• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-unsur Lembaga Sosial

Dalam dokumen sma12sos Sosiologi3 SuhardiSriSsunarti (Halaman 112-115)

BAB III Hakikat Lembaga Sosial

B. Proses Pelembagaan dan Dinamika Lembaga Sosial

2. Unsur-unsur Lembaga Sosial

Penjelasan mengenai hakikat dan proses pelembagaan di atas selalu melibatkan norma perilaku, dan nilai sosial. Norma-norma sosial yang telah melembaga akhirnya membentuk suatu pola perilaku yang diatur oleh norma

tersebut. Pola perilaku seperti ini telah mengalami standarisasi (pembakuan). Nilai-nilai sosial yang mendasari perilaku yang melembaga, kemudian membentuk sikap tertentu yang melembaga juga. Nilai-nilai sosial itu juga dapat berkembang menjadi keyakinan tertentu yang akhirnya dapat menjadi ideologi lembaga.

Suatu pola perilaku berdasarkan norma yang melembaga dengan didasari oleh nilai dan sikap yang melembaga, akhirnya melahirkan ciri-ciri khusus lembaga tersebut. Ciri-ciri itu dapat berbentuk ritual dan upacara (lembaga agama), atau pakaian-pakaian khas dan simbol-simbol tertentu. Semua hal tersebut merupakan unsur-unsur yang membentuk suatu lembaga sosial. Dengan kata lain, lembaga sosial mencakup tiga unsur, yaitu seperangkat pola perilaku yang telah distandarisasi, serangkaian tata kelakuan, sikap, dan nilai-nilai yang mendukung, dan adanya perlengkapan tertentu berupa tradisi, ritual dan upacara, simbol dan pakaian khas, dan simbol-simbol lainnya.

Semua unsur tersebut di atas (norma, sikap, nilai, simbol, ritual, dan ideologi) dapat dikelompokkan menjadi tiga unsur. Ketiganya diuraikan satu per satu berikut ini.

a. Kode Perilaku

Setiap lembaga sosial senantiasa memiliki nilai dan norma dasar yang mengatur perilaku orang-orang yang berinteraksi sebagai pengikut lembaga tersebut. Misalnya, para pemeluk agama memiliki tuntunan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama masing- masing. Pemeluk agama Islam dituntut berperilaku sesuai dengan tuntunan akhlaq yang baik sesuai ajaran agama Islam. Demikian juga agama-agama lain tentu memiliki hal yang sama.

Tidak hanya agama yang menuntut pengikutnya berperilaku sesuai norma tertentu. Lembaga pemerintahan me- nuntut para aparat untuk bersumpah setia terhadap negara. Para prajurit dituntut mematuhi norma perilaku yang tercantum dalam janji kesetiaan prajurit. Singkatnya, setiap profesi dan lembaga sosial yang bukan profesi senantiasa memiliki kode etik (kode perilaku). Kode perilaku menjadi ciri khas dan patokan interaksi orang-orang yang terlibat dalam lembaga tersebut. Bahkan, Anda sebagai anggota pramuka memiliki Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka. Begitu pula guru-guru, mereka diikat oleh norma perilaku yang disebut Kode Etik Guru. Tanyakanlah kepada guru Anda, aturan-aturan apa saja yang tercakup dalam Kode Etik Guru.

Gambar 3.7 Setiap kali upacara bendera di hari Senin, pembina upacara membacakan teks Pancasila. Apa maksud dan tujuannya?

105 Hakikat Lambaga Sosial

b. Simbol Kebudayaan

Suatu hari mungkin Anda menonton pertandingan bola voli tingkat SMA di daerah Anda. Banyak tim pemain tampil secara bergantian. Bagaimana cara Anda mengenali tim sekolah Anda? Tentu dari corak, warna, atau aksesori tertentu pada kaos tim yang mereka kenakan. Kaos tim menjadi simbol identitas tim sekolah Anda yang tentu sengaja dibuat agar berbeda dengan tim sekolah lain. Kira-kira seperti itulah makna dan fungsi simbol kebudayaan bagi setiap lembaga sosial.

Simbol kebudayaan sebenarnya merupakan konsekuensi adanya nilai dan norma perilaku yang kemudian menimbulkan kekhasan pada lembaga tersebut. Sebagai sebuah ciri khas, simbol merupakan tanda pengenal yang mewakili sebuah lembaga sosial. Wujud simbol lembaga sosial dapat berupa benda, pakaian khas, lambang, maupun lagu. Simbol-simbol lembaga keagamaan misal- nya bulan sabit, salib, atau patung. Simbol negara dapat berupa bendera dan lagu kebangsaan. Simbol suatu lembaga ekonomi (perusahaan) dapat berupa logo atau lagu himne perusahaan. Dengan melihat atau mendengar simbol- simbol tersebut kita dapat mengenali lembaga yang diwakilinya.

c. Ideologi

Seperti yang telah dijelaskan sebelum- nya, bahwa setiap lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan dari nor- ma tertentu. Norma tersebut menjadi pedoman perilaku orang-orang yang men- jalankan peran tertentu dalam lembaga yang diikutinya. Setiap norma berakar pada nilai-nilai yang diyakini dan dijunjung dalam lembaga itu. Nilai-nilai itu tidak lain berupa gagasan-gagasan yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu sistem. Fungsi sistem gagasan (ideologi) adalah untuk memberi penjelasan atau dasar hukum bagi norma-norma yang diyakini.

Misalnya, pemerintahan Republik Indonesia merupakan perwujudan sebuah lembaga pemerintahan. Salah satu norma yang mengatur kehidupan ber- masyarakat di Indonesia adalah norma kehidupan beragama. Secara rinci antara lain diatur keharusan warga negara menganut agama tertentu, hubungan antaragama, dan lain-lain. Apabila dipertanyakan, mengapa itu semua perlu diatur, maka dasar hukum atau alasan rasionalnya diambil dari sila pertama Pancasila. Pancasila merupakan ideologi lembaga pemerintahan di Indonesia. Setiap norma yang mengatur interaksi sosial dalam kerangka fungsi pemerintahan harus berdasarkan Pancasila sebagai ideologi.

Gambar 3.8 Ideologi yang mendasari pe- nyelenggaraan lembaga pemerintahan RI adalah Pancasila. Pancasila adalah suatu sistem gagasan yang dirumuskan oleh Bung Karno.

Selain lembaga pemerintahan, ideologi juga dimiliki oleh semua lembaga sosial. Agama Islam dan Kristen memiliki sistem keyakinan yang dapat menjelaskan proses penciptaan alam semesta. Lembaga perekonomian kapitalis memiliki asumsi-asumsi (anggapan dasar) yang dapat menjelaskan pentingnya pasar bebas. Asumsi-asumsi itu juga merupakan ideologi.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah suatu sistem gagasan yang didasarkan pada asumsi, kepercayaan, dan penjelasan mengenai tatanan sosial, struktur sosial, atau cara berperilaku orang-orang terlibat dalam lembaga sosial. Ideologi dapat berisi gagasan dalam bidang ekonomi, politik, filsafat, atau agama. Apabila seseorang telah menganut dan meyakini suatu ideologi, maka segala sesuatu yang dihadapinya selalu didasarkan kepada ideologi yang diyakininya. Pandangan-pandangan lain yang tidak sejalan dengan keyakinan ideologinya aka ditolak. Oleh karena itu, sebuah lembaga sosial yang memiliki ideologi tertentu akan berjalan sesuai dengan ideologi yang mendasarinya.

Dalam dokumen sma12sos Sosiologi3 SuhardiSriSsunarti (Halaman 112-115)