• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAJARAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAJARAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

vii

(4)
(5)

ix

PICTURE AND PICTURE

Penulis:

Eva Oktaviana, M.Pd Chrisnaji Banindra Y, M.Pd

Maria Ulfa, M.Pd

STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA 2019

(6)

x

PICTURE AND PICTURE

Penulis:

Eva Oktaviana, M.Pd Chrisnaji Banindra Y, M.Pd Maria Ulfa, M.Pd.

ISBN: 978-602-50134-3-0

Editor: Elis Solihat, M.Pd

Desain Sampul dan tata letak: Singgih Tanu Wangsa, M.Pd Penerbit:

STKIP Kusuma Negara Publishing

Jl. Raya Bogor Km. 24, Cijantung Jakarta Timur

Cetakan Pertama, September 2019 Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak bahan ajar ini dalam bentuk apapun dan dengan cara apapun

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar yang berjudul Pengajaran Menulis Puisi Menggunakan Metode

Picture and Picture.

Buku Pengajaran Menulis Puisi Menggunakan Metode Picture

and Picture dimaksudkan untuk memenuhi referensi kebutuhan

mahasiswa, guru, dan stakeholder pendidikan. Dimana buku ini menyajikan teori hasil penelitian terkait Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari penggunaan metode Picture and Picture terhadap kemampuan menulis puisi. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa SD dengan menggunakan metode

Picture and Picture.

Perkembangan budaya menulis bangsa Indonesia memang cukup signifikan, tetapi apa yang sudah diraih masih jauh tertinggal dengan negara-negara seperti Jepang, Finlandia dan Amerika Serikat. Jepang merupakan negara yang sudah menanamkan budaya membaca sejak kecil. Tidak heran maengapa Jepang dikenal sebagai negara yang maju. Sementara Finlandia sudah membuktikan hasil dari revolusi pendidikannya dan kini merupakan negara yang mendapat peringkat pertama dalam jajaran negara literasi di dunia. Sedangkan Amerika pada tahun 2000-an dibuat gerakan oleh Komisi Nasional untuk Revolusi Menulis. Tentunya hal ini menjadikan Amerika memiliki keterampilan literasi yang baik. Generasi yang cerdas dan terpelajar terlahir dari minat literasi yang tinggi. Hal ini tentu saja melibatkan berbagai pihak yang saling berkolabrasi dalam mewujudkan budaya literasi ini. Oleh karena itu, penulis tertarik membuat buku ajar dengan

(8)

vi

judul “Pengajaran Menulis Puisi Menggunakan Metode Picture and

Picture”.

Penulis ucapkan terimakasih tak terhingga kepada ketua LPPM Ibu Dr.Nursiah Sappaile, M.Pd, Ibu Dr.Yatha Yuni, M.Pd, tim penulis dan teman-teman dosen PGSD yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas motivasi dan supportnya hingga buku ajar ini selesai.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca buku ajar ini, mudah-mudahan buku ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan agar kesalahan dan kekurangan dapat diperbaiki sebagai penyempurnaan dimasa yang akan datang.

Jakarta, 19 September 2019

(9)

vii

DAFTAR ISI

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II ... 5

PENGAJARAN MENULIS ... 5

1. Hakikat Menulis ... 5

2. Tujuan Pembelajaran Menulis ... 7

3. Pembelajaran Menulis di SD ... 10

4. Perkembangan Menulis pada Siswa SD ... 12

5. Tahap-tahap Menulis ... 14 6. Strategi Menulis ... 18 BAB III ... 19 MENULIS PUISI ... 19 1. Pengertian Puisi ... 19 2. Jenis-jenis Puisi ... 22 3. Unsur-unsur Puisi ... 31 4. Apresiasi Puisi ... 38

5. Langkah –langkah Menulis Puisi ... 39

6. Instrumen Penilaian Menulis Puisi ... 40

BAB IV ... 43

METODE PICTURE AND PICTURE ... 43

1. Hakikat Picture and Picture ... 43

2. Ciri- Ciri Metode Pembelajaran Picture and Picture ... 44

3. Kelebihan dan Kekurangan PnP ... 45

4. Langkah-Langkah Pembelajaran PnP ... 46

5. Indikator Metode Pembelajaran PnP ... 48

(10)

viii

CONTOH-CONTOH PUISI SISWA KELAS IV ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN STUDI KASUS PTK ... 63

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Mata Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. Mata Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan dimulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas hingga perguruan tinggi. Jenjang pendidikan Sekolah Dasar merupakan waktu yang baik dalam meningkatkan keterampilan bahasa Indonesia. Keterampilan bahasa Indonesia pada hakikatnya terdiri dari empat komponen, yaitu menyimak, mendengar, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan erat hubungannya dengan keterampilan lainnya. Keterampilan berbahasa diperoleh melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula diusia kecil kita belajar menyimak, kemudian berbicara, kemudian kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut menurut Henry Guntur Tarigan dalam buku (Siti Anisatun Nafi’ah:30) pada dasarnya merupakan suatu kesatuan cartutunggal.

Pengajaran bahasa Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Komunikasi tersebut diharapkan mampu melibatkan lisan maupun tulisan. Lebih dari itu, pemahaman terhadap bahasa Indonesia diharapkan menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap hasil karya kesusastraan Indonesia.

Pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, guru dituntut memiliki kreativitas yang tinggi, karena pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia sampai saat ini masih menjadi mata pelajaran yang diujikan pada Ujian

(12)

2

Nasional serta tuntutan dalam kurikulum 2013 revisi 2017. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan kreativitasnya dalam menerapkan metode pengajaran bahasa Indonesia, sehingga pembelajaran yang sudah dipelajari akan lebih mudah dipahami dan bermakna bagi siswanya, termasuk pembelajaran apresiasi sastra.

Karya kesastraan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar salah satunya adalah puisi. Puisi merupakan salah satu materi yang sering diuji praktekan ketika proses pembelajaran berlangsung di kelas. Tujuan pengajaran sastra tidak lain agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan bersastra.

Salah satu aspek yang diajarkan dalam pembelajaran sastra adalah menulis puisi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa. Hal ini mempunyai tujuan agar siswa dapat mengekspresikan pikiran, perasaaan, pengalaman, dan imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Oleh karena itu, mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Hal ini tentunya melibatkan peranan guru dalam mengajar, yaitu memiliki metode pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa terlatih dan termotivasi dalam mengembangkan keterampilan berbahasa, terutama menulis puisi.

Salah satu metode pengajaran yang menarik yang bisa guru terapkan dalam pengajaran puisi salah satunya dengan menggunakan metode Picture

and Picture. Metode ini menggunakan media gambar secara runtut yang

dapat membantu siswa mendapatkan ide dan gagasan dengan mudah dalam menulis puisi. Media pengajaran dengan menggunakan gambar dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis sehingga siswa mampu menuangkan imajinasi dan perasaannya dalam bentuk puisi. Selain itu, media

(13)

3 gambar mampu menggugah emosi dan sikap siswa dalam mendapatkan ide atau gagasan.

Pengajaran menulis puisi dengan menggunakan metode Picture and

Picture menjadikan siswa lebih berani dalam mengungkapkan pikirannya dan

berinteraksi dengan teman maupun guru. Metode pembelajaran Picture and

Picture menumbuhkan rasa penasaran dan motivasi yang tinggi pada siswa

karena Picture and Picutre merupakan suatu metode pembelajaran yang inovatif, kreatif dan interaktif. Siswa akan lebih terangsang dalam keterlibatan emosional dan ketekunan dalam pembelajaran menulis puisi.

Adapun tujuan dari buku ini agar semua stakeholder pendidikan baik mahasiswa, maupun guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang menarik yaitu metode Picture and Picture dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Adapun buku ini secara khusus diharapkan dapat mengetahui seperti di bawah ini:

A. Pengajaran Menulis

1. Hakikat Kemampuan Menulis 2. Tujuan Pembelajaran Menulis 3. Tahap-tahap Menulis

4. Perkembangan Menulis Pada Siswa SD 5. Strategi Menulis 6. Pembelajaran Menulis di SD B. Menulis Puisi 1. Pengertian Puisi 2. Ciri-ciri Puisi 3. Jenis-jenis Puisi 4. Unsur – unsur Puisi a. Tema

(14)

4

b. Amanat c. Nada d. Suasana 5. Apresiasi Puisi

6. Langkah-langkah Menulis Puisi

C. Kisi-kisi Instrumen Menulis Puisi D. Metode Picture and Picture

1. Hakikat Picture and Picture

2. Ciri ciri Metode Pembelajaran Picture and Picture 3. Kelebihan dan Kekurangan Picture and Picture 4. Langkah – langkah Pembelajaran Picture and Picture 5. Indikator Metode Pembelajaran Picture and Picture

(15)

5

BAB II

PENGAJARAN MENULIS

1. Hakikat Menulis

Salah satu keterampilan bahasa selain menyimak, membaca dan berbicara adalah menulis. Menulis merupakan suatu kegiatan yang menggunakan media aksara dalam menyampaikan suatu informasi. Menulis merupakan sebuah proses dalam penuangan ide gagasan ke dalam sebuah tulisan dan melalui tahap-tahap tertentu. “Menulis adalah sebuah proses berkomunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembacanya” (Yunus Abidin, 2012:182). Sama halnya dengan Elbow (dalam M.Thobroni, 2008) menegaskan, “dengan menuliskan semua pikiran di atas kertas, kita bisa melihat hubungan antara gagasan dan menjadikan hal-hal yang samar dan abstrak menjadi jelas dan konkrit”. Sehingga peta gagasan dan pemikiran kita akan tersusun logis dan sistematis. Menulis merupakan seluruh rangkaian kegiatan seseorang yang menjelaskan hasil pemikiran dan memberikan informasi melalui aksara kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (I Nengah Suandi,dkk, 2018:195).

Suatu alat yang sangat ampu dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan yaitu puisi (Enre, 1988:6). Seseorang yang mampu menulis dengan baik mampu memberikan informasi yang jelas kepada pembaca. Akan tetapi, bagi siswa yang merasa kesulitan dalam menulis, mereka tidak tahu bagaimana cara memulai dan mendapatkan sebuah ide atau gagasan. Hal ini dikarenakan menulis merupakan keterampilan yang kompleks sehingga perlu dilatih dalam prosesnya serta butuh ketelitian sejak kelas awal SD. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif karena

(16)

6

penulis harus terampil menggunakan grafologi, struktur bahasa, dan memiliki bahasa yang memadai, yang mana menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Puji Santoso (2004:6.11) berpendapat bahwa “menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan”.

Hakikat menulis adalah “proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba, sampai dengan mengulas kembali” (Saleh Abas, 2006: 127). Hal ini dapat diartikan bahwa menulis tidak timbul secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan suatu proses berpikir agar dapat dituangkan kedalam bentuk tulisan.

Sementara itu, (Tarigan, 2008) menyatakan bahwa, “menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut mereka memahami bahasa gambaran grafik itu”. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Pendapat tersebut didukung dengan pernyataan Harris (dalam Ahmad Susanto, 2013: 243) bahwa, lima komponen tulisan yang harus dimiliki penulis, yaitu isi (materi) tulisan, organisasi tulisan, kebahasaan (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan, dan mekanisme tulisan. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa dalam hal menulis ada lima komponen yang mengikat sehingga seorang penulis mempunyai ciri khas dalam tulisannya.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu proses dalam mendapatkan sebuah ide atau gagasan yang dituangkan kedalam bahasa tulis secara tersusun, logis dan sistematis sehingga pembaca dapat memahaminya. Menulis adalah rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasan, buah pikiran, pendapat, dengan menggunakan kata-kata yang tepat, disusun menjadi kalimat-kalimat

(17)

7 yang jelas, paragraf yang padu dan sistematis ditulis dengan menggunakan ejaan yang benar, sehingga dapat dipahami oleh orang lain, serta dengan tulisan seseorang akan mengabadikan hasil karyanya dan bertujuan agar dikenang oleh generasi penerus.

2. Tujuan Pembelajaran Menulis

Pada dasarnya seorang penulis ketika hendak menuangkan ide gagasannya dalam bentuk tulisan mempunyai tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca. Selain itu, penulis memiliki tujuan atau karakteristik dalam penulisannya agar arah tujuan yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pembaca. Begitu pula dalam dunia pendidikan, hendaknya seorang guru memahami karakteristik siswa agar tujuan dari pembelajaran menulis dapat tersampaikan. Berikut tujuan pembelajaran menulis di tingkat SD;

Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai di kelas 1 SD adalah sebagai berikut (Solchan T.W,2014: 9.6).

1) Bersikap dengan benar dalam menulis garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, dan garis pembentuk huruf.

2) Menjiplak atau menebalkan (gambar, lingkaran, dan bentuk lurus). 3) Menyalin (huruf, kata, kalimat, angka arab, dan kalimat atau beberapa

kalimat).

4) Menulis huruf, kata, dan kalimat sederhana dengan huruf lepas.

5) Menulis beberapa kalimat sederhana (terdiri atas 3-5 kata) dengan huruf sambung.

6) Menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung. 7) Menulis kalimat yang didiktekan guru menggunakan huruf sambung dan

menuliskannya dengan benar.

(18)

8

Tujuan pembelajaran dikelas 2 SD, adalah sebagai berikut:

1) Menuliskan pengalaman penggunaan kalimat sederhana dengan huruf sambung.

2) Menulis kalimat yang didiktekan guru dalam huruf sambung dengan benar (penggunaan ejaan dan tanda baca).

3) Melengkapi cerita dengan kata yang tepat.

4) Menuliskan karangan pendek tentang kegiatan anggota keluarga. 5) Menulis cerita sederhana tentang kesukaan dan ketidak sukaan.

Tujuan pembelajaran menulis di kelas 3 SD (Kelas Tinggi) sebagai berikut:

a) Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat.

b) Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri menggunakan kalimat yang semakin kompleks.

c) Membuat rangkaian dari teks narasi cerita dalam beberapa kalimat dengan menggunakan kata-kata sendiri.

d) Menulis petunjuk membuat mainan dan menjelaskan cara memainkannya.

Tujuan pembelajaran menulis di kelas 4 SD (Kelas Tinggi) sebagai berikut:

a) Memahami isi percakapan dan melengkapi percakapan.

b) Menulis deskripsi tentang benda disekitar atau seseorang dengan bahasa yang runtut.

c) Mengisi formulir dengan benar.

(19)

9 e) Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita

dengan b ahasa yang komunikatif.

f) Menyusun paragraf dengan bahasa yang tersedia g) Menulis cerita berdasarkan pengalaman.

h) Menulis pengumuman dengan bahasa yang komunikatif

i) Menulis cerita rekaan berdasarkan pengalaman dengan bahasa yang runtut dan menggunakan EYD yang tepat.

j) Membuat pantun sederhana.

Tujuan pembelajaran menulis di kelas 5 SD (Kelas Tinggi) sebagai berikut:

a) Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak. b) Menulis karangan dengan bahasa yang tersedia.

c) Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan. d) Menulis kartu pos dengan benar.

e) Menulis surat pribadi untuk berbagai keperluan (untuk berbagai tujuan) dengan kalimat yang efektif.

f) Menyusun laporan melalui tahapan yang benar.

g) Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri.

h) Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa yang sesuai.

i) Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk prosa sederhana dengan bahasa yang komunikatif.

j) Menulis pengalaman pribadi dalam bentuk prosa sederhana. k) Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi.

(20)

10

Tujuan pembelajaran menulis di kelas 3 SD (Kelas Tinggi) sebagai berikut:

a) Mengisi daftar riwayat hidup dengan benar.

b) Menyusun naskah pidato/sambutan dengan bahasa yang komunikatif dan santun.

c) Menyampaikan informasi dalam bentuk iklan dengan bahasa yang komunikatif

d) Menulis wesel pos dengan benar.

e) Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau di dengar.

f) Menyusun rangkuman dari berbagai teks bacaan yang memiliki kesamaan tema.

g) Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai dengan orang yang dituju.

h) Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa dengan tetap mempertahankan makna puisi.

i) Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar.

Jadi tujuan pembelajaran menulis adalah suatu pembelajaran dimana seorang guru bisa memberikan pengajaran menulis berdasarkan karakteristik siswa melalui tahap-tahapan penulisan serta disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan di SD. Berikut akan dijelaskan terkait pembelajaran menulis di Sekolah Dasar (SD).

3. Pembelajaran Menulis di SD

Kemampuan menulis bukanlah sesuatu yang instan dan bukan bawaan sejak lahir, akan tetapi kemampuan menulis membutuhkan suatu proses yang panjang. Proses itu diperoleh melalui tindakan pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa banyak latihan (Solchan T.W,2014:

(21)

11 9.4). Jadi, proses dalam menulis sangatlah penting dilakukan oleh seseorang khususnya dalam proses pembelajaran menulis seorang siswa dapat dilatih terus menerus oleh seorang guru. Dengan melakukan banyak latihan maka akan terbentuk gaya penulisan dari dalam diri siswa.

Pengajaran menulis untuk siswa SD mulanya diperkenalkan dengan bentuk huruf. Huruf-huruf itu di bentuk oleh garis-garis. Maka siswa dilatih dengan membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, dan garis bulat yang merupakan dasar untuk menulis sebuah huruf. Dapat dilihat di kelas satu semester 1 dengan materi pokok pembelajaran menulis yaitu garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran, dan garis bentuk lingkaran. Jadi kelas 1 SD siswa diperkenalkan dengan membuat/ menulis huruf-huruf atau alphabet latin dan merangkainya menjadi kata-kata. Disamping itu siswa dibiasakan dengan sikap menulis yang benar. Misalnya: memegang dan menggunakan alat tulis yang merupakan kompetensi dasar menulis yang harus di kembangkan oleh guru (Solchan T.W,2014: 9.4).

Pada siswa SD kelas tinggi, siswa diminta menguasai teknik menulis kata, kemudian dilanjutkan dengan latihan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan kalimat-kalimat dirangkai menjadi paragraf, dan paragaraf-paragraf disusun menjadi sebuah wacana (Solchan T.W,2014: 9.4). Lihat gambar 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1. Materi Menulis di SD

Materi Menulis SD Siswa Kelas Rendah

1. Siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang benar.

2. Siswa dilatih membuat garis putus-putus, garis lurus, garis lengkung, lingkaran,dan garis pembentuk lingkaran.

3. Siswa menulis huruf-huruf atau alphabet latin dan merangkainya menjadi kata-kata.

(22)

12

Siswa Kelas Tinggi

1. Siswa latihan merangkai kata-kata menjadi kalimat. 2. Siswa dilatih membuat kalimat.

3. Siswa dilatih membuat paragraf 4. Siswa dilatih menyusun wacana

Hal di atas merupakan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar (SD). Dimana materi yang diajarkan disesuaikan dengan perkembangan siswa. Berikut akan dijelaskan terkait perkembangan siswa di SD.

4. Perkembangan Menulis pada Siswa SD

Perkembangan menulis biasanya berkaitan erat dengan kemampuan membaca. Semakin sering membaca maka seseorang memperoleh pembendaharaan kata yang banyak. Hal ini sangat membantu dalam proses menulis. Proses menulis dekat dengan menggambar, dalam hal ini keduanya mewakili simbol tertentu. Namun, menulis berbeda dengan menggambar dan hal ini diketahui oleh anak ketika berumur sekitar 3 tahun (Isah Cahyani,2012:70).

Anak-anak memulai dengan menggambar, kemudian menulis “cakar ayam”, barulah membuat bentuk-bentuk huruf. Mula-mula siswa sekolah dasar menulis, meskipun ia tidak mengetahui nama-nama huruf. Kata-kata yang dikenalnya dengan baik, misalnya, dapat menolong anak belajar bahwa huruf yang berbeda melambangkan bunyi-bunyi yang berbeda (Isah Cahyani, 2012:70).

Anak mencocokkan bunyi dan tulisan dengan menggunakan aturan menulis. Bunyi-bunyi dalam huruf dicocokkan dengan bunyi-bunyi yang di dengarnya. Pada mulanya, anak hanya memperhatikan huruf pertama pada setiap kata, huruf-huruf lain dalam setiap kata kurang mendapat perhatian, hal ini sama dengan tahap awal dalam membaca, anak juga hanya

(23)

13 memperhatikan huruf pertama. Berdasarkan hal ini, lebih baik anak-anak dihadapkan pada cerita yang ditulis dengan menggunakan huruf yang besar (Isah Cahyani, 2012:71).

Penggunaan huruf besar pada setiap awal kata pertama setiap paragraf, serta pemberian warna yang menarik akan lebih mempermudah siswa dalam mengenali perbedaan huruf yang satu dengan yang lainnya. Jadi kesiapan mereka dalam membaca dan menulis akan relatif cepat dengan tidak memberatkan anak. Sering ditemukan pada siswa SD dalam menulis suku kata tanpa huruf vocal dan juga tanpa antara. Misalnya, “lampu” ditulis “lmpu” atau “makan” ditulis “mkn”, dan sebagainya. Selain itu banyak kesalahan ejaan yang terjadi di kelas-kelas rendah sekolah dasar yang bersifat fonologis, yakni berupa penghilangan, penggantian, atau penambahan fonem, khususnya pada bunyi klaster, dan penggantian bunyi berdasarkan persamaan fonologis (misalnya, bawa diganti pawa). Biasanya ketika anak mulai belajar menulis latin (bergantian dari huruf cetak ke huruf latin), ejaan dan struktur kalimat banyak yang salah. Terlepas dari kekurangan – kekurangan tersebut, cerita yang ditulis pun sering bersifat langsung dan sederhana, akan tetapi cukup bagus. Anak-anak kelas rendah belum memperhatikan sebab pembaca masih bersifat egosentris. Akan tetapi dengan bantuan guru di sekolah anak – anak dapat mengenali sistem tulisan yang berlaku.

Gambar 4.1. Perkembangan Menulis pada Anak

Menggambar

Menulis Kata Menulis Kalimat

(24)

14

Perkembangan anak dalam menulis perlu adanya bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentranfer ide gagasan kedalam sebuah tulisan. Comb mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip perulangan, generatif, konsep tanda, dan fleksibelitas (Combs, 2014: 4.32-4.33).

Pada siswa awal biasanya terampil menulis jika siswa telah mampu menuliskan bunyi bahasa dalam tataran huruf, merangkai huruf menjadi suku kata dan kata, merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna, dan menyusun kalimat menjadi paragraf sederhana. Tulisan siswa sudah lengkap atau tidak ada huruf yang kurang, terbaca, benar tulisannya (bentuk dan rangkaiannya), dan sudah mengikuti EYD bila sudah diajarkan.

5. Tahap-tahap Menulis

Menulis bukanlah sesuatu yang instan melainkan membutuhkan proses didalam pengerjaanya. Dalam menulis ada beberapa tahapan yaitu tahap pemerolehan ide, pengolahan, dan pemproduksian ide. Pada tahap pemerolehan ide, penulis menggunakan kepekaannya dalam menuangkan pengalaman hidupnya maupun kehidupan manusia lainnya yang diketahui dalam berbagai perangkat pemerolehan ide. Sementara tahap kedua yaitu tahapan pengolahan ide. Pada tahap ini tergantung pada tujuan yang dicapai dalam menulis. Salah satunya kemampuan berimajinasi, sangat digunakan dalam proses menulis dimana imajinasi bertujuan untuk mengajak pembaca menikmati dan membuat diri pembaca masuk kedalam tulisan yang dibuat oleh sipenulis. Tahap terakhir yaitu produksi ide, menurut Jumanta Hamdayani, pada tahap ini mulai menggunakan peranti produksi ide, yakni pengetahuan bahasa dan pengetahuan konvensi karya. (Hamdayana, 2014: 184).

(25)

15 Pengetahuan bahasa merupakan peranti utama yang digunakan oleh penulis dalam mengemas gagasan yang telah diolahnya. Melalui penggunaan pengetahuan atau kemampuan berbahasa ini sebuah ide yang dikemas sesuai dengan tujuannya serta memenuhi asas ketatabahasaan yang diterima dikalangan pembacanya. Sementara pengetahuan konvensi karya di sisi lain akan digunakan untuk mengemas gagasan agar sesuai dengan genre tulisan yang akan dihasilkan. Menurut Oshima dan Hogue (1992:21) , “The process

of writing should involve three stages. They are prewriting, planning or outlining, and writing and revising draft.” Dalam bahasa Indonesia,

“Menulis terdiri dari tiga tahap, yaitu prewriting (sebelum menulis), planning

or outlining (membuat perencanaan dan garis besar penulisan) dan revising draft (menulis dan memperbaiki rancangan penulisan).”

Adapun tahap-tahapan menulis secara umum sebagai berikut: 1) Tahap Pramenulis

Tahap pramenulis ini merupakan tahap persiapan. Ada dua kegiatan yang dilakukan dalah tahap ini adalah menulis topik dan

menentukan tujuan. Topik itu sendiri merupakan inti segala yang akan

dibahas nanti. Serta dapat diperoleh melalui sumber, seperti Koran, televisi ataupun pengalaman penulis sendiri. Seperti contohnya pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur, topik ini bisa dikembangkan oleh penulis. Tahap yang kedua menentukan tujuan ini berkaita dengan pemilihan bentuk karangan. Bentuk karangan bisa berbentuk narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

2) Tahap Perencanaan Tulisan

Dalam buku I Nengah Suandi (Akhadiah, 1998:5) perencanaan tulisan ini sangat erat kaitannya dengan menulis kerangka tulisan. Kerangka harus disusun secara sistematis. Kerangka ini terdiri dari atas subtopik-subtopik yang akan dikembangkan menjadi paragraf - paragraf.

(26)

16

Misalnya, berdasarkan topik tentang “pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur” di atas, disini penulis dapat menyusun kerangka karangan sebagai berikut:

➢ Pendahuluan

- Pengertian ibu kota

- Pentingnya ibu kota bagi masyarakat Indonesia ➢ Isi

- Rencana pemerintah memindahkan ibu kota dari Jakarta ke KalimantanTimur

- Faktor – faktor pemerintah memindahkan ibu kota - Alasan pemindahan ibu kota

➢ Penutup

- Solusi yang seharusnya dilakukan pemerintah

Pada tahap perencanaan ini, sebagai penulis sudah melakukan tahap awal tulisan. Hal ini berupa garis besar setiap informasi yang akan dikembangan oleh si penulis.

3) Tahap Penulisan

Pada tahap penulisan ini dilakukan untuk mengembangkan sebuah ide gagasan ataupun butir-butir pokok yang telah dibuat sebelumnya. Pokok-pokok inilah kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf. 4) Tahap Revisi

Tahap revisi yaitu pemeriksaan terhadap tulisan yang telah dibuat (Akhadiah, 1998:5). Pada tahap ini penulis mengoreksi tentang bahasa, struktur karangan, ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan kaidah gramatika lainnya.

5) Tahap Publikasi

Publikasi adalah mempromosikan hasil tulisan kita ke khayalak ramai yang bertujuan agar apa yang kita tulis dapat diketahui pembaca.

(27)

17 Disini terjadi komunikasi antara penulis dan pembaca. Karena pembaca mendapatkan informasi dari hasil tulisan yang penulis buat.

Adapun tahapan menulis pada siswa SD dapat dibagi menjadi dua, yaitu menulis permulaan dan lanjutan (pendalaman). Menulis permulaan diawali dengan melatih siswa mengarang alat tulis dengan benar, menarik garis, menulis huruf, suku kata, kata, dan kalimat sederhana, biasanya diawali atau bersamaan dengan pembelajaran permulaan. Contoh untuk belajar menulis /i/ siswa diperkenalkan dengan membaca bunyi /i/. menulis lanjut dimulai dengan menulis kalimat sesuai gambar, menulis paragraf sederhana, dan menulis karangan pendek dengan bantuan berbagai media dengan ejaan yang benar. (Puji Santosa: 3.21) Lihat Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Keterampilan Menulis di SD

Sama halnya Nurchasanah membagi pembelajaran menulis permulaan menjadi dua tahap, yaitu tahap prapenulisan dan penulisan. Tahap prapenulisan bertujuan untuk melatih siswa membiasakan diri bersikap yang baik dan tepat dalam menulis. Contohnya, sikap duduk yang benar,

Menulis Lanjut (3-6) 1. Menulis kalimat sesuai

gambar.

2. Menulis paragraf sederhana. 3. Menulis dengan ejaan yang

benar. Keterampilan Menulis di SD

Menulis Permulaan (1-2)

1. Siswa dilatih memegang alat tulis dengan benar.

2. Siswa menarik garis pada huruf

3. Siswa menulis huruf, suku kata, kata, kalimat

(28)

18

pengaturan jarak mata dengan tangan yang tepat pada waktu menulis, cara membuka buku yang tepat, dan belajar membuat berbagai macam garis yang memungkinkan siswa untuk bisa menulis dengan tepat. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara menjiplak, menyalin, menulis halus, dikte, dan sebagainya.

6. Strategi Menulis

Pengajaran menulis dapat dilakukan dengan menggunakan dua strategi, yaitu pada saat jam pelajaran berlangsung dan setelah jam pelajaran berlangsung. Strategi pada saat jam pelajaran berlangsung, siswa bermain dengan bahasa dan tulisan, kuis, membuat atau mengganti akhir cerita. Strategi setelah jam pelajaran berlangsung, siswa dapat menulis harian, membuat majalah dinding, atau membuat kliping yang semuanya diarahkan agar siswa senang menulis. Latihan menulis di kelas tinggi dapat diterapkan melalui gambar, pengalaman, peribahasa, puisi dan sebagainya.

(29)

19

BAB III MENULIS PUISI 1. Pengertian Puisi

Puisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima, ritma, dan irama serta penyusunan larik dan bait. Menurut Kosasih (2011:206), puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Kekayaan makna yang terdapat dalam puisi disebabkan oleh adanya pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa dalam puisi berbeda dengan bahasa sehari-hari. Puisi itu sendiri penulisannya ringkas akan tetapi penuh makna yang kaya. Kata-kata yang digunakan adalah Kata-kata-Kata-kata konotatif, yang mengandung banyak penafsiran. Serta keindahan puisi itu dipengaruhi oleh adanya diksi, majas, rima dan irama yang terkadang dalam karya sastra itu. Puisi adalah karyasastra yang dalam penulisannya menggunakan bahasa tersaring dan sangat memperhatikan aspek kebahasaan (Nurgiyantoro, 2005: 312). Jadi dalam pemilihan bahasa diutamakan aspek diksi, karena dalam diksi menyangkut adanya unsur bunyi, bentuk, dan makna yang kesemuanya harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh efek keindahan.

Berbeda halnya dengan Sayuti (2008:3), ia merumuskan puisi sebagai “bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dengan diri pembaca atau pendengar-pendengarnya”. Jadi dalam hal ini puisi lebih dilihat dari aspek bunyi-bunyi di dalam yang diungkapkan secara imajinatif emosional oleh sipenulis sesuai pengalaman kehidupan sosialnya dengan memilih teknik tertentu agar pembaca dapat merasakan pengalamannya.

(30)

20

Menurut Waluyo dalam buku I Ketut Dibia menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua unsur bahasa melalui struktur luar dan struktur dalam. Sama halnya dengan Waluyo (dalam siswanto, 2008:108), mengemukakan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan batinnya. Berdasarkan kedua teori di atas bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, diantaranya dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

Adapun menurut Waluyo (2005:40) puisi hakikatnya adalah segala unsur puisi yang harus ada dalam puisi. Hakikat ini dikenal dengan istilah catur tunggal (empat yang satu) yaitu:

b. Sense (tema)

Sense adalah arti yang terkandung dalam pokok persoalan sebuah puisi. Setiap penyair ingin mengemukakan suatu yang dilihat, dirasakan, atau yang dialaminya dalam kehidupan. Sense disebut dengan tema. Menurut Waluyo (2005:25) dalam apresiasi puisi, tema merupakan gagasan pokok atau subjek-metter yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. c. Feeling (rasa)

Puisi mengungkapkan perasaan penyair, perasaan penyair akan dapat kita tangkap apabila puisi itu dibaca keras dalam deklamasi puisi. Perasaan yang menjiwai puisi bias rasa senang, sedih, sombong, semangat, menyesal dan lain sebagainya.

(31)

21 d. Tone (nada)

Tone disebut juga sebagai nada dan suasana kejiwaan puisi, nada

mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada kagum, sinis, protes, memberontak, menggurui, belas kasih, pesimis, santai dan lain-lain. e. Intention (amanat)

Intention adalah amanat, pesan, atau nasihat yang terdapat pada puisi

yang ditangkap oleh pembaca. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Secara apektif pengalaman empiris pembaca mempengaruhi pada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

Selain mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa puisi mempunyai ciri-ciri khusus, para ahli mengemukakan diantaranya menurut Sadikin (2005:195) merumuskan ciri-ciri puisi sebagai berikut:

a. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur bahasa.

b. Unsur-unsur bahasa dalam puisi diatur dengan memerhatikan irama dan bunyi.

c. Puisi berisikan ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif/khayalan.

d. Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif/bermakna ganda.

e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (diksi, majas, rima, dan irama) dan struktur batin (tema, amanat, suasana).

Menurut Handayani (2006:57) menyataka bahwa puisi sebagai karya sastra memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(32)

22

a. Memiliki bait.

b. Bait dibagi menjadi beberapa lirik. c. Mementingkan unsur bunyi. d. Bahasa emosional.

Sedangkan Lintang (2015: 436) menyatakan bahwa ciri-ciri yang terdapat dalam sebuah puisi adalah:

a. Mengutamakan keindahan bahasa.

b. Bahasa yang digunakan ringkas dan konotatif. c. Disajikan dalam bentuk monolog.

Menurut Kosasih (2011:206) ciri-ciri sebuah puisi sebagai berikut: a. Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.

b. Dalam penyusunannya unsur-unsur bahasanya dirapikan, diperbagus dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.

c. Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan pengarang yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.

d. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.

e. Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, dan suasana puisi).

2. Jenis-jenis Puisi

Berdasarkan bentuknya kita mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat atau disebut puisi lama, puisi yang diciptakan oleh masyarakat lama, seperti pantun, syair, dan gurindam. Serta terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah lirik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap lirik, pola rima dan irama, serta muatan setiap bait. Sementara puisi baru, puisi bebas atau puisi modern merupakan bentuk pengucapan puisi yang tidak

(33)

23 menginginkan pola-pola estetika yang kaku atau patokan-patokan yang membelenggu kebebasan jiwa penyair. Dengan demikian, nilai puisi modern dapat dilihat pada keutuhan, keselarasan, dan kepadatan ucapan, dan bukan terletak pada jumlah bait dan lirik yang membangunnya (Dibia, 2018: 78).

a. Puisi Lama

Puisi lama memiliki beberapa bentuk, misalnya pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, mantra, dan karmina.

1). Pantun

Pantun adalah jenis puisi lama yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

- Terdiri atas empat baris atau lirik. - Bersajak a-b-a-b.

- Terdapat sampiran dan isi. Contoh

Ada papaya ada mentimun (a) Ada markisa ada salak (b) Daripada duduk melamun (a) Mari kita membaca sajak (b) 2). Syair

Syair mirip dengan pantun. Syair mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

- Terdiri dari empat baris atau lirik. - Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata. - Bersajak a-a-a-a.

- Tidak terdapat sampiran. - Isinya berupa ragkaian cerita.

(34)

24

Lalulah berjalan Ken Tambuhan Diiringi penglipur dengan tadahan Lemah lembut berjalan perlahan-lahan Lakunya manis memberi kasihan

Tunduk menangis segala puteri Masing-masing berkata sama sendiri Jahatnya perangai permaisuri

Lakunya seperti jin dan peri

(Via Waluyo dalam Suryaman, 2013: 21)

3). Gurindam

Gurindam merupakan puisi lama yang isi dan tema di dalamnya sama dengan pantun. Gurindam memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

- Terdiri atas 2 baris.

- Sajak akhir berirama a – a; b – b; dan seterusnya.

- Baris pertama berisi sebab dan baris kedua berisi akibat. - Isinya mengandung nasihat-nasihat dan bersifat mendidik.

Contoh puisi gurindam berkaitan dengan nasihat agama:

Gurindam Dua Belas

Barang siapa tiada memegang agama Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat Makai ia itulah orang makrifat

(35)

25 Barang siapa mengenal Allah

Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri

Maka telah mengenal akan Tuhan yang Bahari

Barang siapa mengenal dunia Tahulah ia barang yang terperdaya

Barang siapa mengenal akhirat Thulah ia dunia mudarat

(Djamaris dalam Setyawati, 2004:220)

4). Seloka

Seloka disebut juga pantun berbingkai. Ciri-ciri seloka adalah kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama diulang kembali pengucapannya menjadi kalimat pertama dan ketiga bait ke-2.

5). Mantra

Mantra adalah karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap sesuatu yang gaib atau dianggap keramat. Mantra biasanya diucapkan secara lisan oleh para pawang atau dukun dalam acara keagamaan. 6). Karmina (pantun kilat)

Ciri-ciri karmina adalah terdiri atas dua baris atau lirik dan baris pertama berisi sampiran dan baris kedua berisi isi.

b. Puisi Baru

Puisi baru berbeda dengan puisi lama. Isi, bentuk irama, dan persajakan seperti yang terdapat dalam puisi lama mulai berubah pada puisi baru. Isi puisi baru dituliskan dengan bahasa yang cukup bebas dan lincah.

(36)

26

Ada beberapa jenis karya sastra puisi baru yaitu:

1) Puisi Transparan (Diapan) adalah puisi yang menggunakan kata-kata mudah dipahami akan tetapi dapat menimbulkan rasa haru dan gugah para pembaca. Adapun contoh puisi Diapan sebagai berikut:

SAJAK SIKAT GIGI Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur Di dalam tidurnya ia bermimpi

Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka

Ketika ia bangun pagi hari Sikat giginya tinggal sepotong Sepotong yang hilang itu agaknya

Tersesat dalam mimpinya dan tak bisa kembali

Dan ia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan

(Yudhistira Ardinugraha dalam buku Suryaman dkk, 2013.Hal.31)

2) Puisi Prismatis adalah puisi yang sukar dipahami karena menggunakan kata-kata kiasan, asosiasi, perlambangan yang mengandung makna konotatif, yakni makna yang bisa ditafsirkan bermacam-macam (poly interpretable).

Berikut contoh puisi Primatis:

SAAT SEBELUM BERANGKAT mengapa kita masih juga bercakap

hari hampir gelap

menyekap beribu kata di antara karangan bunga di ruang semakin maya, dunia purnama

(37)

27 sampai tak ada sempat bertanya

mengapa musim tiba-tiba reda

kita di mana. Waktu seorang bertahan di sini di luar para pengiring jenazah menanti

(Sapardi Djoko Damono dalam buku Suryaman dkk, 2013. Hal.31)

3) Puisi Kontemporer adalah Puisi yang lebih mengandalkan variasi bentuk dan permainan bunyi bahasa seperti rima , irama, tekanan, intonasi dan lain-lain. Jenis ini lebih mengutamakan kesan yang ditimbulkan oleh puisi bukan arti yang ingin disampaikan oleh penyair.

Adapun contoh puisi kontemporer karya (Sutardji Calzoum Bachri dalam Juwati, 2017:81) sebagai berikut:

Mantera Lima percik mawar Tujuh sayap merpati

Sesayat langit perih Dicabik puncak gunung

Sebelas duri sepi Dalam dupa rupa Tiga menyan luka

Mengasapi luka Puah! Kau jadi!

(38)

28

4) Puisi Mbling adalah jenis puisi yang tidak patuh pada aturan atau puisi nakal. Yaitu ketentuan-ketentuan yang umumnya berlaku dalam penciptaan suatu puisi (Sehandi, 2016: 64-65).

Adapun contoh puisi Mbling (Sylado, 2004:9) sebagai berikut.

MADAH YANG TERTINDAS NAMUN TAK BINASA

lantaran kamu

memerintah dengan kekerasan aku menyiapkan pemberontakan

dengan kasih sayang lewat teaterku.

Selain puisi berdasarkan bentuknya, adapula puisi berdasarkan karya sastra seni yang terdiri atas berbagai macam. Menurut (Waluyo 1987 dalam Dibia 2018:78) membagi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, yaitu puisi naratif, puisi lirik, dan puisi deskriptif. Adapun pembahasannya seperti di bawah ini.

a. Puisi Naratif

Puisi naratif adalah puisi yang isinya sama dengan cerita. Seorang penyair menyampaikan gagasannya dalam bentuk cerita dimana di dalamnya terdeskripsikan ada pelaku yang berkisah, contohnya:

DESAKU

Hagu

Sebuah nama selalu merdu Di telingaku

(39)

29

Alammu Nyiurmu Pantaimu

Memanggil daku selalu Untuk tidak jauh Dari sisimu Dari pagi dan siang

Ku berangkat dan pulang dari sekolah Bersama teman-temanku

Lewat jalan berbelok

Dinaungi pepohonan rindang Karena itu aku bertekad Akan selalu memeliharamu Akan selalu mengingatmu Sampai akhir hayat

b. Puisi Lirik

Puisi lirik merupakan puisi yang cara mengungkapkan gagasannya dengan pujaan terhadap seseorang dan tidak bercerita. Adapun contohnya:

R.A. Kartini Engkau pendekar bangsa

Pahlawan wanita Indonesia Engkau korbankan jiwa dan raga

Engkau lahir di Istana Tiada kurang satu apa pun Tapi kau tak terlena

(40)

30

Melihat kaummu menderita Raden Ajeng Kartini

Engkau laksana obor Pikiranmu menerangi hati Engkaulah pelopor

c. Puisi Deskriptif

Yaitu puisi yang mengungkapkan gagasannya dengan cara menggambarkan suatu kesan, peristiwa, pengalaman menarik yang pernah dialaminya. Misalnya puisi yang menggambarkan keindahan alam sebagai berikut:

ALAM YANG INDAH

Sunguh indah alam Ciptaan Tuhan Hewan, Burung, ikan Tumbuh-tumbuhan Bintang dan bulan Seenap tata surya Memuji Tuhan

Tuhanku menjaga Sejagat raya

Burung Margasatwa Cukup makannya Ajar aku, Tuhan Buka mataku

(41)

31

3. Unsur-unsur Puisi

Emzir (2016:242) menyatakan bahwa unsur puisi terdiri atas struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur dalam puisi berkaitan isi atau makna. Berikut sajian uraiannya ;

a. Struktur Luar

1) Pilihan Kata (diksi)

Pilihan kata merupakan hal yang sangat esensial dalam struktur puisi karena kata merupakan wacana sebagai ekspresi utama. Setiap kata akan mempunyai beberapa fungsi, baik fungsi makna, bunyi, nilai estetika, bentuk dan lainnya.

2) Unsur Bunyi

Unsur bunyi merupakan hasil penataan kata dalam struktur kalimat. Pada puisi – puisi lama, seperti pantun dan syair, penyusunan bunyi merupakan bagian yang mutlak karena struktur tersebut merupakan bagian penanda bentuk. ragam bunyi mencakup hal-hal sebagai berikut .

a) Rima

Rima atau bunyi-bunyi yang sama dan diulang, baik dalam satuan kalimat maupun pada kalimat-kalimat berikutnya. Rima tersebut dapat berupa:

- Asonansi atau keruntutan vocal yang ditandai oleh persamaan bunyi

vocal

pada satu kalimat seperti rindu, sendu, mengharu kalbu. - Aliterasi, yaitu persamaan bunyi konsonan pada kalimat

(42)

32

- Rima dalam, yaitu persamaan bunyi (baik vocal maupun konsonan) yang berlaku antara kata dalam satu baris.

- Rima akhir, yaitu persamaan bunyi akhir baris. b) Irama

Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan aspek musikalitas atau ritme tertentu. Ritme dapat muncul karena adanya penataan rima.

b. Struktur Dalam

Struktur dalam pada dasarnya adalah makna yang terkandung di balik kata-kata yang disusun sebagai struktur luarnya. Pengertian struktur dalam diberikan karena makna dalam puisi sering kali merupakan makna yang tidak langsung atau simbolis.

Berikut ini dapat diuraikan yang membangun puisi terdiri dari dua jenis yaitu:

1) Struktur Batin Puisi (Hakikat Puisi)

Struktur batin puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan puisi. Richards (dalam Waluyo, 1987) menyebutkan makna atau struktur batin dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).

a) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair atau pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh pengarang. Pokok persoalan atau pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa pengarang, sehingga menjadi landasan utama

(43)

33 pengucapannya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan pengarang dengan tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Disini penyair menjadi peran utama untuk menguasai gagasan pokok yang hendak ditulis. Tema harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimajinasikan.

b) Perasaan Penyair

Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan pengarang. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kepada kekasih, kepada teman, atau Sang Khalik. Oleh kerena itu, bahasa dalam puisi terasa sangat ekspresif dan lebih padat.Perasaan penyair (feeling) merupakan faktor yang mempengaruhi dalam penciptaan puisi. Suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca.

c) Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca; apakah dia ingin bersikap menggurui, mengejek, menyendiri, atau bersikap lugas dengan hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada merupakan sikap pengarang terhadap pembaca maka suasana adalah jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologi yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling berkaitan, karena nada puisi menimbulkan perasaan terhadap pembaca. Nada senang yang

(44)

34

diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana gembira/ceria hati pembaca.

Dalam apresiasi puisi, penyair dapat menentukan sikap kepada pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek dan lain-lain. Adapun yang dimaksud dengan suasana dalam puisi adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.

d) Amanat (pesan)

Amanat merupakan hal yang penting dalam puisi, karena di dalammnya tersirat kata-kata penulis yang hendak disampaikan kepada pembaca secara bahasa tulis, hal ini untuk memberikan kesan atau pesan terhadap pembaca.

2) Struktur Fisik Puisi (Metode Puisi)

a) Diksi (pilihan kata)

Pemilihan kata harus di pertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya. Menurut Sayuti (2008:143) peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-galanya dalam puisi. Karena diksi merupakan esensi penulis puisi. Barfield (dalam Pradopo, 2009:54) mengemukakan bahwa kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Jadi, diksi bertujuan untuk mendapatkan kepuitisan dan mendapatkan nilai estetik.

(45)

35 Begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, maka kata harus dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya. Dalam pemilihan kata dipertimbangkan berbagai aspek estetis maka kata-kata yang sudah dipilih oleh pengarang untuk sebuah puisi bersifat absold dan tidak dapat diganti dengan padan kata sekalipun maknanya.

b) Pengimajian

Pengimajian berhubungan erat dengan diksi, karena pengimajian menggunakan kata-kata konkret seperti penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian atau citraan dalam puisi pada dasarnya selalu terkait dengan bahasa kias, diksi secara umum dan srana retorik. Menurut Sayuti (2008: 170) istilah citraan/ pengimajian dalam puisi dapat dipahami dalam dua cara yakni citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca dan citraan dipahami secara ekspresif.

Sejalan dengan itu Kosasih (2011:207), mengungkapkan pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Dengan adanya imajinasi yang diciptakan pengarang, maka kata-kata puisi seolah-olah tercipta sesuatu yang dapat didengar, dilihat ataupun dirasakan pembacanya.

Pandopo (2009:79) mengungkapkan citraan dalah gambaran-gambaran angan sajak. Gambaran-gambaran-gambaran angan itu ada bermacam-macam dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, peradapan, pengecapan, dan penciuman, serta diciptakan oleh pemikiran dan gerakan.

(46)

36

c) Kata Konkret

Dalam membangkitkan imaji (daya bayang), kata – kata yang dipilih harus dikonkritkan , karena kata-kata itu dapat mempengaruhi keseluruhan arti. Menurut Kosasih (2011:207) untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Jika pengarang mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasa apa yang dilukiskan dalam puisi.

d) Bahasa Figuratif (majas)

Bahasa figuratif atau bahasa bersusun-susun dapat menyebabkan puisi menjadi prismatic artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Menurut Kosasih (2011:208), majas ialah bahasa yang digunakan pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Majas digunakan pengarang untuk menyampaikan perasaan, pengalaman batin, harapan, suasana hati, ataupun semangat hidupnya. Dengan adanya bahasa kiasan menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan (citraan).

e) Persajakan /Irama

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa persajakan merupakan perulangan bunyi yang sama dalam puisi. Pengertian ini dapat diperluas sehingga persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu didalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi diakhir kata, maupun yang berupa perulangan

(47)

37 bunyi-bunyi sama yang disusun pada jarak tertentu secara teratur (Sayuti, 2008:104).

Persajakan di dalamnya memuat rima-dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Rima berfungsi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan adanya rima itulah, efek bunyi makna yang dikehendaki pengarang semakin indah dan bermakna yang ditimbulkan pun lebih kuat. Selain rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase, atau kalimat dan bait-bait puisi.

f) Tipografi

Menurut Siswanto (2008:113), ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah tipografi. Tipografi adalah pengaturan dan penulisan kata, larik, dan bait dalam puisi. Selain itu Kosasih (2011:210), mengatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan membentuk bait. Dalam puisi – puisi kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.

Jadi bisa disimpulkan bahwa unsur puisi memiliki dua, yaitu struktur dari dalam dan dari luar. Struktur dari dalam meliputi struktur batin (hakikat puisi) dan struktur fisik puisi. Struktur batin yang terdiri dari tema, perasaan penyair (feeling), nada dan suara, dan amanat (pesan). Sedangkan struktur fisik puisi terdiri dari diksi (pilihan kata), pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), persajakan/irama dan tipografi. Sedangkan Menurut Salam (2016: 1) unsur puisi terbagi atas

(48)

38

unsur lahiriah (struktur fisik puisi) dan unsur batiniah (struktur batin). Unsur lahiriah yaitu: rima atau irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik pada awal, tengah, atau pada akhir baris puisi. maginary merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti perasaan, penglihatan dan pendengaran. Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan seorang penyair dalam karyanya. Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indra yang memungkinkan munculnya imaginary. Gaya bahasa yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi tertentu. Tipografi adalah bentuk puisi yang tepi kanan dan kiri tidak dipenuhi kata, tidak selalu dimulai dengan huruf besar pada setiap baris serta tidak diakhiri tanda titik.S edangkan unsur batiniah yaitu: tema atau makna baik tiap kata atau makna keseluruhan. Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisi. Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan tema dan rasa. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca.

4. Apresiasi Puisi

Dalam pembelajaran apresiasi sastra bentuk sastra apapun misalnya puisi, prosa, fiksi/cerita rekaan, dan drama. Pengajarannya membutuhkan proses interaksi antara guru dan siswa. Misalnya pembelajaran apresiasi puisi dapat dikenalkan macam-macam puisi baik puisi lama maupun puisi kontemporer.

Apresiasi sastra merupakan bagian dari kegiatan apresiasi sastra secara umum. Apresiasi puisi sendiri perlu diletakkan sebagai bagian dari

(49)

39 peristiwa atau fenomena keilmuan, sosial, politis, ekonomis dan lain sebagainya. Sebagai peristiwa kesenian, apresiasi sastra lebih bersifat personal bukan komunal serta apresiasi yang bersangkutan dengan jiwa, nurani, budi, rasa, emosi, dan afeksi daripada kemahiran fisikal.

Menurut Dibia (2018:125) apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan, dan menulis resensi puisi. Melalui kegiatan ini membuat seseorang dapat memahami puisi secara mendalam (penuh penghayatan), merasakan apa yang ditulis oleh penyair, mampu menyerap nilai-nilai yang terkadung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya.

5. Langkah –langkah Menulis Puisi

Kurniawan (2012:39), mengungkapkan “Proses menulis puisi terdiri atas tiga tahap, yaitu, pencarian ide, penulisan, serta editing dan revisi. “tiga proses tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Pencarian ide

Pada tahap ini penyair mencari ide/inspirasi untuk puisi yang akan ditulisnya. Ide itu bisa berasal dari pengalaman empiris pribadi penulis seperti kegelisahan, amarah, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Bisa juga berasal dari pengalaman orang lain atau kejadian/peristiwa yang menggugah, misalnya bencana kebakaran hutan. Selain itu untuk mencari ide bisa dengan banyak membaca buku, berjalan-jalan melihat sekitar lingkungan, menonton pertunjukan, drama, iklan, berita, film, atau berdiskusi.

(50)

40

b. Penulisan

Apabila ide sudah ada maka saatnya penulis menuangkan kedalam tulisan. Sebaiknya tidak ditunda tunda, tulisan yang ada dalam benak biarkan mengalir.

c. Editing dan Revisi

Apabila puisi telah selesai ditulis, maka tahap berikutnya adalah melakukan editing atau revisi. Baca ulang puisi yang dibuat. Editing berhubungan dengan aspek bahasa, dan tata tulis, sedangkan revisi berkaitan dengan isi dan subtansi puisi.

6. Instrumen Penilaian Menulis Puisi

Tabel 5.1. Kisi-kisi Kemampuan Menulis Puisi

Tabel 5.2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Menulis Puisi

No Aspek yang dinilai Indikator Skor 1 Judul/ Tema

a. Tema yang diangkat sesuai dengan isi puisi (20).

b. Tema yang diangkat tidak sesuai dengan tema (10).

c. Tidak ada tema yang diangkat (5).

20%

2 Kesesuaian dengan

a. Adanya isi,diksi,rima, dan tifografi sesuai gambar (30)

30%

No Aspek Bobot

1 Judul atau Tema 20 %

2 Kesesuaian dengan gambar terkait: isi, diksi, rima dan tifografi

30 %

3 Tata Tulis 30 %

4 Amanat 20 %

(51)

41 gambar terkait: isi, diksi, rima dan tifografi

b. Adanya isi,diksi,rima,dan tifografi kurang sesuai (20)

c. Adanya isi,diksi,rima,dan tifografi yang kurang tepat (10).

3 Penulisan a. Setiap kalimat dalam indikator hanya berisi satu gagasan secara lengkap dan penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (30).

b. Setiap kalimat dalam indikator hanya berisi satu gagasan secara lengkap dan penulisannya kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (20).

c. Setiap kalimat dalam indikator hanya berisi satu gagasan akan tetapi kurang lengkap dan penulisannya kurang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (10).

30%

4 Amanat a. Amanat yang disajikan dalam menulis puisi mudah dipahami (20).

b. Amanat yang disajikan dalam menulis puisi tidak mudah dipahami (10). c. Tidak ada amanat yang disajikan dalam

karangan (5)

20%

Jumlah 100%

Keterangan:

(52)
(53)

43

BAB IV

METODE PICTURE AND PICTURE

1. Hakikat Picture and Picture

Prinsip dasar dalam Metode pembelajaran kooperatif Picture and

Picture menurut Renni Ramadhani Lubis (2017:418) adalah sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya; b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama; c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi; e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya; dan f) Masing-masing kelompok bertanggung jawab teerhadap hasil pembahasannya.

Menurut Ahmadi (2011:58) Picture and Picture (PnP) adalah suatu Metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. PnP ini berbeda dengan media gambar dimana PnP berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Menurut Imas Kurniasih (2015: 44), Metode pembelajaran PnP merupakan Metode pembelajaran kooperatif atau mengutamakan adanya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis dan Metode ini siswa diajak secara sadar dan terencana untuk mengembangkan interaksi diantara mereka agar bisa saling asah, saling asih dan saling asuh dan Metode ini memiliki karakteristik

(54)

44

yang inovatif, kreatif, dan tentu saja sangat menyenangkan. Selain itu metode ini merupakan metode pembelajaran yang komunikatif.

Metode Picture and Picture (PnP) adalah salah satu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan komunikatif, hal ini disampaikan oleh Nafi’ah (2018:111). Pendapat lain Menurut Saadah (2017:47), Metode Pembelajaran Picture and Pictur ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran, gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian menurut pendapat di atas, PnP masuk pada ranah pembelajaran kooperatif. PnP merupakan Metode pembelajaran aktif menggunakan gambar dan dipasangkan atau dapat juga diurutkan sehingga menjadi urutan yang sistematis. Metode pembelajaran PnP mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajarannya. Gambar-gambar yang dimaksud menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran berlangsung, hal tersebut mampu menumbuhkan sikap siswa yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan.

Sama halnya Surijono yang dikutif oleh Miftahul Huda, mengatakan metode Picture and Picture adalah strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran (Nafi’ah, 2018: 111). Metode ini menggunakan gambar. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses pembelajaran.

2. Ciri- Ciri Metode Pembelajaran Picture and Picture

Renni Ramadhani Lubis (2017:419) Metode pembelajaran kooperatif

Picture and Picture memiliki beberapa ciri-ciri yaitu : (1) Aktif. Siswa akan

menjadi lebih aktif, hal ini karena dalam Metode pembelajaran ini guru menggunakan media gambar dalam memberikan pembelajaran, selain itu meningkatkan rasa ingin taunya. Dalam pelaksanaan Metode ini seorang

(55)

45 siswa juga dianjurkan untuk bisa merancang atau menggabungkan gambar sebagai media pembelajaran yang digunakan. (2) Inovatif. Dilihat dari penggunaan pembaharuan dalam proses pembelajaran, tidak semata hanya guru menerangkan dan siswa yang mencatat. (3) Kreatif. Terjadinya interaksi langsung antar siswa, ketika seorang guru memberikan gambar, mengacaknya, dan siswa diharapkan untuk bisa menyusunnya kembali. Guru diharapkan mampu menyajikan sebuah gambar-gambar atau slide yang bisa membuat siswa menjadi lebih tertarik dengan proses pembelajaran. (4) Menyenangkan. Pada awalnya mungkin bagi beberapa guru Metode ini di anggap akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas karena terlalu banyak aktifitas siswanya. Namun bagi siswa apabila guru menerapkan Metode ini dalam pembelajarannya mereka akan lebih tertarik dan merasa senang selama proses belajar berlangsung. Dengan demikian siswa tidak merasa bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung.

3. Kelebihan dan Kekurangan PnP

Menurut Istarani (2011: 8) kelebihan dan kekurangan PnP diuraikan sebagai berikut: Kelebihan Metode pembelajaran PnP adalah : 1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu, 2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari, 3) Dapat meningkat daya nalar siswa 4) siswa memiliki kemampuan bertanggung jawab, 5) Proses pembelajaran lebih menarik, hal ini karena siswa mengamati secara langsung gambar-gambar yang menjadi bahan pembelajaran. Pendapat lain menurut Menurut Nafi’ah (2018:111), kelebihan Metode pembelajaran PnP adalah guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, siswa dapat

(56)

46

berpikir logis dan sistematis, Motivasi siswa untuk belajar lebih dikembangakan.

Walaupun dari banyak segi memiliki kelebihan, adapula kelemahannya. Dengan demikian kekurangan Metode pembelajaran PnP yaitu 1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran, 2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki, 3) Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran, 4). Memerlukan pengeluaran dana untuk mencetak gambar dengan kualitas yang baik. Pendapat lain menurut Nafi’ah (2018:111), kelemahannya adalah memakan banyak waktu, munculnya kekhawatiran akan terjadinya kekacauan dalam kelas, kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran PnP

Menurut Imas Kurniasih (2015: 47) langkah-langkah Metode pembelajaran PnP adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal yang utama pada tahapan ini adalah seorang guru harus menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang akan disampaikan, hal ini agar siswa dapat memperkirakan sejauh mana materi yang harus mereka kuasi setelah menempuh pembelajaran. Tujuan pembelajaran berkaitan erat dengan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

b. Guru menyampaikan pengantar pembelajaran. Momentum sebagai titik tolak dalam memotivasi dan mendorong siswa untuk mengikuti pembelajaran yang sedang dan akan dilaksanakan.

Gambar

Tabel  3.1. Materi  Menulis di SD
Gambar 5.1. Keterampilan Menulis di SD
Tabel 5.2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Menulis Puisi  No  Aspek  yang  dinilai  Indikator  Skor  1  Judul/  Tema

Referensi

Dokumen terkait

Verifikasi data atau penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan tinggi. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi/ Raport anak.Lembar observasi ini berisi tentang data demografi orang tua

Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa, sedangkan instrumen pengumpulan data berupa format lembar evaluasi

maupun hasil observasi dari suatu objek, kejadian atau hasil pengujian (benda). 35 Dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan

Peneliti menggunakan bentuk penelitian kualitatif karena data yang digunakan berupa kata-kata yang didapat dari hasil pengamatan langsung dilapangan dalam

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi/ Raport anak.Lembar observasi ini berisi tentang data demografi orang tua

Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrument pengumpulan data yaitu; lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, instrumen tes kemampuan kognitif,

Ibu atau keluarga klien bersedia memberikan informasi 3.5 Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah format pengkajian