• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Unsur-unsur Puisi

Emzir (2016:242) menyatakan bahwa unsur puisi terdiri atas struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur dalam puisi berkaitan isi atau makna. Berikut sajian uraiannya ;

a. Struktur Luar

1) Pilihan Kata (diksi)

Pilihan kata merupakan hal yang sangat esensial dalam struktur puisi karena kata merupakan wacana sebagai ekspresi utama. Setiap kata akan mempunyai beberapa fungsi, baik fungsi makna, bunyi, nilai estetika, bentuk dan lainnya.

2) Unsur Bunyi

Unsur bunyi merupakan hasil penataan kata dalam struktur kalimat. Pada puisi – puisi lama, seperti pantun dan syair, penyusunan bunyi merupakan bagian yang mutlak karena struktur tersebut merupakan bagian penanda bentuk. ragam bunyi mencakup hal-hal sebagai berikut .

a) Rima

Rima atau bunyi-bunyi yang sama dan diulang, baik dalam satuan kalimat maupun pada kalimat-kalimat berikutnya. Rima tersebut dapat berupa:

- Asonansi atau keruntutan vocal yang ditandai oleh persamaan bunyi

vocal

pada satu kalimat seperti rindu, sendu, mengharu kalbu. - Aliterasi, yaitu persamaan bunyi konsonan pada kalimat

32

- Rima dalam, yaitu persamaan bunyi (baik vocal maupun konsonan) yang berlaku antara kata dalam satu baris.

- Rima akhir, yaitu persamaan bunyi akhir baris. b) Irama

Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan aspek musikalitas atau ritme tertentu. Ritme dapat muncul karena adanya penataan rima.

b. Struktur Dalam

Struktur dalam pada dasarnya adalah makna yang terkandung di balik kata-kata yang disusun sebagai struktur luarnya. Pengertian struktur dalam diberikan karena makna dalam puisi sering kali merupakan makna yang tidak langsung atau simbolis.

Berikut ini dapat diuraikan yang membangun puisi terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Struktur Batin Puisi (Hakikat Puisi)

Struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan puisi. Richards (dalam Waluyo, 1987) menyebutkan makna atau struktur batin dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair atau pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh pengarang. Pokok persoalan atau pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa pengarang, sehingga menjadi landasan utama

33 pengucapannya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan pengarang dengan tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Disini penyair menjadi peran utama untuk menguasai gagasan pokok yang hendak ditulis. Tema harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimajinasikan.

b) Perasaan Penyair

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan pengarang. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada teman, atau Sang Khalik. Oleh kerena itu, bahasa dalam puisi terasa sangat ekspresif dan lebih padat.Perasaan penyair (feeling) merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penciptaan puisi. Suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca.

c) Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca; apakah dia ingin bersikap menggurui, mengejek, menyendiri, atau bersikap lugas dengan hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada merupakan sikap pengarang terhadap pembaca maka suasana adalah jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologi yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berkaitan, karena nada puisi menimbulkan perasaan terhadap pembaca. Nada senang yang

34

diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana gembira/ceria hati pembaca.

Dalam apresiasi puisi, penyair dapat menentukan sikap kepada pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek dan lain-lain. Adapun yang dimaksud dengan suasana dalam puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.

d) Amanat (pesan)

Amanat merupakan hal yang penting dalam puisi, karena di dalammnya tersirat kata-kata penulis yang hendak disampaikan kepada pembaca secara bahasa tulis, hal ini untuk memberikan kesan atau pesan terhadap pembaca.

2) Struktur Fisik Puisi (Metode Puisi)

a) Diksi (pilihan kata)

Pemilihan kata harus di pertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya. Menurut Sayuti (2008:143) peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Karena diksi merupakan esensi penulis puisi. Barfield (dalam Pradopo, 2009:54) mengemukakan bahwa kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Jadi, diksi bertujuan untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik.

35 Begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, maka kata harus dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya. Dalam pemilihan kata dipertimbangkan berbagai aspek estetis maka kata-kata yang sudah dipilih oleh pengarang untuk sebuah puisi bersifat absold dan tidak dapat diganti dengan padan kata sekalipun maknanya.

b) Pengimajian

Pengimajian berhubungan erat dengan diksi, karena pengimajian menggunakan kata-kata konkret seperti penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian atau citraan dalam puisi pada dasarnya selalu terkait dengan bahasa kias, diksi secara umum dan srana retorik. Menurut Sayuti (2008: 170) istilah citraan/ pengimajian dalam puisi dapat dipahami dalam dua cara yakni citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca dan citraan dipahami secara ekspresif.

Sejalan dengan itu Kosasih (2011:207), mengungkapkan pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Dengan adanya imajinasi yang diciptakan pengarang, maka kata-kata puisi seolah-olah tercipta sesuatu yang dapat didengar, dilihat ataupun dirasakan pembacanya.

Pandopo (2009:79) mengungkapkan citraan dalah gambaran-gambaran angan sajak. Gambaran-gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, peradapan, pengecapan, dan penciuman, serta diciptakan oleh pemikiran dan gerakan.

36

c) Kata Konkret

Dalam membangkitkan imaji (daya bayang), kata – kata yang dipilih harus dikonkritkan , karena kata-kata itu dapat mempengaruhi keseluruhan arti. Menurut Kosasih (2011:207) untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Jika pengarang mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan dalam puisi.

d) Bahasa Figuratif (majas)

Bahasa figuratif atau bahasa bersusun-susun dapat menyebabkan puisi menjadi prismatic artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Menurut Kosasih (2011:208), majas ialah bahasa yang digunakan pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan pengarang untuk menyampaikan perasaan, pengalaman batin, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya. Dengan adanya bahasa kiasan menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan (citraan).

e) Persajakan /Irama

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa persajakan merupakan perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu didalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi diakhir kata, maupun yang berupa perulangan

37 bunyi-bunyi sama yang disusun pada jarak tertentu secara teratur (Sayuti, 2008:104).

Persajakan di dalamnya memuat rima-dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan adanya rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki pengarang semakin indah dan bermakna yang ditimbulkan pun lebih kuat. Selain rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dan bait-bait puisi.

f) Tipografi

Menurut Siswanto (2008:113), ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah tipografi. Tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Selain itu Kosasih (2011:210), mengatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan membentuk bait. Dalam puisi – puisi kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.

Jadi bisa disimpulkan bahwa unsur puisi memiliki dua, yaitu struktur dari dalam dan dari luar. Struktur dari dalam meliputi struktur batin (hakikat puisi) dan struktur fisik puisi. Struktur batin yang terdiri dari tema, perasaan penyair (feeling), nada dan suara, dan amanat (pesan). Sedangkan struktur fisik puisi terdiri dari diksi (pilihan kata), pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), persajakan/irama dan tipografi. Sedangkan Menurut Salam (2016: 1) unsur puisi terbagi atas

38

unsur lahiriah (struktur fisik puisi) dan unsur batiniah (struktur batin). Unsur lahiriah yaitu: rima atau irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik pada awal, tengah, atau pada akhir baris puisi. maginary merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti perasaan, penglihatan dan pendengaran. Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan seorang penyair dalam karyanya. Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indra yang memungkinkan munculnya imaginary. Gaya bahasa yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi tertentu. Tipografi adalah bentuk puisi yang tepi kanan dan kiri tidak dipenuhi kata, tidak selalu dimulai dengan huruf besar pada setiap baris serta tidak diakhiri tanda titik.S edangkan unsur batiniah yaitu: tema atau makna baik tiap kata atau makna keseluruhan. Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisi. Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan tema dan rasa. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca.

Dokumen terkait