• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterancaman Leksikon Ekoagraris dalam Bahasa Angkola/Mandailing: Kajian Ekolinguistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keterancaman Leksikon Ekoagraris dalam Bahasa Angkola/Mandailing: Kajian Ekolinguistik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

54 Kajian Linguistik, Februari 2015, 54-76

Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660

KETERANCAMAN LEKSIKON EKOAGRARIS DALAM BAHASA ANGKOLA/MANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK

Deli Kesuma delikesuma@yahoo.com

Dwi Widayati, Nurlela

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan keberadaan leksikon ekoagraris yang masih digunakan oleh masyarakat di Angkola Mandailing dan nilai budaya dan kearifan lingkungan yang terkandung dalam leksikon ekoagraris di daerah ini, khususnya di Kecamatan Sayurmatinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian diambil dengan teknik wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, dan memanfaatkan literatur yang sudah ada. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, dan ajektiva yang terkait dengan leksikon persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi. Hasil peelitian ini terdapat 11 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah (2) leksikon benda-benda persawahan dan perladangan (3) leksikon peralatan produksi hasil panen (4) leksikon alur beras dan palawija (5) leksikon alat dan mesin pertanian (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah (7) leksikon tanaman ladang (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang (9) leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan (10) leksikon alat penangkap ikan (11) leksikon alat penangkap burung. Dari sebelas kelompok leksikon tersebut diperoleh 315 leksikon nomina, leksikon verba terdidi atas 66 leksikon, dan leksikon ajektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi adalah 394 leksikon. Leksikon ekoagraris yang terancam punah dan yang punah di Kecamatan Sayurmatinggi dalam bahasa Angkola/ Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan diperoleh hanya dari dua jenis leksikon dalam tataran nomina dan verba. Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing mengandung nilai-nilai budaya, yaitu (1) nilai sejarah, (2) nilai sosial dan budaya, (3) nilai kesejahteraan. Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing mengandung nilai kearifan lingkungan, yaitu (1) nilai gotong-royong (2) nilai kedamaian terdiri atas tiga leksikon a. leksikon tano b. leksikon ordang (alat tugal c. leksikon burangir (sirih).

Kata kunci: Keterancaman Leksikon, Ekoagraris, Nilai-nilai budaya

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(2)

55

dipandang sebagai bagian dari bahasa, tetapi juga merupakan bagian dari situasi alam yang berhubungan dengan peradaban manusia terhadap lingkungannya.

Lingkungan hendaklah dipandang sebagai alam yang dijaga kelestariannya. Strategi demikian, pelestarian sumber daya lingkungan erat hubungannya dengan pelestarian bahasa lokal. Bahasa-bahasa lokal sangat kaya dengan sumber daya kata, dan ungkapan metapora untuk mewadahi diskursus tentang keanekaragaman hayati, termasuk bahasa Angkola/Mandailing.

Salah satu wilayah yang sampai saat ini masih terjaga kelestarian lingkungannya, yaitu daerah Angkola/Mandailing khususnya di Kecamatan Sayurmatinggi yang menjadi fokus penelitian ini.

Wilayah Kecamatan Sayurmatinggi berbatasan dengan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Pada umumnya mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani, seperti mengolah persawahan, perladangan, dan pemanfaatan hasil hutan. Pengolahan persawahan di daerah ini mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah daerah dengan disediakannya sumber air irigasi untuk memperluas wilayah persawahan, yang bernama bendungan Batang Angkola. Bendungan ini merupakan salah satu sumber air irigasi terbesar di Sumatera Utara dengan luas areal pengairan mencapai 5039.5 Ha. Perluasan daerah pengairan persawahan meliputi beberapa Kecamatan yaitu, Kecamatan Sayurmatinggi, Kecamatan Tano Tombangan Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, dan sebagian wilayah pertanian Mandailing Natal yaitu, Kecamatan Siabu, dan Kecamatan Bukit Malintang (Sumber: BPS. Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Sayurmatinggi dalam Angka 2013).

Masyarakat Angkola/Mandailing sejak dahulu mengolah lahan pertanian secara tradisional. Tradisi ini diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang secara turun-temurun. Namun, akibat pesatnya perkembangan ilmu teknologi, khususnya teknologi dalam bidang pertanian, menyebabkan terjadi pergeseran, yakni dari pertanian tradisional ke arah pertanian modern. Keberlangsungan situasi ini secara terus-menerus akan mengakibatkan kepunahan sistem pertanian tradisional dengan perangkat peralatan pertanian yang berdampak pada hilangnya atau tidak digunakannya lagi alat pertanian tradisional. Kondisi ini memaksa hilangnya leksikon ekoagraris, terutama leksikon persawahan dan perladangan. Pemahaman guyub tutur akan leksikon ekoagraris menyusut dan terancam punah karena beberapa tradisi pengolahan persawahan dan perladangan secara tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat Angkola Mandailing sendiri.

Leksikon-leksikon ekoagraris yang sudah punah disebabkan pengolahan pertanian secara modern, seperti: mardege (merontokkan gabah dari malai dengan kaki), mamaspas (merontokkan gabah dari malai dengan menggunakan kayu), mamiari (membersihkan gabah dengan tampi), andilo (tas pak tani dari kulit kayu), omping danon (emping beras).

(3)

56

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini berkaitan dengan keterancaman leksikon ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli Selatan, mencakup:

1. Leksikon ekoagraris apa yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Sayurmatinggi?

2. Leksikon ekoagraris apa yang terancam punah dan punah pada guyub tutur di Kecamatan Sayurmatinggi?

3. Bagaimana nilai budaya dan kearifan lingkungan dalam leksikon ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi?

METODOLOGI

Secara umum penelitian tentang ekoagraris masih terbatas khususnya leksikon persawahan dan perladangan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan disokong oleh pendekatan kuantitatif. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, dan ajektiva yang terkait dengan leksikon persawahan dan perladangan. Data bersumber dari data lisan yang diperoleh dari informan.

Dari penelitian awal yang dilakukan informan adalah orang yang sudah lama bertani dan berdomisilih di Kecamatan Sayurmatinggi. Informan yang dimaksud adalah para petani yang bermukim di lingkungan persawahan dan perladangan Kecamatan Sayurmatinggi, kontak tani, kelompok tani (Poktan), Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Badan Pelaksana Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP3K), Kecamatan Sayurmatinggi, seksi pemerintahan di Kantor Camat Saturmatinggi, dan anggota masyarakat sekitar Sayurmatinggi yang memahami pengolahan persawahan dan perladangan secara tradisional dan modern.

Informan dipilih 75 orang dari petani, Poktan, PPL, BP3K, sebagai sumber data lisan yang diambil dari 5 (lima) desa berdomisili di kecamatan Sayurmatinggi. Data ini diperoleh dari penutur yang sama di desa yang paling dekat dengan sekitar irigasi dan mempunyai areal persawahan dan perladangan yang luas.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagi instrumen utama dan dibantu dengan instrumen pendukung berupa alat rekam, alat tulis dan kamera yang dimanfaatkan untuk merekam dan mencatat data atau informasi data yang diperoleh dari informan.

Analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya adalah mereduksi data dengan membuat abstraksi/rangkuman untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam satuan-satuan untuk menjawab rumusan masalah.

TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

1. Tinjauan Pustaka

(4)

57

antaranya mengenai penyusutan fungsi sosioekologis bahasa melayu langkat pada komunitas remaja di stabat, langkat oleh Aron Meko Mbete dan Abdurrahman Adisaputera (2009). Dari hasil tes penguasaan leksikon sosioekologis terhadap responden terungkap bahwa rata-rata pemahaman remaja tentang leksikon bahasa Melayu Langkat (BML) tergolong rendah. Perubahan dipicu oleh (1) kurangnya interaksi komunitas remaja dengan entitas yang bercirikan ekologi Melayu, (2) langka bahkan punahnya entitas sehingga tidak terkonsep dalam alam pikiran penutur, dan (3) konsepsi leksikal penutur tentang entitas-entitas itu bukan dalam piranti BML, tetapi dalam bahasa lain.

Yusradi Usman (2010) meneliti tentang Penyusutan Tutur dalam Masyarakat Gayo: pendekatan Ekolinguistik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan hasil dalam penelitian ini adalah (1) konsep tutur dalam masyarakat Gayo; munculnya tutur dalam msyarakat Gayo tidak berdiri sendriri melainkann ada faktor sosial budaya yang merangkainya. Hal tersebut tidak terlepas dari nilai budaya Gayo yang terdiri dari pelbagai nilai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah imen (iman), mukemel (harga diri), tertip (tertib), setie (setia), semayang gemasih (kasih sayang), mutentu (kerja keras), amanah (amanah), genap mupakat (musyawarah), alang tulung (tolong menolong), dan bersikemelen (kompetitf). Hubungan darah perkawinan, belah (klan), terjadinya kecelakaan, perkelahian, membantu seseorang, dan mengadopsi anak merupakan perangkai social yang membentuk tutur masyarakat Gayo. (2) klasifikasi, bentuk, dan fungsi tutur dalam masyarakat Gayo diklasifikasikan menjadi beberapa buntuk tutur yaitu: 1) patut atau muperdu bentuk tutur yang sudah baku); 2) museltu (terbentuk akibat faktor tertentu); 3) mantut (peralihan tutur ke bentuk yang sebenarnya/seharusnya); 4) uru-uru (tindak betutur akibat ikut – ikutan); 5) gasut (pemakaian tutur yang kerap berubah – ubah). (3) penyusutan tutur; perubahan sosio-ekologis yang terjadi di dataran tinggi tanoh Gayo sangat mempengaruhi penyusutan tutur hkususnya di daerah Takengon yang dikenal dengan pluralitas etnik, hal ini dapat mempengaruhi masyarakat Gayo secara psikologis dan sosial dalam bertutur. (4) bentuk tutur baru (variasi tutur); yaitu: tetap, jarang, dan tidak dipakainya lagi tutur serta tercipta bentuk tutur baru.

a. Keterancaman

Keterancaman merupakan kondisi yang sangat darurat dan dalam keadaan yang membahayakan. Menentukan sebuah bahasa berada dalam tingkat yang ”membahayakan” atau terancam punah, sangatlah sulit. Hal ini disebabkan oleh keanekaragaman situasi kebahasaan di seluruh dunia dan ketiadaan model teoretis yang tersedia untuk mengkombinasikan variabel-variabel yang relevan. Secara sederhana, untuk kasus ini, Crystal (2008: 19) menawarkan tiga kriteria: (1) tingkat pemerolehan bahasa pada anak-anak, (2) sikap masyarakat yang utuh terhadap bahasanya, dan (3) tingkat dampak bahasa-bahasa lain yang mungkin mengancam bahasa tersebut.

(5)

58

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

b. Leksikon

Leksikon adalah koleksi leksem dalam suatu bahasa. Dalam leksikon terdapat kajian yang meliputi tentang apa yang dimaksud dengan kata, struktur kosakata, pembelajaran kata, penggunaan dan penyimpanan kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatau bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Surbakti (2012: 11) dalam temuannya tentang konsep ekologi kesungaian. Leksikon didefinisikan sebagai “kosa kata, komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa”. KBBI (2008: 805).

Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa istilah leksikon berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara berbicara‟. Kata leksikon seperti ini sekerabat dengan leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal, dan sebagainya. Sebaliknya, istilah kosa kata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah tidak berbau barat.

1. Kata Benda (Nomina). Chaer (2008: 69) mengatakan “ kata-kata yang dapat diikuti dengan frase yang... atau yang sangat... disebut kata benda”. Misalnya kata-kata (1) pakaian (yang bagus); (2) anak (yang rajin); (3) pelajar (yang sangat rajin).

2. Kata Kerja (Verba). Chaer (2008: 106) mengatakan “kata-kata yang dapat diikuti oleh frase dengan..., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja”. Misalnya kata-kata: (1) tidur (dengan nyenyak); (2) pulang (dengan gembira); (3) berpakaian (dengan rapi); (4) menulis (dengan pinsil).

3. Kata Sifat (Ajektiva). Chaer (2008: 168) mengatakan ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia „asli‟ yang berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapan bahasa asing.

c. Bahasa dan Lingkungan

Bahasa dan lingkungan adalah dua hal yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Dalam tulisannya Language Ecology and Environment, Muhlhausler (2001: 3) menyebut, ada empat yang memungkinkan hubungan antara bahasa dan lingkungan yakni: (1) bahasa berdiri dan terbentuk sendiri (Chomsky, Linguistik Kognitif); (2) bahasa dikonstruksi alam (Marr); (3) alam dikonstruksi bahasa dan (4) bahasa saling berhubungan dengan alam-keduanya saling mengontruksi, namun jarang yang berdiri sendiri (ekolinguistik).

d. Nilai Budaya dan Kearifan Lingkungan

(6)

59 2. Kearifan Lingkungan

Handayani (2012: 17) adalah pengetahuan yang ada sejak periode yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses ini sangat panjang sehingga melekat dalam kehidupan masyarakat dan menjadi kearifan lokal sebagai sumber eneri potensial dari sistem penegtahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai landasan perilaku seseorang, melainkan mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat penuh keadaban.

Prinst (2004: 69) juga mengatakan bahwa lingkungan hidup kayu dapat diambil untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk diperdagangkan. Karena jika diperdagnagkan akan dapat menyebabkan keserakahan masyarakat yang ingin mengambil kayu. Namun hal itu dapat juga dilakukan jika ada gantinya dengan menanam pohon dan hasilnya dapat diperjualbelikan.

2. Kerangka Teori

a. Ekolinguistik

Ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dengan ekologi pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Ekologi bahasa dan ekologi memadukan lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem bahasa. Ekolinguistik adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji lingkungan dan bahasa. Ekolinguistik merupakan ilmu bahasa interdisipliner, menyanding ekologi dan linguistik (Mbete, 2008: 1).

Ekolinguistik adalah studi hubungan timbal balik yang bersifat fungsional. Dua parameter yang hendak kita hubungkan adalah bahasa dan lingkungan. Bergantung pada perspektif yang digunakan baik ekologi bahasa maupun bahasa ekologi. Kombinasi keduanya menghasilkan kajian ekolinguistik. Ekologi bahasa mempelajari dukungan pelbagai sistem bahasa yang diperkenalkan bagi kelangsungan makhluk hidup, seperti halnya dengan faktor-faktor yang memengaruhi kediaman (tempat) bahasa-bahasa dewasa ini.

Dalam The Ecology of Language Shift, Mickey (dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 67) menjelaskan bahwa pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Dalam ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem dalam bahasa (Fill, 2001: 43). Sementara itu, dalam bahasa Indonesia dikenal istilah ekologi linguistik, linguistik ekologi, ekologi bahasa/bahasa ekologi, dan ekolinguistik. Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial (Sapir dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 14). Dalam perspektif antropologi, kognitif, seperangkat leksikon yang digunakan merupakan objek, peristiwa, dan tanda aktivitas yang penting di lingkungan (Casson, 1981 dalam M Bete, 2011: 2).

b. Semantik leksikal

(7)

60

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

konjungsi, interjeksi. Partikel merupakan bentuk terikat yang melekat pada kata dasar dan terikat pada konteks kalimat.

Semantik berkaitan dengan semiotik. Dalam semantik, kata disebut lambang (symbol) sedangkan dalam semiotik lambang itu sendiri disebut tanda (sign) (Pateda 2010: 25). Sebagai pengguna bahasa, masyarakat dikelilingi oleh tanda. Tanda-tanda itu mengandung makna. Dalam semiotik natural ditelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam (Pateda, 2010: 31). Misalnya, air sungai keruh menandakan bahwa di hulu telah turun hujan, tanah longsor memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.

PEMBAHASAN

[image:7.595.120.552.417.705.2]

Berdasarkan hasil penelitian keterancaman leksikon ekoagraris dalam persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi ditemukan leksikon persawahan dan perladangan yang dibagi atas sebelas pengelompokan. Leksikon tersebut adalah dalam bahasa Angkola/Mandailing yang terdiri atas tiga jenis leksikon dalam tataran nomina, verba, dan ajektiva. Leksikon nomina terdiri atas 315 leksikon, leksikon verba terdidi atas 66 leksikon, dan leksikon ajektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan adalah 394 leksikon. Di bawah ini akan diuraikan pengelompokan leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan.

Tabel 5.1 Pengelompokan leksikon ekoagraris dalam Bahas Angkola/Mandailing

No. Nama kelompok Nomina Verba Ajektiva Total

Leksikon

1 bagian persawahan 26 7 2 35

2 benda - benda persawahan - dan perladangan

24 3 9 36

3 perlatan produksi hasil panen

26 9 - 35

4 alur beras dan palawija 14 17 2 33

5 alat dan mesin pertanian 21 12 - 33

6 tumbuhan sawah dan di sekitar sawah

28 - - 28

7 leksikon tanaman lading 40 - - 40

8 leksikon nama tumbuhan obat - di sekitar sawah dan lading

72 - - 72

9 leksikon fauna dalam persawahan - dan perdagangan

47 - - 47

10 alat penangkap ikan 11 13 - 24

11 alat penangkap burung 6 5 11

(8)

61 1. Leksikon Bagian Persawahan

[image:8.595.116.533.171.757.2]

Leksikon bagian persawahan terdiri atas 35 leksikon. Leksikon nomina berjumlah 26 leksikon dan verba terdiri atas 7 leksikon dan untuk leksikon ajektiva ada 2 leksikon yang diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.2 Daftar leksikon bagian persawahan

No BAM (nomina) glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina )

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

I Bagian persawahan

1 bondar parit mambon

dar

membuat parit

2 bondar karihir parit pinggir 3 bondar tonga parit tengah

4 bondar

buangan

parit buangan

5 bondar jae parit hilir 6 bondar julu parit hulu

7 gadu pematang

sawah yang besar/batas antara sawah yang satu dengan yang lain

mangga du

membuat pematang yang besar

8 lupak petakan

sawah

marlupa k

mengerjakan sawah orang lain

9 lubang liang di bagian sawah

10 muara muara/pertemuan air parit marmua

ra

bermuara

11 ombik gambut

12 pintu ni aek pintu air

13 saba sawah

14 saba holbung sawah yang tidak rata

15 saba jae sawah hilir

16 saba julu sawah hulu

17 saba pasir/saba gariang

sawah pasir

18 saba udan sawah hujan

19 sibarati pematang

yang melintang

mambar ati

membuat pematang

20 sitapangi saluran air marsita

pa ngi

memiliki saluran air

21 sibulu-bulu pipa air

(9)

62

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

23 sibatangi pematang amatangi membuat pematang

24 sibujuri pematang yang

membujur

mambujuri membuat pematang

25 tahalak bendungan manahalak membendung

26 ulu ni aek hulu air

Leksikon nomina tersebut di atas ada yang memiliki leksikon verba yang mengandung prefix mam- man- dan mar dalam bahasa Angkola/Mandailing sebagai berikut:

Tabel 5.3. Prefiks mam - mang – dan mar-

No Nomina Glos verba glos

1 bondar parit mambond ar

membuat parit

2 gadu pematang manggadu membuat pematang 3 lupak petakan marlupak mengerjakansawah

orang 4

5 sibatangi pematang mamatan

gi

membuat pematang

6 sibujuri pematang yang

membujur

mambujur i

membuat pematang

7 sibarati pematang yang

melintang

mambarat i

membuat pematang

8 tahalak mendungan manahala

k

membuat bendungan

2. Benda-benda Persawahan dan Perladangan

[image:9.595.117.523.545.772.2]

Leksikon benda-benda persawahan dan perladangan terdiri atas 36 leksikon. Leksikon nomina berjumlah 24 leksikon, lesikon verba berjumlah 3 leksikon dan ajektiva ada 9 leksikon yang diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.4 Daftar leksikon benda-benda persawahan dan perladangan

No BAM

(nomina)

glos (nomin a)

BAM (verba)

glos (verba )

BAM (adjektiva)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina )

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

II Benda-benda persawahan dan perladangan

1 aek air pamasuk

aek

menga iri

maraek berair

2 alak-alak orang-orngan sawah

3 baju salin pakaian kerja petani

4 batu batu marbatu berbuah

5 bustak lumpur marbustak berlumpur

6 burir malai

7

buntu-buntu

(10)

63

8 duhut rumput marduhut berumput

9 irta karat air marirta berkarat air

10 karekel kerikil markarekel berkerikil

11 lambang buah yang kopong

12 lapung gabah hampa marlapung memiliki gabah

hampa

13 lungguk tumpukan besar tanaman padi

yang telah disabit

marlunggu k

menumpukkan tanaman padi yang telah disabit

14 orsik pasir marorsik berpasir

15 para-para para-para

16 porngis padi yang berisi

17 rintop miang marintop bermiang

18 sagean tumpukan-tumpukan kecil tanaman padi yang telah disabit

19 singgulu topi petani dari kain yang dipakai perempuan

20 sopo dangau/saung

21 tano tanah

22 tano na

lom-lom

tanah hitam

23 tapu-tapu topi petani dari kain yang dipakai laki-laki dan perempuan

24 tano na

rara

tanah merah

25 marsialapa

ri

bergotong royong

Leksikon verba dan ajektiva benda-benda persawahan dan perladangan mengandung prefiks mar yaitu sebagai berikut:

Prefiks

mar-No Nomina glos Verba glos ajektiva glos

1 aek air pamasuk

aek

mengair i

maraek berair

2 batu marbatu berbuah

3 bustak lumpur marbustak berlum pur

4 duhut rumput marduhut berumput

5 irta karat marirta berkarat

6 lapung gabah hampa marlapung memiliki

gabah hampa 7 lungguk tumpukan besar tanam an padi yang

telah disabit

marlung guk menumpukka n tanaman padi yang telah disabit

8 orsik pasir marorsik berpasir

(11)

64

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

3. Peralatan Produksi Hasil Panen

Leksikon peralatan produksi hasil panen dalam persawahan dan perladangan bahasa Angkola/Mandailing terdiri atas 26 leksikon nomina, 9 leksikon verba, dan tidak memiliki leksikon ajektiva. Total temuan leksikon peralatan produksi hasil panen adalah berjumlah 35 leksikon.

Daftar leksikon peralatan produksi hasil panen No BAM (nomina) glos

(nomina )

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjekti va)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

III Peralatan produksi hasil panen

1 amak tikar pandan maramak bertikar

2 amparan tikar

3 amparan

palastik

tikar plastik

4 andilo tas petani dari kulit kayu marandilo menggunakan tas

petani

5 andor batang tumbuhan merambat

6 arilas panas matahari

7 belek kaleng

8 bide tikar ber bahan rotan

9 goni goni manggoni

on

menggonikan

10 harung karung mangkaru

ng kon

mengaru ngkan

11 induri tampi

12 indalu alu

13 incir/osa ka alat pengangkut hasil panen yang beroda empat dari kayu dan didorong

Marincir memakai alat pengangkut hasil panen dari kayu

14 jait goni jarum goni

15 kadangan tas petani dari plastik

16 losung lesung

17 losung aek kincir air

18 napu pupuk manapui memupuk

19 pangkipas kipas mangkipa

s

mengkipas

20 paspasan alat perontok padi dari kayu mamaspa

s

merontokkan padi dengan kayu

21 pardegean tempat merontokkan padi dengan

kaki

mardege merontokkan padi dengan kaki 22 panggilingan kilang padi

23 tali sarisir kulit batang pisang yang kering 24 tali palastik tali plastik

25 timbangan timbangan

(12)

65

Leksikon nomina tersebut ada yang memiliki leksikon verba dan mengandung prefiks mar dan mang yakni:

Prefiks mar dan mang

No Nomina Glos Verba Glos Ajektiva Glos

1 amak tikar pandan maramak bertikar

2 andilo tas petani dari kulit kayu

marandilo memakai tas petani dari kulit kayu

3 goni goni manggoni

on

menggoni kan

4 harung karung mangkaru

ng kon

mengarungkan

5 incir/osak a

alat

pengangkut hasil panen dari kayu dan didorong

marincir memakai alat pengangkut hasil panen dari kayu

6 napu pupuk manapui memupuk

7 pangki

pas

kipas mangkipa s

mengkipas

8 paspasan alat perontok padi dari kayu

mamaspa s

merontokkan padi dengan kayu

9 pardegea

n

tempat merontokkan padi dengan kaki

mardege merontokkan padi denag kaki

4. Alur Beras dan Palawija

Leksikon ekoagraris bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan pada alur beras dan palawija terdiri atas 36 leksikon. Leksikon nomina terdiri atas 14 leksikon, verba ada 17 leksikon dan, ajektiva berjumlah 2 leksikon dan diuraikan dalam tabel berikut:

Daftar leksikon alur beras dan palawija No BAM (nomina) glos

(nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

IV Alur beras dan palawija

1 bota padi yang ada dalam beras

2 buapak sekam padi

3 dadak dedak

4 danon buah mardanon berbuah

5 dahanon beras

6 gorsing kuning

7 gumorsing menguning

8 monis menir

9 manduda menumbuk padi

10 omping danon emping beras

11 pagilingkon eme mengkilang padi

12 parsame an tapak semaian

(13)

66

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

14 tampang benih

15 topak tumbuh

16 tubu tumbuh

17 manyuan menanam

18 mancabut

same

mencabut bibit padi

19 mangolbu

ki

menyisip

20 mangkeon

gi

membasmi keong

21 manyamp

orot

menyemprot

22 marbabo menyiangi

23 manghian

g

mengeringkan

24 boltok menek batang padi yang mulai bunting

25 boltok godang padi bunting

26 mamutar menyiangi pematang

27 mangaron dam merendam

28 patiris meniris kan

29 manyabur menabur benih

30 mangalonca meluku lahan

31 manjombur menjemur hasil panen

32 mamiari menampi hasil panen

33 manamba

l

membersihkan tanaman ladang dengan tajak besar

34 mangkori

s

membersihkan tanaman ladang dengan tajak kecil

35 mananom menanam

Leksikon nomina tersebut ada yang mengandung prefiks mar – man – dan mang dan ada juga leksikon verba dan ajektiva yang tidak mengandung nomina tetapi memiliki prefiks man – mang - dan mam.

Prefiks man – mang - dan mam

No Nomina glos Verba glos ajektiva glos

1 danon buah mardanon berbuah

2 gorsing kuning

3 gumorsing mengu ning

4 manduda menumbuk padi

5 pagilingkon

eme

mengkilang padi

6 manyuan menanam

7 mancabut

same

mencabut bibit

8 manapui memupuk

9 mangolbuki menyisip

10 mangkeong

i

membasmi keong

(14)

67 ot

12 marbabo menyiangi

13 manghiang mengeringkan

14 boltok menek

batang padi yang mulai bunting

15 boltok godang

padi bunting

16 mamutar menyiangi pematang

17 patiris meniriskan

18 manyabur menabur benih

19 mangalonc

a

meluku lahan

20 manjombur menjemur hasil panen

21 mamiari menampi hasil panen

22 manambal membersihkan tanaman ladang dengan tajak

besar

23 mangkoris membersihkan tanaman ladang dengan tajak

kecil

24 mananom menanam

5. Alat dan Mesin Pertanian

Leksikon nama alat dan mesin pertanian khususnya dalam pesawahan dan perladangan terdidri atas 33 leksikon. Untuk leksikon nomina terdiri atas 21 leksikon dan leksikon verba terdiri atas 12 leksikon dalam tabel di bawah ini:

Daftar leksikon alat dan mesin pertanian No BAM

(nomina)

glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

V Alat dan mesin pertanian

1 bajak bajak mambajak membajak

2 gotil ani-ani manggotil mengani-ani

3 jetor mesin bajak manjetor membajak

4 kampak kapak mangkam

pak

mengkampak

5 masin

pangaro bot

mesin perontok

msangaro bot

merontokkan padi dari malai

6 masin topung alat penggiling beras

7 masin

pangkipas

mesin penampi

8 masin

pangkoring

mesin pengering

9 ordang alat tugal mangorda

ng

menanam benih dengan alat tugal

10 pangkur cangkul mamangk

ur

mencangkul

11 pompa aek pompa air

12 robot

marlung guk

mesin robot

13 rambas arit mangara

m bas

(15)

68

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

14 samporot semprot manyamp

orot

menyemprot hama

15 sasabi sabit manyabi memanen

16 sinso mesin

perebah

manyenso menebang pohon dengan mesin

17 garu garpu

18 taraktor traktor roda

19 tumbilang tumbilang

20 tajak godang tajak besar manajak menajak 21 tajak menek/

baletong

tajak kecil

Leksikon nomina tersebut ada yang memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks mam – mang dan man yakni sebagai berikut:

Prefiks mam – mang dan man

No Nomina glos verba glos ajektiva glos

1 bajak bajak mambajak membajak

2 gotil ani-ani manggotil mengani-ani

3 jetor mesin bajak manjetor membajak

4 kampak kapak mangkamp

ak

mengkapak

5 masin

pangarobot

mesin perontok

mangarobo t

merontokkan padi dari malai

6 ordang alat tugal mangordan

g

menanam benih dengan alat tugal

7 pangkur cangkul mamangkur mencangkul

8 rambas arit mangaram

bas

mengarit

9 samporot semprot manyampor

ot

menyemprot hama

10 sasabi sabit manyabi memanen

11 sinso mesin perebah manyenso menebang pohon dengan mesin

12 tajak godang

tajak besar manajak menajak

6. Leksikon Tumbuhan Sawah dan di Sekitar Sawah

(16)

69

Daftar leksikon tumbuhan sawah dan di sekitar sawah No BAM

(nomina)

glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina )

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

VI Tumbuhan sawah dan di sekitar sawah

1 arambir pohon kelapa

2 apas pohon kapuk

3 asom-asom rumput berdaun sempit

4 angkung kangkung

5 aromak teki-tekian

6 botik papaya

7 bulu bambu

8 busir keladi

9 bau-bau rumput berdaun lebar

10 dahan

durame

jamur merang

11 eme padi

12 gayambang kiambang

13 genjer genjer

14 kotuk-kotuk rumput berdaun sempit

15 ombur rumput berdaun sempit

16 pandan misang

daun pandan

17 pau pakis

18 rumput manis

rumput gajah mini

19 roro udan teki-tekian

20

simareme-eme

teki-tekian

21 sipulut pulut

22 sirput rumput malu

23 sitias rumput berdaun sempit

24 suat talas

25 sumangge semanggi

26 suri-suri teki-tekian

27 susuk bolut rumput berdaun sempit 28 sirompaspa

ra

rumput berdaun lebar

7. Leksikon Tanaman Ladang

(17)

70

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

Daftar leksikon tanaman ladang

No BAM

(nomina)

glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

VII Leksikon tanaman ladang 1 alas nabontar lengkuas putih

2 ancimun mentimun cucumis

sativus

3 asom jeruk citrus

auronfoli a

4 balinjen tomat ceri

5 bawang

panjang

bawang batak

6 bawang perei daun perei

7 bingkuang bengkuang pachyrhiz

us erosus

8 boja semangka citrullus

vulganis

9 botik papaya canica

papaya

10 buncis buncis phaseolus

vulganis 11 bulung gadung daun ubi

12 daun sup saledri brassica

juncea

13 eme hauma padi huma

14 gadung ubi

15 gadung jarar ubi jalar

16 jambu Bol

17 jambu erang

18 jambu orsik jambu biji psidium

guava linn

19 jaung jagung

20 jelok labu kuning cucurbita

mosehata 21 kacang goring kacang tanah

22 kacang gule kacang panjang

23 kacang ijo kacang hijau

24 kacang kuning kedelai

25 lasiak cabai

26 nasi-nasi daun katu

27 onas nanas ananas

comosus

28 paria-paria peria momordic

a

(18)

71

29 pisang pisang musa

paradisia cal

30 pitulo gambas

31 pira nitobu sayuran

32 ranti sayur meranti

33 sabi Sawi brassica

juncea

34 siala asam

skala

35 siarum bayam amaranth

us spee

36 tobu tebu

37 tomat na

godang-godang

tomat lycopersiu

m esculentu m

38 torung terong

39 unik kunyit

40 unte godang jeruk bali citrus

maxima

8. Leksikon Nama Tumbuhan Obat di Sekitar Sawah dan Ladang

Khusus leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang lebih banyak jumlah leksikon yang ditemukan. Di antara dari 11 pengelompokan leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan, yaitu terdiri atas 72 leksikon nomina dan tidak memilki leksikon verba dan ajektiva yang diuraikan pada lampiran 1.

9. Leksikon Fauna dalam Persawahan dan Perladangan

Leksikon nomina nama fauna dalam persawahan dan perladangan terdiri atas 47 leksikon. Kelompok leksikon ini juga tidak memiliki leksikon verba dan ajektiva pada setiap nomina yang diuraikan dalam tabel berikut:

Daftar leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan

No BAM

(nomina)

glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

IX Leksikon fauna dalam persawahan dan

perladangan

1 ala kala

2 alihi elang

3 aluang kalong

4 agas nyamuk

5 antingano walang sangit

6 aporas ikan sejenis haperas

7 aruting gabus

8 bajonggir kadal

9

borong-borong

(19)

72

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

10 buntat ikan gobi

11 burung tasik bangau

12 bodat monyet

13 cacibang kaki seribu

14 capet ikan sepat

15 garap kepinding tanah

16 gayo kepiting sungai

goya cacing tanah

17 ikan tima ikan timah

18 inggit-inggit ikan sejenis lele

19 kotok tupai

20

kabang-kabang

kumbang

21 keong keong

22 lompong kelelawar

23 limatok pacat

24 laba-laba laba-laba

25 lanok lalat

26 linta linta

27 onggang enggang

28 pune punai

29 piongot tawon

30 ruak-ruak ruak-ruak

31 rama-rama kupu-kupu

32 rongit nyamuk

33 silopak burung pipit

34 silisit burung

35 salim bor-bor

laron

36 salim pot-pot kunang-kunang

37 siapor belalang

38 siborok berudu

39 sikurindik jangkrik

40 siri-siri capung

41 suruk anjing tanah

42 tangkulapa ulat bulu

43 tingkalang lele

44 tilan ikan sejenis belut

45 tungir tungir

udang udang

46 wereng

nacoklat

wereng coklat

47 wereng

narata

wereng hijau

10. Alat Penangkap Ikan

(20)

73

Daftar leksikon alat penangkap ikan No BAM

(nomina)

glos (nomina) BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

X Alat penangkap ikan

1 during during mandurun

g

menangkap ikan dengan during

2 kail kail mangkail memancing

3 lobu-lobu alat penangkap

ikan seperti bak papan

marlobu-lobu

menangkap ikan dengan bak papan

4 luka alat penangkap

ikan/bubu terbuat dari bilah

marluka menangkap ikan dengan bubu yang terbuat dari bilah

5 mandehe meraba/menangkap ikan tanpa alat

6

mancet-cet

menangkap belut dengan kail tanpa joran

7 mametok menangkap ikan dengan bambu runcing

8 rambang alat penangkap

ikan dan burung seperti jala/jarring

mangara mbang

menangkap ikan/burung dengan jarring

9 sindiran alat penangkap ikan seperti bubu kecil

10 siturum seterum manyituru

m

menyeturum

11 sulu lampu marsulu menangkap ikan malam hari dengan membawa

lampu

12 tambun alat penangkap

ikan

manambu n

menangkap ikan

13 taot kail tanpa

joran/kail pendek

martaot memancing dengan kail pendek

14 tuba racun ikan dari

tumbuhan

manuba meracun ikan dengan tumbuhan

Leksikon nomina tersebut memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks man - mang - mar - dan mam yaitu sebagai berikut:

Prefiks man - mang – mar

No Nomina Glos Verba Glos Ajektiva Glos

1 durung durung mandurun

g

menangkap ikan dengan during

2 kail kail mangkail memancing

3 lobu-lobu alat

penangkap ikan seperti bak papan

marlobu-lobu

(21)

74

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

4 luka alat penangkap ikan/bubu terbuat dari bilah

5 mandehe meraba/menangkap ikan tanpa alat

6

mancet-cet

menangkap belut dengan kail tanpa joran

7 mametok menangkap ikan dengan bambu

runcing

8 ram bang alat

penangkap ikandan burung seperti jala/jarring

mangara m bang

menangkap ikan/buru ng dengan jarring

9 siturum seterum manyituru

m

menyetrum

10 sulu lampu marsulu menangkap ikan malam hari

dengan membawa lampu

11 tambun alat

penangkap ikan

manambu n

menangkap ikan

12 taot kail tanpa

joran/kail pendek

martaot memancing dengan kail pendek

13 tuba racun ikan

dari tumbuhan

manuba meracun ikan dengan tumbuhan

11. Alat Penangkap Burung

Leksikon nama alat penangkap burung dalam persawahan dan perladangan bahasa Angkola/Mandailing di Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 11 leksikan yang terbagi atas dua leksikon yaitu leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon dan leksikon verba terdiri atas 5 leksikon, sementara tidak memiliki leksikon ajektiva yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:

Daftar leksikon alat penangkap burung No BAM

(nomina)

glos (nomina)

BAM (verba)

glos (verba)

BAM (adjektiv a)

glos (adjektiv a)

bahasa latin (nomina)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

XI Alat penangkap burung

1 katapel katapel magkatap

el

mengkata pel

2 pike pike marpike memikat burung

3 pulut pulut mamulut menangkap burung dengan getah kayu

4 sambat sambat manyamb

at

menangkap burung dengan tali/benang

5 sinapang

angin

sinapang angin

(22)

75

Leksikon nomina tersebut memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks mang – mar – mam – dan man yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.19 Prefiks mang – mar – mam – dan man

No Nomina Glos Verba glos ajektiva glos

1 katapel ketapel magkatap

el

mengkata pel

2 pike alat

penangkap burung

marpike memikat burung

3 pulut alat

penangkap burung dari getah kayu

mamulut menangkap burung dengan getah kayu

4 sambat alat

penangkap burung dari tali/benang

manyamb at

menangkap burung dengan tali/benang

5 ultop alat penangkap burung terbuat dari bamboo

SIMPULAN

Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing di Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 11 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah (2) leksikon benda- benda persawahan dan perladangan (3) leksikon peralatan produksi hasil panen (4) leksikon alur beras dan palawija (5) leksikon alat dan mesin pertanian (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah (7) leksikon tanaman ladang (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang (9) leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan (10) leksikon alat penangkap ikan (11) leksikon alat penangkap burung.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, Abdurrahman. (2009). “Potensi Kepunahan Bahasa Pada Komunitas Melayu Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. [Jurnal Logat Volume V No.1 April 2009]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Amri, Yusni Khairul. (2011). “Tradisi Lisan Upacara Adat Tapanuli Selatan (Pemahaman Leksikon pada Remaja di Padang Sidempuan)”. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Al-Gayoni, Yusradi Usman. (2012). Ekolinguistik. Jakarta: Pang Linge Bekerjasama dengan Research Centre for Gayo (RDfG).

Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Fill, Alwin and Peter Muhlhausler. (2001). The Ecolinguistics Reader Language, Ecology and Environment. London: Continuum.

(23)

76

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015

Haviland, William A. (1999). Antropologi. Edisi Keempat, Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga

K. K Dwi Susilo, Rachmad. (2008). Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers.

K. K Dwi Susilo, Rachmad. (2012). Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam: Perspektif Teori dan Isu-Isu Mutakhir. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

M. Mbete, Aron. (2009). “Problematika Keetnikan dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik”. Seminar Nasional Budaya Etnik III: Universitas Udayana.

M. Mbete, Aron. (2009). Refleksi Ringan tentang Problematika Keetnikan dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik

M. Mbete, Aron. (2011). “Ekolinguistik: Perspektif Kelinguistikan Yang Prospektif”. Kupang: Udayana.

M. Mbete, Aron. (2012). “Hak Hidup Bahasa-Bahasa Minor, Ancaman, dan Strategi Pelestariannya”. Seminar Nasional Bahasa Ibu V: Universitas Udayana.

M. Mbete, Aron. (2013). Penulisan Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik. Denpasar: Vidia.

Muhlhausler, Peter and Alwin Fill (Eds.) (2003). The Ecolinguistics Reader. Language, Ecology and Environment. London and New York: Continuum.

Gambar

Tabel 5.1 Pengelompokan leksikon ekoagraris dalam Bahas Angkola/Mandailing
Tabel 5.2 Daftar leksikon bagian persawahan
Tabel 5.4 Daftar leksikon benda-benda persawahan dan perladangan

Referensi

Dokumen terkait

Kata benda (nomina) dalam bahasa Angkola Mandailing ditemukan yang dapat. dikenai atau melalui proses ((D + R) + pang-/-hon) sedikit jumlahnya

Kedua, interferensi kosakata bahasa Mandailing ke dalam bahasa Indonesia ragam tulis siswa SMP Negeri 1 Batang Angkola menunjukkan bahwa ada tiga macam, yaitu:

Leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan

leksikon bahasa Jawa dalam lingkungan kepadian di Desa Suka Makmur,. Kecamatan Binjai,

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon kelautan di Desa Pondok Batu dalam bahasa Pesisir Sibolga dibagi ke dalam empat kelompok leksikon , yaitu: (1) Leksikon

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa leksikon kelautan di Desa Pondok Batu dalam bahasa Pesisir Sibolga dibagi ke dalam empat kelompok leksikon , yaitu: (1) Leksikon

Leksikon lingkungan kelautan apa saja yang masih bertahan dalam bahasa. Pesisir Sibolga pada usia remaja,kelompok usia dewasa,

Kolom 2: bahasa acuan dalam bahasa Indonesia Kolom 3: bahasa Angkola Mandailing Kolom 4: bahasa Jawa Kolom 5: bahasa Aceh Kolom 6: perbandingan bahasa Angkola Mandailing dengan bahasa