• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fool s Talk Menemukan Kembali Seni Persuasi Kristen / Os Guinness alih bahasa, Rachmat Reza Cet. 1 Malang: Literatur SAAT, hlm.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Fool s Talk Menemukan Kembali Seni Persuasi Kristen / Os Guinness alih bahasa, Rachmat Reza Cet. 1 Malang: Literatur SAAT, hlm."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Guinness, Os

Fool’s Talk—Menemukan Kembali Seni Persuasi Kristen / Os Guinness—alih bahasa, Rachmat Reza—Cet. 1—Malang: Literatur SAAT, 2018.

324 hlm.; 22 cm

Judul asli: FOOL’S TALK ISBN 978-602-7788-41-1

FOOL’S TALK

MENEMUKAN KEMBALI SENI PERSUASI KRISTEN Oleh: Os Guinness

Originally published by InterVarsity Press as Fool’s Talk by Os Guinness. © 2015 by Os Guinness. Translated and printed by permission of InterVarsity Press, P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515, USA. www.ivpress.com

All rights reserved. Diterbitkan oleh LITERATUR SAAT

Jalan Anggrek Merpati 12, Malang Telp. (0341) 490750, Fax. (0341) 494129

website: www.literatursaat.com

Penulis : Os Guinness Alih Bahasa : Rachmat Reza Penyunting : Chilianha Elia Penata Letak : Yusak P. Palulungan Gambar Sampul : Lie Ivan Abimanyu

Edisi terjemahan telah mendapat izin dari penerbit buku asli. Cetakan Pertama : 2018

(3)

Kesimpulan

Daftar Isi

Pendahuluan: Menemukan Kembali Seni yang Terhilang / 13

1 Persuasi yang Kreatif / 19

2 Teknik: Umpan Si Iblis / 29

3 Pembela yang Tidak Pernah Tidur / 51

4 Jalan Orang Bodoh Ketiga / 69

5 Anatomi dari Ketidakpercayaan / 91

6 Membalikkan Meja / 125

7 Memicu Sinyal-sinyal / 155

8 Dinamika Pegas / 175

9 Seni Selalu Benar? / 197

10 Waspada t erhadap Bumerang / 219

11 Ciuman Yudas / 247

12 Memetakan Perjalanan / 269 Kesimpulan: Tangan yang Terbuka / 299

Ucapan Terima Kasih / 301 Catatan / 303

Pujian untuk Fool’s Talk / 317 Tentang Penulis / 323

(4)

1

Persuasi yang Kreatif

N

OVELIS YANG PENUH WARNA DAN KONTROVERSIAL Norman Mailer pernah diundang untuk berbicara di Universitas Berkeley di California. Pada waktu itu ia dikenal sebagai seorang pengecam keras gerakan feminisme dan dengan bangga menyatakan bahwa ia adalah seorang “lelaki chauvinis.” Ada banyak pelajar wanita yang marah dengan komentar fanatiknya dan fakta bahwa dia yang diundang pertama sebelum orang lain, sehingga sekelompok besar kaum feminis memutuskan untuk mendengar kuliahnya dan akan mem- balas perlakuannya agar ia menyesal menerima undangan mereka. Dalam pandangan mereka, Mailer, seorang misogonis atau pembenci wanita yang tidak punya rasa malu dan ia perlu dihajar agar jera.

Sebelum acara dimulai telah terjadi beberapa insiden, dan saat Mailer memasuki ruang kuliah, atmosfer makin memanas. Ia telah diberitahu sebe- lumnya bahwa kaum feminis akan bersikap kasar terhadapnya dan mereka sudah menunggu kedatangannya. Mailer berjalan dengan penuh percaya diri menembus para penonton, naik ke atas podium dan mengatakan bahwa ia harus menyampaikan beberapa hal penting kepada mereka, jadi mereka yang mau mencibir dan mengejeknya dapat melakukannya sekarang juga. Kemudian ia memulai peperangan itu dengan berkata: “Setiap orang yang ada di tempat ini yang menganggap saya sebagai lelaki chauvinis silahkan mengejek.”

Seperti mendengar aba-aba, kaum feminis langsung bereaksi dan meng- umpat, mencibir, dan terus mencibir sampai menjadi sebuah ejekan, cemoohan, panggilan menghina dan siulan panjang yang ditujukan kepada para pria yang berada di sini lain di kelas kuliah itu. Sesaat terjadi kekacauan dan hiruk pikuk, namun akhirnya mereka berhenti. Kaum feminis tidak dapat terus-menerus

(5)

FOOL'S TALK

20

mencibir dan mengejek, dan akhirnya kebisingan itu pun berhenti. Mailer kembali mendekati mikrofon, menatap mereka, mengambil jeda sebentar dan kemudian berkata, “Kalian ini wanita kecil yang penurut, ya?” (kalimat yang sebenarnya lebih kasar).

Untuk sesaat, dampak dari kata-katanya menggantung tidak pasti. Sebenarnya perkataannya dapat memicu kekacauan besar, namun ternyata tidak. Keadaan yang tadinya beringas kini kembali tenang. Mailer telah menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam menghadapi penon-tonnya, dan banyak dari mereka yang akhirnya tertawa dan bertepuk tangan. Bahkan, beberapa dari kaum feminis yang tadinya amat keras menentang-nya, terkaget-kaget dan termakan oleh siasatmenentang-nya, sejak saat itu mereka men-dengarkan kuliahnya dengan tenang.

Kelakuan Mailer tentu saja melukai dan merendahkan iman Kristen mau- pun kaum wanita, dan orang lain yang tidak sependapat dengannya, apalagi sikap misogonistiknya itu sama sekali tidak dapat diterima atas alasan apa pun. Arogansi chauvinisnya terhadap wanita yang juga ditonjolkan dengan cerita tentang enam pernikahannya, jauh sekali dari teladan dan pengajaran Yesus. Tuhan kita selalu memperlakukan wanita dengan penuh hormat yang jauh di atas standar zaman-Nya dan bahkan terus bersinar sepanjang zaman. Tetapi kita sebagai pengikut Yesus harus belajar satu hal dari peristiwa ini: Fanatisme Mailer dan isi argumennya jauh dari teladan Yesus, namun gaya komunikasinya lebih mirip Yesus daripada kita, pengikut-Nya.

Apa yang telah dilakukan Mailer saya sebut sebagai persuasi atau subversi kreatif yang mengejutkan. Kepada orang-orang yang cenderung menolak apa yang hendak ia sampaikan, ia mengomunikasikannya sedemikian rupa sehingga mereka akhirnya bersedia mendengarkannya.

Persuasi kreatif seperti ini yang dilakukan sesuai dengan teladan Yesus dan ajaran Alkitab, sangat dibutuhkan oleh gereja masa kini karena orang Kristen Barat telah menderita kelemahan yang mencolok yang perlu kita hadapi. Saya ulangi sekali lagi di sini: Hampir semua kesaksian dan komunikasi Kristen berasumsi bahwa orang-orang bersikap terbuka dengan apa yang akan kita katakan; atau setidaknya tertarik walaupun tidak butuh mendengarkan hal itu. Namun kebanyakan orang bersikap tidak ter-buka, tidak tertarik dan tidak membutuhkan; bahkan di dunia modern yang

(6)

21

Persuasi yang Kreatif

makin maju ini, orang-orang makin tertutup dibanding generasi sebelumnya. Bahkan, banyak yang memusuhi, dan permusuhan mereka lebih parah daripada yang pernah dihadapi gereja Barat abad-abad sebelumnya. Melalui ledakan pluralisme yang terjadi 50 tahun belakangan ini, dunia kita telah menjadi semakin beragam, dan melalui peperangan budaya yang makin intensif di negara-negara Barat, dunia kita menjadi semakin jauh dari iman Kristen. Singkatnya, ranah publik di banyak bangsa kini semakin sekuler dan ranah pribadi semakin beragam. Oleh karena itu, orang Kristen harus dapat berbicara dalam banyak bahasa, bukan hanya bahasa “Kristen” saja, dan kita harus dapat mempersuasi pemikiran dan hati orang-orang yang sering kali, sambil mendengarkan omongan kita, mereka telah mengambil posisi yang menuduh, menghina, tidak sabar dan bahkan marah.

Setiap manusia yang hidup di dunia milik Tuhan yang terbuka pan- dangannya, pasti tertarik dan membutuhkan beberapa hal dalam kehidupan mereka—dan di saat itulah, kita harus selalu siap, mau dan dapat berbicara dan menunjukkan kepada mereka siapa yang menjadi pusat hidup dan jiwa kita, yang membuat hidup ini bermakna dan bermanfaat. Tetapi ada alasan-alasan teologis mendalam mengapa banyak orang sering kali lebih tidak terbuka, dan ada juga alasan historis dan budaya mengapa orang-orang makin banyak yang bersifat tertutup, bermusuhan dan acuh tak acuh di dunia Barat hari ini daripada di zaman kakek-nenek kita. Di dunia masa kini, kita harus senantiasa sadar dengan fakta bahwa dunia generasi masa lalu yang kita kenal itu telah berlalu dan hilang untuk selama-lamanya.

Binasa karena Perbuatannya Sendiri

Sebagus apa pun prasangka Norman Mailer, dalam pembelaan Kristen kita tidak dapat menirunya. Jadi marilah kita belajar tentang persuasi kreatif dari Alkitab—kisah tentang nabi Mikha yang tertulis dalam 1 Raja-raja 22: 1-28. Di satu waktu yang tidak disebutkan dalam sejarah Israel setelah pem- bagian kerajaan, raja Yosafat dari Yehuda meninggalkan Yerusalem pergi ke Samaria untuk bertemu dengan keponakannya, raja Ahab dari Israel. Mereka bersekongkol untuk merebut kembali tanah mereka yang dikuasai orang Aram. Pertanyaan yang diajukan kepada Dewan Pertimbangan Perang amat sederhana. Apakah mereka boleh bersekutu dan maju berperang melawan Aram? Dan apakah Tuhan berkenan dan akan memberikan kemenangan kepada mereka?

(7)

FOOL´S TALK

22

Mereka biasanya memanggil para imam di istana Samaria dan meminta persetujuan Tuhan atas rencana mereka. Lagipula memang itulah pekerjaan para imam pada waktu konfl ik, bukan? Memberkati para pejuang adalah pekerjaan utama para imam. Dalam kejadian ini, dewan imam dengan suara bulat menuruti apa yang ingin didengar oleh kedua raja. Dengan satu suara, keempat ratus imam menyatakan bahwa kedua raja harus “Maju berperang dan menang!” Untuk mendukung jawaban mereka, beberapa imam—yang kemampuan komunikasinya akan membuat para ahli komunikasi modern bahagia—membuat alat bantu visual untuk menggambarkan pesan mereka. Salah satunya, imam Zedekia mengacungkan tanduk-tanduk dan mempe- ragakan bagaimana kedua raja akan menghancurkan musuh dan segala sesuatu yang ada di hadapan mereka.

Tak diragukan lagi, itu adalah sebuah pertunjukan yang mengagumkan dan pesan yang hendak disampaikan dan diterima dengan jelas oleh para bangsawan. Namun demikian, untuk alasan tertentu, raja Yosafat, yang setia kepada Tuhan dan tidak seperti raja Ahab, tidak puas dengan jawaban mutlak yang diberikan oleh para imam-imam istana Ahab. Ia kemudian bertanya kepada sekutunya apakah ada nabi lain yang dapat dimintai petunjuk. “Ada satu orang lagi, tetapi ia selalu menubuatkan hal yang negatif tentang saya,” jawab Ahab.

Sebuah komentar negatif bagi nabi Mikha: ia selalu mengatakan hal yang negatif tentang raja Ahab. Namun ketika sang raja menyuruh bawahannya untuk mencari nabi Mikha, keadaan dengan cepat memburuk. “Semua nabi lain telah menubuatkan kemenangan, jadi sebaiknya kamu juga mengatakan hal yang sama”, itu adalah pesan yang disampaikan kepada Mikha sejak awal. Dengan kata lain, Mikha dibawa ke hadapan dewan perang dan berada dalam situasi terjepit karena harus menjawab seperti nabi-nabi lainnya—atau menubuatkan hal yang tidak benar.

Mengejutkan, Mikha melakukan persis seperti yang mereka harapkan di awal perkataannya. Ia menubuatkan hal yang tidak benar, sama seperti nabi-nabi lainnya. “Demi Tuhan yang hidup, apa yang akan difi rmankan Tuhan kepadaku, itulah yang akan kukatakan.” Namun demikian, atau mungkin karena mendapat inspirasi langsung dari Tuhan untuk mengatakan sebaliknya seperti yang telah dilakukan para nabi dalam sejarah Israel, Mikha mengikuti jawaban mereka, dan mengatakan hal yang sama persis, “Maju berperang dan menang!”

(8)

23

Persuasi yang Kreatif

Jawaban Mikha inilah yang membuat raja Ahab curiga. Apakah Mikha akhirnya setuju dengan jawaban para nabi yang ada di istananya? Apakah ada petunjuk dari cara Mikha bernubuat yang luput dari perhatiannya? Apakah jawabannya kali ini begitu berbeda dari jawaban yang biasanya dikatakannya sehingga raja Ahab menjadi curiga? Atau adakah petunjuk bahwa Mikha memang mengatakan hal yang benar, namun belum menyampaikan hal yang amat penting dalam jawabannya yang akan mengubah seluruh maknanya— mereka memang akan menang, namun salah satu dari mereka akan mati dalam peperangan, dan itu mungkin Ahab sendiri.

Apa pun yang dikatakannya, Ahab tetap curiga, dan langsung memotong perkataan Mikha. “Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama Tuhan?” Ahab membentaknya dengan penuh kemunafi kan yang pastinya terasa lucu bagi semua yang mendengarnya saat itu.

Mikha kemudian menjawabnya dengan enteng, “Telah kulihat seluruh Israel tercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak bergembala.” Atau dengan kata lain, “Yang mulia, kebenarannya adalah bangsamu akan kehilangan pemimpinnya karena engkau akan tewas.”

Efek dari perkataan Mikha ini tentu amat mengejutkan. Raja Ahab tanpa sadar telah masuk ke dalam jebakan Mikha dan Mikha melancarkan pukulan telak kepadanya, sama seperti yang dilakukan Norman Mailer terhadap para kaum feminis di atas. Tentunya sang raja mau tidak mau menerima perkataan Mikha, sama seperti para feminis akhirnya terdiam saat mendengar jawaban Mailer. Tetapi Ahab binasa karena perbuatannya sendiri. Ia meminta petunjuk dari Tuhan dan telah mendapat jawaban secara langsung. Karena desakannya sendiri, Ahab sekarang mendapat sebuah nubuatan yang benar dan tercatat dalam rekaman publik sebagai jawaban atas semua nubuatan yang salah sebelumnya. Kebenaran telah disampaikan, Raja Ahab sekarang boleh maju berperang dan melakukan apa yang ia rencanakan sejak awal. Namun saat ini, ia tidak lagi punya alasan, dan sekarang dari hasil nubuatan nabi, nyawanya berada di ujung tanduk.

Seperti yang Anda Katakan, Yang Mulia

Mari kita perhatikan satu lagi contoh dari kisah para nabi (1Raj. 20:26-43), ini perumpamaan dari kejadian nyata—kisah ini terjadi sebelum Raja Ahab menerima berita yang tidak mengejutkan. Kali ini raja Ahab dari Samaria baru

(9)

FOOL´S TALK

24

saja diserang oleh pasukan besar yang dipimpin oleh raja Benhadad dari Aram dan tiga puluh dua sekutunya (lih. 1Raj. 20:1). Tuhan meluputkan bangsa Israel dengan penuh belas kasih, namun karena Ahab merasa kemenangan itu berasal dari usaha cerdiknya, maka Ahab melepaskan musuhnya setelah mengalahkan mereka dalam peperangan. Ia kemudian harus menghadapi serombongan nabi yang memintanya mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam episode yang menarik dan dramatis.

Seorang nabi yang tidak disebutkan namanya berperan sebagai pembawa pesan Tuhan meminta nabi lainnya memukul dan melukai kepalanya. Kemu- dian nabi itu pergi dan berdiri di jalan menantikan raja dari medan perang, sambil menyamar dengan perban berdarah yang membalut matanya.

Pada saat raja lewat dan bertanya mengapa ia terluka, nabi itu kemudian menceritakan kejadiannya. Tentunya ceritanya hanya rekaan belaka, namun cukup dapat dipercaya apalagi terjadi setelah peperangan. Di tengah pertem- puran, kata nabi itu, seseorang datang membawa seorang tawanan dan meme- rintahkannya untuk menjaga orang itu dengan taruhan nyawanya. Jika orang itu hilang, maka ia harus menggantikannya dengan nyawanya atau membayar setalenta perak.

Malangnya orang itu hilang, kata nabi yang menyamar itu—dan saat itu Ahab dengan cepat memotong perkataan nabi yang belum selesai: “Begitu jugalah hukumanmu, engkau sendiri telah menetapkannya.”

Secara dramatis sang nabi membuka kain pembalut matanya, sehingga raja mengenali dia sebagai seorang nabinya. Kata nabi itu kepadanya, “Beginilah fi rman Tuhan: Oleh karena engkau telah membiarkan lolos orang yang dikhu- suskan bagi-Ku untuk ditumpas, maka nyawamu ganti nyawanya dan rakyatmu ganti rakyatnya.”

“Seperti yang Anda katakan, yang mulia.” Ahab telah menghukum dirinya sendiri. Di hadapan para penjaga dan penjilat-penjilat di istananya yang sedang ramai merayakan kemenangan, sekali lagi Ahab binasa karena perbuatannya sendiri. Apa yang dilakukan nabi itu jauh lebih efektif daripada teguran yang disampaikan dengan keras. Firman Tuhan telah diperagakan secara terbuka, dan sang raja telah memilih untuk mengambil bagian dan berperan sebagai jaksa penuntut dan hakim bagi dirinya sendiri.

(10)

25

Persuasi yang Kreatif

Berpusat pada Salib dan Dibentuk oleh Salib

Kedua cerita di atas hanya dua dari banyak contoh lainnya yang ada di dalam Alkitab, dan seperti yang akan kita lihat, pendekatan seperti ini telah ditunjukkan dengan lebih spektakuler oleh Yesus sendiri. Ada pertimbangan yang lebih luas di balik cara pemberitaan mereka dan kita akan mengeksplo- rasi poin ini. Tetapi intinya adalah sebuah gaya persuasi yang kreatif dan menakjubkan—dapat kita sebut “persuasi nubuatan”—yang di dalamnya mengandung pemahaman kaya yang menjelaskan mengapa persuasi seperti ini dibutuhkan dan bagaimana kita dapat melakukannya. Mereka mewakili model persuasi Kristen yang bersumber dari cara persuasi alkitabiah yang penuh kuasa dan tak lekang oleh waktu, sepanjang abad kekristenan, namun kini telah dilupakan. Karena tidak ada orang yang membaca Alkitab dengan teliti dan merefl eksikan pengalaman mereka sendiri ketika membagikan Injil Yesus yang dapat menghindarkan mereka dari kesimpulan yang terang-terangan seperti ini: Terlalu banyak orang yang tidak mau percaya apa yang kami bagikan atau bahkan mendengar apa yang kami sampaikan, dan yang menantang bagi kami adalah membantu mereka menemukannya walaupun mereka tidak menginginkannya.

Seni persuasi Kristen yang terhilang ini sangat kontras dengan banyak cara komunikasi Kristen Barat saat ini, cara-cara yang membosankan, satu dimensi dan tidak efektif sama sekali. Yang lebih penting lagi, jika kita menemukan kembali seni persuasi Kristen ini, maka ia akan membantu kita dalam dua hal praktis. Pertama, mereka dapat menjadi jalan keluar bagi komunikasi Kristen masa kini yang telah usang. Saat orang-orang tidak tertarik pada perkataan kita, apakah mereka merespons dengan permusuhan, prasangka, ketidakpedulian atau kebosanan, kita sering kali tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Namun jika nanti kita berada dalam situasi seperti ini lagi, kita akan menemukan cara mengatasinya sehingga tidak ada lagi seorang pun, di mana pun, kapan pun yang kepadanya kita tidak dapat berkata-kata secara konstruktif. Adakalanya persuasi seperti ini tidak berhasil, namun ini adalah gaya melempar isu untuk menantang orang-orang agar bertanggung jawab terhadap kebenaran dan hati nurani mereka sendiri sehingga mereka tidak punya alasan lagi untuk tidak mendengarkannya.

Kedua, seni yang hilang ini menantang kita untuk menjadi komunikator Kristen yang lebih tegas. Kontras dengan kesan dari banyak orang Kristen saat ini, komunikasi Kristen bukanlah sekadar mengomunikasikan iman Kristen

(11)

FOOL´S TALK

26

melalui cara yang kita anggap berguna dan efektif. “Jika berhasil, maka pakai cara itu” adalah pendekatan naif yang menyebabkan banyak perbincangan Kristen berubah menjadi formula yang disampaikan dengan apik dan lancar atau menjadi kacau dan gumaman yang tidak jelas. Sebaliknya, komunikasi Kristen adalah sebuah komunikasi Injil yang dibentuk melalui pemahaman kita terhadap komunikasi Tuhan melalui Kristus, sama seperti komunikasi Tuhan melalui Kristus dibentuk oleh pemahaman Tuhan terhadap kondisi hati kita seperti yang tertulis dalam Injil.

Singkatnya: Sama seperti yang dilihat, dan diutus Tuhan, itulah yang kita sampaikan. Sama seperti Tuhan melihat dosa kita, maka Ia mengutus putra-Nya, dan sama seperti Tuhan telah mengutus Anak-putra-Nya, maka itulah yang kita bagikan. Agar persuasi Kristen kita benar-benar berpusat pada Kristus, maka persuasi kita haruslah lebih dari sekadar argumentasi tentang bukti-bukti atau peperangan untuk memperebutkan pandangan dunia. Ada sebuah seni untuk membela kebenaran. Seni yang haruslah setia pada kebenaran iman Kristen itu sendiri dan dibentuk oleh pemahaman Kristen tentang kebenaran dan kebenaran tentang iman itu sendiri.

Tetapi itu bukan berarti kita hanya tinggal mengkhotbahkan Injil dan tidak perlu berusaha meyakinkan orang-orang seperti yang banyak diperdebatkan banyak orang di masa kini. Proklamasi dan persuasi tidak boleh dipisahkan. Artinya, pembelaan Kristen harus selalu independen dan konsisten dan diben- tuk secara meyakinkan oleh kebenaran-kebenaran besar Alkitab, khususnya lima kebenaran utama—penciptaan, kejatuhan dalam dosa, inkarnasi, salib, dan Roh Tuhan.

Tentang penciptaan, persuasi Kristen harus selalu memperhitungkan kapasitas manusia dalam berpikir dan keutamaan hati manusia.

Tentang kejatuhan manusia, persuasi Kristen harus selalu memperhitung- kan anatomi pemikiran orang tidak percaya yang menolak Tuhan.

Tentang inkarnasi, persuasi Kristen harus selalu disajikan secara pribadi, satu lawan satu, muka dengan muka, dan bukan antara argumen melawan argumen, formula melawan formula, media melawan media, atau metode melawan metode.

Tentang salib Kristus, persuasi Kristus harus dibentuk oleh salib dan pesannya harus berpusat pada salib—yang kita lihat dalam pemilihan judul buku ini: FOOL’S TALK.

(12)

27

Persuasi yang Kreatif

Tentang Roh Kudus, persuasi Kristen harus selalu sadar dan menunjukkan bahwa Tuhanlah yang berkuasa menentukan dan bukan kita. Tuhanlah yang menjadi pembimbing, apologet terbaik, dan yang menantang dunia untuk “menentukan dakwaan mereka.” Dan sama seperti perkataan Yesus kepada kita, Roh-Nya, Roh Kebenaran yang mengerjakan pekerjaan penting, meyakinkan dan menghukum.

Dapatkah kita membela kabar baik Yesus dengan cara yang berbeda atau terlepas sama sekali dari kabar baik itu sendiri dan sifatnya netral bagi orang percaya maupun tidak percaya? Apakah harus demikian? Tidak. Saya menyatakan bahwa tidak satu orang pun yang tidak dapat kita ajak bicara, sebesar apa pun rasa permusuhannya dengan Injil atau sejauh apa pun dari Injil, dan inilah faktanya karena kita tidak dapat bergantung pada kebenaran Injil itu sendiri—sehingga pendekatan kita harus berbeda dan tegas dan tidak bersifat netral antara orang percaya dan tidak percaya. Visi pembelaan Kristen sebagai “seni dari dan tentang kebenaran Kristen” adalah inti dari seni persuasi yang telah hilang yang akan kita pelajari dalam buku ini.

Bagi apologet Kristen mula-mula pada zaman kerajaan Romawi, tantangan yang mereka hadapi adalah untuk memperkenalkan sebuah pesan yang amat baru dan aneh kepada pendengar pertamanya, dan kemudian menjelaskan apa arti pesan itu bagi zaman klasik dan cara pemikiran mereka yang rumit dan pasti. Bagi zaman modern yang maju saat ini, tantangannya adalah bagaimana menyatakan kembali sesuatu yang begitu dikenal dan begitu membosankan bagi banyak orang, tetapi sebenarnya sama sekali belum mereka kenal dengan baik.

Dengan kata lain, zaman kita saat ini umumnya lebih pasca-Kristen daripada pra-Kristen dan lebih pluralistik daripada sekuler. Kondisi ini men- ciptakan perbedaan-perbedaan yang penting dan secara luas menyebabkan kita makin sulit membicarakan iman kepada orang banyak. Tetapi semua anggapan ini tidak terlalu signifi kan saat kita berbicara kepada individu-individu. Konteks tantangan bagi para apoleget Kristen selalu berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dari zaman ke zaman dan dari satu negara ke negara lain. Tetapi bagi kita semua, di zaman mana pun dan di mana pun di dunia, kita semua adalah pengikut Yesus. Pengetahuan dan pemberitaan kita tentang Dia adalah sukacita terbesar yang kita miliki dalam hidup kita. Persuasi Kristen adalah hak istimewa yang tidak dapat dijelaskan, tantangan yang berharga dan pelajaran bagus yang layak dipelajari.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan panjang entres 3 cm adalah perlakuan yang memberikan pengaruh yang rendah pada persentase sambung hidup (yaitu 92%), peubah jumlah tunas, panjang tunas,

Walaupun SVG berbasis vektor (dalam artian semua objek dibangun dengan prinsip vektor), SVG ternyata juga dapat dikreasikan untuk efek bayangan, gradasi warna atau juga pencahayaan,

Penyebaran kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, yang berupa pertanyaan tentang item-item dari variabel bebas dan

Gerakan politik Yahudi untuk membangunkan sebuah negara bangsa Yahudi (kini dikenali sebagai Israel) dan menakluk dunia7. Fakta

sesuai D* paru (batuk berdahak O$ mgg dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut = batuk darah, sesak nafas, nyeri dada atau pleuriti pain, nafsu makan.

Skripsi yang berjudul “AKIBAT HUKUM PERJANJIAN LISAN APABILA TERJADI WANPRESTASI (Studi Kasus Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Toko “Solikin” Di Desa Tenggeles)”

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Dari uraian diatas ada satu masalah yang sangat menarik untuk saya angkat untuk dijadikan sebagai penelitian dan tolak ukur bagi para pengajar karena disamping