commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan
pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua
tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses
perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga
dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai
dengan lahirnya organisasi Budi Utomo.1
Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh
organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia
yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada.
Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan
pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi
lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912.
Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat
1
commit to user
Indonesia yang saat itu terpuruk akibat penjajahan Belanda selama ratusan
tahun. 2
Perjuangan rakyat Indonesia tak hanya sampai pada pergerakan nasional saja.
Perjuangan fisik melalui perlawanan perang juga telah dilakukan para
pejuang dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan. Perjuangan yang
pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil
memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945 di rumah Soekarno, jalan Pegangsaan Timur nomor 56.3 Namun setelah
memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang masih harus berperang
melawan tentara Sekutu dan Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia.
Pertempuran Surabaya menjadi awal pergolakan perang melawan penjajah
tersebut. Para pejuang arek-arek Suroboyo di bawah komando Bung Tomo
berperang dan mempertaruhkan seluruh jiwa raga mereka untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Begitupun yang
terjadi di daerah lain yang berjuang melawan penjajah dengan segenap jiwa
raga.
Setelah melewati perlawanan dan perjuangan yang panjang akhirnya
perjuangan kemerdekaan berakhir dengan ditandatanganinya naskah
pengakuan penyerahan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal
27 Desember 1949. Belanda secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia
dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di wilayah bekas
2 Ibid. 3
commit to user
jajahan mereka Hindia Belanda.4 Dengan begitu, bangsa Indonesia sukses
dalam perjuangannya dengan mendapatkan pengakuan internasional sebagai
negara yang merdeka dan berdaulat.
Kesuksesan memperoleh kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai
hadiah melainkan diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang dengan
penuh keyakinan, semangat keberanian, pantang menyerah dan pengorbanan.
Demi tercapainya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, para
pejuang rela mengorbankan harta, kesehatan, keluarga dan bahkan nyawa
mereka. Mereka pantang menyerah pada keadaan dan penjajah yang berusaha
menguasai Indonesia.
Begitu besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan Indonesia dalam
meraih kemerdekaan negara ini. Semangat dan jiwa kepahlawanan mereka
harusnya dapat dicontoh oleh generasi sekarang ini. Namun setelah
menikmati kemerdekaan selama 69 tahun tampaknya banyak dari rakyat
Indonesia yang terlena dan lupa dengan perjuangan dan pengorbanan para
pahlawan Indonesia untuk dapat memberikan kemerdekaan seperti yang
mereka nikmati saat ini. Saat ini justru tindakan-tindakan yang merugikan
negara yang marak terjadi di dalam negeri ini. Korupsi dan narkoba yang
merusak negeri kian merajalela. Menurut ICW (Indonesian Corruption
Watch) tingkat korupsi semakin naik antara tahun 2013 sampai 2014 hingga
mencapai 1.271 orang dengan 560 kasus di tahun 2013 dan diperkirakan
4
Mawarti Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI
commit to user
semakin meningkat di tahun 2014 dengan melihat jumlah kasus sementara
yang sudah mencapai 308 kasus pada semester pertama.5 Sedangkan untuk
narkoba,BNN telah berhasil mengungkap 108.701 kasus narkoba dengan
134.117 tersangka dan mencatat selama 2010-2014 telah merehabilitasi
34.467 residen atau pengguna melalui layanan medis atau sosial milik
pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Survei Nasional
Penyalahgunaan Narkoba pada 2011, angka prevalensi atau pengguna di
Indonesia sebesar 2,2 persen atau 4,2 juta orang. Meski masih di bawah
proyeksi prevalensi sebesar 2,23 persen, angka tersebut mengalami
peningkatan dan masih terus meningkat.6Untuk itulah diperlukan upaya untuk
menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti saat bangsa ini berjuang
memperoleh kemerdekaannya.
Media massa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam
menanamkan pesan-pesan yang baik pada generasi penerus bangsa agar tak
menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa dan dapat
mencontoh semangat juang para pahlawan bangsa. Salah satu media yang
mampu berperan adalah film. Film merupakan media yang paling efektif
untuk menyampaikan pesan seperti yang tertulis dalam mukadimah Anggaran
Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 yang menjelaskan bahwa film :
5
Tren Korupsi Naik
lagi,http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi, 18 Agustus 2014, diaksespada 23 Januari 2015 pukul 00:01 WIB.
6
200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Setiap
commit to user
“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”7
Film dapat membuat kita paham akan budaya dan film juga merupakan
refleksifitas dari kenyataan yang ada. Berbagai teori film juga menyatakan hal
tersebut bahwa film dapat menjadi cerminan masyarakatnya. Salah satunya
adalah Sigfried Kracauer, seorang pakar film yang menyatakan bahwa :
“film suatu bangsa, mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari yang tercermin lewat media artistik lainnya.”8
Begitu besar manfaat dari film yang berpengaruh pada masa depan generasi
bangsa. Untuk itulah kita harus mengapresiasi berbagai karya film yang telah
dibuat oleh anak-anak bangsa terutama film-film yang berisikan pesan-pesan
positif tertentu yang berguna untuk nusa dan bangsa. Film yang baik adalah
film yang diniatkan untuk menyampaikan pesan-pesan alias hikmah yang
diambil dari kenyataan. Salah satunya adalah film-film dengan tema
perjuangan pahlawan Indonesia.
Kisah bertemakan kepahlawanan tentang perjuangan Indonesia telah banyak
diproduksi dan diangkat ke layar lebar, seperti filmJanur Kuning
(1979),November 1828 (1979), Naga Bonar (1987), Tjoet Nja’ Dien (1988)
dan Trilogi Merdeka: Merah Putih,Hati Merdeka dan Darah Garuda
7
Ekky Al-Malaky, Menonton: Nggak Sekedar Cari Hiburan, Powerfulnya Sebuah Film, dapatdiakses melalui http://majalahannida.multiply.com/reviews.
8
commit to user
2011).9Namun kebanyakan dari film-film tersebut hanya berkisah tentang
perjuangan para pahlawan secara umum. Tidak banyak film yang mengangkat
kisah pejuang kemerdekaan dari kaum tertentu misalnya kaum agamis.
Padahal Indonesia merupakan negara dengan dasar negara Pancasila yang sila
pertamanya berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini artinya masyarakat
Indonesia adalah masyarakat agamis. Namun sayangnya perjuangan
kemerdekaan bumi pertiwi ini lewat peranan kaum agamis kurang terangkat,
padahal kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Banyak dari tokoh
agamis yang menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang dan
mengorbankan segala-galanya demi melihat Indonesia sejahtera dan merdeka.
Tak banyak film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan Indonesia dari
kaum agamis.Dua diantara film-film yang mengangkat kisah perjuangan para
pahlawan dari kaum agamisadalah film Sang Pencerah (2010) dan film Sang
Kiai (2013).Kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang bagaimana
pengorbanan dan peranan kaum agamis dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Kedua film ini masing-masing merupakan biografi perjuangan
pahlawan nasional yang berasal dari pemuka agama Islam yaitu KH. Ahmad
Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah di
masa pergerakan nasional dan KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri
organisasi Islam Nahdlatul Ulama.
9
Utami Widowati, Film Perjuangan; Lima Film Perjuangan Paling Fenomenal,
commit to user
Dengan dorongan spiritual keagamaan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim
Asy’ari serta para pengikutnya berjuang dan mengorbankan segala-galanya
demi kemajuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat
Islam di Indonesia. Karena tindakan patriotik itulah mereka ditetapkan
sebagai pahlawan nasional. Dalam daftar pahlawan nasional Republik
Indonesia, KH. Ahmad Dahlan (1868-1934) ditetapkan sebagai pahlawan
nasional di urutan ke-11 dengan SK Presiden Nomor 657 Tahun
1961/27-12-1961. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari (1875-1947) ditetapkan sebagai
pahlawan nasional di nomor urut-31 dengan SK Presiden Nomor 294 Tahun
1964/17-11-1964. 10Jiwa patriotik atau patriotisme kedua pahlawan inilah
yang harusnya ditiru oleh generasi penerus bangsa. Semangat juang dan rela
berkorban demi bangsa dan negara harus tertanam di dalam diri setiap rakyat
agar cita-cita para pejuang untuk menjadikan Indonesia negeri yang sejahtera
dapat terwujud.
Film Sang Pencerah yang dirilis tahun 2010 merupakan film besutan
sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Setting waktu dalam film ini adalah
antara tahun 1897-1912 yang berlokasi di Yogyakarta. Film ini merupakan
film biografi dari KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi
Islam Muhammadiyah. Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad
Dahlan dari kecil sampai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah. Dalam
film ini dikisahkan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan
10
Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia,
commit to user
masyarakat terutama umat Islam di Jawa agar dapat berpikiran maju, tidak
terbelakang dan mengarah pada perubahan sehingga bisa terlepas dari
penjajahan Belanda. Dengan semangat perubahan dan pembaharuan yang ia
lakukan, berbagai hambatan dan ancaman dihadapi KH. Ahmad Dahlan. Ia
berjuang tanpa menyerah hingga ia rela mengorbankan segala-galanya demi
kebangkitan tanah airnya.11
Sementara itu film Sang Kiai (2013) bercerita tentang perjalanan perjuangan
KH.Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan
kemerdekaan NKRI. Dalam film tersebut digambarkan bahwa KH. Hasyim
Asy’ari merupakan salah satu sosok sentral dalam peletakkan dasar batu
kemerdekaan Negara Indonesia. Beliau menjadi panutan di tahun 1942-1947
dalam menentukan arah dan pengerakan massa santri ‘pejuang’ dalam
melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH. Hasyim Asy’ari
menghimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah
melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang
dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.12
Kedua film tersebut sama-sama merupakan film perjuangan yang
mengisahkan tentang peranan tokoh Islam sekaligus pendiri organisasi Islam
terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) dalam upaya kemerdekaan
bangsa Indonesia. Di kedua film ini diperlihatkan bagaimana KH. Ahmad
11
Sinopsis Sang Pencerah. www.apigunadarma.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:00 WIB.
12
commit to user
Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan para pengikutnya masing-masing berjuang
menghadapi hambatan dan siksaan dengan gagah berani, tanpa kenal
menyerah dan mengorbankan apa yang dimiliki untuk tanah airnya.
Patriotisme yang ada dalam diri mereka telah membawa mereka menjadi
tokoh panutan dan dikenang sebagai pahlawan untuk bangsa Indonesia.
Dua film yang memiliki karekteristik sama namun dibuat oleh sineas yang
berbeda. Itulah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jauh perbandingan
nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam kedua film tersebut.
Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan.
Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat
komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Seperti yang
disampaikan oleh Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.13
Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah pesan nilai-nilai
patriotisme yang tampak dalam kedua film. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis isi kuantitatif, dimana analisis ini meneliti pesan yang tampak
atau tersurat dari kedua film.
13
commit to user B. Rumusan Masalah
Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara
Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara
Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto
dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian
analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini
jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang
serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman
Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat
dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri
commit to user
Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat
Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi
dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah
berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
1. Nilai-Nilai Patriotisme
Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun
masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian
dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun
bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah
terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,
kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup
mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah
berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.
Segenap perjuangan dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan
kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional
modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh
lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan
Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari
berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan
commit to user
yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan
penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang
panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang
oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu
pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama
pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat
dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional
atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.14
Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas
dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan
penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang
dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang
kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar
menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.
Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah.
Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat
diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga
melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha
14
commit to user
pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui
pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang
yang menyusun bangsa tersebut.
Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air,
artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan
bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan
terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi
kesejahteraannya.15Secara awam, patriotisme berasal dari kata “patriot”
dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan.
Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela
berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa
pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga. 16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) patriotisme adalah sikap
seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan
dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.17 Sementara
dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme
diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong
kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan
15
Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984).
16
Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X, (Jakarta: Erlangga,2008), hal 36.
17
commit to user
negara dan tanah tumpah darah seseorang.18Patriotisme didasari oleh
kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang
dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan
penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah
airnya.
Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang
patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan
negaranya.
“A patriot is particularly concerned to defend his own country and countrymen and women, and promote their well-being and interests. He might condemn an imperialistic war between two
foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But
he will risk his life to defend his own country from attack. A patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third-world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But she will care more about poor people in her own community and
spend some of her own valuable time to improve their lives.”19
Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan
bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan
bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara
dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang.
Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya
sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk
eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani
18
Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2, (New Delhi: S. Chand & Company Ltd, ), hal 951.
19
commit to user
petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat
peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan
waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin
tersebut.
Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu
cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan
untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan
mempertahankan negaranya sendiri.20 Cinta tanah air digambarkan
dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan
pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan
kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana
seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi
demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .
Patriotisme mencakup kebaikan (budi luhur) kewarganegaraan seperti
kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan
pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat
melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 :
“Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”21
20
Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, (New York :Rosen -Rosen, 1993).
21
commit to user
Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika
Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis
mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada
keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan
kesetiaan paling tinggi pada gereja.22
Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan (attachment)
seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, agama, partai politik dan
sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam
mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk
selanjutnya menjadi loyal.23
Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind
patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau
patriotisme konstruktif.24 Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah
keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala
sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik.
“ Blind patriotism is defined as an attachment to country
characterized by unquestioning positif evaluation, staunch
allegiance, and intolerance of critism.”25
22
International Encyclopedia of Government and Public
23
Staub E & Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, daniel&Staub, Ervin (ed) Patriotism-in the lives of individuals nations, (Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997).
24 Ibid. 25
Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, Daniel&Staub, Ervin (ed)
commit to user
Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman
oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan
politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai
habis-habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari
Bar-Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.
Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah
keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya
pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang
dilakukan/ terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna
mencapai kesejahteraan bersama.
“Constuctive patriotism is defined as an attachment to country characterized by support for questioning and critism of current
group practices that are intended to result in positive change.”26
Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap
menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota (rakyat) pada kelompoknya
(bangsa), namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.
Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima
kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang
mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.
26
commit to user
Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua
bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif
moral.
“It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested that cases of constructive patriotism be sorted into two different groups:
a) Political constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved yet is based on an underlying motivation that has nothing to do with issues of ethics or morality.
b) Moral constructive patriotism: a patriotic action in which criticism is involved, revealing passion for values of justice and fairness.”27
Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang
tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak
ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan
patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang
menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of
individuals and nations” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang
semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.28Patriotisme
konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme
konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung
nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti
27
Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3, No.4, 2013, pp. 107-112.
28
commit to user
patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya
akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat
merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan
lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.
Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme (yang lebih
mengacu pada patriotisme konstruktif) dapat diartikan sebagai perasaan
cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan
tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada
kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela
mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada
kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan
melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan
berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki
untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang
nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong
sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang
baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun
tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan
evaluasi.
Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik
menurut standar logika (benar atau salah), estetika (baik atau buruk),
commit to user
dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.29 Santayana
menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam
ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.30 Sedangkan menurut
Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau
jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga
bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang
karena nilai dijadikan standar perilaku.31
Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai
patriotisme yakni :
a. Keberanian
Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya
membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan
tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu
kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan
– pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu
membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan
pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang
besar itu selalu menyimpan resiko.
29
Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 27-28.
30
Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003), hal 205.
31
commit to user
Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan
memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu
menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena
percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian
adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang
dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,
kesakitan, dan lain-lain.32
“The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan
menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan
(Aristoteles). Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan
mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang
sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang
mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi
dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.
Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi
pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang
akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat
diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat
salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang
memiliki kedudukan lebih rendah (dalam Kris :2012).33
32
Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,(Bandung : Angkasa,2003)
commit to user
Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa
seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun
perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu
keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin
akan terjadi.
b. Rela Berkorban
Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban.
Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air
merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang
ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriotisme
adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya
untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah
air.34
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya
kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri
sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,
keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya
sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami
penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang
34
commit to user
lain maupun orang banyak.35Seorang patriot akan mengorbankan
semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi
kesejahteraan negaranya.
c. Pantang Menyerah
Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat
hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan
menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit
berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus
pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.
Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang
gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain
dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang
menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal
sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha
memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.36 Walaupun ia
menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia
tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk
tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi
kegagalan, hambatan dan rintangan.
d. Kesetiakawanan Sosial
35
Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, (Jakarta:Tarbawi Center,2004), hal 61.
commit to user
Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi
terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial
merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan
perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan
tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari
masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,
kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam
kebersamaan dan kekeluargaan.
Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati
dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau
egois37. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan
kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari
solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang
menderita,dan menolong kebangkitannya untuk memperoleh
kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.38 Sedangkan definisi
empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang
merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers
menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka
berpikir internal orang lain secara akurat dengan
komponen-komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang
lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain
37
Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : //www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember 2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB.
38
commit to user
sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati
adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain
dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari
sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan
kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.39
Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki
seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya
sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi
kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan
sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.40
e. Percaya Diri
Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan
tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya
diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk
berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun
harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari
39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, (Jakarta, Erlangga, 1991), hal 53.
40
commit to user
kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang
harus dilakukan.41
Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri
terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan
bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga
individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu
situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan diri sendiri.
Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang
patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah
airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak
peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.
f. Toleransi
Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya
lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan
loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar
atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur
yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi
yang dilakukan oleh anggotanya.
41
Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja
commit to user
Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya
menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan
berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat
yang berbeda.42
Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai
bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah
kerukunan dalam perbedaan. 43 Seorang patriot harus mempunyai
toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan
bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari
anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang
benar.
2. Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat
dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap
individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan
individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu-individu itu untuk
tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang
mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern
42
Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/PPKn/ TOLERANSI.pdf
commit to user
berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan
sosial melalui komunikasi.44
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya
berbagi (Stuart,1983).45
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi
(sharing process).Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang
berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide
atau sikap dengan seseorang.46 Schramm menjelaskannya melalui contoh
sebagai berikut :
“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” 47
Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya
konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu
komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan
komunikasi.
44
Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,2002), hal 1.
45
Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal 3.
46
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,2006), hal 2-3.
commit to user
Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi
sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi
merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait
dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu
kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen
berkaitan secara integral dengan elemen lain.48
Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun
dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat
komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya
berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah
mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and
Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What
in Which Channel to Whom with What Effect?”.49
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi
lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
a. Komunikator (communicator, source, sender)
b. Pesan (message)
c. Media (channel, media)
d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
48
Ibid, hal 5
49
commit to user e. Efek (effect, impact, influence)
Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah
proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui
berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat
diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
kata-kata baik lisan maupun tulisan. Melalui kata-kata mereka
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan,
menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling
bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal
bahasa memiliki peranan yang sangat penting.50Contoh dari komunikasi
verbal ini adalah surat dan percakapan (dialog).
Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya
dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. 51 Menurut Larry A.
Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua
rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi,
yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial
50
Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, ((Yogyakarta : Kanisius,2003), hal 22.
51
commit to user
bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang
disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa
komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal
adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.52 Komunikasi non verbal
dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan(action)
atau obyek.53 Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak
tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi
pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk
komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat
menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu
meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang
mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah
komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi
non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.
3. Teori Produksi Pesan
Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang
kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal
apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan
diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan
52
Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, (California: Wandsworth Publishing Company, 1985)
53
commit to user
budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa
yang mempengaruhi produksi pesan.54
Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk
dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori
konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang
dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.
Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara
teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh
Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme
menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi
menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak
menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara
pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan
pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif
individu.55
George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi
seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut
persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian
54
Stephen W & Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8th edition, (USA: Thomson Wadsworth,2005), hal 15
55
commit to user
ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya
berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem
kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara
kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi
dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut
differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana
pesan menjadi kompleks.56
Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara
kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana
hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki
banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan
sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa
mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan
kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan
kompleks inilah komunikasi antarpersona dapat tercipta.
Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi
yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan
differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.
Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori
konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi,
beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan
56
commit to user
tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein (1975) menyatakan bahwa
individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi
kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam
hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan
elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut
pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan
menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan
norma-norma situasi kutural tertentu.57
Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa
proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori
kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan
kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional
dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan
suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian
atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.
Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana
sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons b
uka-tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan
produksi pesan berbasiskan situasi tertentu (misalnya, bagaimana
membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan
hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga
57
commit to user
terlelap). Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan
sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian
dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.58
Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam
sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang
digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah
tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk
lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri
di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori
Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person
adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat
atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan
oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya
masyarakatnya.59
Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks
komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West & Lynn H. Turner
adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya
orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan
bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi
yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang
muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan
58
Ardianto, Op.Cit, hal 160.
commit to user
aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang
lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri
adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya
selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat
instrumental (seperti mengajak atau memberitahukan seseorang) dan
relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona
diri).60
4. Komunikasi Massa
Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan
komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga
mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan
beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal
yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk
melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi
massa.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner yakni :
Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah
60
commit to user
pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).61
Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa
merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang
dalam masyarakat industri. 62 Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang
menggunakan media massa.
Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan
oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari
corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:
a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan
anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif
besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai
kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain
serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
61
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991) , hal 188.
62
commit to user b. Pesan disampaikan secara terbuka
Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu
orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka
untuk khalayak yang plural.
c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat
sekilas (khusus untuk media elektronik)
Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya
khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir
bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.
d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang
kompleks yang melibatkan biaya besar.63
Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan
kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan
bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi
yang menggunakan biaya besar.
Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting
juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D
Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :64
63
commit to user
a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan)
Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan
atau pemberi informasi pada masyarakat luas.
b. The correlation of parts of society in responding to the environtment
(Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan)
Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai
lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya
terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial
atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai
pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan,
tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat.
Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,
memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya
lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan
kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang
dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada
pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak
pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu
terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).
c. The tranmission of the social heritage from one generation to the next
(transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya)
64
commit to user
Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan,
nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau
dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru.
Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.
5. Film
Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang (audio visual)
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan
baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan
atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan
sistem proyeksi mekanik.65 Dalam perkembangannya, film diartikan
sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan
suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat
dipertunjukkan.66Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope (secara
harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup).67 Pertama kali
dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis
Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah
kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal
dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar
ke London (Inggris), St. Petersburg (Rusia) dan Bombay (India). Tahun
65
Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film,
dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan UND Fund for Women (UNIFEM), 1992, hal 80.
66
Ibid.
67 Yan Widjaya, “Sekilas
[image:40.595.152.515.243.477.2]commit to user
berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di
Korea dan tahun 1905 di Italia.68
Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan
selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan
hiburan.69James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa
film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi
estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film,
seperti sosial dan politik), dan movies (sebagai barang dagangan). Film
sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering
menduelkan antara cinema (sebagai art) dan movies (sebagai
komersiil).70
Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam
Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa
film :
“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional, membina nation dan character building
mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”71
68
Haris Jauhari (ed), Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1992), hal 11.
69
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, (Jakarta: Salemba Humanika,2011), hal 14.
70
Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, (Kompas, 17 Juli 2005)
71
commit to user
Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat
menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu.72 Jika fungsi dan
teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan
menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama,
suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.
a. Struktur Film
Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi
tiga unsur yatu73 :
1) Shot
Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan
teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.
2) Scene
Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat
oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa
shot.
3) Sequence
Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian
peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak,
dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling
berkaitan.
72
Ekky Imanjaya, loc.cit. 73
commit to user b. Penokohan dalam Film
Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau
karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan
kedudukannya ke dalam tiga bagian74 :
1) Karakter Utama (Main Character)
Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil
perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian
pemirsa.
2) Karakter Pendukung (Secondary Character)
Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi
dan yang memancing konflik untuk karakter utama.
Kadang-kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang
membantu karakter utama.
3) Karakter Figuran (Incedental Character)
Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah
cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan
figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,
dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya
hanya tampil di beberapa adegan saja.
74
commit to user 6. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan dari komunikator (produser) kepada komunikan (penonton). Dalam
menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang
benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi
pesan lewat bahasa audio visual.75
Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di
dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film
dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh
pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik
perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film
mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.76Film tidak
lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial
(Tumer,1991) serta komunikasi massa (Jowett and Linton, 1981). 77
Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah
suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin
dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media
komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur.
Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam
75
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007), hal 137.
76
Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,(London: Sage Publications,,1994)
77
commit to user
unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan
sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David
Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan
makna yang lebih luas.78
Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa
mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah
besar dan luas.79 McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media
panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut
perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang
bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang
membutuhkan partisipasi yang cukup besar.80 Film adalah contoh media
panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk
menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan
daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di
dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi
individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan
hiburan.81
78
David Bardwell, Narration in The Fiction Film, (Wisconsin : The University of Wisconsin Press, 1985), hal xi.
79
Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2010)
80
Ibid,hal 37.
81
commit to user
De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi
dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat
mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan
sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam
pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk
menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam
mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang
diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.82
Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film
mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama
komunikasi yaitu addresser (dalam hal ini pembuat film) dan
addresse(dalam hal ini penonton), dapat juga dilihat bahwa film
memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai
patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.
Bagan 1.1
Model Komunikasi Jakob