• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN

3.2. Upaya Menghadapi Kendala

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran upaya dalam menghadapi kendala di lembaga pemasyarakatan, yaitu :

1. Menambah Sarana dan Prasarana Yang Mendukung

Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo telah mengalami peningkatan sejak tahun 2000 yang dapat memberikan kenyamanan bagi narapidana dan memudahkan pengamanan oleh petugas. Idealnya Lapas letaknya dipinggiran kota. Mengingat Lapas Sidoarjo berada di tengah kota, maka harusnya dipindahkan di

pinggiran kota yang luas tanahnya memadai dan sesuai dengan standar kapasitas. Berdasarkan hasil wawancara perlu adanya penambahan gedung pembinaan dan fasilitas-fasilitasnya. Mengingat jumlah penghuni setiap tahun semakin meningkat dan perlu adanya penambahan sel/kamar yang memenuhi syarat untuk standar kapasitas penghuni.

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia

Sistem rekrutmen dan seleksi pegawai ditetapkan dengan sistem assesement atau fit and propert test seperti faktor pendidikan, pengalaman, ketrampilan, minat dan bakat amat berperan terhadap kinerja. Kepala Pelaksana Harian Pembinaan Lapas Klas II A Sidoarjo berpendapat dengan peningkatan sumber daya manusia yang terlatih maka kegiatan pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika dapat dijalankan dengan baik.

3. Penambahan Sel dan Blok/Kamar

Perlu adanya penambahan sel dan blok/kamar guna menghindari kelebihan penghuni yang menimbulkan ketidaknyamanan. Kelebihan kapasistas penghuni dapat menghambat berjalannya proses pembinaan. Penambahan Blok/kamar juga harus sesuai ukurannya agar memenuhi syarat dan layak untuk dihuni oleh narapidana.

4. Memberikan Informasi Yang Tepat

Untuk meyakinkan masyarakat dan untuk merubah stigmanisasi masyarakat terhadap bekas narapidana perlu adanya memberikan informasi tentang program- program pembinaan yang ada di Lapas yaitu melalui bimbingan pemasyarakatan di luar yang dilakukan oleh Badan Pemasyarakatan (BAPAS). Badan Pemasyarakatan (BAPAS) memiliki tugas yang sangat penting dalam proses pembinaan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan. Kegiatan pembinaan ini dilakukan untuk berintegrasi secara sehat dengan masyarakat agar tidak terjadi stigmanisasi masyarakat yang buruk terhadap bekas narapidana. Badan Pemasyarakatan akan terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat dengan memberikan informasi yang berkaitan atas kembalinya narapidana ke dalam lingkungan masyarakat. Hal ini dilakukan agar narapidana tersebut dapat diterima kembali oleh masyarakat dan dapat menjalani kehidupan dengan menjadi manusia yang lebih baik.

Dalam mengatasi permasalahan ini, pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo telah berusaha dengan maksimal dengan melakukan berbagai upaya diantaranya melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk lebih meningkatkan kualitas pembinaaan. Usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dalam menghadapi kendala adalah dengan meningkatkan partisipasi petugas untuk berperan aktif dalam memberikan pembinaan secara baik, dan

benar melalui pelatihan, pendidikan dan kursus. Dalam hal ini terdapat perbedaan karakteristik yang ada pada diri narapidana merupakan hambatan terbesar dalam kelangsungan proses pembinaan terhadap narapidana itu sendiri. Namun dengan usaha yang maksimal dari kedua belah pihak, niscaya perbedaan itu tidak akan menjadi hambatan melainkan akan menjadikan pelengkap, saling mengisi satu dengan yang lain. Terlepas dari hambatan yang ditemui, proses pembinaan tetaplah sebuah proses pembelajaran yang tetap berarti dan berguna.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Program pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo merupakan sebuah program yang memadukan berbagai metode yang meliputi aspek medis, sosial, kerohanian dan ketrampilan.

2. Tahap awal pelaksanaan pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika meliputi masa pengenalan, pengamatan, dan penelitian lingkungan (Mapenaling), penentuan Diagnosis Ketergantungan, tahap penyembuhan rehabilitasi, pembinaan kepribadian, pembinaan kemampuan intelektual dan pembinaan pencegahan kambuhan. Sedangkan rehabilitasi terpadu di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dilaksanakan dengan rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi kerohanian, dan program keterampilan.

3. Kurangnya tenaga profesional seperti tenaga ahli di bidang psikologi, tenaga kesehatan, pengajar dan pelatih ketrampilan bagi narapidana membuat proses pembinaan kurang berjalan secara efektif. Keterbatasan SDM yang berkualitas dan benar-benar memahami pelaksanaan program pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika dapat dilihat dari kurangnya motivasi petugas yang mengawasi keadaan peserta rehabilitasi secara terus menerus, sehingga kegiatan dalam blok kurang dapat diamati.

4. Usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dalam menghadapi kendala adalah dengan meningkatkan partisipasi petugas untuk berperan aktif dalam memberikan pembinaan secara baik, dan benar melalui pelatihan, pendidikan dan kursus, menambah sarana dan prasarana yang mendukung, meningkatkan Sumber Daya Manusia.

B. Saran

1. Dengan melihat hasil penelitian, maka diharapkan dapat meningkatkan dukungan berbagai pihak untuk menjalankan program rehabilitasi terpadu sebagai salah satu bentuk perawatan bagi narapidana penyalahgunaan narkotika.

2. Untuk menunjang program ini diperlukan:

a). Adanya peran serta petugas pembinaan dalam melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi agar kegiatan tersebut dapat berjalan sebagaimana dengan mestinya.

b). Adanya peran serta petugas sebagai motivator bagi narapidana dengan memberikan penghargaan kepada narapidana yang berperan aktif dan memberikan dorongan kepada narapidana yang tidak mau mengikuti kegiatan pembinaan.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Atmasasmita, Romli. Sistem Pemasyarakatan Di Indonesia. Bandung: Percetakan Ekonomi.1979

Harsono HS, C.I. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan. 1995 Makaro, Taufik, Suharsil, Moh Zakky. Tindak Pidana Narkotika. Ghalia

Indonesia. 2005.

Moleong, J. Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.1988.

Moeljanto. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 2000

Muladi. Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung : P.T Alumni. 1998.

Sholehuddin, M. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana. Jakarta: Rajawali Pers. 2003

Poernomo, Bambang. Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty. 1986

Priyatno. Dwidja. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.2009.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1986.

Undang-Undang :

Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

PP No 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

PP No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SIDOARJO

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas

Sub. Bag TU

Urusan Kepeg

& Keuangan

Urusan Umum

Seksi bimbingan napi/

anak didik

Sub seksi

registrasi

Sub seksi

kemasyarakatan

dan perawatan

Seksi kegiatan

kerja

Sub seksi bimbingan

kerja &pengelolaan hasil

Sub seksi kegiatan kerja

Seksi Adm Keamanan

dan tata tertib

Sub seksi

keamanan

Sub seksi

pelaporan dan tata

tertib

KPLP

Petugas Pengamanan

Dokumen terkait