• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TRADISI PERKAWINAN SUKU BADUY

C. Upacara Lamaran dan Penentuan Mahar

Lamaran merupakan langkah awal dari suatu pernikahan. Hal ini telah disyariatkan oleh Allah sebulum diadakannya akad nikah antara suami istri. Dengan maksud, supaya masing-masing pihak mengetahui pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya.18 Lamaran atau khitbah mengandung arti permintaan. Peminangan (lamaran) dilakukan sebagai permintaan secara resmi kepada wanita yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanitanya itu. Sesudah itu baru dipertimbangkan apakah lamaran itu dapat diterima atau

17

Djoewisno, Potret Kehidupan Masyarakat Baduy, Orang-orang Baduy Bukan Suku Terasing Mereka yang Mengasingkan diri di Banten Selatan, Cetakan, Pertama 1987, h. 145.

18

tidak.19yang menurut adat merupakan bentuk pernyataan dari satu pihak kepada pihak dengan maksud untuk mengadakan ikatan perkawinan. Khitbah ini pada umumnya dilakukan pihak laki-laki terhadap perempuan dan ada pula yang dilakukan oleh pihak perempuan. Dalam hukum Islam, tidak dijelaskan tentang cara-cara pinangan. Hal ini memberikan peluang bagi kita untuk mengikuti adat istiadat yang berlaku. Upacara pinangan atau tunangan dilakukan dengan berbagai variasi. Cara yang paling sederhana adalah pihak orangtua calon mempelai laki- laki mendatangi pihak calon mempelai perempuan dan mengutarakan maksudnya kepada calon besan. Dalam acara pertunangan biasanya tukar cincin.20

Sedangkan pada masyarakat Baduy, ketika ke dua keluarga atau pihak telah sepakat untuk saling menjodohkan anaknya, maka sampai pada tujuan utama yakni melakukan perkawinan, biasanya mereka melakukan beberapa prosesi ritual ada yang sudah ditentukan secara turun temurun. Adapun prosesi ada pra- perkawinan yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Baduy adalah prosesi pelamaran atau dalam bahasa mereka disebut dengan “lalamar” Dalam proses pelamaran, biasanya dilakukan sebanyak tiga tahap.21

Lamaran pertama, dilakukan di rumah pihak perempuan pada waktu sore hari. Proses lamaran ini dilakukan ketika anak-anak mereka masih berada di ladang. Biasanya pihak orang tua pria mendatangi rumah orang tua si perempuan dengan membawa sirih pinang sebagai simbol bahwa kedatangan mereka akan melamar anaknya. Setelah ada kesepakatan antara pihak laki-laki dan perempuan,

19

M. Ali Hasan, Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2003), cet, 1, h.23

20

Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, Pustaka Setia, Cet 1, Bandung , Desember 2011, h.70

21

K, Muhammad, Hakiki, “Upacara Perkawinan Orang Baduy”, Artikel di Akses pada

maka pihak laki-laki pun mendatangi Jaro Tangtu dalam rangka bermusyawarah membicarakan maksudnya akan mengawinkan anaknya. Ketika berkunjung menemui Jaro Tangtu, pihak laki-laki biasanya membawa perlengkapan syirih atau nyirih dan bumbunya sebab di kanekes peristiwa ngalamar (meminang) itu masih dilaksanakan sesuai dengan arti harfiah; makan sirih, dalam bahasa mereka sebagai syarat wajib yang harus dilakukan dalam proses lamaran pertama. Tempat sirih pinang itu dibuat khususdari anyaman bambu, sedangkan yang akan di persembahkan kepada Puun diwadahi terpisah dalam bokor (sejenis bakul terbuat dari logam). Sirih pinang22 itu sementara disimpan di rumah Jaro untuk dikeluarkan pada waktunya. Acara pinangan dilangsungkan sore hari sekitar jam 18.30. tempat sirih pinang yang di tutupi dengan kain putih dikeluarkan dari rumah Jaro Tangtu, Dalam pertemuan ini, agenda yang dibicarakan adalah prihal penentuan waktu (hari, tanggal, dan bulan) untuk proses lamaran kedua Setelah pembicaraan itu selesai, maka Jaro Tangtu pun keesokan harinya membicarakan kepada Puun sebagai petinggi warga Baduy dalam rangka meminta petunjuk dan keputusan terkait dengan rencana salah satu warganya yang akan menikahkan anaknya.

Lamaran kedua, bila maksud lamaran pihak pria diterima oleh orang tua pihak perempuan, maka delapan bulan kemudian, keluarga pihak pria dengan membawa calon pengantin pria mendatangi rumah calon istrinya. Pada lamaran tahap kedua ini, biasanya dilakukan acara nyereuhan atau dalam bahasa lain tukar cincin. Dalam acara lamaran kedua ini juga kembali dibicarakan terkait dengan

22

Sirih pinang, Adalah Warisan Budaya Indonesia Yang Dilakukan Dengan Mengunyah Bahan-Bahan Bersirih Seperti Pinang, Sirih, Gambing, Tembakau, Kapur, Cengkih.

waktu perkawinan.Dalam tahap kedua ini, seluruh warga Baduy Tangtu biasanya hadir untuk menjadi saksi. Proses lamaran tahap kedua ini dilakukan di tempat khusus namanya Balai Adat. Dalam sesi lamaran kedua ini, orang tua pihak pria menyerahkan anak yang akan dinikahkan untuk bekerja di ladang milik calon mertuanya. Ketika pihak perempuan merasa cocok dengan hasil kerja calon menantunya, maka biasanya diteruskan sampai enam bulan bahkan satu tahun. Hal ini dilakukan agar pihak perempuan mengetahui bahwa calon menantunya betul-betul bisa bekerja dan bisa bertanggungjawab atas keluarganya kelak. Ketika proses penilaian ini selesai, dan pihak perempuan merasa yakin atas kemampuan calon menantunya, maka proses lamaran ke tiga pun dilakukan.

Lamaran ketiga.Pada sesi lamaran ketiga ini, pihak laki-laki kembali mendatangi pihak perempuannya dengan maksud menegaskan keinginannya untuk menjodohkan anaknya. Pada proses lamaran ketiga ini, biasanya pihak laki- laki membawa seserahan berupa seperangkat kebutuhan dapur (alat-alat dapur) termasuk beras. Dalam sesi lamaran ketiga ini juga dilakukan di Balai Adat yang dipimpin langsung oleh Puun dan perangkat adat Baduy. Acara dalam sesi lamaran ketiga ini masyarakat Baduy menyebutnya dengan proses seserenan atau dalam bahasa lain disebut dengan seserahan. Jika kita perhatikan, praktek serah- serahan seperti ini memang bukanlah hal yang aneh, karena cara ini pun biasanya dilakukan oleh masyarakat di luar Baduy.

Ada proses ritual yang menarik dalam acara tahap lamaran ketiga ini. Proses ini sangat sakral sehingga tidak boleh terlewatkan. Proses yang dimaksud adalah pembacaan syahadat adat yang dibacakan secara langsung oleh Puun

untuk kedua belah pihak yang akan melangsungkan pernikahan. pembacaansyahadat batin ini berfungsi sebagai sumpah setia agar pertalian jodoh mereka awet dan tidak ada perceraian dikemudian hari.

Dokumen terkait