• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEOR

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Cerita Anak

2.2.2.2 Unsur-Unsur Cerita Anak

Cerita anak merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk prosa. Sebagaimana karya sastra yang lain, cerita anak juga memiliki beberapa unsur, antara lain (1) tokoh dan penokohan, (2) alur atau plot, (3) setting atau latar, (4) tema, (5) pusat pengisahan atau point of view, dan (6) amanat. Cerita anak-anak biasanya bersifat edukatif, artinya ada nilai pendidikan yang ingin disampaikan pengarang kepada para pembaca. Sumber cerita dapat berasal dari pengalaman

diri sendiri, pengalaman orang lain, atau berasal dari imajinasi pengarang (Haryadi dan Zamzani 1997:81).

Senada dengan hal tersebut, Korrie Layun Rampan (2009) mengungkapkan bahwa struktur cerita anak tidak berbeda jauh dengan struktur fiksi dewasa. Oleh karena itu, susun bangun cerita mulai dari tema, alur, penokohan, latar, dan gaya harus terkandung pula dalam cerita anak yang hendak disajikan.

Beberapa pendapat tersebut hampir sama dengan pandapat Riris K.T. Sarumpaet. Sarumapet (2009) menyatakan bahwa aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita anak sesuai pemaparan adalah sebagai berikut.

1.

Alur

Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik. Karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita. Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita.

Alur cerita merupakan suatu peta yang menggambarkan jalan cerita. Alur cerita yang diguanakan dalam cerita anak-anak sangat sederhana dan biasanya dirancang secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu Oleh karena itu, alur progresif atau alur lurus banyak digunakan sebab alur ini menyampaikan

cerita secara linier, artinya peristiwa-peristiwa diceritakan berdasarkan urutan waktu terjadi. Sementara itu, alur flashback atau sorot balik dan maju mundur atau campuran yang cenderung menampilkan peristiwa masa lalu atau digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun karena masih sulit dicerna oleh pikiran anak-anak.

2.

Tokoh

Tokoh adalah "pemain" dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka gandrungi.

Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita anak-anak adalah anak-anak dan dapat pula orang dewasa, tetapi tokoh utamanya adalah anak-anak, sedangkan tokoh utamanya selain tokoh anak-anak, ada juga tokoh remaja, dewasa, dan orang tua (Subyantoro 2007:13). Sementara itu, Zuchdi dan Budiasih (1997:82) menyatakan bahwa tokoh-tokoh binatang merupakan bagian penting dari sastra anak-anak. Dengan demikian tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam cerita anak tidak hanya tokoh manusia, tetapi tokoh binatang juga sering dimunculkan.

Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita.

Sementara itu, Zuchdi dan Budiasih (1997:82) menyatakan bahwa latar atau setting cerita biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita. Latar tidak hanya menggambarkan tempat dan waktu, tetapi juga menggambarkan cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan.

Latar cerita dalam cerita anak bervariasi dapat dilakukan di mana saja baik di kota maupun di desa. Namun, latar cerita anak harus jelas dan mudah dipahami oleh anak-anakm atau sesuai dengan jangkauan pikiran anak-anak.

4.

Tema

Menurut Zuhdi dan Bidiasih (1997:84) menyatakan bahwa tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Oleh karena itu, tema cerita anak harus disesuaikan dengan perkembangan kejiwaan anak-anak. Tema yang digunakan dalam cerita anak biasanya seputar dunia anak-anak yakni seputar hubungan anak-anak dengan alam dan orang lain.

Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-

tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar.

Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.

5.

Gaya

Gaya bahasa juga menjadi perhatian dalam cerita anak. Menurut Sugihastuti (1996:70) bahasa cerita anak merupakan wujud dari sebuah proses dialektik yang bertolak dari idiom dunia berpikirnya dalam usaha dan perjalanannya menjadi orang dewasa. Seiring perkembangan ciri-ciri bahasa anak, seorang pengarang cerita anak harus mau menciptakan karya mereka dalam semangat bahasa anak-anak. Senada dengan hal tersebut Majid (2001:26) mengatakan para pengarang cerita anak hendaknya memilih kata-kata yang mudah diucapkan dan dipahami oleh anak-anak. Dengan demikian bahasa yang digunakan dalam cerita anak harus disesuaiakn dengan perkembangan bahasa anak. Sebaiknya bahasa yang digunakan menggunakan kata-kata yang sederhana dan konkret, kalimatnya disusun pendek agar mudah dicerna oleh anak-anak.

Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat

dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata akan menimbulkan efek tertentu.

Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan.

6.

Amanat

Amat sebuah cerita, khususnya dalam cerita anak sangat penting diperlukan. Hal ini dikarenakan lewat amat yang ada didalam cerita pembelajaran budi pekerti dan moral dapat disisipkan dalam cerita tersebut. Menurut Subyantoro (2007:12) cerita anak yang unggul itu anatara lain mengandung nilai personal dan nilai pendidikan bagi pembacanya.

7.

PusatPenceritaan

Berkaitan dengan pusat penceritaan atau pint of view, pengarang dapat memilih gaya diaan atau gaya akuan. Gaya diaan dipilih pengarang apabila ia menghendaki berada di luar cerita. Sementara itu, gaya akuan dipilih apabila pengarang ingin memberi gambaran kepada pembaca seolah-olah peristiwa itu dialami sendiri oleh pengarangnya. Dalam cerita anak, gaya diaan tampaknya lebih banyak digunakan daripada gaya akuan.

Dokumen terkait