• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur Predikat Adposisional

Dalam dokumen Predikasi Sintaksis Bahasa Angkola (Halaman 144-200)

5.2 Hasil atau Temuan Penelitian

5.2.1. Hasil atau Temuan: Unsur predikat dalam bahasa Angkola

5.2.1.4 Unsur Predikat Adposisional

Unsur predikat yang keempat adalah unsur yang bisa membentuk predikat adposisional. Dalam bahasa Angkola, predikat ini dibentuk dari unsur preposisi dengan objek preposisi. Beberapa predikat adposisional yang didaftarkan dari data sebagai temuan untuk pembahasan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(120) di ginjang ‘di atas’ (121) di jolo ‘di depan’ (122) di julu ‘di hulu’ (123) di pudi ‘di belakang’ (124) di saba ‘di sawah’ (125) di sadu ‘di sana’ (126) di son ’di sini’ (127) di tonga ‘di tengah’ (128) di toru ‘di bawah’ (129) i dia ‘di mana’

(130) i samping ‘di samping’ (131) tu aek sulum ‘ke aek sulum’ (132) tu bagas ‘ke rumah’

(133) tu bagas ‘ke dalam’ (134) tu toru ‘ke bawah’ (135) tu poken ‘ke pasar’ (136) tu si ‘ke sana’

(137) tu siamun ‘kanan’ (138) tu siamun ‘kanan’ (139) tu son ‘ke sini’

(140) tu tarutung ‘ke tarutung’

5.2.2 Hasil atau Temuan: Kerangka predikat bahasa Angkola

Dari sampel data yang diteliti ditemukan kerangka predikat untuk masing- masing predikat verbal, nominal, adjektival, dan adposisional. Pembahasan kerangka predikat bahasa Angkola diberikan pada bagian 5.5. Namun, sebagai temuan awal, kerangka predikat ini dapat diperlihatkan di sini melalui contoh-contoh kerangka predikat sebagai berikut:

Kerangka predikat verbal:

mardalan (si Tigor) (tu poken)

mardalan [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir

marnyae (hambeng i)

marnyae [V] (x1: <animata>)Po

Kerangka predikat nominal:

sere (do on)

Kerangka predikat adjektival:

jeges (baju nia)

[A] (x1)∅

Kerangka predikat adposisional:

tu (poken) ma hita

[P] (x1)∅ (x2)Loc

5.2.3 Daya ikat predikat

Dari hasil yang ditemukan pada kerangka predikat bahasa Angkola, ditemukan sekaligus gambaran daya ikat predikat. Predikat verbal bisa mempunyai daya ikat predikat satu, dua dan bahkan tiga argumen. Masing-masing argumen ini mempunyai fungsi semantis. Predikat nominal pada umumnya mempunyai daya ikat satu argumen tanpa fungsi semantik tertentu (KOSONG). Sementara itu, predikat adposisional mempunyai dua argumen. Satu argumen tanpa fungsi semantis dan satu lainnya mempunyai fungsi lokatif. Pembahasan seluruh jenis daya predikat dalam bahasa Angkola diberikan pada bab 5.6.

5.2.4 Predikasi dan Perikeadaan dalam Bahasa Angkola

Bagian ini memaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan predikasi dan perikeadaan. Sementara predikasi adalah penerapan predikat dalam perangkat terma

yang sesuai, perikeadaan berkenaan dengan sesuatu yang disebutkan melalui predikasi, yang terjadi atau diperoleh di alam realitas ataupun non-realitas, terjadi pada ruang dan waktu tertentu, berlangsung pada kurun waktu tertentu, dan dapat dilihat, terdengar, atau dirasakan.

5.2.4.1 Hasil Penelitian tentang Predikasi

Asas struktur klausa dasar dibentuk melalui predikasi. Dalam TBG predikasi terbagi dalam tiga tingkat, yaitu predikasi inti, predikasi pokok, dan predikasi perluasan. Ketiga jenis predikasi ini juga ditemukan dalam bahasa Angkola. Skema ketiga predikasi ini dalam bahasa Angkola dapat digambarkan sebagai berikut:

[π2 e1: [π1 [pred [T] (args)] σ1] σ2]

[.predikasi inti.] [….predikasi pokok..…] [……….predikasi perluasan………]

[kehe si Tigor tu Aek Sulum] predikasi inti

[ma kehe si Tigor tu Aek Sulum nattuari] predikasi pokok

[ma kehe si Tigor mai soban tu Aek Sulum nattuari] predikasi perluasan

Dari skema di atas ini berarti bahwa predikasi inti terdiri atas satu predikat (T), misalnya verba, nomina, ataupun adjektiva bersama dengan argumen yang berkaitan dengan predikat tersebut, maksudnya predikasi inti dibentuk dari kerangka predikat, apakah predikat itu merupakan predikat verbal, nominal, adjektival. Dalam

predikasi inti Kehe si Tigor tu Aek Sulum, predikatnya adalah verba kehe maka predikat ini disebut predikat verbal dengan dua terma yang berfungsi sebagai argumen si Tigor dan tu Aek Sulum.

Predikasi pokok mengandung predikasi inti ditambah dengan operator predikat (π1) dan satelit predikat (σ1), misalnya Ma kehe si Tigor tu Aek Sulum nattuari. Predikasi ini berasal dari predikasi inti yang ditambah dengan operator

perfektif ma dan satelit predikat nattuari, sedangkan predikasi perluasan terdiri atas predikasi pokok yang bervariabel perikeadaan (e1) dan diubahsuaikan oleh operator

predikasi (π2) dan satelit predikasi (σ2). Klausa Ma kehe si Tigor mai soban tu Aek Sulum nattuari adalah klausa perluasan. Klausa ini diperluas dari predikasi pokok

dengan menggabungkan klausa Si Tigor mai soban ke dalam predikasi pokok.

Baik temuan tentang predikasi inti, predikasi pokok maupun predikasi perluasan dibahas kembali pada bagian pembahasan hasil penelitian.

5.2.4.2 Hasil Penelitian tentang Perikeadaan

Dalam bahasa Angkola, predikasi inti juga menunjuk pada perikeadaan. Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa predikasi inti menetapkan perikeadaan dimana ciri atau relasi yang disebut satu predikat tertentu dimiliki oleh terma yang diterapkan pada predikat tersebut. Dengan demikian, situasi dibedakan berdasarkan perangkat perikeadaan yang dikodekan oleh situasi tersebut. Misalnya, klausa

menunjukkan perikeadaan yang berbeda berdasarkan ciri atau relasi yang berbeda yang dimiliki oleh terma yang berbeda, yaitu ulukku dan balon i. Subjek ulukku dan

balon i mempunyai fungsi semantis yang sama, yaitu Pos (Pemosisi, Posisioner)

tetapi mempunyai ciri semantis yang berbeda [+kendali] atau [–kendali].

5.3Pembahasan

Titik pusat dari struktur klausa dasar dibentuk melalui predikasi. Seperti yang sudah disebut sebelumnya predikasi terdiri atas predikasi inti, predikasi pokok, dan predikasi perluasan. Dalam bagian pembahasan hasil penelitian ini, dibahas bagaimana pembentukan predikasi inti dari predikat dan bagaimana predikasi inti dikembangkan menjadi predikasi pokok dan predikasi perluasan. Selain itu, bagian pembahasan juga akan mendiskusikan bagaimana pembentukan predikasi inti menunjuk pada seperangkat perikeadaan (situasi predikasi). Perikeadaan sering didefinisikan sebagai “konsepsi tentang sesuatu yang menjadi keadaan tertentu dalam duniawi tertentu”.

5.4Predikasi Inti dalam Bahasa Angkola

Predikasi inti adalah penerapan terma yang sesuai terhadap satu predikat tertentu. Penerapan terma harus sesuai dengan hakikat sebuah predikat, apakah predikat itu menunjukkan ciri atau hubungan (relasi) tertentu. Pada dasarnya, predikat verbal dalam predikasi inti menunjukkan relasi. Dalam data (141) dan (142) berikut, masing-masing predikat mardalan dan marnyae menunjukkan relasi dua arah dan

relasi satu arah. Pada data (141) verba mardalan menunjukkan relasi dua terma atau entitas dalam predikasi inti, yaitu si Tigor dan tu poken. Sementara pada data (142) verba marnyae menunjukan relasi verba tersebut dengan hambeng.

Predikasi inti berpredikat verbal:

(141) Mardalan si Tigor tu poken.

berjalan PART-si Tigor ke pasar ‘Tigor berjalan ke pasar.’

(142) Marnyae hambeng i.

sakit kambing itu ‘Kambing itu sakit.’

Dalam bahasa Angkola, predikat non-verbal seperti nominal, adjektival, dan adposional dalam predikasi inti sebagian besar menunjukkan ciri walaupun beberapa di antaranya ditemukan menunjukkan relasi. Pada beberapa data di bawah ini, kelihatan bahwa predikat dalam predikasi inti menunjukkan ciri.

Predikasi inti berpredikat nominal:

(143) Sere do on.

emas PART ini ‘Ini adalah emas’

(144) On ma borutta.

ini PART anak perempuan-kita ‘Inilah anak perempuan saya’

Predikasi inti berpredikat adjektival:

(145) Jeges baju nia.

bagus bajunya ‘Bajunya cantik’

(146) Malo ho markoum.

pandai kamu berfamili

‘Kamu harus pandai membawakan diri pada famili’

Predikasi inti berpredikat adposisional:

(147) Di son ma hita.

di sini PART kita ’Kita di sini saja’

(148) Di saba an do ia.

di sawah sana PART dia ‘Dia berada di sawah’

Data di atas mengandung predikat verba pada data (141) dan (142), predikat nomina pada data (143) dan (144),predikat adjektiva pada data (145) dan (146), predikat adposisional pada data (147) dan (148). Predikat ini pada umumnya menempati posisi awal klausa dalam bahasa Angkola. Dari segi posisi predikat dalam

predikasi inti dapat dikatakan bahwa bahasa Angkola secara tipologis termasuk ke dalam bahasa predikat pertama.

Dari data di atas predikasi inti dapat juga digambarkan sebagai berikut ini:

mardalan (si Tigor) (tu poken) marnyae (hambeng i)

sere (do on) (on ma) borutta jeges (baju nia) malo (ho markoum) di son (ma hita) di saba (an do ia)

Dari data ini dapat dijelaskan bahwa struktur predikasi inti ditentukan oleh valensi (kombinasi yang memungkinkan) dari unsur predikat, yaitu predikat verbal, nominal, adjektival, adposisional. Semua predikat ini merupakan bagian dari leksikon. Dalam TBF tidak dikenal predikat abstrak sehingga semua predikat adalah bentuk yang muncul dalam ungkapan atau tuturan bahasa. Dengan demikian, bagi predikasi berpredikat nonverbal di bawah ini terdapat predikat nonverbal seperti nominal, adjektival, dan preposisi atau adposisi. Dalam kerangka tata bahasa lain hal ini diperlakukan berbeda dengan menganggap bahwa pada struktur dasar semua bahasa terdapat predikat verba yang kadang-kadang berujud dan kadang-kadang abstrak.

sere (do on) (on ma) borutta jeges (baju nia) malo (ho markoum) di son (ma hita) di saba (an do ia)

Seperti yang disebutkan pada bagian sebelumnya di atas, di antara temuan dari analisis data yang dilakukan, hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Angkola mempunyai beberapa predikat dan kerangka predikat yang berbeda. Predikat bergabung dengan terma argumen ataupun terma satelit untuk membentuk predikasi. Bagian 5.5 berikut ini mencoba membahas predikat bahasa Angkola dan selanjutrnya bagian 5.8 membahas kerangka predikat.

5.5Predikat dalam Bahasa Angkola

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil analisis penelitian ini dapat dijelaskan bahwa bahasa Angkola mempunyai predikat yang dapat dibedakan ke dalam predikat dasar dan predikat turunan. Seperti yang sudah diuraikans di atas, predikat juga menunjukkan ciri atau relasi.

Menurut TBF, pembentukan struktur klausa dasar memerlukan predikat yang harus diterapkan kepada beberapa terma yang sesuai jumlah dan jenisnya. Terma ini bisa berfungsi sebagai argumen atau mengisi satelit. Predikat menunjukkan ciri atau

relasi sementara terma bisa digunakan untuk merujuk pada entitas (wujud). Dalam TBF, terma ini berpotensi untuk menjadi perujukan atau referensi.

(149) Kehe si Tigor tu Aek Sulum.

pergi PART-si Tigor ke Aek Sulum ‘Tigor pergi ke Aek Sulum.’

(150) Mate horbo badar i.

mati kerbau putih (bule) itu ‘Kerbau putih itu sudah mati.’

Dalam kalimat (149) predikatnya adalah verba kehe, yang terdapat dua argumen, yaitu si Tigor dan tu Aek Sulum. Predikat ini menunjukkan relasi dua tempat di antara dua entitas dengan peran ‘pelaku’ (Agent) dan ‘arah’ (Direction). Dengan demikian, predikat kehe perlu menggunakan dua terma, yaitu terma si Tigor dan tu Aek Sulum. Sedangkan dalam kalimat (150) predikatnya adalah verba mate, yang mengambil satu argumen, yaitu horbo badar i. Predikat mate menunjukkan relasi satu tempat dengan peran ‘terproses’ (Proc). Menurut TBF, apabila satu predikat diterapkan kepada seperangkat terma yang sesuai, hasilnya adalah predikasi inti.

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, predikasi inti untuk data (149) dan (150) dapat dilambangkan sebagai berikut:

kehe (si Tigor) (tu Aek Sulum) mate (horbo badar i)

Selain predikat dasar seperti kehe, dari sampel data dapat diamati beberapa predikat turunan seperti di bawah ini. Predikat turunan dapat berbentuk hasil proses morfologis seperti marcampur-campur atau binoto dan proses idiomatis seperti penggabungan kata na jeges, na lilu, dan sebagainya.

(151) Adong bunga na rara, bunga na gorsing marcampur-campur dohot bunga na sikolat.

ada bunga yang merah, bunga yang kuning bercampur-campur dengan bunga yang coklat.

‘Ada bunga berwarna merah, berwarna kuning, bercampur-campur dengan bunga yang berwarna coklat’

(152) Na jeges ma ’ttong inganan on cantik sekali PART tempat ini ‘Tempat ini cantik sekali’

(153) Na lilu do au. tersesat PART aku ‘Aku sedang tersesat’

(154) Na mardokat ma na binoto mu.

yang bermain PART yang kamu tau ‘Kamu hanya tau bermain saja’

Untuk melihat bagaimana predikat dalam bahasa Angkola dapat dideskripsikan, berikut ini akan dibahas seluruh jenis predikat baik predikat dasar maupun predikat turunan. Predikat ini akan diambil dari data teks penelitian sesuai konteks penggunaannya dan melihat kemungkinan apakah predikat tersebut bisa diuraikan dalam bentuk yang lepas dari konteksnya. Perlu dicatat di sini, gambaran predikat ini, bila memungkinkan, diberikan dalam predikasi inti sehingga mengabaikan penyisipan setiap operator.

Dalam TBF, kelas kata atau kategori sintaksis didefinisikan berdasarkan fungsi prototipikal yang dipenuhi oleh kata itu di dalam konstruksi predikasi. Misalnya dalam kalimat (150) di atas ditemukan tiga kategori V, N dan A dengan fungsi prototipikalnya. Dalam konstruksi (150) mate memenuhi fungsi predikatif sebagai predikat utama predikasi tersebut. Horbo mempunyai fungsi inti terma yang merupakan pembatas (restriktor) pertama dalam struktur terma dan badar mempunyai fungsi atributif. Adjektiva badar merupakan non-pembatas dalam struktur terma.

5.5.1 Predikat Verbal

Predikat verbal (V) adalah predikat yang pada dasarnya digunakan sebagai fungsi predikatif. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya di atas, predikat terdiri atas predikat dasar dan turunan. Dalam bahasa Angkola, predikat verba dasar di antaranya kehe, muba, mulak, ra, bolkas, dan lehen seperti yang ditemukan di dalam teks. Predikat verba turunan berasal dari verba dasar yang sudah mengalami proses

morfologis. Predikat verba turunan dalam contoh berikut ini adalah marpikir,

mambelok, diligin, marsapa, mambege, upatola.

Seluruh data yang diberikan di bawah ini (155) sampai (165) merupakan apa yang ditemukan dalam korpus data. Karena ada yang tidak dalam bentuk predikasi inti, maka diperlukan pemisahan struktur untuk menemukan predikasi inti. Bentuk predikasi inti diberikan pada data (166) sampai (181) untuk keperluan mendeskripsikan predikat verbal. Kalimat (155) sampai (175) dibahas tersendiri dalam bagian yang membahas predikasi pokok dan predikasi perluasan.

(155) Kehe ma da si Tigor mai soban tu Aek Sulum, opat kilometer sian Sipirok

tu Tarutung.

pergi PART PART-si Tigor mengambil kayu ke Aek Sulum, empat

kilometer dari Sipirok ke Tarutung

‘Si Tigor pergi mengambil kayu ke Aek Sulum, empat kilometer dari

Sipirok ke Tarutung’

(156) Napola marpikir ginjang, maningor ia mambelok tu siamun.

tanpa berpikir panjang langsung dia membelok ke kanan

‘Dia tanpa berpikir panjang langsung membelok ke kanan’

(157) Tai di tonga dalan muba pikiran nia.

tapi di tengah jalan berubah pikiran dia ‘Tapi dia berubah pikiran di tengah jalan’

(158) Roha nami leng na marsapa ma hami.

‘Kami berpikir ingin menanyakannya’

(159) Ulang hami inang mambege naso tupa.

jangan sampai kami nak mendengar yang tidak baik ’Kami nak jangan sampai mendengar yang tidak baik’

(160) Diligin ia iboto nia i.

dilihatnya adik perempuannya itu

‘Dia melihat adik perempuannya’

(161) Mulak ia tubagas. pulang dia ke rumah ‘Dia pulang ke rumah’

(162) Na ra be ho.

Neg mau PART kamu

‘Kamu tidak mau lagi’

(163) Laho bolkas ma boru.

akan berangkat PART penganten perempuan ’Penganten perempuan akan berangkat’

(164) Na ulehen ko annon mangan.

Neg kuberi kau nanti makan

‘Aku tidak mau memberi makan kamu nanti’

(165) Na upatola ho tu bagas on.

Neg ku bolehkan kamu datang ke rumah ini

Dalam konteks yang berbeda dengan mengabaikan unsur-unsur ekstraklausa, penggunaan predikat verba di atas bisa ditemukan dalam bentuk seperti di bawah ini dari data (160) sampai (165). Dalam TBF yang menjadi perhatian awal adalah struktur klausa utama. Ekstraklausa dan klausa subordinat dibahas kemudian. Ekstraklausa inang pada data (159) misalnya bisa dikelompokkan sebagai Vokatif dalam TBF.

Berdasarkan prinsip TBF yang disebutkan di atas, maka pada setakat ini diperoleh bentuk klausa inti pada (160) – (165), yang pada umumnya merupakan predikasi inti. Menarik untuk diamati dari data ini, bahwa ternyata predikat inti dalam bahasa Angkola bisa mempunyai dua pola urutan, yaitu VSO dan SVO seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh di bawah ini. Contoh (164) - (165) mempunyai pola predikasi inti SVO sementara yang lainnya seperti dalam (160) – (163) dalam pola VSO.

Meskipun (155) dan (156) berbeda realisasi urutan kerangka predikatnya, keduanya di gambarkan dalam kerangka predikat dengan urutan yang sama.

Contoh:

kehe [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir mambelok [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir

atau

(x2)Dir (x1: <animata>)Ag kehe [V]

Dalam TBF, kerangka predikat seharusnya tidak mempunyai urutan linear. Urutan bagaimana kerangka ini dituliskan, misalnya predikat ditulis pertama sekali baru kemudian posisi argumen, semata-mata bersifat konvensional. Urutan linear sebenarnya baru akan didefenisikan pada tingkat kaidah ungkapan (ekspresi).

5.5.1.1Predikat verbal dasar

Sesuai dengan namanya, predikat verbal dasar berasal dari verba dasar dalam bahasa Angkola. Verba dasar di sini ditafsirkan sebagai verba yang belum menerima tambahan apapun melalui proses morfologis. Dalam bahasa Angkola proses morfologis pada verba dapat mengakibatkan perubahan perilaku predikatif verba tersebut. Hal ini dapat dilihat pada data (173). Perubahan bentuk ini dari lehen menjadi mangalehen tidak mengakibatkan perubahan sifat relasi predikasional verba tersebut seperti yang dapat dilihat pada kerangka predikatnya tetapi mengubah urutan argumen pada struktur ekspresi.

Berikut ini diberikan data tentang penggunaan predikat verba dalam predikasi inti. Selain itu diberikan juga gambaran kerangka predikat masing-masing. Dalam kerangka predikat ini kelihatan juga fungsi semantis predikat verba. Pembahasan berbagai fungsi semantis predikat verba diberikan pada bagian 5.11 pada bagian akhir bab ini.

(166) Kehe si Tigor tu sikola.

pergi si Tigor ke sekolah

‘Si Tigor pergi ke sekolah’

kehe [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir

Kerangka ini menyatakan bahwa verba kehe mempunyai dua argumen Ag (Pelaku) dan Dir (Arah). Ketidak hadiran salah satu keduanya dalam pembentukan predikasi dengan predikat kehe dapat mengakibatkan kalimat yang tidak gramatikal.

Contoh: *kehe si Tigor *kehe tu sikola

(167) Muba pikiran nia. berubah pikiran dia ‘Dia berubah pikiran’

muba [V] (x1)Proc

Kerangka predikat muba menunjukkan bahwa verba ini mempunyai satu argumen Proc (Terproses). Secara semantik predikat verbal muba bisa mempunyai argumen Proc dan tidak bisa mempunyai argumen Ag. Walaupun entitas yang menempati posisi argumen tersebut sama, peran semantis argumen tersebut tetap Proc. Contoh:

Muba si Tigor. muba [V] (x1)Proc

(168) Mulak ia tu huta.

pulang dia ke kampung

‘Dia pulang ke kampung’

mulak [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir

Sama halnya dengan predikat kehe, predikat mulak juga mempunyai dua argumen Ag dan Dir. Tetapi berbeda dengan kehe, predikat verbal mulak mempunyai dua kerangka predikat, yaitu berargumen dua dan berargumen satu. Secara otomatis atau default, sebenarnya verba ini adalah predikat verbal berargumen satu dengan argumen ke rumah. Predikat ini baru berargumen dua apabila yang dimaksudkan oleh penutur adalah entitas selain ke rumah, misalnya ke kampung, rumah orang tuanya, dan sebagainya. Perbedaan ini dapat dilihat pada contoh berikut:

(169) Mulak ia.

pulang dia

‘Dia pulang (ke rumah)’

(170) Ra ho. mau kamu ‘Kamu bersedia’

ra [V] (x1: <animata>)Po

Predikat verba ra mempunyai satu argumen Po (Pemosisi). Peran semantis argumen ra tidak bisa Ag, Dir, ataupun Proc. Secara pragmatis contoh kalimat di atas sebenarnya mempunyai modus interogatif.

(171) Bolkas ma boru.

berangkat PART penganten perempuan ‘Penganten perempuan segera berangkat’

bolkas [V] (x1: <human>)Ag

Predikat bolkas dalam contoh di atas membentuk predikasi bersama operator

ma. Tanpa operator ini kalimat tersebut akan terasa janggal. Operator ma dalam

bahasa Angkola mempunyai dua fungsi dengan dua posisi yang berbeda, yaitu sebelum dan sesudah verba. Sebelum verba operator ma berfungsi sebagai ASPEK perfektif sedangkan dalam posisi sesudah verba operator ini berfungsi sebagai penegas. Operator ini tidak dapat dugunakan sekaligus pada dua posisi karena akan menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal. Perbedaan ini dapat diamati pada contoh di bawah ini:

(172) Ma bolkas ma boru.

ASPEK berangkat penganten perempuan ‘Penganten perempuan sudah berangkat’

bolkas [V] (x1: <human>)Ag

*Ma bolkas ma boru. (173) Ulehen ko annon mangan.

ku-beri kau nanti makan ‘Ku beri makan kau nanti’

lehen [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Go (x3: <animata>)Rec

Predikat verbal lehen bersama subjek pelaku hu membentuk hulehen atau

ulehen. Predikat ini memiliki tiga argumen Ag, Go (Tujuan) dan Rec (Penerima),

yang masing-masing diisi oleh hu, ko, dan mangan. Kata annon ‘nanti’ berfungsi sebagai satelit di dalam kalimat tersebut.

Dari segi relasi yang ditunjukkan oleh predikat verba di atas, dapat diamati bahwa predikat verba bahasa Angkola mempunyai tiga jenis relasi. Ketiganya adalah relasi satu arah, dua arah, dan tiga arah, yang juga sering disebut dengan verba bervalensi satu, dua, dan tiga. Predikat verba muba, ra, dan bolkas mempunyai satu argumen saja. Predikat verba kehe dan mulak mempunyai dua argumen sementara predikat verba lehen mempunyai tiga argumen.

Beberapa predikat verba mungkin mempunyai dua kerangka predikat. Pada satu konteks predikat verba tersebut mempunyai kerangka predikat dengan satu argumen sementara pada konteks lainnya predikat verba yang sama mempunyai kerangka predikat berargumen dua.

Pada kedua data di bawah ini predikat verba dasar mangan menunjukkan relasi semantis yang berbeda berdasarkan konteks penggunaan yang berbeda. Pada data (174) verba mangan hanya memerlukan satu argumen karena dalam bahasa Angkola, predikat mangan sudah mencakup makna ‘makan nasi’. Namun, verba yang sama akan memerlukan dua argumen apabila argumen objek bukan nasi. Dengan demikian, predikat verba dasar mangan bisa mempunyai dua kerangka predikat.

(174) Mangan si Tigor. makan si Tigor ‘Tigor sedang makan’

mangan [V] (x1: <animata>)Ag (175) Mangan roti si Tigor.

makan roti si Tigor ‘Tigor sedang makan roti’

mangan [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Go

Pada (176) predikat verba turunan mardalan digunakan dalam konteks ‘berjalan, tidak menggunakan kenderaan untuk mencapai tujuan’. Sedangkan pada

(177) predikat verba ini digunakan dalam konteks ‘bergerak, berjalan’ sementara ‘tujuan’ tidak menjadi fokus. Jadi, dapat dikatakan bahwa perbedaan terma yang berfungsi sebagai subjek kalimat di sini dapat mempengaruhi kerangka predikat.

(176) Mardalan ko tu sikola, da. berjalan kau ke sekolah PART ‘Kau berjalan kaki ke sekolah, ya’

mardalan [V] (x1: <animata>)Ag (x2)Dir (177) Mardalan motor i.

berjalan motor itu

‘Mobil itu (bergerak) berjalan’

mardalan [V] (x1: <animata>)Fo

5.5.1.2Predikat verbal turunan

Predikat verba turunan mempunyai perilaku predikatif yang relatif sama

Dalam dokumen Predikasi Sintaksis Bahasa Angkola (Halaman 144-200)

Dokumen terkait