• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI

B. Konsep Novel

2. Unsur-Unsur Novel

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat.

Unsur-unsur pembangun sebuah novel dibedakan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. “Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan

membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.”51

a. Unsur Intrinsik

“Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra out sendiri. Unsur-unsur inilah yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca saat membaca karya sastra. Kepaduan

antarunsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud.”52

Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.

1) Tema

Tema adalah dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang dan digunakan untuk mengembangkan cerita. Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.53 Berbagai unsur fiksi lainnya seperti alur, penokohan, sudut pandang, latar, dan lain-lain akan berkaitan mendukung eksistensi tema.

51Ibid, h. 30.

52Ibid.

Eksistensi tema merasuki keseluruhan cerita, maka penafsiran tema diprasyarati oleh pemahaman cerita secara keseluruhan. Namun adakalanya dapat juga ditemukan kalimat-kalimat atau alinea-alinea dan percakapan tertentu yang dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang mengandung tema pokok.54

2) Alur

Stanton mengemukakan bahwa “alur adalah cerita yang berisi

urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan

terjadinya peristiwa yang lain.”55

Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro, alur diartikan sebagai berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan surprise para pembaca.56

Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu.

Teknik pengaluran menurut Satoto ada dua, yaitu dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari tahap awal, tengah, dan puncak tahap akhir terjadinya peristiwa, dan yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir cerita, menuju tahap tengah, dan berakhir pada tahap awal.57

54 Ibid, h. 116. 55Ibid, h. 167. 56Ibid, h. 168. 57

Alfian Rokhmansyah, Studi dan Pengkajian Sastra, (Yogyakarta: Graha Ilmu , 2014), h. 37.

3) Penokohan

Penokohan merupakan unsur yang penting dalam cerita fiksi.

Menurut Baldic, “penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita

fiksi dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menfsirkan kualitas dirinya lewat kata dan

tindakannya.”58

Menurut Mursal Estern, penokohan ialah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe manusia yang dikehendaki tema.59

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca, penokohan sekaligus menyaran pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh pada sebuah cerita.60

4) Latar

Latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Tempat atau ruang yang dapat diamati, waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah merupakan bagian dari latar.61

“Latar memberikan pijakan cerita secara secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,

58

Nurgiyantoro, op. cit., h. 247.

59

Mursal Estern, Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah, (Bandung: Angkasa, 2013), h. 26-27.

60

Nurgiyantoro, op. cit., h. 248.

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-ada dan terjadi.”62

Burhan Nurgiyantoro membagi latar yang terdapat dalam karya fiksi ke dalam tiga kategori, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama-nama tertentu,inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dapat dijumpai dalam dunia nyata.63

Latar waktu berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Adapun latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal itu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong dalam latar spiritual. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan dengan atas.64

5) Sudut Pandang

Sudut pandang atau point of view merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai sarana cerita. Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap

62

Nurgiyantoro, op. cit., h. 303.

63Ibid., h. 314-315.

64Ibid

penyajian cerita. Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh sudut pandang.65

Menurut Stanton, “Sudut pandang adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang untuk menceritakan cerita dalam karyanya.”66

Menurut Abrams sudut pandang atau point of view, meyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ini merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.67

Sedangkan menurut Stevick sudut padang mempunyai hubungan psikologis dengan pembaca. Pembaca membutuhkan persepsi yang jelas tentang sudut pandang cerita. Pemhaman pembaca pada sudut pandang akan menentukan seberapa jauh persepsi dan penghayatan, bahkan juga penilaiannya terhadap novel yang bersangkutan.68

Sudut pandang cerita secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua macam: persona pertama, first-person, gaya “aku”, dan persona

ketiga, third person, gaya “dia”.69 Jadi dari sudut pandang “aku” atau “dia”, dengan berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan. Kedua sudut pandang tersebut masing-masing menunjuk dan menuntut konsekuensinya sendiri.

65Ibid., h. 336.

66

Rokhmansyah, op. cit., h. 39.

67

Nurgiyantoro, op. cit., h. 338.

68Ibid., h. 339.

69Ibid.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur di luar teks sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangun atau sistem organisme teks sastra. Secara khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (untuk tidak dikatakan: cukup menentukan) terhadap totalitas bangun cerita secara keseluruhan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik sebuah novel harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Unsur ekstrinsik terdiri dari sejumlah unsur, yaitu keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang turut menentukan corak karya yang dihasilannya. Unsur ekstrinsik berikutnya adalah psikologi, baik berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip psikologi dalam karya. Keadaan di lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga berpengaruh terhadap karya sastra dan termasuk dalam unsur ekstrinsik.70

Dokumen terkait