PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H. M.Sc. (CTM), Sp.A. (K)
Dipertahankan pada tanggal 24 Desember 2011 di Medan Sumatera Utara
TIORNALIS SIREGAR
068107009/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Dengan Wibawa Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H. M.Sc. (CTM), Sp.A. (K)
Dipertahankan pada tanggal 24 Desember 2011 di Medan Sumatera Utara
TIORNALIS SIREGAR
068107009/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA
DISERTASI
Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Telah dipertahankan di hadapan panitia ujian terbuka Pada Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Desember 2011 Pukul : 09.00 Wib
Oleh
Tiornalis Siregar
Judul Disertasi
:
PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA Nama : Tiornalis SiregarNomor Induk Mahasiswa : 068107009 Program Studi : Linguistik
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D Promotor
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D.
Co-Promotor Co-Promotor
Mengetahui :
Ketua Program Studi, Direktur,
HASIL PENELITIAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI UNTUK
SIDANG TERBUKA TANGGAL 24 DESEMBER 2011
Oleh Promotor
Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D
Ko- Promotor
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D.
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Telah diuji Pada Ujian Tertutup Tanggal : 19 November 2011 PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D. Univ. Atmajaya Jakarta
Anggota : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. USU MEDAN
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. USU MEDAN
Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D. UNIMED
Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd. UNIMED
Yassir Nasanius Tjung, M.A,Ph.D. Univ. Atmajaya Jakarta
Dr. Eddy Setia, M. Ed, TESP USU MEDAN
Dengan Surat Keputusan
Diuji Pada Ujian Akhir Disertasi (Promosi Doktor) Tanggal : 24 Desember 2011
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D. Univ. Atmajaya Jakarta
Anggota : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. USU MEDAN
Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. USU MEDAN
Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D. UNIMED
Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd. UNIMED
Yassir Nasanius Tjung, M.A,Ph.D. Univ.Atmajaya Jakarta
Dr. Eddy Setia, M. Ed, TESP USU MEDAN
Dengan Surat Keputusan
TIM PROMOTOR
Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D.
Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
TIM PENGUJI LUAR KOMISI
Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D.
Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd.
Yassir Nasanius Tjung, M.A, Ph.D.
BUKTI PENGESAHAN PERBAIKAN DISERTASI
Judul Disertasi
:
PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA Nama : Tiornalis SiregarNomor Induk Mahasiswa : 068107009 Program Studi : Linguistik
No Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Prof. BahrenUmar Siregar, Ph.D.
2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.
3. Prof.T.Silvana Sinar, M.A, Ph.D.
4. Prof. Amrin Saragih, M.A, Ph.D.
5. Prof. Dr. Busmin Gurning, M. Pd.
6. Yassir Nasanius Tjung, M.A, Ph.D.
PERNYATAAN
Judul Disertasi
PREDIKASI SINTAKSIS BAHASA ANGKOLA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Doktor dari Program Studi Linguistik Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya
saya sendiri.
Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari
hasil karya orang lain dalam penulisan Disertasi ini, telah saya cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
Disertasi ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Medan, 24 Desember 2011
Karya ini KupersembahKan untuK
:
ayah
Dan
bunDa tercinta
H. Ahmad Samari Siregar (Alm) Hj. Darwiyah Harahap (Almh)
mertua tercinta
M. Samin Rajman Angkat (Alm) Hj. Rabumah Saing (Almh)
suami yang Kusayangi
Drs.H.Abdul Aziz Angkat, MSp (Alm)
anaK
-
anaK Dan menantuKu tercinta
Anugraha Maulidin Angkat, BSc dan Bindu Waqiah Suti, BIT Agung Arief Wibowo Angkat, SE dan Kariza Ersa Siregar
Akbar Husaini Angkat Sultan Mashur Angkat
cucuKu yang Kusayangi
Ana Masrurah Humairah Angkat
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Predikasi Sintaksis Bahasa Angkola. Wilayah Penelitian meliputi Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Mandailing Natal. Teori yang digunakan ialah teori Tata Bahasa Fungsional yang dikembangkan oleh Simon Cornelis Dik (1940-1995). Masalah penelitian ini ialah unsur predikat dalam bahasa Angkola, kerangka predikat, daya ikat predikat terhadap unsur-unsur lainnya dalam predikasi bahasa Angkola, predikasi dan hubungan predikasi dengan Perikeadaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menganalisis unsur predikat dalam bahasa Angkola, menentukan dan menganalisis kerangka predikat bahasa Angkola, menentukan daya ikat predikat terhadap unsur-unsur predikasi lainnya dalam bahasa Angkola, menganalisis predikasi bahasa Angkola, menganalisis hubungan predikasi dan prikeadaan.
Data untuk penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yang terbagi dalam dua jenis yaitu, data lisan dan tulisan. Data lisan dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu jenis data lisan yang bersifat non-fiksi dan data lisan fiksi. Untuk data tulisan juga terbagi dua bagian, yaitu data tulisan non-fiksi dan data tulisan fiksi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data intuitif penutur jati sebagai data sekunder. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan memproses data ialah metode deskriptif kualitatif, yaitu memanfaatkan data yang sudah ada sehingga interpretasi terhadap data yang dikumpulkan menjadi fokus utama kajian. Setelah data diperoleh, data kemudian ditranskripsi ke dalam klausa-klausa sebagai korpus penelitian.
Hasil analisis data menunjukkan jenis predikat verbal, predikat nominal, predikat adjektival, dan predikat adposisional. Kerangka predikat dalam bahasa Angkola bisa diperoleh melalui kaidah pembentukan predikat. Daya ikat dalam bahasa Angkola bervalensi satu, dua, dan tiga, juga terdapat perluasan valensi dan pengurangan valensi. Predikasi dalam bahasa Angkola meliputi predikasi inti, predikasi pokok dan predikasi perluasan. Prikeadaan adalah konsepsi tentang sesuatu yang terjadi di dunia. Perikeadaan tidak saja ditentukan oleh apa yang diungkapkan tetapi juga oleh bagaimana apa yang diungkapkan itu dibentuk ke dalam kerangka predikat.
ABSTRACT
This dissertation is about the predication in Angkola Language. The study area includes the City of Padangsidimpuan, North Padang Lawas District, Padang Lawas District, South Tapanuli District, and Mandailing Natal District. The study is based on the theory of Functional Grammar developed by Simon Cornelis Dik (1940-1995). It focuses on the elements of the predicate, the predicate frame, the valency in the predication, the predication, and the relationship between the predication and the states of affairs.
This study aims to discover and analyze the elements of the predicate, the predicate frame, the valency in the predication, the predication, and the relationship between the predication and the states of affairs.
The data for this study are obtained from several sources which comprise of two types of data, i.e. spoken and written. The spoken data were two types, i.e. fiction and non-fiction. The written data were also from the same types. In addition, intuitive data from the native speaker were also used as secondary data. The descriptive qualitative method was used to collect and process the data, that is to utilize the collected data and to focus on the interpretation of the data. The data were transcribed into clauses before using them as the research corpus.
The result shows that the Angkola language has verbal, nominal, adjectival, and adpositional predicates. The predicate frame can be obtained from the predicate formation rules. The valency in the predication can be one, two, and three place predication. It may also undergo either valency addition or reduction. The predication includes the nucleus, core, and expanded predication. As the state of affairs is the conception of something which can be the case in some world, it is not only designated by what is expressed but also by the way the expression is formed into the predicate frame.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata ‘ala atas berkat
rahmat dan karunian-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan walaupun dengan segala
keterbatasan dan kekurangan yang saya miliki. Saya menyadari keberhasilan ini terlaksana
berkat sejumlah nama yang begitu berjasa membimbing dan mengarahkan saya.
Untuk itu, pada kesempatan ini saya sampaikan penghargaan dan ucapan Terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yang terhormat dan amat
terpelajar Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc. (CTM), Sp.A. (K), dan para
pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara.
Direktur Sekolah Pascasarjana Unversitas Sumatera Utara, yang terhormat dan amat
terpelajar Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE , Prof, Dr.Ir. T. Chairunnisa, B, M.Sc,
selaku mantan Direktur Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan kesempatan kepada saya
mengikuti program Sandwich di Malaysia selama lebih kurang empat bulan; Ketua Program
Studi Doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara, yang terhormat dan amat terpelajar Prof.
T. Silvana Sinar, M.A .Ph.D. yang sekaligus sebagai promotor 3 saya , yang senantiasa
mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan program S-3. sekaligus layanan administrasi
akademik yang sangat memuaskan diberikan kepada saya mulai dari awal perkuliahan hingga
akhir perkuliahan di Sekolah Pascarjana Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya haturkan kepada
promotor saya, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D, yang
beliau sangat besar yang diberikan kepada saya selama ini. Di Sela-sela kesibukan beliau, selaku
guru besar di Universitas Sumatera Utara. Beliau masih meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan atas penyempurnaan disertasi ini.
Penghargaan serupa saya haturkan kepada promotor 2 saya, yang terhormat dan amat
terpelajar Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S , yang secara khusus dengan senang hati, sabar , dan
penuh perhatian telah memberikan bimbingan yang sangat bermanfaat untuk penulisan disertasi
ini.
Pada kesermpatan ini tidak lupa saya menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada, yang terhormat dan amat terpelajar Prof. Amrin SaragihM.A, Ph.D, Prof. Dr. Busmin
Gurning, M.Pd , Yassir Nasanius Tjung, M.A, Ph.D, dan Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP yang
masing-masing sebagai penguji pada ujian seminar hasil dan ujian tertutup yang telah
memberikan bimbingan , arahan, dan saran sehingga saya pada hari ini bisa berdiri di sini di
hadapan para yang amat terpelajar dan para hadirin sekalian.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada Rektor Universitas Islam
Sumatera Utara , yang terhormat Dr. Ir. Mhd. Asaad, M.Si, yang telah memberikan kesempatan
dan mengizinkan untuk mengikuti program Doktor di Universitas Sumatera utara, kepada Dekan
FKIP universitas Islam Sumatera Utara Drs.Abdul Rahim,MM dan para pembantu Dekan yang
telah memberikan peluang kepada saya untuk menyelesaikan program Doktor, motivasi yang
diberikan beliau untuk meningkatkan semangat saya menyelesaikan pendidikan ini secepatnya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepadaYayasan Universitas Islam Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mendedikasikan keilmuan saya di FKIP Universitas
Terima Kasih yang tulus saya sampaikan kepada kedua orang tua saya, Alm. Ahmad
Samari Siregar dan Almh. Hj. Darwiyah Harahap walaupun tidak dapat melihat langsung atas
keberhasilan anaknya menyelesaikan pendidikan ini, namun dapat saya rasakan dorongan dan
motivasi dari keduanya hadir setiap saat. Begitu juga kepada kedua mertua saya, Alm. Mhd.
Samin Rajman Angkat dan Alm. Rabumah Saing.
Musibah yang saya terima merupakan tantangan terberat yang penulis rasakan dalam
penyusunan disertasi ini. Betapa berat rasanya kehilangan suami tercinta Drs.H.Abdul Aziz
Angkat, MSp, yang semasa hidupnya dengan penuh kasih sayang selalu memberi motivasi dan
semangat kepada saya dalam menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi ini. Semoga arwahnya
diterima disisi Allah Swt dan diampunkan Allah segala dosanya. Kami, keluarga yang
ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi segala permasalahan hidup ini ke
depan . Amin.
Kepada anak-anakku tersayang, Anugraha Maulidin Angkat, BSc , Agung Arief
Wibowo Angkat, SE, Akbar Husaini Angkat, dan Sultan Mashur Angkat yang senantiasa
memberikan semangat kepada Ibunya dalam menyelesaikan pendidikan ini. Semoga kelak
mereka dapat mengikuti langkah-langkah kami orang tuanya.
Melalui kesempatan ini juga saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada sahabat
saya Dr. Julia Maulina, M.Si , yang setiap saat mendorong saya untuk segera menyelesaikan
pendidikan ini. Dra. Susi Deliani, M.Hum , Dra Faridah, M.Hum, Kasriati, SE, dan Dra.Susi
Napitupulu, yang dengan setia mendengarkan curahan hati saya, memberi solusi dan semangat
dikala saya mendapat persoalan dan masalah. Teman-teman saya di Program Doktor Linguistik
Angkatan 2006 yang telah bersedia memberikan penilaian, koreksian, dan sejumlah saran demi
sini. Kepada para nara sumber dan informan yang bertindak sebagai responden yang telah
bersedia direkam suaranya untuk dijadikan data penelitian ini saya ucapkan banyak terima kasih.
Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah disebutkan di atas, baik yang disebutkan nama
secara langsung maupun yang tidak disebutkan yang telah banyak membantu saya baik moril,
materil, maupun doa semoga Allah SWT memberikan limpahan kasih dan kemuliaan-Nya
kepada mereka semua. Amin
Medan, 24 Desember 2011
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1Latar Belakang……… …………... 1
1.2Rumusan Masalah………... 13
1.3Tujuan Penelitian………. 14
1.4Manfaaat Penelitian………. 15
1.5Organisasi Disertasi………. 16
BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………. 18
2.1Pengantar………. 18
2.3Kedudukan Bahasa Angkola………... 23
2.4Daerah Objek Penelitian……….. 23
2.5Kabupaten Tapanuli Selatan……… 24
2.6Kabupaten Padang Lawas Utara………. 29
2.7Kabupaten Padang Lawas………... 33
2.8Kabupaten Mandailing Natal……….. 37
2.9Kota Padang Sidimpuan……….. 43
BAB III KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA……….. 47
3.1 Pendekatan – Pendekatan Bahasa……….. 47
3.1.1 Pendekatan Generatif Transformasional………. 51
3.1.2 Pendekatan Fungsional……… 54
3.2.Predikasi………... 60
3.2.1 Terma……… 64
3.2.2 Operator…….………... 66
3.2.3 Argumen dan satelit………... 67
3.2.4 Predikat……….69
3.2.5 Daya ikat Predikat……….73
3.2.6 Kerangka Predikat……….75
3.3 Perikeadaan ... 79
3.4 Tata Bahasa Wacana Fungsional……… 81
BAB IV
METODE PENELITIAN………. 85
4.1 Metode……….... 85
4.2 Lokasi penelitian………..86
4.3 Sumber Data……… 87
4.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 90
4.5 Teknik Analisis Data……… 91
4.5.1 Struktur Klausa………. 94
4.5.2 Predikat dan Kerangka Predikat……… 95
4.5.3 Terma dan Pembentukan Terma……….... 99
4.5.4 Predikasi……….... 99
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN……… 101
5.1Pendahuluan……… 101
5.2Hasil atau Temuan Penelitian ... 102
5.2.1.Hasil atau Temuan: Unsur predikat dalam bahasa Angkola ... 102
5.2.1.1Unsur Predikat Verbal ... 102
5.2.1.2Unsur Predikat Nominal ... 105
5.2.1.3Unsur Predikat Adjektival ... 107
5.2.1.4Unsur Predikat Adposisional ... 109
5.2.3.Daya Ikat Predikat ... 111
5.2.4.Predikasi dan Perikeadaan dalam Bahasa Angkola ...111
5.2.4.1.Hasil Penelitian tentang Predikasi ... 112
5.2.4.2.Hasil Penelitian tentang Perikeadaan ...113
5.3Pembahasan ….. …...………... ..114
5.4Predikasi Inti dalam Bahasa Angkola ………..………..…………... 114
5.5Predikat dalam Bahasa Angkola ……… . 118
5.5.1 Predikat Verbal ……… 121
5.5.1.1. Predikat Verbal Dasar………125
5.5.1.2. Predikat Verbal Turunan ..………... 131
5.5.2 Predikat Nominal………. 136
5.5.2.1. Predikat Nominal Dasar……….. 138
5.5.2.2. Predikat Nominal Turunan……….. 141
5.5.3 Predikat Adjektival……….. 144
5.5.3.1. Predikat Adjektival Dasar……….. 145
5.5.3.2. Predikat Adjektival Turunan……….. 148
5.5.4 Predikat Adposisional………. 150
5.5.4.1. Predikat Adposisional Dasar……….. 151
5.5.4.2. Predikat Adposisional Turunan……….. 153
5.6Terma dalam Bahasa Angkola……… 145
5.6.1. Entitas dalam Terma...………. 146
5.6.2. Operator………. 159
5.6.4. Struktur Terma……….. 165
5.7Satelit dalam Bahasa Angkola……… 168
5.8Kerangka Predikat Bahasa Angkola………... 170
5.9Daya Ikat Predikat (Valensi) Bahasa Angkola………... 177
5.9.1 Perluasan Valensi………. 181
5.9.2 Pengurangan Valensi………...……… 183
5.10 Predikasi Pokok Bahasa Angkola………...…………... 186
5.11 Predikasi Perluasan Bahasa Angkola………. 190
5.12 Perikeadaan dalam Predikasi Bahasa Angkola... 193
5.12.1 Tipologi Semantik Perikeadaan…..……… 195
5.12.2 Fungsi Semantik Inti dalam Bahasa Angkola………... 203
5.13 Predikasi dalam Teks Lisan dan Tulisan……… 208
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN……… 211
6.1Kesimpulan………. 211
6.2Implikasi Penelitian………. 215
6.3Saran……….. 217
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Luas Wilayah, Jlh Keseluruhan/ Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan
Kabupaten Tapanuli Selatan……… 25
Tabel 2.2. Data Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara. 30
Tabel 2.3. Data Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas…….. 34
Tabel 2.4. Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan/ Desa dan Jumlah Penduduk Kabupaten
Mandailing Natal……… 38
Tabel 2.5.Jumlah Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk Kota Padang Sidimpuan. 44
Tabel 3.1. Paradigma Formal dan Paradigma Fungsional……… 48
Tabel 3.2. Jenis-jenis predikasi inti………. 62
Tabel 3.3 Perbedaan Dalam Sistem Operator………. 66
Tabel 3.4 Lapisan dan Operator……….. 67
Tabel 3.5. Jenis-Jenis Sirkumstan……… 68
Tabel 4.1. Deskripsi fungsi dalam TBF……….. 97
Tabel 4.2. Perikeadaan………. 100
Tabel 5.1. Jenis Entitas yang dirujuk oleh terma………... 157
Tabel 5.2. Lapisan dan Operator……….. 160
Tabel 5.3. Lapisan dan Satelit………. 170
Tabel 5.4. Kerangka Predikat Verbal……….. 172
Tabel 5.5. Kerangka Predikat Nominal……… 174
Tabel 5.7. Kerangka Predikat Adposisional………. 177
Tabel5.8. Terma untuk entitas tingkat yang lebih tinggi……… 192
Tabel 5.9. Tipologi Perikeadaan……….. 200
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Peta wilayah Tapanuli Selatan sebelum pemekaran……….. 19
Gambar 2.2. Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan………… 27
Gambar 2.3. Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Padang Lawas Utara…... 31
Gambar 2.4 Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Padang Lawas……… 35
Gambar 2.5. Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Mandailing Natal……….. 41
Gambar 2.6. Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kota Padangsidimpuan……… 45
Gambar 3.1. Organisasi tata bahasa fungsional………... 59
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Tata Bahasa Fungsional……… 61
Gambar 3.3. Perikeadaan……… 81
Gambar 4.1. Kontruks Analisis Data……… 92
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
LAMBANG
ɸ Zero
T Predikat
x Argumen
y Satelit
π Operator Predikat
ei Variabel Perikeadaan
σ Satelit
d takrif
i tak takrif
I tunggal
SINGKATAN
A Adjectiva
Ag Agent
BPS Badan Pusat Statistik
BA Bahasa Angkola
Ben Beneficiary
Circ Circumstan
Com Company
Dir Direction
DECL Deklaratif
Exp Experiencer
Fo Force
Foc Fokus
Go Goal
Inst Instrumen
INTR Introgatif
KK Kepala Keluarga
Loc Location
Man Manner
MLI Masyarakat Linguistik Indonesia
N Nomina
Obj Object
Or Orientation
Part Partikel
Po Positioner
Poss Possessor
PPRI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Rec Recipient
Ref Reference
Res Top Resumed Topic
S Subjek
So Source
TBF Tata Bahasa Fungsional
TBG Tata Bahasa generative
Top Topic
Temp Time
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Predikasi Sintaksis Bahasa Angkola. Wilayah Penelitian meliputi Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Mandailing Natal. Teori yang digunakan ialah teori Tata Bahasa Fungsional yang dikembangkan oleh Simon Cornelis Dik (1940-1995). Masalah penelitian ini ialah unsur predikat dalam bahasa Angkola, kerangka predikat, daya ikat predikat terhadap unsur-unsur lainnya dalam predikasi bahasa Angkola, predikasi dan hubungan predikasi dengan Perikeadaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menganalisis unsur predikat dalam bahasa Angkola, menentukan dan menganalisis kerangka predikat bahasa Angkola, menentukan daya ikat predikat terhadap unsur-unsur predikasi lainnya dalam bahasa Angkola, menganalisis predikasi bahasa Angkola, menganalisis hubungan predikasi dan prikeadaan.
Data untuk penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yang terbagi dalam dua jenis yaitu, data lisan dan tulisan. Data lisan dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu jenis data lisan yang bersifat non-fiksi dan data lisan fiksi. Untuk data tulisan juga terbagi dua bagian, yaitu data tulisan non-fiksi dan data tulisan fiksi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan data intuitif penutur jati sebagai data sekunder. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan memproses data ialah metode deskriptif kualitatif, yaitu memanfaatkan data yang sudah ada sehingga interpretasi terhadap data yang dikumpulkan menjadi fokus utama kajian. Setelah data diperoleh, data kemudian ditranskripsi ke dalam klausa-klausa sebagai korpus penelitian.
Hasil analisis data menunjukkan jenis predikat verbal, predikat nominal, predikat adjektival, dan predikat adposisional. Kerangka predikat dalam bahasa Angkola bisa diperoleh melalui kaidah pembentukan predikat. Daya ikat dalam bahasa Angkola bervalensi satu, dua, dan tiga, juga terdapat perluasan valensi dan pengurangan valensi. Predikasi dalam bahasa Angkola meliputi predikasi inti, predikasi pokok dan predikasi perluasan. Prikeadaan adalah konsepsi tentang sesuatu yang terjadi di dunia. Perikeadaan tidak saja ditentukan oleh apa yang diungkapkan tetapi juga oleh bagaimana apa yang diungkapkan itu dibentuk ke dalam kerangka predikat.
ABSTRACT
This dissertation is about the predication in Angkola Language. The study area includes the City of Padangsidimpuan, North Padang Lawas District, Padang Lawas District, South Tapanuli District, and Mandailing Natal District. The study is based on the theory of Functional Grammar developed by Simon Cornelis Dik (1940-1995). It focuses on the elements of the predicate, the predicate frame, the valency in the predication, the predication, and the relationship between the predication and the states of affairs.
This study aims to discover and analyze the elements of the predicate, the predicate frame, the valency in the predication, the predication, and the relationship between the predication and the states of affairs.
The data for this study are obtained from several sources which comprise of two types of data, i.e. spoken and written. The spoken data were two types, i.e. fiction and non-fiction. The written data were also from the same types. In addition, intuitive data from the native speaker were also used as secondary data. The descriptive qualitative method was used to collect and process the data, that is to utilize the collected data and to focus on the interpretation of the data. The data were transcribed into clauses before using them as the research corpus.
The result shows that the Angkola language has verbal, nominal, adjectival, and adpositional predicates. The predicate frame can be obtained from the predicate formation rules. The valency in the predication can be one, two, and three place predication. It may also undergo either valency addition or reduction. The predication includes the nucleus, core, and expanded predication. As the state of affairs is the conception of something which can be the case in some world, it is not only designated by what is expressed but also by the way the expression is formed into the predicate frame.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penelitian ini membahas bahasa Angkola dengan menggunakan konsep
teoretis Tata Bahasa Fungsional. Bahasa Angkola adalah salah satu bahasa daerah
yang digunakan penuturnya sebagai alat komunikasi di daerah Tapanuli bagian
Selatan dan sekitarnya. Setelah pemekaran wilayah penutur bahasa Angkola secara
geografis tersebar di wilayah Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan,
Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Mandailing Natal.
Bahasa Angkola menjadi salah satu alat interaksi sosial di wilayah ini selain
penggunaan bahasa nasional Bahasa Indonesia.
Dalam interaksi sosial manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahasa untuk
mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya kepada orang lain. Bahasa
menjadi alat yang sangat penting sehingga selalu menarik untuk menjadi pusat kajian,
meskipun banyak orang cenderung tidak tertarik menganalisis dan memperhatikan
penggunaan bahasa itu dalam konteks sosial. Pada kenyataannya, bila merujuk
kepada fakta di lapangan bahasa sering kali membuat kita berpikir, bergembira, sedih.
Hal ini terjadi karena terdapat unsur-unsur pembentuk bahasa sehingga apa yang
ingin disampaikan dapat dimaknai sedemikian rupa. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa bahasa memiliki daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang yang secara
Secara filosofis kita dapat melihat bahwa sebenarnya kajian terhadap bahasa
masih merupakan hamparan yang sangat luas untuk dieksplorsi. Plato dalam Kaelan
(1998: 34-35) telah memberikan dasar pijakan yang sangat jelas dalam
pengembangan ilmu bahasa, yang menyatakan bahwa di dalam ungkapan yang
disampaikan seseorang selalu terkandung ‘onomata’ dan ‘rhemata’. ‘Onomata’
(‘onoma’ dalam bentuk jamak) merupakan subjek dalam kaitan dengan subjek logis,
sedangkan ‘rhemata’ (jamaknya ‘rhema’) merujuk kepada verba dalam tata bahasa
dan predikat dalam hubungannya dengan makna logis. Ini berarti bahwa Plato telah
memberikan dasar penganalisisan bahasa yang bermanfaat dalam perkembangan
bahasa pada abad modern ini. Dengan demikian, kajian-kajian terhadap bahasa dari
berbagai sudut pandang dan aliran dapat dilakukan secara komprehensif sehingga
kajian tentang predikasi bahasa Angkola menempatkan dirinya pada salah satu ranah
yang sangat strategis karena selain mencoba menerapkan teori-teori bahasa yang
sudah ada, pada saat bersamaan, menjadi alat untuk mengangkat bahasa daerah ini ke
permukaan dan mempertahankannya dalam gejolak persaingan pemakaian bahasa
yang terjadi saat ini.
Menurut sejarah linguistik, terdapat beragam aliran tentang bahasa yang
secara komprehensif mendefinisikan, mendeskripsikan dan menjelaskan tentang
bahasa sehingga berlaku bagi bahasa-bahasa di dunia. Aliran-aliran ini kemudian
menghasilkan teori-teori dan aturan-aturan tentang bahasa. Sebut saja misalnya
Traditional Grammar (Tata Bahasa Tradisional) yang mengkaji bahasa Latin dan
dengan penyesuaian-penyesuaian seperlunya. Kemudian, muncul aliran Formal
Grammar (Tata Bahasa Formal) yang menekankan pada bentuk-bentuk atau
struktur-struktur bahasa. Tata bahasa ini lalu menjadi dasar pengembangan Generative
Grammar (Tata Bahasa Generatif) oleh Chomsky. Konsekuensi dari perkembangan
kajian tata bahasa ini adalah munculnya berbagai teori-teori lainnya sebagai
pengembangan lebih lanjut.
Pada sisi lain, perkembangan ilmu bahasa beserta tata bahasa yang
menyertainya tidak lagi terpaku pada bentuk dengan label-label yang disematkan ke
bentuk-bentuk bahasa itu semata. Muncul pemikiran bahwa bahasa tidak bisa
dianggap hanya sekedar bentuk tetapi pada kenyataannya berfungsi dan fungsi ini
dikaitkan dengan konteks sosial. Cukup menarik melihat pernyataan Givon (1995)
yang menganggap bahwa fungsionalisme dalam ilmu bahasa tidak dapat hanya dicari
dari hasil karya para ilmuwan bahasa namun juga dari hasil karya ahli-ahli
antropologi, psikologi, dan biologi. Bahkan ia menyatakan titik awal fungsionalisme
itu ditemukan pada ilmu biologi, yang berkaitan dengan pemikiran Aristoteles yang
berhasil mematahkan dominasi aliran-aliran strukturalis. Melalui pendekatan biologi
ini muncul prinsip fungsionalisme, yaitu hubungan antara bentuk dan fungsi. Dengan
pemikirannya ini, dapat dipahami bahwa bentuk dan fungsi tidak dapat dipisahkan
sehingga dalam pendeskripsian dan penjelasan tentang tata bahasa sebuah bahasa
harus ditelaah lebih jauh bagaimana bentuk itu dapat berfungsi dalam konteksnya.
Aliran fungsional membawa perubahan tentang teori-teori bahasa. Aliran ini
dengan kehidupan manusia. Artinya, aspek-aspek kehidupan manusia seperti
tertanam dalam ideologi, budaya, dan konteks situasi memegang peranan penting
dalam menentukan fungsi apa yang dibawa oleh bentuk tertentu. Kerangka berpikir
yang menyatakan bahasa merupakan seperangkat aturan digantikan dengan pendapat
bahasa merupakan alat interaksi sosial. Dengan demikian, setiap
komponen-komponen bahasa juga harus memiliki fungsi dalam konteksnya. Berbeda dengan tata
bahasa transformasional generatif, tata bahasa fungsional tidak menganggap sintaksis
sebagai sistem yang memiliki autonomi atau terpisah namun harus dihubungkan
dengan semantik (Hoekstra 1983: 3). Jadi, fungsi-fungsi semantik memegang peranan
penting dalam pendeskripsian struktur sintaksis yang pada akhirnya menentukan
sebuah ekspresi.
Predikasi merupakan wadah di mana seluruh komponen sintaksis bahasa
disatukan. Artinya, predikasi ini mengandung unsur predikat dan argumen-argumen
apa saja yang memungkinkan untuk muncul bagi predikat itu. Selain itu, terdapat pula
unsur lain yang disebut sebagai satelit. (Dik: 1978). Dalam perkembangan
selanjutnya, konsep-konsep ini diperluas lagi oleh Halliday (dalam Saragih: 2003)
sehingga saat ini dikenal konsep-konsep seperti Proses, Partisipan, Sirkumstan. Selain
itu, komponen-komponen bentuk dan fungsi meluas menjadi fungsi (arti), bentuk,
dan ekspresi, yaitu, fungsi direalisasikan lewat bentuk (grammatika) dan selanjutnya
bentuk ini direalisasikan lewat ekspresi (fonologi atau grafologi).
Longacre (1983:77) mengatakan predikasi merupakan partikel-partikel atom.
mengikat komponen-komponen lainnya sehingga ungkapan itu bermakna. Misalnya
sebuah gedung yang terbuat dari batu bata, batu bata merupakan partikel-partikel
yang membangun gedung itu. Ini dapat disamakan dengan predikasi. Givon
(1984:102) secara gamblang menyamakan predikasi dengan jenis-jenis kata yang
digunakan dalam bahasa, predikasi bukan hanya konsep semantis tetapi juga konsep
sintaksis.
Kebaharuan ide dan perlakuan terhadap bahasa secara lebih baik serta respon
positif yang telah ditunjukkan oleh ahli-ahli bahasa di dunia menarik perhatian
penulis untuk membuat kajian dengan berpijak pada aliran linguistik fungsional.
Penulis meyakini bahwa kerangka predikat sebagai dasar dari tata bahasa fungsional
adalah konsep utama bagi pendeskripsian dan penjelasan tentang aturan-aturan
bahasa sehingga dapat ditemukan bagaimana bahasa itu tersusun dengan dipengaruhi
oleh unsur-unsur yang ada disekitar penggunanya. Di dalam realita kehidupan sosial,
kita akan selalu bertitik tolak pada predikat sebagai awal sebuah aktivitas
bahasa-bahasa tertentu. Penyusunan rencana aktivitas akan dimulai dengan apa yang akan
dikerjakan, dan kemudian baru memutuskan siapa yang terlibat dan di mana atau
dengan cara apa dilakukan. Sebagai contoh, kita akan memulai dengan kegiatan
membangun, baru kemudian berpikir tentang siapa saja yang terlibat dalam
pembangunan itu atau di mana aktivitas itu akan berlangsung. Sehingga membangun
menjadi ide awal dalam kalimat Kami akan membangun rumah di desa. Dalam
konteks ini, verba membangun menempati posisi sebagai predikat sedangkan kami,
Dengan demikian, analogi konteks sosial tersebut akan sangat relevan dengan
kenyataan linguistik yang akan dikaji dalam disertasi ini. Sebuah pengayaan terhadap
ilmu kebahasaan akan dapat diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini. Meskipun
telah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan pada predikasi, namun penulis
berkeyakinan terdapat perbedaan nyata di dalam hasil penelitian ini nantinya.
Pendapat Warouw (1997:15) predikasi sebelumnya dianggap sebagai sebuah konsep
semantis saja namun, seiring perkembangan ilmu kebahasaan, konsep ini menjadi
salah satu konsep sintaksis. Dengan demikian sebagai sebuah konsep sintaksis
predikasi memiliki peran yang sangat signifikan dalam struktur sebuah bahasa. Pada
kenyataannya fokus utama predikasi adalah pada predikat. Konsep ini sangat penting
untuk dikaji karena setiap bahasa secara semantis dan sintaksis sangat mungkin
memiliki pola predikasi yang berbeda-beda. Predikat dalam bahasa Angkola selalu
terdapat di awal kalimat atau predikat mendahului subjek (VSO), yang juga
merupakan sebuah fenomena untuk dikaji lebih mendalam. Penelitian bahasa daerah
merupakan salah satu sumber kajian bahasa daerah yang sangat baik untuk
kepentingan peningkatan keilmuan.
Kajian ini akan dilakukan pada sebuah bahasa daerah yang terdapat di
Provinsi Sumatera Utara, yaitu bahasa Angkola. Seperti diketahui, Indonesia
merupakan negara dengan kekayaan linguistik yang sangat luar biasa karena memiliki
jumlah bahasa daerah yang sangat banyak. Menurut sebuah sumber, Indonesia
memiliki setidaknya 726 bahasa daerah (Sugono: 2005), sebuah jumlah yang sangat
sebagai keberuntungan tersendiri dalam menjaga terpeliharanya kelangsungan
kehidupan budaya daerah yang merupakan kekayaan nasional (Halim:1981). Budaya
suatu masyarakat akan turut hilang bersamaan dengan hilangnya bahasa. Oleh karena
itu, rakyat harus memelihara bahasanya sehingga bahasa itu akan dihormati dan
dipelihara oleh Negara (Alwasilah, 1985: 157). Tentu saja, akan banyak sekali
penelitian yang dapat dilakukan dengan bahasa-bahasa itu, penelitian yang secara
umum akan memberikan sumbangsih besar bagi pengayaan teori bahasa di dunia.
Kecil sekali kemungkinannya bahwa semua bahasa daerah itu telah diteliti karena
literatur yang ada di Indonesia masih sangat terbatas.
Sebagai akibat dari intervensi bahasa Indonesia di wilayah pemekaran akibat
otonomi daerah, bahasa daerah semakin hari kian tersudut, dan tentu saja dari sudut
pandang linguistik dan budaya hal ini sangat mengecewakan. Padahal, bahasa daerah
adalah salah satu warisan sejati yang dapat diturunkan kepada generasi penerus
sebuah suku bangsa. Tidak dipungkiri bahwa terjadinya perkawinan antar etnis juga
secara perlahan membuat tersisihnya bahasa daerah di antara generasi yang ada saat
ini. Akhir-akhir ini, balai-balai bahasa di Indonesia mulai mencoba menelaah dan
menyadarkan khalayak umum akan gejala-gejala tertinggalkannya bahasa daerah.
Dalam rangka memperingati Hari Bahasa Internasional yang jatuh pada tanggal 21
Februari, penulis mencatat sejumlah Kepala Balai Bahasa di Indonesia menuliskan
tentang keberadaan dan posisi bahasa daerah saat ini. Saragih (2010) dalam
http://waspadamedan.com menyebutkan bahwa bahasa Batak di Sumatera Utara saat
satu rumpun dengan Bahasa Batak, (2) Mulai dilanda krisis ketahanan atau secara
perlahan, (3) Mengalami degradasi frekuensi dan kualitas pemakaian.
Di belahan Indonesia lainnya (sebagai fakta eksternal), Kadapi (2009)
mengutip dari Ethnologue dalam http://www.ahmadheryawan.com menyatakan
bahwa dari ratusan jumlah bahasa daerah di Indonesia, terdapat bahasa yang hampir
mengalami kepunahan yang didasarkan pada jumlah penutur yang tersisa. Sebagai
contoh, bahasa Amahai hanya menyisakan 50 orang penuturnya, bahasa Hoti 10
orang, bahasa Hukamina 1 orang, bahasa Ibu 35 orang, bahasa Kamarian 10 orang
dan seterusnya. Tentu sangat miris melihat kondisi ini, namun bahasa daerah apapun
dapat mengalami kecenderungan yang sama bila proses penurunan penggunaannya
terus berlanjut.
Fakta-fakta ini menjadi alasan lain mengapa penulis memutuskan untuk
membuat kajian lebih mendalam tentang bahasa daerah. Sebagai salah seorang
keturunan suku Angkola, penulis khawatir dengan mulai tergesernya bahasa Angkola
bahkan di wilayah geografisnya sendiri. Menurut Nasution (1994 : 12) suatu bahasa
hilang karena tidak dikembangkan oleh generasi penerusnya. Di daerah Angkola saat
ini atas dasar kebangsaan dan kepentingan nasional bahasa Indonesia telah banyak
dipergunakan dan mulai menggantikan bahasa Angkola. Baumi (1984), bahkan
menyatakan bahwa pemakaian Bahasa Nasional Indonesia adalah sebuah kewajiban
karena bahasa itu merupakan alat komunikasi nasional. Contohnya, dalam bidang
pendidikan bahasa Angkola diganti kedudukannya oleh bahasa Indonesia yang
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Dengan demikian pengaruh bahasa
Indonesia terhadap pemakai bahasa Angkola di lingkungan pelajar sangat besar.
Meskipun penulis berkeyakinan bahwa bahasa Angkola tidak akan hilang dan
digantikan oleh bahasa lain, seiring berjalannya waktu dan semakin tingginya
intensitas penggunaan bahasa Indonesia sudah tentu hal ini merupakan ancaman
serius bagi kelangsungan bahasa Angkola.
Bertahannya sebuah bahasa tidak akan dapat terwujud tanpa adanya upaya
dari penuturnya sendiri. Boleh jadi ada pihak-pihak lain yang melakukan kajian
terhadap keberadaan bahasa itu, tetapi tujuannya tentu akan berbeda yaitu hanya
untuk keperluan dokumentasi. Dalam hal ini penulis berpikir bahwa akan jauh lebih
baik orang yang memahami dengan baik budaya bahasa Angkolalah yang seharusnya
mengambil sikap dan menjadi tokoh kunci untuk mempertahankan bahasa itu.
Dengan demikian, penulis berharap dengan kajian ini, setidaknya sebagai upaya yang
dilakukan untuk kembali mengangkat harkat dan martabat bahasa Angkola
khususnya, dan bahasa daerah di Indonesia umumnya. Artinya, pemertahanan bahasa
daerah di Indonesia dengan cara mengkaji lebih dalam tentang bahasa itu bukan
sekedar sebuah slogan atau wacana saja, tetapi harus dengan suatu tindakan nyata.
Ada beberapa penelitian dalam bentuk skripsi ditemukan membahas aspek
mikro dan makro bahasa Angkola. Namun, penelitian-penelitian ini sangat terbatas
dan bersifat umum. Oleh sebab itu, penelitian yang berfokus pada aspek yang lebih
spesifik tentang bahasa Angkola sangat diperlukan. Misalnya penelitian ini menyoroti
lain yang ada yaitu literatur bahasa Angkola yang membahas dan menginventarisasi
sejarah, kegiatan-kegiatan budaya dan kehidupan masyarakat saja seperti sejarah
penduduk dan marga-marga, upacara perkawinan, upacara kematian, seni-seni
termasuk seni sastra, dan sebagainya. Literatur-literatur itu hanya merupakan upaya
untuk mempertahankan adat istiadat dan hukum-hukum yang berlaku di tengah
masyarakat, bukan unsur bahasa secara spesifik.
Untuk memahami lebih jauh tentang suku, bahasa dan wilayah geografis
Angkola, bab berikutnya akan memberikan gambaran singkat, namun cukup memadai
tentang unsur-unsur penting mengenai bahasa Angkola yang berkaitan dengan
disertasi ini. Bab ini juga memberikan gambaran tentang cakupan wilayah penelitian
disertasi ini.
Bahasa Angkola tidak terpisahkan dari bahasa Mandailing karena kedekatan
kultural dan geografisnya, meskipun Angkola juga berdekatan dengan daerah
masyarakat Batak Toba. Sering sekali orang membedakan kedua bahasa ini hanya
karena bahasa Angkola memiliki aksen yang lebih cenderung mendekati aksen Batak
Toba, sebagaimana yang dinyatakan Sibarani (1997: 2) bahwa bahasa Batak Toba
lebih dekat dengan bahasa Angkola. Hal ini menyiratkan bahwa secara linguistik
bahasa Angkola cenderung mendekati bahasa Batak Toba dan bahasa Mandailing
karena bahasa ini diapit oleh kedua bahasa itu.1
1
Lubis dalam www.mandailing.org (2008) dengan tegas mengatakan bahwa
bahasa Angkola harus dipisahkan dari bahasa Mandailing dan istilah bahasa
Mandailing Angkola tidak pernah ada. Namun, ia mengakui bahwa banyak orang
Angkola dan Mandailing yang berpendapat bahwa bahasa yang digunakan kedua
suku itu adalah bahasa yang sama. Keadaan tidak dapat disatukannya bahasa
Mandailing dan bahasa Angkola juga didasarkan pada pengelompokkan suku Batak
yang dibuat oleh Susan Rogers Siregar dalam Lubis www.mandailing.org (2008).2 Ia
mengklasifikasikan suku Batak ke dalam suku Toba, Karo, Pakpak-Dairi,
Simalungun, Angkola, dan Mandailing.
Dalam penggunaannya,pola kalimat bahasa Angkola lebih bervariasi. Subjek
boleh mendahului predikat boleh juga setelah predikat, bahkan bahasa Angkola lebih
sering menempatkan predikat pada awal kalimat mendahului subjek (Lubis:2009).
Hal ini tentu berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang cenderung
menempatkan predikat setelah subjek dan sering disertai dengan partikel-partikel
tertentu (PART), seperti pada contoh-contoh percakapan singkat berikut:
1. A : Kehe au ku poken da.
pergi aku ke pasar PART
‘Saya pergi ke pasar’
B : Olo, kehe ma.
ya, pergi PART
‘Ya, pergilah’
2
2. A : Na jegesan bagasmu.
PART cantik rumahmu.
‘Rumahmu cantik’
B : Tarimo kasih da.
terima kasih PART
‘Terima kasih’
3. A: Lehen-lehen ni koumta do on
oleh-oleh family kita PART ini
‘Ini oleh-oleh family kita’
B: Olo tarimo kasi da
ya terima kasih PART
‘Terima kasih’
4. A: Di ginjang ni amak lampisan
di atas tikar yang berlapis
‘Di tikar yang berlapis’
Keempat contoh ini menunjukkan posisi predikat yang muncul mendahului
subjek. Contoh pertama menempatkan kata kerja sebagai predikat (verbal predicate),
contoh kedua merupakan predikat ajektiva (adjectival predicate), contoh ketiga
merupakan predikat nominal (nominal predicate), dan contoh keempat merupakan
predikat preposisi (adposisional predicate). Sedangkan menurut daya ikatnya,
kalimat-kalimat pada A mengikat satu partisipan saja, yaitu aku pada contoh pertama,
dan rumah pada kalimat kedua, lehen-lehen pada kalimat ketiga, dan di ginjang pada
bahasa Angkola mengikat dua partisipan yaitu solomku dan ayamu, dan pada contoh
keenam yaitu halai dan miak lilin. Pada contoh ketujuh dapat dilihat kemampuan
predikat bahasa Angkola mengikat tiga partisipan yaitu alai, istri nia i dan tu
dukunan.
5. Palalu jolo kirim solomku tu ayamu
sampaikan dulu kirim salamku pada ayahmu
‘Sampaikan salamku pada ayahmu’
6. Dioban halai ma on miak lilin on
dibawa mereka PART minyak lilin itu
‘Mereka membawa minyak lilin itu’
7. Kehema mulaki alai dohot istri nia i tu dukunan
pergi PART kembali dia dan istrinya ke dukun itu
‘Dia dan istrinya pergi ke dukun itu lagi’
Daya ikat ini mungkin saja mengikat lebih dari tiga partisipan dengan
predikatnya dalam bahasa Angkola, dan fenomena inilah yang salah satunya akan
dikaji dalam penelitian ini. Contoh-contoh tersebut hanya sebagai data awal dan akan
dilanjutkan dalam langkah-langkah penelitian ini.
1.2Rumusan Masalah
Proposisi dalam bahasa secara universal mengandung unsur utama yang
konstruksi predikasi. Perbedaan antara satu bahasa dengan bahasa lainnya sering
disebabkan oleh variasi dalam predikasi yang di antaranya meliputi unsur-unsur
predikat, daya ikat predikat terhadap unsur-unsurnya. Masalah utama penelitian ini
adalah “Bagaimanakah predikasi ini dalam bahasa Angkola menurut Tata Bahasa
Fungsional?” Secara khusus, beberapa pertanyaan penelitian yang berhubungan
dengan masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah unsur predikat dalam bahasa Angkola digambarkan
dengan menggunakan Tata Bahasa Fungsional?
2. Bagaimanakah kerangka predikat bahasa Angkola digambarkan dengan
menggunakan Tata Bahasa Fungsional?
3. Bagaimanakah daya ikat predikat terhadap unsur-unsur lainnya dalam
predikasi bahasa Angkola?
4. Bagaimanakah Tata Bahasa Fungsional memerikan predikasi bahasa
Angkola?
5. Bagaimanakah Tata Bahasa Fungsional memerikan hubungan predikasi
dengan Perikeadaan?
1.3. Tujuan Penelitian
Bersesuaian dengan masalah seperti yang diuraikan pada pertanyaan
penelitian di atas, dengan menggunakan kerangka teoretis Tata Bahasa Fungsional,
penelitian ini bertujuan untuk:
2. Menentukan dan menganalisis kerangka predikat bahasa Angkola.
3. Menentukan daya ikat predikat terhadap unsur-unsur predikasi lainnya dalam
bahasa Angkola.
4. Menganalisis predikasi bahasa Angkola.
5. Menganalisis hubungan predikasi dan prikeadaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang cukup besar dalam
perkembangan dunia kebahasaan. Manfaat dibedakan menjadi manfaat teoritis dan
praktis, yang masing-masing berhubungan dengan teori bahasa dan dengan penerapan
hasil penelitian ini untuk kepentingan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
beberapa aspek sebagai berikut:
a. Perkembangan teori sintaksis bahasa, terutama dari pendekatan fungsional;
hasil penelitian ini nantinya dapat memperkaya khazanah teori kebahasaan,
khususnya yang berkaitan dengan bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
b. Perkembangan minat pemerhati bahasa untuk melakukan kajian-kajian
mendalam terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
c. Pemanfaatan bahasa daerah sebagai salah satu sumber kajian baik untuk
kepentingan peningkatan keilmuan maupun upaya pelestarian. Dengan
kerangka teoretis, langkah-langkah ataupun kebijakan pelestarian bahasa
Angkola.
2. Manfaat Praktis
Sementara itu, secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam beberapa aspek sebagai berikut:
a. Dari segi keberadaan bahasa Angkola sebagai salah satu kekayaan Linguistik
Indonesia khususnya dan kebudayaan Indonesia pada umumnya, penelitian ini
merupakan salah satu dokumentasi bahasa Angkola yang dapat dimanfaatkan
lebih lanjut lagi untuk kepentingan lain.
b. Pendeskripsian bahasa Angkola dapat memberikan gambaran lebih jelas
tentang pola tata bahasa, khususnya predikasi bahasa Angkola sehingga dapat
dijadikan acuan bagi penelitian lanjut tentang bahasa Angkola.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk
pengembangan bahan ajar bahasa Angkola.
1.5 Organisasi Disertasi
Disertasi ini disusun secara sistematis ke dalam beberapa bagian. Setiap
bagian membahas topik yang khusus berdasarkan sistematika yang biasanya
digunakan dalam penelitian disertasi. Bagian-bagian yang menyusun disertasi ini
Bab I merupakan bagian pendahuluan yang membahas latar belakang
penelitian, masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Bab ini ditutup dengan
bagian yang menguraikan organisasi disertasi.
Bab II memberikan gambaran umum daerah penelitian yang mencakup daerah
adminstratif di mana Bahasa Angkola digunakan dan wilayah pemakaian Bahasa
Angkola. Bagian ini juga mendaftarkan informan yang digunakan dalam penelitian
ini.
Bab III berkaitan dengan telaah kepustakaan yang membahas dan meninjau
literatur yang berkaitan dengan paradigma dan teori Tata Bahasa Fungsional di
tengah-tengah paradigma dan teori tata bahasa yang ada. Pada bagian ini juga dibahas
secara singkat beberapa penelitian terdahulu yang sedikit banyaknya berkaitan
dengan penelitian ini.
Bab IV membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
disertasi ini. Bagian ini mencakup sumber data dan model yang digunakan untuk
analisis data.
Bab V yang merupakan bab utama dalam penelitian ini membahas hasil
penelitian. Hasil penelitian ini memaparkan temuan berdasarkan analisis data dan
pembahasan terhadap semua temuan dalam hubungannya dengan pertanyaan
penelitian yang diajukan sebelumnya, termasuk pembahasan tentang pembentukan
sebuah penanda perikeadaan.
Bab VI adalah bab terakhir yang isinya menyimpulkan hasil penelitian ini dan
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
2.1 Pengantar
Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya
berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten
tersebut telah dibagi dalam beberapa wilayah tingkat II yaitu Kabupaten Tapanuli
Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Kabupaten
Padang Lawas. Dengan demikian, secara mudah dapat disebut wilayah-wilayah itu
sebagai Tapanuli bagian Selatan. Angkola sendiri berdasarkan riwayatnya berasal
dari bahasa Arab. (Baumi, 1984: 29). Sebenarnya Angkola dahulu lebih dikenal
sebagai Angkola Sipirok dengan wilayah cakupan yang sangat luas yang meliputi
perbatasan Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, termasuk Batangtoru Simangumban,
Hopong, Sipirok, Saipar Dolok Hole, dan Hole, yang berbatasan dengan Kabupaten
Labuhan Batu. Wilayah ini juga harus dibedakan dari Mandailing karena Mandailing
berbatas di sebelah Selatan dengan Angkola, yaitu pada pertemuan sungai
Batanggadis dengan Sungai Batang Angkola. Peta di bawah ini, meskipun
wilayah-wilayah itu masih bersatu dalam Kabupaten Tapanuli Selatan, menunjukkan
2.2. Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Selatan Sebelum Dimekarkan.
Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut
AFDELLING PADANGSIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang residen yang
berkedudukan di Padangsidimpuan Afdelling Padangsidimpuan dibagi atas 3 (tiga)
order afdelling masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh
masing-masing demang yaitu:
− Order Afdelling Angkola dan Sipirok berkedudukan di Padangsidimpuan. Order
ini dibagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten demang
yaitu:
a) Distrik Angkola berkedudukan di Padangsidimpuan.
b) Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru.
c) Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok.
− Order Afdelling Padang Lawas berkedudukan di Sibuhuan, Order ini dibagi atas 3
order Distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten demang, yaitu:
a) Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua.
b) Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan.
c) Distrik Dolok berkedudukan di Sipiongot.
− Order Afdelling Mandailing dan Natal berkedudukan di Kota Nopan. Order ini
dibagi atas 5 Order distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang asisten demang,
a) Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan.
b) Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan
c) Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi.
d) Distrik Natal berkedudukan di Natal.
e) Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma.
Tiap-tiap order distrik dibagi atas beberapa luhat yang dikepalai oleh seorang
kepala Luhat (Kepala Kuria) dan tiap-tiap luhat dibagi atas beberapa kampung yang
dikepalai oleh seorang kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang kepala Ripo apabila
kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya.
Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi satu kabupaten yang dikepalai oleh
seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan.
Daerah Padang Lawas dijadikan satu kabupaten yang dikepalai oleh seorang
Bupati yang berkedudukan di Gunung Tua.
Daerah Mandailing Natal dijadikan satu kabupaten yang dikepalai oleh seorang
Bupati yang berkedudukan di Panyabungan.
Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka dan setelah diadakan beberapa kali
pemekaran, maka Kabupaten Tapanuli Selatan hanya terdiri dari 12 wilayah
kecamatan. Adapun kedua belas wilayah kecamatan yaitu: Kecamatan Batang
Angkola, Sayurmatinggi, Angkola Timur, Angkola Selatan, Angkola Barat, Batang
Toru, Marancar, Sipirok, Arse, Saipar Dolok Hole, Aek Bilah, dan Muara Batang
Sesuai dengan PP No. 32 tahun 1982 tanggal 30 November 1982 dibentuk
kota Adminidstratif Padangsidimpuan, kemudian pada tanggal 23 November 1998
keluar undang-undang Republik Indonesia No.12 tahun 1998 tentang pengesahan
pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten
Tapanuli Selatan dan pembentukan Kabupaten Mandailing Natal (ibukotanya
Panyabungan) dengan jumlah daerah administrasi 16 kecamatan.
Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan masih terus berlanjut dengan
keluarnya undang-undang Republik Indonesia no.37 tahun 2007 dan disahkan pada
tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara, dan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2007 dan disahkan pada tanggal
10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas . Maka Kabupaten
Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten , yaitu Kabupaten Padang Lawas
Utara (ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah administrasi 9 Kecamatan
ditambah 10 desa dari wilayah kecamatan Padang Sidimpuan Timur dan Kabupaten
Padang Lawas (ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 9
kecamatan, sedangkan Kabupatan Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan
jumlah daerah Administrasi 12 kecamatan ( BPS Kabupaten Tapanuli Selatan:2009).
Kabupaten Tapanuli Selatan yang dahulunya hanya merupakan satu
kabupaten sekarang telah mekar menjadi 4 kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten
Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas Utara,
2.3 Kedudukan Bahasa Angkola
Bahasa Angkola adalah salah satu bahasa daerah di Sumatera Utara. bahasa
Angkola dipergunakan masyarakat Angkola dalam melaksanakan aktifitas dan untuk
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Daerah pemakaian bahasa Angkola
sangat luas sekali bila dilihat dari segi geografisnya, karena daerah pemakaiannya
tidak hanya di Kabupaten Tapanuli Selatan, tetapi setelah pemekaran pemakaian
bahasa Angkola tersebar ke Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas
Utara, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kota Padang Sidimpuan.
Penutur asli bahasa Angkola bila berbicara dengan sesama suku Angkola
masih setia menggunakan bahasa Angkola. Bahasa Angkola masih dipakai dalam
upacara-upacara adat, acara keagamaan bahkan di kantor-kantor instansi
pemerintahan.
Penutur asli bahasa Angkola yang bertempat tinggal di kota-kota besar di
Indonesia sebahagian masih menggunakan bahasa Angkola sebagai bahasa
sehari-hari, sedangkan yang lain menggunakan bahasa Indonesia ini disebabkan perkawinan
campuran, orang tuanya sudah lama berdomisili di luar Kabupaten Tapanuli Selatan ,
juga yang sedang mendapat kesempatan studi di luar daerah tersebut.
2.4 Daerah Objek Penelitian
Daerah penelitian ini terdapat pada empat Kabupaten dan satu kota yang
berbeda, tetapi masih tetap berada di provinsi Sumatera Utara. Daerah objek
Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Mandailing Natal, dan Kotamadya Padang
Sidempuan.
Sebelum dijelaskan secara rinci setiap daerah titik pengamatan di
masing-masing kabupaten, terlebih dahulu diuraikan tentang latar belakang setiap kabupaten.
Latar belakang yang dijelaskan meliputi sejarah, geografi, dan sosial penduduk untuk
setiap kabupaten. Selanjutnya, dijelaskan juga mengenai desa yang sudah ditetapkan
sebagai daerah titik pengamatan untuk mewakili desa lainnya.
Sebagaimana telah dijelaskan di halaman terdahulu bahwa penelitian ini
adalah suatu penelitian lapangan yang bersifat kualitatif. Data penelitian diperoleh
dalam bentuk tulisan (fiksi dan non fiksi), lisan (fiksi dan non fiksi), dan sejumlah
informan penutur bahasa Angkola yang bertempat tinggal di desa daerah titik
pengamatan. Daerah titik pengamatan ada sebanyak 20 desa. Untuk itu berikut ini
dijelaskan mengenai keadaan alam bagi masing-masing daerah penelitian.
2.5 Kabupaten Tapanuli Selatan a) Kondisi Geografis Daerah
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas wilayah 4,367,05 km2.dengan
jumlah penduduk 263,812 jiwa, terdiri dari 12 kecamatan dengan 493 desa dan
10 kelurahan. Terletak pada garis 0o 58’ 35” – 2o 07’ 33” Lintang Utara dan
98o 42’ 50” – 99o 34’ 16” Bujur Timur. Pada ketinggian berkisar antara 0 –
b) Batas Wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah
dan Kabupaten Tapanuli Utara.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas
dan Kabupaten Padang Lawas Utara.
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal
dan Samudera Indonesia.
Tabel 2.1
Luas Wilayah, Jumlah Keseluruhan/Desa dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan.
No Kecamatan
Luas Wilayah Kelurahan/ Desa Penduduk Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1 Batang Angkola 474.70 58 31,012 65
2 Sayurmatinggi 519.60 55 37,021 71
3 Angkola Timur 286.40 39 23,733 83
4 Angkola Selatan 301.31 18 20,957 70
[image:58.612.120.534.390.686.2]8 Sipirok 577.18 100 30,732 53
9 Arse 248.75 31 8,069 32
10 Saipar Dolok Hole 474.13 68 14,020 30
11 Aek Bilah 327.17 42 6,894 21
12 Muara Batang Toru 273.13 7 8,631 32
Total 4,367.05 503 263,812 60
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Selatan(2009)
Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik, maka dipilih dan
ditetapkan desa daerah titik pengamatan sebagai lokasi tempat pengumpulan data
secara baik dan benar. Empat kecamatan yang terdaftar di atas kemudian dipilih
sebagai lokasi tempat pengumpulan data.
Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian ialah:
1. Kecamatan Angkola Barat
2. Kecamatan Angkola Timur
3. Kecamatan Batang Angkola
Gambar 2.2.
Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan
BA
BA
BA
BA
BA
BA BA
BA
BA
BA
Keterangan : BA = Bahasa Angkola
1. Kecamatan Batang Angkola
2. Kecamatan Sayurmatinggi
3. Kecamatan Angkola Timur
4. Kecamatan Angkola Selatan
5. Kecamatan Angkola Barat
6. Kecamatan Batang Toru
7. Kecamatan Marancar
8. Kecamatan Sipirok
9. Kecamatan Arse
10.Kecamatan Saipar Dolok Hole
11.Kecamatan Aek Bilah
12.Kecamatan Muara Batang Toru
Pemilihan keempat kecamatan di atas ditetapkan berdasarkan kepentingan
praktis saja. Berdasarkan wawancara dengan informan di desa titik pengamatan yang
telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh adalah semua kecamatan yang ada di
Kabupaten Tapanuli Selatan lebih dominan memakai bahasa Angkola di samping
bahasa Mandailing dan bahasa Indonesia.
Suku lain yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan seperti Suku Melayu,
Padang, Nias, Batak Toba, Cina selalu berkomunikasi dalam bahasa Angkola.
Sedangkan pegawai atau karyawan yang bertugas di Kabupaten Tapanuli Selatan tapi
berdomisili di kabupaten di luar Tapanuli Selatan juga menggunakan bahasa
2.6 Kabupaten Padang Lawas Utara a. Kondisi geografis daerah
Secara geografis Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada sebelah timur
laut Kabupaten Tapanuli Selatan dan merupakan kabupaten pemekaran dari
Kabupaten Tapanuli Selatan, membentang antara 1° 13′ 50″ – 2° 2′ 32″ Lintang
Utara dan 99° 20′ 44″ – 100° 19′ 10″ Bujur Timur, berada pada 0 – 1.915 m di
atas permukaan laut.
Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan, secara
keseluruhan kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 3.918,05 Km2 (391.805
Ha), atau 3.918,05 Km2 terdiri dari 9 kecamatan dan 386 desa dan 2
kelurahan.dengan Ibukota Kabupaten berkedudukan di Gunungtua.
b. Batas Wilayah kabupaten Padang Lawas Utara adalah sebagai berikut
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan
Hulu Provinsi Riau.
Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.
c. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010 ( BPS Kabupaten
Padang Lawas Utara 2010) jumlah penduduk Kabupaten Padang lawas Utara
sementara adalah 223.049 orang, yang terdiri atas 112.098 laki-laki dan 110.951
penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara masih bertumpu di kecamatan Padang
Bolak yakni sebesar 26,13 persen, kemudian diikuti oleh kecamatan
Simangambat sebesar 20 persen, sedangkan kecamatan kecamatan lainnya di
bawah 20 persen.
Umumnya bertempat tinggal menetap merupakan masyarakat dari berbagai
etnis yaitu Batak Angkola, Mandailing, Batak Toba, Jawa, Minang, Nias yang
[image:63.612.110.529.364.665.2]bermata-pencaharian sebagian besar bertani.
Tabel 2.2
Data Luas Kecamatan dan Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara.
No Kecamatan Luas Jumlah Penduduk
1 Simangambat 1.036,68 Km2 46.731 jiwa
2 Batang Onang 286,69 Km2 12.813 jiwa
3 Hulu Sihapas 82,98 Km2 4.639 jiwa
4 P. Bolak Julu 243,33 Km2 9.924 jiwa
5 Padang Bolak 792,14 Km2 58.285 jiwa
6 Portibi 142,35 Km2 23.225 jiwa
7 Halongonan 596,26 Km2 28.938 jiwa
8 Dolok 492,45 Km2 22.514 jiwa
9 Dolok Sigompulon 272,17 Km2 15.924 jiwa
Jumlah 3.918,05 Km2 223.049 jiwa
BA
BA
BA
BA
BA
BA
BA
[image:64.612.95.549.106.547.2]BA BA
Gambar 2.3.
Peta Penyebaran Bahasa Angkola di Kabupaten Padang Lawas Utara
Keterangan : BA = Bahasa Angkola
1. Kecamatan Simangambat
2. Kecamatan Batang Onang
4. Kecamatan Padang Bolak Julu
5. Kecamatan Padang Bolak
6. Kecamatan Portibi
7. Kecamatan Halongonan
8. Kecamatan Dolok
9. Kecamatan Dolok Sigompulon
Dari wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara ditetapkan juga empat lokasi
penelitian. Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian
untuk wilayah Padang Lawas Utara ialah:
1. Kecamatan Batang Onang
2. Kecamatan Hulu Sihapas
3. Kecamatan Padang Bolak
4. Kecamatan Dolok
Sama halnya dengan kabupaten sebelumnya, dari hasil wawancara dengan
informan di desa titik pengamatan yang telah ditetapkan, maka hasil yang diperoleh
semua kecamatan yang ada di Kabupaten Padang Lawas Ut