) Karakter Utama (Main Character)

Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil

perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian

pemirsa.

2) Karakter Pendukung (Secondary Character)

Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi

dan yang memancing konflik untuk karakter utama.

Kadang-kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang

membantu karakter utama.

3) Karakter Figuran (Incedental Character)

Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah

cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan

figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,

dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya

hanya tampil di beberapa adegan saja.

74

(44)

commit to user 6. Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan

pesan dari komunikator (produser) kepada komunikan (penonton). Dalam

menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang

benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi

pesan lewat bahasa audio visual.75

Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di

dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film

dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh

pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik

perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film

mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.76Film tidak

lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial

(Tumer,1991) serta komunikasi massa (Jowett and Linton, 1981). 77

Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah

suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin

dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media

komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur.

Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam

75

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007), hal 137.

76

Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,(London: Sage Publications,,1994)

77

(45)

commit to user

unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan

sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David

Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan

makna yang lebih luas.78

Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa

mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah

besar dan luas.79 McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media

panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut

perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang

bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang

membutuhkan partisipasi yang cukup besar.80 Film adalah contoh media

panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk

menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan

daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di

dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi

individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga

bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan

nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan

hiburan.81

78

David Bardwell, Narration in The Fiction Film, (Wisconsin : The University of Wisconsin Press, 1985), hal xi.

79

Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2010)

80

Ibid,hal 37.

81

(46)

commit to user

De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi

dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat

mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan

sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam

pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk

menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam

mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang

diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.82

Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film

mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama

komunikasi yaitu addresser (dalam hal ini pembuat film) dan

addresse(dalam hal ini penonton), dapat juga dilihat bahwa film

memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai

patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.

Bagan 1.1

Model Komunikasi Jakob

Gambar

gambar  hidup).67 Pertama

Referensi

Dokumen terkait

Glucose content analysis of fresh and fermented “Kambas” bitter melon using Lactobacillus fermentum LLB3 and Instant LAB with different fermentation time

Dari perhitungan kapasitas saluran kemudian dievaluasi antara kapasitas saluran eksisting dengan debit limpasan hujan, hal ini bertujuan untuk mengetahui tindakan apa

Dari tabel 2 dapat diambil kesimpulan bahwa variabel purchasing intention memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi yaitu 3,89, consumer perception dengan 3,81, brand image

Program kerjasama ini telah didesain dengan tujuan untuk memberikan arahan strategis bagi UNODC Indonesia Office pada program kerja yang akan dilakukan di Indonesia serta untuk

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan PROSPERA BUMN GROWTH FUND yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi Kolektif

Lokasi penelitian ini dipilih karena menurut peneliti bahwa di kampus Bina Widya Universitas Riaukota Pekanbaru tersebut sangat banyak mahasiswi yang menggunakan

Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah di atas, maka peneliti berusaha menyusun kerangka penelitian secara sistematis, agar pembahasan lebih terarahkan mudah

“Demi Tuhan yang hidup, apa yang akan difi rmankan Tuhan kepadaku, itulah yang akan kukatakan.” Namun demikian, atau mungkin karena mendapat inspirasi langsung dari Tuhan