• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIA DATA

METODE PENELITIAN

4. Koefisien Determinant (R 2 )

1.5. Kerangka Teori

1.5.6. Unsur – Unsur Efektifitas Kerja

50

1.5.6. Unsur – Unsur Efektifitas Kerja

. Untuk itu, bagi organisasi tidak hanya menuntut pegawai agar selalu dapat bekerja seefektif dan seefisien mungkin tetapi harus menyediakan kondisi yang mendukung kepada setiap anggota organisasi. Karena penekanan efektifitas kerja sangat bergantung terhadap hasil, apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.Tolak ukur dalam menentukan bahwa setiap pekerjaan dapat dikatakan efektif sangat tergantung dari beberapa unsur efektifitas kerja, unsur – unsur tersebut biasanya mempunyai patokan dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya.

Efektifitas kerja menurut pendapat Halsey adalah kegiatan atau tindakan yang membawa hasil dengan indikator antara lain:

a. Kuantitas kerja, banyak atau jumlah suatu kegiatan

b. Kualitas kerja, tingkat baik buruknya sesuatu atau kadar kegiatan c. Inisiatif, usaha atau tindakan yang bermula-mula atau prakarsa d. Sikap kerja, perbuatan kegiatan yang berdasarkan pada pendirian e. Usaha, kegiatan dengan mengarahkan tenaga, pikiran, atau

badan untuk mencapai suatu maksud

f. Kerjasama, kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

49Ibid. h 25-26.

50

24 g. Orijinalitas, keaslian atau ketulenan51

Setiap penilaian terhadap efektifitas kerja diperlukan beberapa kriteria, menurut Sary kriteria-kriteria tersebut dapat berbentuk sebagai berikut:

.

1. Kriteria manfaat (benefit criteria); untuk kriteria ini digunakan indikator produktifitas dan kualitas kehidupan kerja.

Produktifitas menggunakan indikator: a. Peningkatan partisipasi kerja b. Penurunan absensi karyawan c. Penurunan rotasi tenaga kerja

2. Kriteria biaya (cost criteria); apabila kriteria manfaat pada umumnya untuk diterapkan pada kegiatan personalia secara keseluruhan, maka kriteria biaya adalah lebih spesifik untuk setiap kegiatan, misalnya ; kriteria biaya yang sesuai untuk kegiatan keamanan dan kesehatan dalam bentuk biaya pelatihan, supervisi, pembelian peralatan, penanganan, pemindahan sumber bahaya dan lain sebagainya52

Berdasarkan ukuran efektifitas yang digunakan untuk menentukan keberhasilan, Campbel yang dikutip Steers menunjukan poin-poin berikut ini:

. 1. Efektifitas Keseluruhan 2. Kualitas 3. Produktifitas 4. Kesiagaan 5. Efisiensi

6. Laba atau Penghasilan

7. Pertumbuhan pemanfaatan lingkungan 8. Stabilitas

9. Perputaran atau keluar masuknya pekerja 10. Kemangkiran

11. Kecelakaan

51

George D. Halsey. Bagaimana Memimpin dan Mengawasi Pegawai Anda. Terjemahan; Anaf S. Bagindo, M. Ridwan. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994) h 191-202.

52

25 12. Semangat kerja

13. Motivasi 14. Kepuasan

15. Penerimaan tujuan organisasi

16. Kepaduan konflik atau konflik kompak 17. Keluesan adaptasi

18. Penilaian oleh pihak luar53. 1.5.7. Pendekatan Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif.

Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu: 1.5.7.1.Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. 54

Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

53 Richard M. Steers. Op. Cit., h 44.Richard M. Steers (1995 : 134-135)

26

tujuan tercapainya dengan waktu yang tepat makan program tersebut akan lebih efektif. Pendekatan sasaran dalam pelaksanaan program penguatan keluarga dilihat dari pendampinga kepada anak dan keluarga yang menjadi anggota binaan dalam mengarahkan tujuan yang ingin dicapai.

1.5.7.2.Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan system agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.Pendekatan sumber dalam kegiatan program penguatan keluarga ini dilihat dari seberapa jauh hubungan antara anggota binaan program penguatan keluarga dengan lingkungan sekitarnya, berusaha usaha yang menjadi sumber dalam mencapai tujuan.

1.5.7.3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.55

55 Cunningham, 1978: 635

27 1.5.8. Masalah dalam Pengukuran Efektivitas

Banyaknya ancangan untuk mengukur efektivitas organisasi baik dalam sifat maupun titik asal mereka membuat kesulitan dalam usaha menilai efektivitas dari sesuatu program atau organisasi. Kesulitan menilai efektivitas ini disebabkan oleh beberapa masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang mengenai keberhasilan organisasi. Adapun masalah yang terjadi dalam pengukuran efektivitas adalah sebagai berikut:

1.5.8.1 Masalah Susunan

Susunan adalah suatu hipotesis yang abstrak mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan. Masalahnya disini adalah bahwa sungguh-sungguh tidak tahu apakah susunan dari efektivitas organisasi benarbenar berarti atau berguna baik bagi para manajer ataupun para ahli teori organisasi.

1.5.8.2. Masalah Stabilitas Kriteria

Masalah besar yang dihadapi dalam usaha mengukur efektivitas organisasi adalah banyak dari kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan, kepentingan, dan tekanan-tekanan ekstern. Pada kenyataannya, sifat mudah berubah ini telah mengakibatkan beberapa peneliti kemudian mernyatakan bahwa fleksibilitas dalam menghadapi perubahan seharusnya menjadi ciri yang menentukan efektivitas organisasi.

28 1.5.8.3.Masalah Perspektif Waktu

Masalah yang ada hubungannya dengan hal ini adalah perspektif waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas. Jadi masalahnya bagi mereka yang mempelajari manajemen adalah cara yang terbaik menciptakan keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dengan keperntingan jangka panjang, dalam usaha mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan dalam perjalanan waktu.

1.5.8.4.Masalah Kriteria Ganda

Keuntungan utama dari ancangan multivariasi dalam evaluasi efektivitas adalah sifatnya yang komprehensif, memandukan beberapa faktor ke dalam suatu kerangka yang kompak. Hal yang terpenting disini adalah bahwa, jika kita menerima kriteria tersebut untuk efektivitas, maka organisasi menurut definisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalkan kedua dimensi tersebut secara serempak.

1.5.8.5.Masalah Ketelitian Pengukuran

Pengukuran terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa nilai atribut dalam angka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, apabila kita membicarakan “pengukuran” efektivitas organisasi, dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap. Dalam pengukuran ini orang harus berusaha mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan minimun atau berusaha mengendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.

1.5.8.6.Masalah Kemungkinan Generalisasi

Jika berbagai masalah pengukuran dapat dipecahkan, masih timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria evaluasi yang

29

dihasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi pada waktu memilih kriteria, orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari.

1.5.8.7.Masalah Relevansi Teoritis

Tujuan utama setiap ilmu adalah merumuskan teori dan model-model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan relevansi model-mode l bagi tingkah laku organisasi. Ancangan ini memberikan jauh lebih banyak hal, baik pada peneliti maupun pada para manajer, daripada hanya daftar catatan yang lebih sederhana mengenai apa yang membentuk efektivitas.

1.5.8.8.Masalah Tingkat Analisis

Kebanyakan model efektivitas hanya menggarap tingkat makro saja, membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungannya dengan efektivitas, tetapi mengabaikan hubungan yang kritis antara tingkah laku individu dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasilan organisasi.

Dokumen terkait