54 Kajian Linguistik, Februari 2015, 54-76
Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660
KETERANCAMAN LEKSIKON EKOAGRARIS DALAM BAHASA ANGKOLA/MANDAILING: KAJIAN EKOLINGUISTIK
Deli Kesuma delikesuma@yahoo.com
Dwi Widayati, Nurlela
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan keberadaan leksikon ekoagraris yang masih digunakan oleh masyarakat di Angkola Mandailing dan nilai budaya dan kearifan lingkungan yang terkandung dalam leksikon ekoagraris di daerah ini, khususnya di Kecamatan Sayurmatinggi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan untuk mendukung penelitian diambil dengan teknik wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, dan memanfaatkan literatur yang sudah ada. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, dan ajektiva yang terkait dengan leksikon persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi. Hasil peelitian ini terdapat 11 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah (2) leksikon benda-benda persawahan dan perladangan (3) leksikon peralatan produksi hasil panen (4) leksikon alur beras dan palawija (5) leksikon alat dan mesin pertanian (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah (7) leksikon tanaman ladang (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang (9) leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan (10) leksikon alat penangkap ikan (11) leksikon alat penangkap burung. Dari sebelas kelompok leksikon tersebut diperoleh 315 leksikon nomina, leksikon verba terdidi atas 66 leksikon, dan leksikon ajektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi adalah 394 leksikon. Leksikon ekoagraris yang terancam punah dan yang punah di Kecamatan Sayurmatinggi dalam bahasa Angkola/ Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan diperoleh hanya dari dua jenis leksikon dalam tataran nomina dan verba. Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing mengandung nilai-nilai budaya, yaitu (1) nilai sejarah, (2) nilai sosial dan budaya, (3) nilai kesejahteraan. Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing mengandung nilai kearifan lingkungan, yaitu (1) nilai gotong-royong (2) nilai kedamaian terdiri atas tiga leksikon a. leksikon tano b. leksikon ordang (alat tugal c. leksikon burangir (sirih).
Kata kunci: Keterancaman Leksikon, Ekoagraris, Nilai-nilai budaya
PENDAHULUAN
Latar Belakang
55
dipandang sebagai bagian dari bahasa, tetapi juga merupakan bagian dari situasi alam yang berhubungan dengan peradaban manusia terhadap lingkungannya.
Lingkungan hendaklah dipandang sebagai alam yang dijaga kelestariannya. Strategi demikian, pelestarian sumber daya lingkungan erat hubungannya dengan pelestarian bahasa lokal. Bahasa-bahasa lokal sangat kaya dengan sumber daya kata, dan ungkapan metapora untuk mewadahi diskursus tentang keanekaragaman hayati, termasuk bahasa Angkola/Mandailing.
Salah satu wilayah yang sampai saat ini masih terjaga kelestarian lingkungannya, yaitu daerah Angkola/Mandailing khususnya di Kecamatan Sayurmatinggi yang menjadi fokus penelitian ini.
Wilayah Kecamatan Sayurmatinggi berbatasan dengan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. Pada umumnya mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani, seperti mengolah persawahan, perladangan, dan pemanfaatan hasil hutan. Pengolahan persawahan di daerah ini mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah daerah dengan disediakannya sumber air irigasi untuk memperluas wilayah persawahan, yang bernama bendungan Batang Angkola. Bendungan ini merupakan salah satu sumber air irigasi terbesar di Sumatera Utara dengan luas areal pengairan mencapai 5039.5 Ha. Perluasan daerah pengairan persawahan meliputi beberapa Kecamatan yaitu, Kecamatan Sayurmatinggi, Kecamatan Tano Tombangan Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan, dan sebagian wilayah pertanian Mandailing Natal yaitu, Kecamatan Siabu, dan Kecamatan Bukit Malintang (Sumber: BPS. Kabupaten Tapanuli Selatan Kecamatan Sayurmatinggi dalam Angka 2013).
Masyarakat Angkola/Mandailing sejak dahulu mengolah lahan pertanian secara tradisional. Tradisi ini diwariskan oleh para leluhur atau nenek moyang secara turun-temurun. Namun, akibat pesatnya perkembangan ilmu teknologi, khususnya teknologi dalam bidang pertanian, menyebabkan terjadi pergeseran, yakni dari pertanian tradisional ke arah pertanian modern. Keberlangsungan situasi ini secara terus-menerus akan mengakibatkan kepunahan sistem pertanian tradisional dengan perangkat peralatan pertanian yang berdampak pada hilangnya atau tidak digunakannya lagi alat pertanian tradisional. Kondisi ini memaksa hilangnya leksikon ekoagraris, terutama leksikon persawahan dan perladangan. Pemahaman guyub tutur akan leksikon ekoagraris menyusut dan terancam punah karena beberapa tradisi pengolahan persawahan dan perladangan secara tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat Angkola Mandailing sendiri.
Leksikon-leksikon ekoagraris yang sudah punah disebabkan pengolahan pertanian secara modern, seperti: mardege (merontokkan gabah dari malai dengan kaki), mamaspas (merontokkan gabah dari malai dengan menggunakan kayu), mamiari (membersihkan gabah dengan tampi), andilo (tas pak tani dari kulit kayu), omping danon (emping beras).
56
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini berkaitan dengan keterancaman leksikon ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli Selatan, mencakup:
1. Leksikon ekoagraris apa yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Sayurmatinggi?
2. Leksikon ekoagraris apa yang terancam punah dan punah pada guyub tutur di Kecamatan Sayurmatinggi?
3. Bagaimana nilai budaya dan kearifan lingkungan dalam leksikon ekoagraris di Kecamatan Sayurmatinggi?
METODOLOGI
Secara umum penelitian tentang ekoagraris masih terbatas khususnya leksikon persawahan dan perladangan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dan disokong oleh pendekatan kuantitatif. Data penelitian ini adalah leksikon verba, nomina, dan ajektiva yang terkait dengan leksikon persawahan dan perladangan. Data bersumber dari data lisan yang diperoleh dari informan.
Dari penelitian awal yang dilakukan informan adalah orang yang sudah lama bertani dan berdomisilih di Kecamatan Sayurmatinggi. Informan yang dimaksud adalah para petani yang bermukim di lingkungan persawahan dan perladangan Kecamatan Sayurmatinggi, kontak tani, kelompok tani (Poktan), Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Badan Pelaksana Pertanian dan Ketahanan Pangan (BP3K), Kecamatan Sayurmatinggi, seksi pemerintahan di Kantor Camat Saturmatinggi, dan anggota masyarakat sekitar Sayurmatinggi yang memahami pengolahan persawahan dan perladangan secara tradisional dan modern.
Informan dipilih 75 orang dari petani, Poktan, PPL, BP3K, sebagai sumber data lisan yang diambil dari 5 (lima) desa berdomisili di kecamatan Sayurmatinggi. Data ini diperoleh dari penutur yang sama di desa yang paling dekat dengan sekitar irigasi dan mempunyai areal persawahan dan perladangan yang luas.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagi instrumen utama dan dibantu dengan instrumen pendukung berupa alat rekam, alat tulis dan kamera yang dimanfaatkan untuk merekam dan mencatat data atau informasi data yang diperoleh dari informan.
Analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang diperoleh berdasarkan observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah selanjutnya adalah mereduksi data dengan membuat abstraksi/rangkuman untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam satuan-satuan untuk menjawab rumusan masalah.
TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Tinjauan Pustaka
57
antaranya mengenai penyusutan fungsi sosioekologis bahasa melayu langkat pada komunitas remaja di stabat, langkat oleh Aron Meko Mbete dan Abdurrahman Adisaputera (2009). Dari hasil tes penguasaan leksikon sosioekologis terhadap responden terungkap bahwa rata-rata pemahaman remaja tentang leksikon bahasa Melayu Langkat (BML) tergolong rendah. Perubahan dipicu oleh (1) kurangnya interaksi komunitas remaja dengan entitas yang bercirikan ekologi Melayu, (2) langka bahkan punahnya entitas sehingga tidak terkonsep dalam alam pikiran penutur, dan (3) konsepsi leksikal penutur tentang entitas-entitas itu bukan dalam piranti BML, tetapi dalam bahasa lain.
Yusradi Usman (2010) meneliti tentang Penyusutan Tutur dalam Masyarakat Gayo: pendekatan Ekolinguistik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan hasil dalam penelitian ini adalah (1) konsep tutur dalam masyarakat Gayo; munculnya tutur dalam msyarakat Gayo tidak berdiri sendriri melainkann ada faktor sosial budaya yang merangkainya. Hal tersebut tidak terlepas dari nilai budaya Gayo yang terdiri dari pelbagai nilai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah imen (iman), mukemel (harga diri), tertip (tertib), setie (setia), semayang gemasih (kasih sayang), mutentu (kerja keras), amanah (amanah), genap mupakat (musyawarah), alang tulung (tolong menolong), dan bersikemelen (kompetitf). Hubungan darah perkawinan, belah (klan), terjadinya kecelakaan, perkelahian, membantu seseorang, dan mengadopsi anak merupakan perangkai social yang membentuk tutur masyarakat Gayo. (2) klasifikasi, bentuk, dan fungsi tutur dalam masyarakat Gayo diklasifikasikan menjadi beberapa buntuk tutur yaitu: 1) patut atau muperdu bentuk tutur yang sudah baku); 2) museltu (terbentuk akibat faktor tertentu); 3) mantut (peralihan tutur ke bentuk yang sebenarnya/seharusnya); 4) uru-uru (tindak betutur akibat ikut – ikutan); 5) gasut (pemakaian tutur yang kerap berubah – ubah). (3) penyusutan tutur; perubahan sosio-ekologis yang terjadi di dataran tinggi tanoh Gayo sangat mempengaruhi penyusutan tutur hkususnya di daerah Takengon yang dikenal dengan pluralitas etnik, hal ini dapat mempengaruhi masyarakat Gayo secara psikologis dan sosial dalam bertutur. (4) bentuk tutur baru (variasi tutur); yaitu: tetap, jarang, dan tidak dipakainya lagi tutur serta tercipta bentuk tutur baru.
a. Keterancaman
Keterancaman merupakan kondisi yang sangat darurat dan dalam keadaan yang membahayakan. Menentukan sebuah bahasa berada dalam tingkat yang ”membahayakan” atau terancam punah, sangatlah sulit. Hal ini disebabkan oleh keanekaragaman situasi kebahasaan di seluruh dunia dan ketiadaan model teoretis yang tersedia untuk mengkombinasikan variabel-variabel yang relevan. Secara sederhana, untuk kasus ini, Crystal (2008: 19) menawarkan tiga kriteria: (1) tingkat pemerolehan bahasa pada anak-anak, (2) sikap masyarakat yang utuh terhadap bahasanya, dan (3) tingkat dampak bahasa-bahasa lain yang mungkin mengancam bahasa tersebut.
58
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
b. Leksikon
Leksikon adalah koleksi leksem dalam suatu bahasa. Dalam leksikon terdapat kajian yang meliputi tentang apa yang dimaksud dengan kata, struktur kosakata, pembelajaran kata, penggunaan dan penyimpanan kata, sejarah dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatau bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Surbakti (2012: 11) dalam temuannya tentang konsep ekologi kesungaian. Leksikon didefinisikan sebagai “kosa kata, komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa”. KBBI (2008: 805).
Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa istilah leksikon berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti „kata‟, „ucapan‟, atau „cara berbicara‟. Kata leksikon seperti ini sekerabat dengan leksem, leksikografi, leksikograf, leksikal, dan sebagainya. Sebaliknya, istilah kosa kata adalah istilah terbaru yang muncul ketika kita sedang giat-giatnya mencari kata atau istilah tidak berbau barat.
1. Kata Benda (Nomina). Chaer (2008: 69) mengatakan “ kata-kata yang dapat diikuti dengan frase yang... atau yang sangat... disebut kata benda”. Misalnya kata-kata (1) pakaian (yang bagus); (2) anak (yang rajin); (3) pelajar (yang sangat rajin).
2. Kata Kerja (Verba). Chaer (2008: 106) mengatakan “kata-kata yang dapat diikuti oleh frase dengan..., baik yang menyatakan alat, yang menyatakan keadaan, maupun yang menyatakan penyerta, disebut kata kerja”. Misalnya kata-kata: (1) tidur (dengan nyenyak); (2) pulang (dengan gembira); (3) berpakaian (dengan rapi); (4) menulis (dengan pinsil).
3. Kata Sifat (Ajektiva). Chaer (2008: 168) mengatakan ciri gramatikal kosakata bahasa Indonesia „asli‟ yang berkategori ajektiva memang tidak tampak. Hal ini berbeda dengan kosakata yang berasal dari unsur serapan bahasa asing.
c. Bahasa dan Lingkungan
Bahasa dan lingkungan adalah dua hal yang saling berhubungan dan saling memengaruhi. Dalam tulisannya Language Ecology and Environment, Muhlhausler (2001: 3) menyebut, ada empat yang memungkinkan hubungan antara bahasa dan lingkungan yakni: (1) bahasa berdiri dan terbentuk sendiri (Chomsky, Linguistik Kognitif); (2) bahasa dikonstruksi alam (Marr); (3) alam dikonstruksi bahasa dan (4) bahasa saling berhubungan dengan alam-keduanya saling mengontruksi, namun jarang yang berdiri sendiri (ekolinguistik).
d. Nilai Budaya dan Kearifan Lingkungan
59 2. Kearifan Lingkungan
Handayani (2012: 17) adalah pengetahuan yang ada sejak periode yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses ini sangat panjang sehingga melekat dalam kehidupan masyarakat dan menjadi kearifan lokal sebagai sumber eneri potensial dari sistem penegtahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai landasan perilaku seseorang, melainkan mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat penuh keadaban.
Prinst (2004: 69) juga mengatakan bahwa lingkungan hidup kayu dapat diambil untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk diperdagangkan. Karena jika diperdagnagkan akan dapat menyebabkan keserakahan masyarakat yang ingin mengambil kayu. Namun hal itu dapat juga dilakukan jika ada gantinya dengan menanam pohon dan hasilnya dapat diperjualbelikan.
2. Kerangka Teori
a. Ekolinguistik
Ekolinguistik mengkaji interaksi bahasa dengan ekologi pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Ekologi bahasa dan ekologi memadukan lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem bahasa. Ekolinguistik adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji lingkungan dan bahasa. Ekolinguistik merupakan ilmu bahasa interdisipliner, menyanding ekologi dan linguistik (Mbete, 2008: 1).
Ekolinguistik adalah studi hubungan timbal balik yang bersifat fungsional. Dua parameter yang hendak kita hubungkan adalah bahasa dan lingkungan. Bergantung pada perspektif yang digunakan baik ekologi bahasa maupun bahasa ekologi. Kombinasi keduanya menghasilkan kajian ekolinguistik. Ekologi bahasa mempelajari dukungan pelbagai sistem bahasa yang diperkenalkan bagi kelangsungan makhluk hidup, seperti halnya dengan faktor-faktor yang memengaruhi kediaman (tempat) bahasa-bahasa dewasa ini.
Dalam The Ecology of Language Shift, Mickey (dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 67) menjelaskan bahwa pada dasarnya ekologi merupakan kajian saling ketergantungan dalam suatu sistem. Dalam ekologi bahasa, konsep ekologi memadukan lingkungan, konservasi, interaksi, dan sistem dalam bahasa (Fill, 2001: 43). Sementara itu, dalam bahasa Indonesia dikenal istilah ekologi linguistik, linguistik ekologi, ekologi bahasa/bahasa ekologi, dan ekolinguistik. Lingkungan bahasa dalam ekolinguistik meliputi lingkungan ragawi dan sosial (Sapir dalam Fill dan Muhlhausler, 2001: 14). Dalam perspektif antropologi, kognitif, seperangkat leksikon yang digunakan merupakan objek, peristiwa, dan tanda aktivitas yang penting di lingkungan (Casson, 1981 dalam M Bete, 2011: 2).
b. Semantik leksikal
60
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
konjungsi, interjeksi. Partikel merupakan bentuk terikat yang melekat pada kata dasar dan terikat pada konteks kalimat.
Semantik berkaitan dengan semiotik. Dalam semantik, kata disebut lambang (symbol) sedangkan dalam semiotik lambang itu sendiri disebut tanda (sign) (Pateda 2010: 25). Sebagai pengguna bahasa, masyarakat dikelilingi oleh tanda. Tanda-tanda itu mengandung makna. Dalam semiotik natural ditelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam (Pateda, 2010: 31). Misalnya, air sungai keruh menandakan bahwa di hulu telah turun hujan, tanah longsor memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
PEMBAHASAN
[image:7.595.120.552.417.705.2]Berdasarkan hasil penelitian keterancaman leksikon ekoagraris dalam persawahan dan perladangan di Kecamatan Sayurmatinggi ditemukan leksikon persawahan dan perladangan yang dibagi atas sebelas pengelompokan. Leksikon tersebut adalah dalam bahasa Angkola/Mandailing yang terdiri atas tiga jenis leksikon dalam tataran nomina, verba, dan ajektiva. Leksikon nomina terdiri atas 315 leksikon, leksikon verba terdidi atas 66 leksikon, dan leksikon ajektiva terdiri atas 13 leksikon, total leksikon yang ditemukan dalam persawahan dan perladangan adalah 394 leksikon. Di bawah ini akan diuraikan pengelompokan leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan.
Tabel 5.1 Pengelompokan leksikon ekoagraris dalam Bahas Angkola/Mandailing
No. Nama kelompok Nomina Verba Ajektiva Total
Leksikon
1 bagian persawahan 26 7 2 35
2 benda - benda persawahan - dan perladangan
24 3 9 36
3 perlatan produksi hasil panen
26 9 - 35
4 alur beras dan palawija 14 17 2 33
5 alat dan mesin pertanian 21 12 - 33
6 tumbuhan sawah dan di sekitar sawah
28 - - 28
7 leksikon tanaman lading 40 - - 40
8 leksikon nama tumbuhan obat - di sekitar sawah dan lading
72 - - 72
9 leksikon fauna dalam persawahan - dan perdagangan
47 - - 47
10 alat penangkap ikan 11 13 - 24
11 alat penangkap burung 6 5 11
61 1. Leksikon Bagian Persawahan
[image:8.595.116.533.171.757.2]Leksikon bagian persawahan terdiri atas 35 leksikon. Leksikon nomina berjumlah 26 leksikon dan verba terdiri atas 7 leksikon dan untuk leksikon ajektiva ada 2 leksikon yang diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.2 Daftar leksikon bagian persawahan
No BAM (nomina) glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina )
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
I Bagian persawahan
1 bondar parit mambon
dar
membuat parit
2 bondar karihir parit pinggir 3 bondar tonga parit tengah
4 bondar
buangan
parit buangan
5 bondar jae parit hilir 6 bondar julu parit hulu
7 gadu pematang
sawah yang besar/batas antara sawah yang satu dengan yang lain
mangga du
membuat pematang yang besar
8 lupak petakan
sawah
marlupa k
mengerjakan sawah orang lain
9 lubang liang di bagian sawah
10 muara muara/pertemuan air parit marmua
ra
bermuara
11 ombik gambut
12 pintu ni aek pintu air
13 saba sawah
14 saba holbung sawah yang tidak rata
15 saba jae sawah hilir
16 saba julu sawah hulu
17 saba pasir/saba gariang
sawah pasir
18 saba udan sawah hujan
19 sibarati pematang
yang melintang
mambar ati
membuat pematang
20 sitapangi saluran air marsita
pa ngi
memiliki saluran air
21 sibulu-bulu pipa air
62
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
23 sibatangi pematang amatangi membuat pematang
24 sibujuri pematang yang
membujur
mambujuri membuat pematang
25 tahalak bendungan manahalak membendung
26 ulu ni aek hulu air
Leksikon nomina tersebut di atas ada yang memiliki leksikon verba yang mengandung prefix mam- man- dan mar dalam bahasa Angkola/Mandailing sebagai berikut:
Tabel 5.3. Prefiks mam - mang – dan mar-
No Nomina Glos verba glos
1 bondar parit mambond ar
membuat parit
2 gadu pematang manggadu membuat pematang 3 lupak petakan marlupak mengerjakansawah
orang 4
5 sibatangi pematang mamatan
gi
membuat pematang
6 sibujuri pematang yang
membujur
mambujur i
membuat pematang
7 sibarati pematang yang
melintang
mambarat i
membuat pematang
8 tahalak mendungan manahala
k
membuat bendungan
2. Benda-benda Persawahan dan Perladangan
[image:9.595.117.523.545.772.2]Leksikon benda-benda persawahan dan perladangan terdiri atas 36 leksikon. Leksikon nomina berjumlah 24 leksikon, lesikon verba berjumlah 3 leksikon dan ajektiva ada 9 leksikon yang diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.4 Daftar leksikon benda-benda persawahan dan perladangan
No BAM
(nomina)
glos (nomin a)
BAM (verba)
glos (verba )
BAM (adjektiva)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina )
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
II Benda-benda persawahan dan perladangan
1 aek air pamasuk
aek
menga iri
maraek berair
2 alak-alak orang-orngan sawah
3 baju salin pakaian kerja petani
4 batu batu marbatu berbuah
5 bustak lumpur marbustak berlumpur
6 burir malai
7
buntu-buntu
63
8 duhut rumput marduhut berumput
9 irta karat air marirta berkarat air
10 karekel kerikil markarekel berkerikil
11 lambang buah yang kopong
12 lapung gabah hampa marlapung memiliki gabah
hampa
13 lungguk tumpukan besar tanaman padi
yang telah disabit
marlunggu k
menumpukkan tanaman padi yang telah disabit
14 orsik pasir marorsik berpasir
15 para-para para-para
16 porngis padi yang berisi
17 rintop miang marintop bermiang
18 sagean tumpukan-tumpukan kecil tanaman padi yang telah disabit
19 singgulu topi petani dari kain yang dipakai perempuan
20 sopo dangau/saung
21 tano tanah
22 tano na
lom-lom
tanah hitam
23 tapu-tapu topi petani dari kain yang dipakai laki-laki dan perempuan
24 tano na
rara
tanah merah
25 marsialapa
ri
bergotong royong
Leksikon verba dan ajektiva benda-benda persawahan dan perladangan mengandung prefiks mar yaitu sebagai berikut:
Prefiks
mar-No Nomina glos Verba glos ajektiva glos
1 aek air pamasuk
aek
mengair i
maraek berair
2 batu marbatu berbuah
3 bustak lumpur marbustak berlum pur
4 duhut rumput marduhut berumput
5 irta karat marirta berkarat
6 lapung gabah hampa marlapung memiliki
gabah hampa 7 lungguk tumpukan besar tanam an padi yang
telah disabit
marlung guk menumpukka n tanaman padi yang telah disabit
8 orsik pasir marorsik berpasir
64
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
3. Peralatan Produksi Hasil Panen
Leksikon peralatan produksi hasil panen dalam persawahan dan perladangan bahasa Angkola/Mandailing terdiri atas 26 leksikon nomina, 9 leksikon verba, dan tidak memiliki leksikon ajektiva. Total temuan leksikon peralatan produksi hasil panen adalah berjumlah 35 leksikon.
Daftar leksikon peralatan produksi hasil panen No BAM (nomina) glos
(nomina )
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjekti va)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
III Peralatan produksi hasil panen
1 amak tikar pandan maramak bertikar
2 amparan tikar
3 amparan
palastik
tikar plastik
4 andilo tas petani dari kulit kayu marandilo menggunakan tas
petani
5 andor batang tumbuhan merambat
6 arilas panas matahari
7 belek kaleng
8 bide tikar ber bahan rotan
9 goni goni manggoni
on
menggonikan
10 harung karung mangkaru
ng kon
mengaru ngkan
11 induri tampi
12 indalu alu
13 incir/osa ka alat pengangkut hasil panen yang beroda empat dari kayu dan didorong
Marincir memakai alat pengangkut hasil panen dari kayu
14 jait goni jarum goni
15 kadangan tas petani dari plastik
16 losung lesung
17 losung aek kincir air
18 napu pupuk manapui memupuk
19 pangkipas kipas mangkipa
s
mengkipas
20 paspasan alat perontok padi dari kayu mamaspa
s
merontokkan padi dengan kayu
21 pardegean tempat merontokkan padi dengan
kaki
mardege merontokkan padi dengan kaki 22 panggilingan kilang padi
23 tali sarisir kulit batang pisang yang kering 24 tali palastik tali plastik
25 timbangan timbangan
65
Leksikon nomina tersebut ada yang memiliki leksikon verba dan mengandung prefiks mar dan mang yakni:
Prefiks mar dan mang
No Nomina Glos Verba Glos Ajektiva Glos
1 amak tikar pandan maramak bertikar
2 andilo tas petani dari kulit kayu
marandilo memakai tas petani dari kulit kayu
3 goni goni manggoni
on
menggoni kan
4 harung karung mangkaru
ng kon
mengarungkan
5 incir/osak a
alat
pengangkut hasil panen dari kayu dan didorong
marincir memakai alat pengangkut hasil panen dari kayu
6 napu pupuk manapui memupuk
7 pangki
pas
kipas mangkipa s
mengkipas
8 paspasan alat perontok padi dari kayu
mamaspa s
merontokkan padi dengan kayu
9 pardegea
n
tempat merontokkan padi dengan kaki
mardege merontokkan padi denag kaki
4. Alur Beras dan Palawija
Leksikon ekoagraris bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan pada alur beras dan palawija terdiri atas 36 leksikon. Leksikon nomina terdiri atas 14 leksikon, verba ada 17 leksikon dan, ajektiva berjumlah 2 leksikon dan diuraikan dalam tabel berikut:
Daftar leksikon alur beras dan palawija No BAM (nomina) glos
(nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
IV Alur beras dan palawija
1 bota padi yang ada dalam beras
2 buapak sekam padi
3 dadak dedak
4 danon buah mardanon berbuah
5 dahanon beras
6 gorsing kuning
7 gumorsing menguning
8 monis menir
9 manduda menumbuk padi
10 omping danon emping beras
11 pagilingkon eme mengkilang padi
12 parsame an tapak semaian
66
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
14 tampang benih
15 topak tumbuh
16 tubu tumbuh
17 manyuan menanam
18 mancabut
same
mencabut bibit padi
19 mangolbu
ki
menyisip
20 mangkeon
gi
membasmi keong
21 manyamp
orot
menyemprot
22 marbabo menyiangi
23 manghian
g
mengeringkan
24 boltok menek batang padi yang mulai bunting
25 boltok godang padi bunting
26 mamutar menyiangi pematang
27 mangaron dam merendam
28 patiris meniris kan
29 manyabur menabur benih
30 mangalonca meluku lahan
31 manjombur menjemur hasil panen
32 mamiari menampi hasil panen
33 manamba
l
membersihkan tanaman ladang dengan tajak besar
34 mangkori
s
membersihkan tanaman ladang dengan tajak kecil
35 mananom menanam
Leksikon nomina tersebut ada yang mengandung prefiks mar – man – dan mang dan ada juga leksikon verba dan ajektiva yang tidak mengandung nomina tetapi memiliki prefiks man – mang - dan mam.
Prefiks man – mang - dan mam
No Nomina glos Verba glos ajektiva glos
1 danon buah mardanon berbuah
2 gorsing kuning
3 gumorsing mengu ning
4 manduda menumbuk padi
5 pagilingkon
eme
mengkilang padi
6 manyuan menanam
7 mancabut
same
mencabut bibit
8 manapui memupuk
9 mangolbuki menyisip
10 mangkeong
i
membasmi keong
67 ot
12 marbabo menyiangi
13 manghiang mengeringkan
14 boltok menek
batang padi yang mulai bunting
15 boltok godang
padi bunting
16 mamutar menyiangi pematang
17 patiris meniriskan
18 manyabur menabur benih
19 mangalonc
a
meluku lahan
20 manjombur menjemur hasil panen
21 mamiari menampi hasil panen
22 manambal membersihkan tanaman ladang dengan tajak
besar
23 mangkoris membersihkan tanaman ladang dengan tajak
kecil
24 mananom menanam
5. Alat dan Mesin Pertanian
Leksikon nama alat dan mesin pertanian khususnya dalam pesawahan dan perladangan terdidri atas 33 leksikon. Untuk leksikon nomina terdiri atas 21 leksikon dan leksikon verba terdiri atas 12 leksikon dalam tabel di bawah ini:
Daftar leksikon alat dan mesin pertanian No BAM
(nomina)
glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
V Alat dan mesin pertanian
1 bajak bajak mambajak membajak
2 gotil ani-ani manggotil mengani-ani
3 jetor mesin bajak manjetor membajak
4 kampak kapak mangkam
pak
mengkampak
5 masin
pangaro bot
mesin perontok
msangaro bot
merontokkan padi dari malai
6 masin topung alat penggiling beras
7 masin
pangkipas
mesin penampi
8 masin
pangkoring
mesin pengering
9 ordang alat tugal mangorda
ng
menanam benih dengan alat tugal
10 pangkur cangkul mamangk
ur
mencangkul
11 pompa aek pompa air
12 robot
marlung guk
mesin robot
13 rambas arit mangara
m bas
68
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
14 samporot semprot manyamp
orot
menyemprot hama
15 sasabi sabit manyabi memanen
16 sinso mesin
perebah
manyenso menebang pohon dengan mesin
17 garu garpu
18 taraktor traktor roda
19 tumbilang tumbilang
20 tajak godang tajak besar manajak menajak 21 tajak menek/
baletong
tajak kecil
Leksikon nomina tersebut ada yang memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks mam – mang dan man yakni sebagai berikut:
Prefiks mam – mang dan man
No Nomina glos verba glos ajektiva glos
1 bajak bajak mambajak membajak
2 gotil ani-ani manggotil mengani-ani
3 jetor mesin bajak manjetor membajak
4 kampak kapak mangkamp
ak
mengkapak
5 masin
pangarobot
mesin perontok
mangarobo t
merontokkan padi dari malai
6 ordang alat tugal mangordan
g
menanam benih dengan alat tugal
7 pangkur cangkul mamangkur mencangkul
8 rambas arit mangaram
bas
mengarit
9 samporot semprot manyampor
ot
menyemprot hama
10 sasabi sabit manyabi memanen
11 sinso mesin perebah manyenso menebang pohon dengan mesin
12 tajak godang
tajak besar manajak menajak
6. Leksikon Tumbuhan Sawah dan di Sekitar Sawah
69
Daftar leksikon tumbuhan sawah dan di sekitar sawah No BAM
(nomina)
glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina )
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
VI Tumbuhan sawah dan di sekitar sawah
1 arambir pohon kelapa
2 apas pohon kapuk
3 asom-asom rumput berdaun sempit
4 angkung kangkung
5 aromak teki-tekian
6 botik papaya
7 bulu bambu
8 busir keladi
9 bau-bau rumput berdaun lebar
10 dahan
durame
jamur merang
11 eme padi
12 gayambang kiambang
13 genjer genjer
14 kotuk-kotuk rumput berdaun sempit
15 ombur rumput berdaun sempit
16 pandan misang
daun pandan
17 pau pakis
18 rumput manis
rumput gajah mini
19 roro udan teki-tekian
20
simareme-eme
teki-tekian
21 sipulut pulut
22 sirput rumput malu
23 sitias rumput berdaun sempit
24 suat talas
25 sumangge semanggi
26 suri-suri teki-tekian
27 susuk bolut rumput berdaun sempit 28 sirompaspa
ra
rumput berdaun lebar
7. Leksikon Tanaman Ladang
70
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
Daftar leksikon tanaman ladang
No BAM
(nomina)
glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
VII Leksikon tanaman ladang 1 alas nabontar lengkuas putih
2 ancimun mentimun cucumis
sativus
3 asom jeruk citrus
auronfoli a
4 balinjen tomat ceri
5 bawang
panjang
bawang batak
6 bawang perei daun perei
7 bingkuang bengkuang pachyrhiz
us erosus
8 boja semangka citrullus
vulganis
9 botik papaya canica
papaya
10 buncis buncis phaseolus
vulganis 11 bulung gadung daun ubi
12 daun sup saledri brassica
juncea
13 eme hauma padi huma
14 gadung ubi
15 gadung jarar ubi jalar
16 jambu Bol
17 jambu erang
18 jambu orsik jambu biji psidium
guava linn
19 jaung jagung
20 jelok labu kuning cucurbita
mosehata 21 kacang goring kacang tanah
22 kacang gule kacang panjang
23 kacang ijo kacang hijau
24 kacang kuning kedelai
25 lasiak cabai
26 nasi-nasi daun katu
27 onas nanas ananas
comosus
28 paria-paria peria momordic
a
71
29 pisang pisang musa
paradisia cal
30 pitulo gambas
31 pira nitobu sayuran
32 ranti sayur meranti
33 sabi Sawi brassica
juncea
34 siala asam
skala
35 siarum bayam amaranth
us spee
36 tobu tebu
37 tomat na
godang-godang
tomat lycopersiu
m esculentu m
38 torung terong
39 unik kunyit
40 unte godang jeruk bali citrus
maxima
8. Leksikon Nama Tumbuhan Obat di Sekitar Sawah dan Ladang
Khusus leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang lebih banyak jumlah leksikon yang ditemukan. Di antara dari 11 pengelompokan leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing khususnya dalam persawahan dan perladangan, yaitu terdiri atas 72 leksikon nomina dan tidak memilki leksikon verba dan ajektiva yang diuraikan pada lampiran 1.
9. Leksikon Fauna dalam Persawahan dan Perladangan
Leksikon nomina nama fauna dalam persawahan dan perladangan terdiri atas 47 leksikon. Kelompok leksikon ini juga tidak memiliki leksikon verba dan ajektiva pada setiap nomina yang diuraikan dalam tabel berikut:
Daftar leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan
No BAM
(nomina)
glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
IX Leksikon fauna dalam persawahan dan
perladangan
1 ala kala
2 alihi elang
3 aluang kalong
4 agas nyamuk
5 antingano walang sangit
6 aporas ikan sejenis haperas
7 aruting gabus
8 bajonggir kadal
9
borong-borong
72
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
10 buntat ikan gobi
11 burung tasik bangau
12 bodat monyet
13 cacibang kaki seribu
14 capet ikan sepat
15 garap kepinding tanah
16 gayo kepiting sungai
goya cacing tanah
17 ikan tima ikan timah
18 inggit-inggit ikan sejenis lele
19 kotok tupai
20
kabang-kabang
kumbang
21 keong keong
22 lompong kelelawar
23 limatok pacat
24 laba-laba laba-laba
25 lanok lalat
26 linta linta
27 onggang enggang
28 pune punai
29 piongot tawon
30 ruak-ruak ruak-ruak
31 rama-rama kupu-kupu
32 rongit nyamuk
33 silopak burung pipit
34 silisit burung
35 salim bor-bor
laron
36 salim pot-pot kunang-kunang
37 siapor belalang
38 siborok berudu
39 sikurindik jangkrik
40 siri-siri capung
41 suruk anjing tanah
42 tangkulapa ulat bulu
43 tingkalang lele
44 tilan ikan sejenis belut
45 tungir tungir
udang udang
46 wereng
nacoklat
wereng coklat
47 wereng
narata
wereng hijau
10. Alat Penangkap Ikan
73
Daftar leksikon alat penangkap ikan No BAM
(nomina)
glos (nomina) BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
X Alat penangkap ikan
1 during during mandurun
g
menangkap ikan dengan during
2 kail kail mangkail memancing
3 lobu-lobu alat penangkap
ikan seperti bak papan
marlobu-lobu
menangkap ikan dengan bak papan
4 luka alat penangkap
ikan/bubu terbuat dari bilah
marluka menangkap ikan dengan bubu yang terbuat dari bilah
5 mandehe meraba/menangkap ikan tanpa alat
6
mancet-cet
menangkap belut dengan kail tanpa joran
7 mametok menangkap ikan dengan bambu runcing
8 rambang alat penangkap
ikan dan burung seperti jala/jarring
mangara mbang
menangkap ikan/burung dengan jarring
9 sindiran alat penangkap ikan seperti bubu kecil
10 siturum seterum manyituru
m
menyeturum
11 sulu lampu marsulu menangkap ikan malam hari dengan membawa
lampu
12 tambun alat penangkap
ikan
manambu n
menangkap ikan
13 taot kail tanpa
joran/kail pendek
martaot memancing dengan kail pendek
14 tuba racun ikan dari
tumbuhan
manuba meracun ikan dengan tumbuhan
Leksikon nomina tersebut memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks man - mang - mar - dan mam yaitu sebagai berikut:
Prefiks man - mang – mar
No Nomina Glos Verba Glos Ajektiva Glos
1 durung durung mandurun
g
menangkap ikan dengan during
2 kail kail mangkail memancing
3 lobu-lobu alat
penangkap ikan seperti bak papan
marlobu-lobu
74
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
4 luka alat penangkap ikan/bubu terbuat dari bilah
5 mandehe meraba/menangkap ikan tanpa alat
6
mancet-cet
menangkap belut dengan kail tanpa joran
7 mametok menangkap ikan dengan bambu
runcing
8 ram bang alat
penangkap ikandan burung seperti jala/jarring
mangara m bang
menangkap ikan/buru ng dengan jarring
9 siturum seterum manyituru
m
menyetrum
10 sulu lampu marsulu menangkap ikan malam hari
dengan membawa lampu
11 tambun alat
penangkap ikan
manambu n
menangkap ikan
12 taot kail tanpa
joran/kail pendek
martaot memancing dengan kail pendek
13 tuba racun ikan
dari tumbuhan
manuba meracun ikan dengan tumbuhan
11. Alat Penangkap Burung
Leksikon nama alat penangkap burung dalam persawahan dan perladangan bahasa Angkola/Mandailing di Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 11 leksikan yang terbagi atas dua leksikon yaitu leksikon nomina terdiri atas 6 leksikon dan leksikon verba terdiri atas 5 leksikon, sementara tidak memiliki leksikon ajektiva yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:
Daftar leksikon alat penangkap burung No BAM
(nomina)
glos (nomina)
BAM (verba)
glos (verba)
BAM (adjektiv a)
glos (adjektiv a)
bahasa latin (nomina)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
XI Alat penangkap burung
1 katapel katapel magkatap
el
mengkata pel
2 pike pike marpike memikat burung
3 pulut pulut mamulut menangkap burung dengan getah kayu
4 sambat sambat manyamb
at
menangkap burung dengan tali/benang
5 sinapang
angin
sinapang angin
75
Leksikon nomina tersebut memiliki leksikon verba yang mengandung prefiks mang – mar – mam – dan man yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.19 Prefiks mang – mar – mam – dan man
No Nomina Glos Verba glos ajektiva glos
1 katapel ketapel magkatap
el
mengkata pel
2 pike alat
penangkap burung
marpike memikat burung
3 pulut alat
penangkap burung dari getah kayu
mamulut menangkap burung dengan getah kayu
4 sambat alat
penangkap burung dari tali/benang
manyamb at
menangkap burung dengan tali/benang
5 ultop alat penangkap burung terbuat dari bamboo
SIMPULAN
Leksikon ekoagraris dalam bahasa Angkola/Mandailing di Kecamatan Sayurmatinggi terdiri atas 11 kelompok leksikon yaitu (1) leksikon bagian sawah (2) leksikon benda- benda persawahan dan perladangan (3) leksikon peralatan produksi hasil panen (4) leksikon alur beras dan palawija (5) leksikon alat dan mesin pertanian (6) leksikon tumbuhan sawah dan sekitar sawah (7) leksikon tanaman ladang (8) leksikon nama tumbuhan obat di sekitar sawah dan ladang (9) leksikon fauna dalam persawahan dan perladangan (10) leksikon alat penangkap ikan (11) leksikon alat penangkap burung.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Abdurrahman. (2009). “Potensi Kepunahan Bahasa Pada Komunitas Melayu Langkat di Stabat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara”. [Jurnal Logat Volume V No.1 April 2009]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Amri, Yusni Khairul. (2011). “Tradisi Lisan Upacara Adat Tapanuli Selatan (Pemahaman Leksikon pada Remaja di Padang Sidempuan)”. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Al-Gayoni, Yusradi Usman. (2012). Ekolinguistik. Jakarta: Pang Linge Bekerjasama dengan Research Centre for Gayo (RDfG).
Chaer, Abdul. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Fill, Alwin and Peter Muhlhausler. (2001). The Ecolinguistics Reader Language, Ecology and Environment. London: Continuum.
76
Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015
Haviland, William A. (1999). Antropologi. Edisi Keempat, Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga
K. K Dwi Susilo, Rachmad. (2008). Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Pers.
K. K Dwi Susilo, Rachmad. (2012). Sosiologi Lingkungan dan Sumber Daya Alam: Perspektif Teori dan Isu-Isu Mutakhir. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
M. Mbete, Aron. (2009). “Problematika Keetnikan dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik”. Seminar Nasional Budaya Etnik III: Universitas Udayana.
M. Mbete, Aron. (2009). Refleksi Ringan tentang Problematika Keetnikan dan Kebahasaan dalam Perspektif Ekolinguistik
M. Mbete, Aron. (2011). “Ekolinguistik: Perspektif Kelinguistikan Yang Prospektif”. Kupang: Udayana.
M. Mbete, Aron. (2012). “Hak Hidup Bahasa-Bahasa Minor, Ancaman, dan Strategi Pelestariannya”. Seminar Nasional Bahasa Ibu V: Universitas Udayana.
M. Mbete, Aron. (2013). Penulisan Singkat Penulisan Proposal Penelitian Ekolinguistik. Denpasar: Vidia.
Muhlhausler, Peter and Alwin Fill (Eds.) (2003). The Ecolinguistics Reader. Language, Ecology and Environment. London and New York: Continuum.