• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA

(Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

DIAJENG ARIANTI PUSPANINGTYAS NPM. 0771010139

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo )

Disusun Oleh :

DIAJENG ARIANTI PUSPANINGTYAS NPM. 0771010139

Telah disetujui mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

H. SUTRISNO,SH.,M.Hum. MAS ANIENDA TF,SH., MH NIP. 196201212 198803 1001 NPT. 3 7709 07 0223

Mengetahui, DEKAN

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)

Oleh :

DIAJENG ARIANTI PUSPANINGTYAS NPM. 0771010139

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 20 April 2011

Tim Penguji

1. H. SUTRISNO, SH.,M.Hum (…..………..) NIP. 19601212 198803 1001

2. HARIYO SULISTYANTORO,SH., MM (………) NIP. 19620625 199103 1001

3. SUBANI, SH., M.Si. (……...……….) NIP. 19510504 198303

Mengetahui, DEKAN

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)

Oleh :

DIAJENG ARIANTI PUSPANINGTYAS NPM. 0771010139

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 20 April 2011

Tim Penguji

1. H. SUTRISNO, SH.,M.Hum (…..………..) NIP. 19601212 198803 1001

2. HARIYO SULISTYANTORO,SH., MM (………) NIP. 19620625 199103 1001

3. SUBANI, SH., M.Si. (……...……….) NIP. 19510504 198303

Mengetahui, DEKAN

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diajeng Arianti Puspaningtyas Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/09 Agustus 1989

NPM : 0771010139

Konsentrasi : Pidana

Alamat : Delta Sari Baru, Delta Avia No 59 Waru-Sidoarjo Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul: “PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)” dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya cipta saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bukan hasil jiplakan (plagiat).

Apabila di kemudian hari ternyata skripsi ini hasil jiplakan (plagiat) maka saya bersedia dituntut di depan Pengadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukumnya.

Mengetahui Surabaya, 20 April 2011

KaProdi Penulis,

(6)

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk

BUNDA tercinta

Engkaulah Kartini yang Ananda temui di dunia

Dengan semangat seorang diri

Kau jadikan kami (anak-anakmu)

Orang yang berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Negara

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan doa dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang atas kemurahanNya telah memberikan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo)”

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengkapi salah satu syarat guna menyelesaikan program studi Strata I Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional " Veteran " Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh masukan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan semangat dari pelbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih disertai penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Hariyo Sulistiyantoro,SH., M.M., selaku Dekan Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Abdul Hani, Bc. IP,SH, selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo.

(8)

4. Bapak Hendra, Bc.IP,SH disela-sela kesibukannya masih berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi

5. Bapak Sutrisno, SH.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jatim serta selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

6. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jatim

7. Bapak Subani, S.H., M.Si selaku Ketua Program Studi ilmu Hukum di Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jatim.

8. Ibu Mas Anienda TF.SH.,MH selaku dosen pembimbing pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing penulis menyusun skripsi ini.

9. Bapak Eko Wahyudi, SH selaku Dosen Wali yang selalu memberikan masukan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum tercinta ini.

10. Tim Penguji skripsi Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

11. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum UPN “ Veteran” Jatim yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu.

(9)

13. Untuk Papa tercinta (Alm.Sonny) Ananda yakin doa dan restu itu tetap ada untuk Ananda karena sekarang Papa lebih dekat dengan-Nya. Meskipun Papa tidak pernah menyaksikan Ananda tapi Ananda yakin Papa selalu ada di dekat Ananda.

14. Mama tercinta yang telah memberikan restu dan doa disetiap langkah Ananda, serta dorongan moril maupun materiil yang begitu banyak.

15. Kakak-kakak Penulis yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing penulis dari awal hingga akhir pendidikan

16. Untuk calon pendamping hidup , Gatra Dwi Arista yang telah banyak memberikan masukan, serta semangat ditengah kejenuhan penulis.

17. Sahabat-sahabat penulis, Stela, Permana, Yazid, Hengki, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan karena kurangnya pengalaman dan keterbatasannya pengetahuan yang penulis miliki.

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat beramanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Surabaya, April 2011

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI..……...………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKIRPSI………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI………... iv

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI……… x

1.1. Latar Belakang………... 1.2. Rumusan Masalah……….. 1.3. Tujuan Penelitian……...……… 1.4. Manfaat Penelitian…………...……….. 1.5. Kajian Pustaka………... a. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Narkotika dan

Jenis-Jenis Narkotika………... 1). Pengertian Narkotika……….. 2). Pengertian Psikotropika……….. 3) Pengertian Zat Adiktif……….

(11)

4). Jenis-Jenis Narkotika……….. b. Pengertian Tindak Pidana Narkotika dan

Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika………. 1). Pengertian Tindak Pidana Narkotika……….. 2). Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika………... 3). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana

Narkotika………... 1. Faktor Internal Pelaku………... 2. Faktor Eksternal Pelaku………. c. Lembaga Pemasyarakatan………... d. Pembinaan Narapidana……… 1.6. Metode Penelitian………..

(12)

1.7. Sistematika Penulisan……… 26 BAB II PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SIDOARJO……….. 2.1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Sidoarjo……….. 2.1.1. Kerjasama Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Sidoarjo Dengan Badan Narkotika Kabupaten Sidoarjo 2.2. Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika di

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo……… 2.2.1. Pembinaan Tahap Awal Narapidana Penyalahgunaan Narkotika……… 2.2.2. Pembinaan Tahap Lanjutan Bagi Narapidana

Penyalahgunaan Narkotika……….... BAB III HAMBATAN DALAM PROSES PEMBINAAN

NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA 3.1. Faktor Yang Menghambat Proses Pembinaan Narapidana

Penyalahgunaan Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo……… a. Faktor Internal………... b. Faktor Eksternal………. 3.2. Upaya Menghadapi Kendala………..………

52

(13)

BAB IV PENUTUP……….

a. Kesimpulan ……….………

b. Saran ………..……….

63 63 64 DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo………...……… 31 Tabel 2 : Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun

2010………... 38

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Gambar Warga Binaan Yang Mendapatkan Pembebasan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sturktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

Lampiran 2 : Surat Pernyataan Wawancara

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

(17)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

Nama Mahasiswa : Diajeng Arianti Puspaningtyas

NPM : 0771010139

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Agustus 1989 Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo) ABSTRAKSI

Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur masyarakat itu. Permasalahan yang tercipta selama proses interaksi itu adakalanya hanya menguntungkan salah satu pihak saja, disinilah hukum berperan sebagai penegak keadilan. Masalah penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Sasaran pembinaan terpidana perkara narkotika ditujukan kepada kelompok pemakai/pecandu yang menjadi korban kejahatan dari para pemasok/pengedar narkotika tersebut. Narapidana yang telah mengetahui segala sesuatunya tentang proses pengadilan, maka pola pembinaannya diserahkan kepada Lembaga Pemasyarakatan di mana mereka menjalani hukuman. Secara umum pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional.

Permasalahan yang diajukan adalah bagaimana pembinaan yang diberikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo terhadap narapidana yang melakukan tindak penyalahgunaan narkotika; Hambatan apa saja yang terjadi dalam melakukan proses pembinaan para narapidana penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo.

Jenis Penelitian ini adalah Yuridis empiris yang bersifat deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analisis permasalahan yang dikemukakan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang sumbernya berasal dari narasumber atau responden, dalam hal ini Kepala dan Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo , dan digunakan data sekunder yang sumbernya berasal dari berasal dari perundang-undangan, hasil karya dari kalangan umum dan berbagai litelatur yang mendukung penelitian ini.

(18)

IIA Sidoarjo merupakan sebuah program yang memadukan berbagai metode yang meliputi aspek medis, sosial, kerohanian dan ketrampilan. Kurangnya tenaga profesional seperti tenaga ahli di bidang psikologi, tenaga kesehatan, pengajar dan pelatih ketrampilan bagi narapidana membuat proses pembinaan kurang berjalan secara efektif. Keterbatasan SDM yang berkualitas dan benar-benar memahami pelaksanaan program pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika dapat dilihat dari kurangnya motivasi petugas yang mengawasi keadaan peserta rehabilitasi secara terus menerus, sehingga kegiatan dalam blok kurang dapat diamati.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur masyarakat itu. Kaidah hukum itu berlaku untuk seluruh masyarakat. Apabila dalam kehidupan mereka melanggar kaidah-kaidah hukum itu, baik yang berupa kejahatan maupun pelanggaran, maka akan dikenakan sanksi yang disebut pidana. Masyarakat terdiri dari kumpulan individu maupun kelompok yang mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam melakukan proses interaksi sering terjadi benturan-benturan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik diantara pihak-pihak yang bertentangan tersebut.

Permasalahan yang tercipta selama proses interaksi itu adakalanya hanya menguntungkan salah satu pihak saja, sedangkan pihak yang lain dirugikan. Disinilah hukum berperan sebagai penegak keadilan. Dapat dikatakan bahwa perbuatan yang merugikan orang lain dan hanya menguntungkan pribadi atau kelompoknya saja merupakan tindakan yang jahat. Maka wajar apabila setiap perbuatan melanggar hukum harus berhadapan dengan hukum, karena kita adalah negara hukum, dan pelakunya harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di depan hukum dengan adil, salah satunya yaitu dengan menjalani hukuman.

(20)

Narkotika merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Maraknya penyalahgunaan Narkotika tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan Narkotika paling banyak berumur antara 15– 24 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap narkotika. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda.

(21)

korban tersebut masih diharapkan dapat menyadari bahwa apa yang telah diputus oleh majelis hakim atas kesalahan mereka adalah merupakan suatu cara atau sarana agar mereka meninggalkan perbuatan tersebut setelah selesai menjalani masa hukuman.

Sasaran pembinaan terpidana perkara narkotika sebetulnya lebih ditujukan kepada kelompok pemakai/pecandu yang menjadi korban kejahatan dari para pemasok/pengedar narkotika tersebut. Oleh karena itulah para terpidana setelah diketahui segala sesuatunya tentang proses peradilan, maka pola pembinaannya diserahkan kepada lembaga pemasyarakatan di mana mereka menjalani masa hukuman.

Jadi dalam hal ini, penanganan masalah pembinaan para korban penyalahgunaan narkotika tersebut adalah merupakan kewajiban pemerintah juga. Walau demikian sesuai dengan asas kebersamaan maka kewajiban untuk mengembalikan kondisi para korban tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat pada umumnya.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tetang Pemasyarakatan, khususnya Pasal 14 mengenai hak-hak narapidana, merupakan dasar bahwasanya narapidana harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu.

(22)

mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan mereka telah siap berbaur kembali dengan masyarakat. Karena pidana penjara itu sudah mempunyai tujuan, maka tidak lagi tanpa arah atau tidak lagi seakan-akan menyiksa. Pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan adalah sebagai jalan keluar untuk membina dan juga untuk mengembalikan narapidana ke jalan yang benar. Perilaku-perilaku menyimpang yang dulu pernah mereka lakukan diharapkan tidak akan terjadi lagi dan mereka dapat berubah menjadi anggota masyarakat yang bertingkah laku baik. Caranya yaitu dengan menyadarkan mereka dengan cara menanamkan pembinaan jasmani maupun rohani. Dengan demikian tujuan dari pidana penjara adalah selain untuk menimbulkan rasa derita karena kehilangan kemerdekaan, juga untuk membimbing terpidana agar bertaubat dan kembali menjadi anggota masyarakat yang baik.

(23)

“PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo)”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pembinaan yang diberikan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo terhadap narapidana yang melakukan tindak penyalahgunaan narkotika?

b. Hambatan apa saja yang terjadi dalam melakukan proses pembinaan para narapidana penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pembinaan apa saja yang diberikan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo terhadap narapidana yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika.

b. Untuk mengetahui hambatan dalam melakukan proses pembinaan narapidana penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

(24)

b. Secara Praktis, Dapat menjadi masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo dalam menentukan arah dan kebijakan lembaga supaya berjalan secara dinamis.

1.5. Kajian Pustaka

A. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Narkotika dan Jenis-Jenis Narkotika

1) Pengertian Narkotika

Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, yaitu dengan cara memasukkan ke dalam tubuh.1

Menurut Undang-Undang No 35 tahun 2009 Pasal 1, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi, sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.2

Penggolongan narkotika sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No 35 Tahun 2009, adalah sebagai berikut: a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

b. Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. c. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.3

1

Moh Taufik Makaro, Suharsil, Moh Zakky, Tindak Pidana Narkotika. Ghalia Indonesia. 2005, h. 16

2

Pasal 1 UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

3

 Pasal 6 UU No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

(25)

2) Pengertian Psikotropika

Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, menyebutkan pengertian psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

3) Pengertian Zat Adiktif

Zat adiktif yaitu minuman yang mengandung alkohol, seperti beer, wine, whisky, vodka, dan lain-lain. Pecandu alkohol cenderung mengalami kurang gizi karena alkohol menghalangi penyerapan sari makanan seperti glukosa, asam amino, asam folat, cacium, magnesium, dan vitamin B12.

4) Jenis-Jenis Narkotika

Jenis-jenis narkotika yang perlu diketahui dalam kehidupan sehari-hari karena mempunyai dampak sebagaimana disebut diatas, terutama terhadap kaum remaja yang dapat menjadi sampah masyarakat bila terjerumus ke jurangnya, adalah sebagai berikut: a. Candu atau disebut juga dengan Opium

Berasal dari sejenis tumbuhan yang dinamakan Papaver

Somniferum, nama lain dari candu selain opium adalah madat.

b. Morphine

(26)

pecandu untuk memperoleh rangsangan yang diingini selalu memerlukan penambahan dosis yang lambat laun membahayakan jiwa.

c. Heroin

Berasal dari tumbuhan papaver somniferum. Heroin disebut juga dengan sebutan putau, zat ini sangat berbahaya bila di konsumsi kelebihan dosis, bisa mati seketika.

d. Cocaine

Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut erythroxylon coca. Untuk memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun coca, lalu dikeringkan dan diolah di pabrik dengan menggunakan bahan-bahan kimia.

e. Ganja

Berasal dari bunga dan daun-daun sejenis tumbuhan rumput bernama cannabis sativa. Sebutan lain dari ganja yaitu mariyuana, sejenis dengan mariyuana adalah hashis yang dibuat dari dammar tumbuhan cannabis sativa. Efek dari hashis lebih kuat dari ganja.

f. Narkotika sintetis atau buatan

(27)

zat yang terutama berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, presepsi atau pendapat dan kesadaran. 4

B. Pengertian Tindak Pidana Narkotika dan Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika

1) Pengertian Tindak Pidana Narkotika

Tindak pidana narkotika dapat diartikan dengan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum narkotika, dalam hal ini adalah Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan ketentuan-ketentuan lain yang termasuk dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang tersebut.5

2) Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Narkotika

a. Narkotika apabila dipergunakan secara proporsional, artinya sesuai menurut asas pemanfaatan, baik untuk kesehatan maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan, maka hal tersebut tidak dapat dikwalisir sebagai tindak pidana narkotika. Akan tetapi apabila dipergunakan untuk maksud-maksud yang lain dari itu, maka perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang jelas sebagai perbuatan pidana dan atau penyalahgunaan narkotika berdasarkan Undang-Undang No 35 tahun 2009.

4

 Moh Taufik Makaro, Suharsil, Moh Zakky, op.cit., h.21-25 

  5

(28)

b. Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain: 1. Penyalahgunaan/melebihi dosis

2. Pengedaran narkotika; karena keterikatan dengan sesuatu mata rantai peredaran narkotika, baik nasional maupun internasional.

3. Jual beli narkotika; ini pada umumnya dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mencari keuntungan materil, namun ada juga karena motivasi untuk kepuasan.

Dari ketiga bentuk tindak pidana narkotika itu adalah merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai macam bentuk tindak pidana kejahatan dan pelanggaran, yang secara langsung menimbulkan akibat demoralisasi terhadap masyarakat, generasi muda, dan terutama bagi si pengguna zat berbahaya itu sendiri, seperti:

 Pembunuhan;  Pencurian;  Penodongan  Penjambretan;  Pemerasan;  Pemerkosaan;  Penipuan;

 Pelanggaran rambu lalu lintas;

(29)

3) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Narkotika Pada umunya secara keseluruhan faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana narkotika dapat dikelompokkan menjadi: 1. Faktor Internal Pelaku

Ada berbagai macam penyebab kejiwaan yang dapat mendorong seseorang terjerumus ke dalam tindak pidana narkotika, penyebab internal itu antara lain sebagai berikut: a. Perasaan Egois

Merupakan sifat yang dimiliki oleh setiap orang. Sifat ini seringkali mendominir perilaku seseorang secara tanpa sadar, demikian juga bagi orang yang berhubungan dengan narkotika/para pengguna dan pengedar narkotika. Pada suatu ketika rasa egoisnya dapat mendorong untuk memiliki dan atau menikmati secara penuh apa yang mungkin dapat dihasilkan dari narkotika.

b. Kehendak Ingin Bebas

(30)

interaksi dengan orang lain sehubungan dengan narkotika, maka dengan sangat mudah orang tersebut akan terjerumus pada tindak pidana narkotika.

c. Kegoncangan Jiwa

Hal ini pada umumnya terjadi karena salah satu sebab yang secara kejiwaan hal tersebut tidak mampu dihadapi/diatasinya. Dalam keadaan jiwa yang labil, apabila ada pihak-pihak yang berkomunikasi dengannya mengenai narkotika maka ia akan dengan mudah terlibat tindak pidana narkotika.

d. Rasa keingintahuan

Perasaan ini pada umumnya lebih dominan pada manusia yang usianya masih muda, perasaan ingin ini tidak terbatas pada hal yang positif, tetapi juga kepada hal-hal yang sifatnya negatif. Rasa ingin tahu tentang narkotika, ini juga dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan yang tergolong dalam tindak pidana narkotika. 6 2. Faktor Eksternal Pelaku

Faktor-faktor yang datang dari luar ini banyak sekali, di antaranya yang paling penting adalah sebagai berikut ;

6

 Ibid, h. 53-56

(31)

a. Keadaan ekonomi.

Keadaan ekonomi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu keadaan ekonomi yang baik dan keadaan ekonomi yang kurang atau miskin. Pada keadaan ekonomi yang baik maka orang-orang dapat mencapai atau memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Demikian juga sebaliknya, apabila keadaan ekonomi kurang baik maka pemenuhan kebutuhan sangat sulit adanya, karena itu orang-orang akan berusaha untuk dapat keluar dari himpitan ekonomi tersebut.

Dalam hubungannya dengan narkotika, bagi orang-orang yang tergolong dalam kelompok ekonomi yang baik dapat mempercepat keinginan-keinginan untuk mengetahui, menikmati, dan sebagainya tentang narkotika. Sedangkan bagi yang keadaan ekonominya sulit dapat juga melakukan hal tersebut, tetapi kemungkinannya lebih kecil dari pada mereka yang ekonominya cukup.

b. Pergaulan/Lingkungan

(32)

oleh interaksi dengan lingkungan tersebut seseorang dapat melakukan perbuatan yang baik dan dapat pula sebaliknya. Apabila lingkungan tersebut narkotika dapat diperoleh dengan mudah, maka dengan sendirinya kecenderungan melakukan tindak pidana narkotika semakin besar adanya. c. Kemudahan

Kemudahan disini dimaksudkan dengan semakin banyaknya beredar jenis-jenis narkotika di pasar gelap maka akan semakin besarlah peluang terjadinya tindak pidana narkotika.

d. Kurangnya Pengawasan

(33)

tergolong pada tindak pidana narkotika. Dalam hal kurangnya pengawasan seperti dimaksudkan di atas, maka tindak pidana narkotika bukan merupakan perbuatan yang sulit untuk dilakukan.

e. Ketidaksenangan dengan Keadaan Sosial

Bagi seseorang yang terhimpit oleh keadaan sosial maka narkotika dapat menjadikan sarana untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut, meskipun sifatnya hanya sementara. Tapi bagi orang-orang tertentu yang memiliki wawasan, uang, dan sebagainya, tidak saja dapat menggunakan narkotika sebagai alat melepaskan diri dari himpitan keadaan sosial, tetapi lebih jauh dapat dijadikan alat bagi pencapaian tujuan-tujuan tertentu.

Kedua faktor tersebut diatas tidak selalu berjalan sendiri-sendiri dalam suatu peristiwa pidana narkotika, tetapi dapat juga merupakan kejadian yang disebabkan karena kedua faktor tersebut saling mempengaruhi secara bersama

C. Lembaga Pemasyarakatan

(34)

pembinaan narapidana bangunan Lembaga Pemasyarakatan mendapat prioritas khusus. Sebab bentuk bangunan yang sekarang ada masih menunjukkan sifat-sifat asli penjara, sekalipun image yang menyeramkan dicoba untuk dinetralisir. 7

Penjara dulu sebutan tempat bagi orang yang menjalani hukuman setelah melakukan kejahatan. Istilah “penjara” sekarang sudah tidak dipakai atau sudah diganti dengan sebutan “Lembaga Pemasyarakatan” karena sejarah pelaksanaan pidana penjara telah mengalami perubahan dari sistem kepenjaraan yang berlaku sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sampai munculnya gagasan hukum pengayoman yang menghasilkan perlakuan narapidana dengan sistem pemasyarakatan

Peran Lembaga Pemasyarakatan memudahkan pengintegrasian dan penyesuaian diri dengan kehidupan masyarakat, tujuannya agar mereka dapat merasakan bahwa sebagai pribadi dan Warga Negara Indonesia yang mampu berbuat sesuatu untuk kepentingan bangsa dan negara seperti pribadi dan Warga Negara Indonesia lainnya serta mereka mampu menciptakan opini dan citra masyarakat yang baik.

D. Pembinaan Narapidana

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan yang dimaksud dengan Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.

7

(35)

Fungsi dan tugas pembinaan pemasyarakatan terhadap warga binaan pemasyarakatan dilaksanakan secara terpadu dengan tujuan agar mereka setelah selesai menjalani pidananya, pembinaannya dan bimbingannya dapat menjadi warga masyarakat yang baik. Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat wajib menghayati serta mengamalkan tugas-tugas pembinaan pemasyarakatan dengan penuh tanggung jawab. Untuk melaksanakan kegiatan pembinaan pemasyarakatan yang berdaya guna, tepat guna dan berhasil guna, petugas harus memiliki kemampuan profesional dan integritas moral.

Pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan disesuakan dengan asas-asas yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Standar Minimum Rules (SMR). Pada dasarnya arah pelayanan pembinaan dan bimbingan yang perlu dilakukan oleh petugas ialah memperbaiki tingkah laku warga binaan pemasyarakatan agar tujuan pembinaan dapat dicapai.

Pada dasarnya ruang lingkup pembinaan dapat dibagi ke dalam dau bidang yakni:

1. Pembinaan kepribadian yang meliputi : a. Pembinaan kesadaran beragama

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara c. Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan) d. Pembinaan kesadaran hukum

(36)

2. Pembinaan Kemandirian

Pembinaan Kemandirian diberikan melalui program-program sebagai berikut:

a. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri b. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil

c. Ketrampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing

d. Ketrampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian (perkebunan) dengan menggunakan teknologi madya atau teknologi tinggi.

Sistem pemasyarakatan menurut Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No 12 Tahun 1995 adalah:

“Suatu sistem tatanan mengenai arahan dan batasan serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dan aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab”.8

Sistem pemasyarakatan akan mampu mengubah citra negatif sistem kepenjaraan dengan memperlakukan narapidana sebagai subyek sekaligus sebagai obyek yang didasarkan pada kemampuan manusia untuk tetap memperlakukan manusia sebagai manusia yang mempunyai eksistensi sejajar dengan menusia lain. Sistem ini menjanjikan sebuah model pembinaan yang humanis, tetap menghargai seorang narapidana

8

(37)

secara manusiawi, bukan semata-mata tindakan balas dendam dari Negara. Hukuman hilang kemerdekaan kiranya sudah cukup sebagai sebuah penderitaan tersendiri sehingga tidak perlu ditambah dengan penyiksaan hukuman fisik lainnya yang bertentangan dengan hak asasi manusia.

Dalam sistem kepenjaraan, peranan narapidana untuk membina dirinya sendiri sama sekali tidak diperhatikan. Narapidana juga tidak dibina tetapi dibiarkan, tugas penjara pada waktu itu tidak lebih dari mengawasi narapidana agar tidak melarikan diri dari penjara. Pendidikan dan pekerjaan yang diberikan hanyalah sebagai pengisi waktu luang, namun dimanfaatkan secara ekonomis. Membiarkan seorang dipidana, menjalani pidana tanpa memberikan pembinaan tidak akan merubah narapidana. Bagaimanapun narapidana adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan kearah perkembangan yang positif, yang mampu merubah seseorang menjadi produktif.

UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada pasal 14, sangat jelas mengatur hak-hak seorang narapidana selama menghuni Lembaga Pemasyarakatan yaitu:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pengajaran dan makanan yang layak. e. Menyampaikan keluhan.

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

g. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya

(38)

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

j. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.

k. Mendapatkan pembebasan bersyarat. l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. Mendapatkan hak-hak lainnya sesuai perundangan yang berlaku. Proses pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo sudah sesuai dengan Peraturan Undang-Undang No 12 Tahun 1995, karena selama masa penelitian peneliti melihat proses pembinaan secara langsung dan diperkuat dengan melakukan wawancara dengan respoden yang ada di Lembaga Pemasyarakat tersebut. Untuk narapidana penyalahgunaan narkotika yang masih dibawah umur di pisahkan dalam kamar khusus narapidana anak, dan apabila ancaman pidananya di atas satu tahun maka dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Anak Blitar Jawa Timur untuk mendapatkam pembinaan dan pembimbingan lebih lanjut.

Dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengan kebanyakan orang dan harus menggunakan prinsip-prinsip pembinaan narapidana. Ada empat komponen penting dalam membina narapidana, yaitu :

a. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri.

b. Keluarga, adalah anggota keluarga inti, atau keluarga dekat.

(39)

d. Petugas, dapat berupa petugas kepolisian, pengacara, petugas keagamaan, petugas sosial, petugas Lembaga Pemasyarakatan, Rutan, Balai Pemasyarakatan (BAPAS), hakim dan lain sebagainya.9

Dalam sistem pemasyarakatan, tujuan dari pemidanaan adalah pembinaan dan bimbingan, dengan tahap-tahap admisi / orientasi, pembinaan dan asimilasi. Pada tahap pembinaan, narapidana dibina, dibimbing agar dikemudian hari tidak melakukan tindak pidana lagi, sedang pada tahap asimilasi, narapidana diasimilasikan ke tengah-tengah masyarakat diluar lembaga pemasyarakatan. Hal ini sebagai upaya memberikan bekal kepada narapidana agar tidak lagi canggung bila keluar dari lembaga pemasyarakatan.

Berbeda dari sistem kepenjaraan maka, dalam sistem baru pembinaan narapidana, tujuannya adalah meningkatkan kesadaran narapidana akan eksistensinya sebagai manusia. Menurut Harsono, kesadaran sebagai tujuan pembinaan narapidana, cara pencapaiannya dilakukan dengan berbagai tahapan sebagai berikut :

a. Mengenal diri sendiri. Dalam tahap ini narapidana dibawa dalam suasana dan situasi yang dapat merenungkan, menggali dan mengenali diri sendiri.

b. Memiliki kesadaran beragama, kesadaran terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sadar sebagai mahluk Tuhan yang

9

 Harsono, opcit, h.51

(40)

mempunyai keterbatasan dan sebagai mahluk yang mampu menentukan masa depannya sendiri.

c. Mengenal potensi diri, dalam tahap ini narapidana dilatih untuk mengenali potensi diri sendiri. Mampu mengembangkan potensi diri, mengembangkan hal-hal yang positif dalam diri sendiri, memperluas cakrawala pandang, selalu berusaha untuk maju dan selalu berusaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, yaitu diri sendiri. d. Mengenal cara memotivasi, adalah mampu memotivasi diri sendiri

kearah yang positif, kearah perubahan yang lebih baik.

e. Mampu memotivasi orang lain, narapidana yang telah mengenal diri sendiri, telah mampu memotivasi diri sendiri, diharapkan mampu memotivasi orang lain, kelompoknya, keluarganya dan masyarakat sekelilingnya.

f. Mampu memiliki kesadaran tinggi, baik untuk diri sendiri, keluarga, kelompoknya, masyarakat sekelilingnya, agama, bangsa dan negaranya. Ikut berperan aktif dan kreatif dalam membangun bangsa dan negara.

(41)

h. Memiliki kepercayaan diri yang kuat, narapidana yang telah mengenal diri sendiri, diharapkan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Percaya akan Tuhan, percaya bahwa diri sendiri mampu merubah tingkah laku, tindakan, dan keadaan diri sendiri untuk lebih baik lagi.

i. Memiliki tanggung jawab. Mengenal diri sendiri merupakan upaya untuk membentuk rasa tanggung jawab. Jika narapidana telah mampu berfikir, mengambil keputusan dan bertindak, maka narapidana harus mampu pula untuk bertanggung jawab sebagai konsekuen atas langkah yang telah diambil.

j. Menjadi pribadi yang utuh. Pada tahap yang terakhir ini diharapkan narapidana akan menjadi manusia dengan kepribadian yang utuh. Mampu menghadapi tantangan, hambatan, halangan, rintangan dan masalah apapun dalam setiap langkah dan kehidupannya.10

Secara formal, peran masyarakat dalam ikut serta membina narapidana atau mantan narapidana tidak terdapat dalam Undang-undang. Namun secara moral peran serta dalam membina narapidana atau bekas narapidana sangat diharapkan. Sistem pemasyarakatan ini menggunakan falsafah Pancasila sebagai dasar pandangan, tujuannya adalah meningkatkan kesadaran (consciousness) narapidana akan eksistensinya sebagai manusia diri sendiri secara penuh dan mampu melaksanakan perubahan diri ke arah yang lebih baik dan lebih positif. Kesadaran semacam ini merupakan hal yang patut diketahui oleh

10

 Ibid, h 48-50

(42)

narapidana agar dapat memahami arti dan makna kesadaran secara benar dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.11

1.6. Metode Penelitian a. Pendekatan Masalah

1) Jenis dan Tipe Penelitian

Metode pendekatan masalah yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah pendekatan masalah secara yuridis empiris dalam membahas permasalahan. Penelitian Hukum Sosiologis atau empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data primer dan menemukan kebenaran dengan menggunakan metode berpikir induktif serta fakta yang digunakan untuk melakukan proses induksi dan pengujian kebenaran secara koresponden adalah fakta yang mutakhir.

2) Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder terbagi lagi menjadi :

11

(43)

a). Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang dimaksud adalah Peraturan Perundang-Undangan RI, yaitu Undang-Undang No 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, PP No 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, PP No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, PP No. M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan dan bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

b). Bahan Hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Bahan-bahan sekunder yang memberikan penjelasan mengenai Bahan-bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil karya dari kalangan umum dan seterusnya.

c). Bahan Hukum Tertier

(44)

b. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Sesuai dengan sumber data seperti yang dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder (secondary data) dan data primer (primary data). Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumen yang biasanya disediakan di perpustakaan, atau milik pribadi. Sedangkan yang dimaksud dengan data primer ialah data yang diperoleh langsung dari masyarakat.

Metode dan alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

1) Studi Kepustakaan

Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan tindak pidana narkotika dan sistem pemasyarakatan di Indonesia serta Undang-Undang yang berhubungan dengan narkotika dan lembaga pemasyarakatan.

2) Wawancara

(45)

komunikasi langsung kepada informan, dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) guna mencari informasi yang akurat dari informan terkait secara langsung.

3) Observasi

Peneliti menggunakan pengamatan lansung terhadap semua kegiatan dan tahap-tahap selama proses pembinaan para narapidana yang melakukan tindak pidana narkotika. Metode observasi digunakan untuk mendapatkan data yang akurat.

c. Metode Analisis Data

Pengolahan data menggunakan metode diskriptif analisis artinya data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder.

1.7. Sistematika Penulisan

1. Bagian awal skripsi terdiri dari: Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Bagan, Daftar Lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari : BAB I Pendahuluan

(46)

jawaban sistematika. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pembaca agar dapat mengetahui secara garis besar pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.

Bab II Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika

Menguraikan Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu, Pertama mengenai Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo. Kedua, Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo yang terdiri dari dua sub sub bab yaitu pembinaan tahap awal narapidana penyalahgunaan narkotika, yang kedua pembinaan tahap lanjutan bagi narapidana penyalahgunaan narkotika melalui tehabilitasi terpadu.

Bab III Hambatan Dalam Proses Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika

(47)

Upaya Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo Mengatasi Hambatan Dalam Memberikan Pembinaan.

Bab IV Penutup

(48)

BAB II

PEMBINAAN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SIDOARJO

2.1. Gambaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dibangun pada tahun 1830 merupakan peninggalan Belanda dan pernah mengalami renovasi. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo ini berfungsi sebagai rumah tahanan dan juga sebagai Lapas khusus untuk wilayah hukum Sidoarjo, karena di wilayah hukum Sidoarjo tidak memiliki Rumah Tahanan.

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo mempunyai daya tampung 450 orang dan pada saat penelitian jumlah penghuninya sebesar 693 orang, yang terdiri dari narapidana dan tahanan. Lembaga Pemasyarakatan ini terdiri dari 3 blok, yaitu terdiri dari Blok A untuk tahanan terdiri dari 11 kamar, Blok B untuk narapidana terdiri dari 13 kamar, dan blok wanita untuk tahanan dan narapidana terdiri dari 2 kamar.

Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo terletak di Jalan Sultan Agung No 32 Sidoarjo, tepatnya di Desa Magersari, Kelurahan Gajah Magersari dan menempati area tanah seluas 12.393,32 m²

Adapun batas wilayah Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo yaitu:

(49)

c) Sebelah Barat : Makam Perumahan Magersari dan Panti Asuhan Yayasan Dharma Wanita Kabupaten Sidoarjo. d) Sebelah Timur : Alun- Alun Sidoarjo

Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo terdapat sarana-sarana yang meliputi:

a. Ruang Rupam (Regu Pengamanan) : luasnya 37,5m² b. Ruang Kepala Pengamanan LAPAS : luasnya 37,5 m² c. Ruang Kepala LAPAS : luasnya 37,5 m² d. Ruang Administrasi : luasnya 37,5 m² e. Ruang Kantin : luasnya 12,09 m² f. Ruang Pembinaan dan Pendidikan : luasnya 12,09 m² g. Ruang Pembinaan Kerja : luasnya 12,09 m² h. Ruang Besukan : luasnya 53, 82 m² i. Ruang Aula : luasnya 37,5 m² j. Ruang Bimbingan kerja : luasnya 207,75 m²

k. Mesjid : luasnya 169,5 m²

l. Gereja : luasnya 130,5 m²

m. Dapur : luasnya 89,25 m²

(50)

r. Gudang : luasnya 12,09 m² s. Pos Pengawasan dalam : luasnya 2,25 m² t. Pos Pengawasan luar : luasnya 2,25m²

Prasarana yang tersedia di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo meliputi:

a. Pagar luar tembok keliling dengan tinggi 3,75 m², lebar 58,5 m², panjang 115,5 m² dan diberi kawat berduri setinggi 75 cm.

b. Pagar pembatas halaman depan narapidana dan tahanan dengan tinggi 1m² dilengkapi dengan besi siku 1,5 m² dan kawat berduri setinggi 75cm.

Tabel 2.1. Jadwal Kegiatan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo

Hari Jam Kegiatan Pelaksana Penanggung Jawab

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka.Subsi BimKeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Pembinaan rohani dan

penyuluhan

LSM Mentari dan

Lapas

Ka.Subsi BimKeswat

08.00-11.00 Kunjungan pagi Kamtib dan KPLP Ka. Sie Kamtib dan

KPLP Senin

(51)

/ketrampilan

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.Subsi bimkeswat

13.00-15.00 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka.Subsi Bimkeswat

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka.Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Penyuluhan

Narkoba/HIV/ AIDS

LSM Mentari dan

Lapas

Ka.Subsi BimKeswat

08.00-11.00 Kunjungan pagi Kamtib dan KPLP Ka. Sie Kamtib dan

Ka KPLP

08.00-12.00 Bimbingan kerja

/ketrampilan

Staf bimker Ka. Sie Giatja

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.subsi bimkeswat

13.00-15.00 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka Subsi Bimkeswat

Selasa

(52)

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Pembinaan rohani

agama islam dan

nasrani

Departemen agama

dan gereja

Ka.Subsi BimKeswat

08.00-11.00 Bimbingan kerja

/ketrampilan

Staf bimker Ka. Sie Giatja

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.subsi bimkeswat

13.00-15.00 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

Rabu

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Pembinaan Rohani

Agama Islam

LSM Mentari Ka.Subsi BimKeswat

08.00-11.00 Kunjungan pagi Kamtib dan KPLP Ka. Sie Kamtib dan

Ka KPLP Kamis

(53)

/ketrampilan

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.Subsi bimkeswat

13.00-15.00 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka.Subsi Bimkeswat

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.30-09.30 Penyuluhan

pemasyarakatan

LSM Mentari dan LP Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Bimbingan kerja

/ketrampilan

Staf bimker Ka. Sie Giatja

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.Subsi bimkeswat

11.00-13.00 Sholat Jumat

13.00-15.00 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka.Subsi Bimkeswat

Jumat

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

(54)

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

08.00-10.00 Pembinaan Rohani

nasrani

Gereja Ka.Subsi BimKeswat

08.00-12.00 Kunjungan pagi Kamtib dan KPLP Ka. Sie Kamtib dan

Ka KPLP

11.00-12.00 Bimbingan kerja

/ketrampilan

Staf bimker Ka. Sie Giatja

13.00-15.00 Makan siang Petugas dapur Ka.Subsi bimkeswat

15.45 Kunjungan siang Ka Rupam dan KPLP Ka KPLP dan Ka

Rupam

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

07.00 Buka kamar Petugas Blok Ka. Rupam

07.30 Sarapan pagi Petugas dapur Ka. Subsi Bimkeswat

08.00-09.00 Olah raga Staf BimKeswat Ka.Subsi BimKeswat

11.00-12.00 Makan siang Petugas dapur Ka.Subsi bimkeswat

15.45 Makan sore Petugas dapur Ka.Subsi Bimkeswat

Minggu

16.00 Masuk kamar Petugas blok Ka. Rupam

Tabel 2.1.Jadwal Kegiatan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

(55)

2.1.1. Kerja Sama Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo Dengan Badan Narkotika Kabupaten Sidoarjo

Badan Narkotika Kabupaten Sidoarjo adalah organisasi yang beranggotakan dari Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Polresta Sidoarjo yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan Narkotika yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Badan Narkotika kabupaten Sidoarjo memiliki fungsi antara lain :

1. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait di Kabupaten Sidoarjo dalam penyiapan dan penyusunan kebijakan di bidang ketersediaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya;

2. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait di Kabupaten Sidoarjo dalam pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya serta pencegahan permasalahan dalam pelaksanaan tugas;

3. Pengkoordinasian instansi pemerintah terkait di Kabupaten Sidoarjo dalam kegiatan pengadaan, pengendalian dan pengawasan di bidang narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya;

(56)

5. Pelaksanaan kerjasama nasional antar daerah dan di wilayah Kabupaten Sidoarjo dalam rangka penanggulangan masalah narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya;

6. Pembangunan dan pengembangan sistem informasi narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional.

(57)

2.2 Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik Pemasyrakatan.12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan, secara umum pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo bertujuan agar mereka dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan:

1) Memantapkan iman (ketahanan mental) para narapidana;

2) Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan kelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas (masyarakat) setelah selesai menjalani masa pidanannya.13

Pada dasarnya dalam membina narapidana ada dua tempat yaitu, pertama di Lembaga Pemasyarakatan dan kedua di luar Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk ditempatkan di salah satu tempat pembinaan narapidana. Kedua-duanya memiliki kebaikan dan kelemahan sendiri-sendiri. Sebab itu setiap

12PP RI No 31 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 1. Tentang Pembinaan Dan Pembimbingan

Warga Binaan Pemasyarakatan

13

 Wawancara tanggal 12 Januari 2011, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo, Narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH

(58)

pembinaan narapidana harus mengenal dengan baik tempat pembinaan narapidana, sebelum melakukan tindakan pembinaan.14

Tabel 2.2. Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun 2010 No Bulan Jumlah Warga

Binaan

Tabel 2.2. Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun 2010.

Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat banyaknya jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan yang terkena kasus narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo pada tahun 2010. Pada saat peneliti melakukan penelitian di bulan Januari 2011 jumlah penghuni untuk narapidana kasus narkotika meningkat menjadi 122 orang yang terdiri dari 70 orang yang berstatus menjadi narapidana dan 41 orang yang masih berstatus tahanan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkotika setiap bulannya semakin meningkat.

14

(59)

Sedangkan jumlah narapidana penyalahgunaan narkotika berdasarkan kasus dapat dilihat dalam tabel 2.3. dibawah ini:

Tabel 2.3. Jumlah Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus

Jenis kasus No Bulan Pengedar Pemakai

1. Januari 3 71

2. Februari 3 83

3. Maret 3 79

4. April 3 81

5. Mei 3 81

6. Juni 3 58

7. Juli 2 75

8. Agustus 1 70

9. September 1 60

10. Oktober 1 57

11. November 2 68

12. Desember 2 66

Tabel: 2.3. Jumlah Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan Jenis Kasus.

Sumber: :Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo

(60)

Secara khusus pembinaan narapidana ditujukan agar selama masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya, menurut penjelasan dari narasumber seorang narapidana dapat:

1) Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

2) Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal ketrampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.15

2.2.1. Pembinaan Tahap Awal Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala Harian Pembinaan Lapas Sidoarjo, bahwa pembinaan tahap awal narapidana penyalahgunaan narkotika meliputi:

a) Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan narkotika baru wajib ditempatkan pada blok khusus masa pengenalan, pengamatan, dan penelitian lingkungan (mapenaling)

b) Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan narkotika baru harus dipisahkan dengan yang lama sebagai upaya untuk menghindari kemungkinan terpengaruhnya Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan narkotika lama oleh sugesti yang ditimbulkan oleh Narapidana /Anak Didik Pemasyarakatan baru.

c) Penempatan narapidana/anak didik pemasyrakatan baru memperhatikan penggolongan berdasarkan : jenis kelamin, umur, residivis, kewarganegaraan, pemakai/pengedar, lamanya pidana dan tingkat ketergantungan narkotika.

d) Berdasarkan pertimbangan kesehatan dan keamanan dapat ditempatkan pada kamar pengasingan.16

15

 Wawancara tanggal 12 Februari 2011, pukul 10.10 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH

16

 Wawancara tanggal 12 Februari 2011, pukul 10.15 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH

(61)

Proses pembinaan pada tahap ini dilaksanakan oleh Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), dalam pengarahan ini dibacakan hak dan kewajibannya selama menjadi narapidana, bagaimana cara bersikap dan bertingkah laku yang sopan, penempatan kamar dan tindakan lain yang akan menimbulkan gangguan keamanan di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hak dan kewajiban tersebut antara lain adalah hak mendapatkan makan, mendapatkan perawatan kesehatan, kesempatan melaksanakan ibadah, mendapatkan remisi, asimilasi, Cuti Menjelang Bebas, Cuti Mengunjungi Keluarga, dan Pembebasan Bersyarat. Sedangkan kewajibannya antara lain memenuhi peraturan yang ada, tidak membuat keributan atau keonaran, menjaga kebersihan kamar maupun blok, mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan yang diprogramkan oleh lembaga pemasyarakatan.17

2.2.1.1. Masa Pengenalan, Pengamatan, dan Penelitian Lingkungan (MAPENALING)

a. Setiap Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan wajib mengikuti mapenaling selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari, kecuali apabila Tim Pengamat Pemasyarakatan menentukan lain.

b. Pelaksanaan mapenaling dilakukan dengan menempatkan Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan pada blok khusus mapenaling.

Kegiatan mapenaling meliputi :

a. Pengenalan Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan dengan petugas-petugas pembina dan wali narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan.

b. Penjelasan tentang hak dan kewajiban sebagai Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan

c. Penjelasan tata tertib dan peraturan dalam Lapas d. Penjelasan tentang bentuk program pembinaan

e. Pelaksanaan kegiatan mapenaling dilakukan setiap hari kerja oleh masing masing unit kerja yang secara teknis dikoordinir oleh Kasi Binadik;

17

(62)

f. Wali melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perkembangan sikap dan perilaku Narapidana/Anak Didik pemasyarakatan dan melakukan pada kartu pembinaan g. Hasil pengamatan dan penelitian wali Narapidana/Anak

Didik Pemasyarakatan diserahkan kepada Kasi Binadik untuk penentuan program pembinaan.

2.2.1.2.Penentuan Diagnosis Ketergantungan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap dr.Tutik selaku dokter khusus yang menangani para korban penggunaan narkotika di Lembaga Pemasayarakatan Klas IIA Sidoarjo ini mengatakan bahwa penentuan Diagnosis Ketergantungan dilakukan dengan cara :

a. Dokter lembaga pemasyarakatan melakukan pemeriksaan darah dan urin Narapidana/Anak didik pemasyarakatan untuk mengetahui sejak awal penyakit yang diderita Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan.

b. Pemeriksaan fisik atau gejala-gejala klinis maupun pemeriksaan penunjang apabila diperlukan, misalnya pemeriksaan jantung, paru-paru, hepatitis, HIV/AIDS, dan penyakit menular lainnya yang disebabkan dari narkotika yang digunakan.

c. Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan yang dalam keadaan putus zat dengan komplikasi (jantung,paru-paru, hepatitis, HIV/AID, dan penyakit lainnya) harus dirujuk ke Rumah Sakit.18

2.2.1.3. Tahap Penyembuhan Rehabilitasi

Setelah penentuan diagnosis ketergantungan dilakukan, Lembaga Pemasyarakatan kemudian melakukan tahap penyembuhan rehabilitasi dengan tahapan sebagai berikut:

18

(63)

a. Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan baru pada tahap awal masih diasumsikan dalam kondisi ketergantungan narkotika, harus dihilangkan ketergantungannya terlebih dahulu dengan cara cold turkey yang dilakukan dan ditentukan oleh dokter Lapas;

b. Narapidana/Anak Didik pemasyarakatan dalam pemeriksaan kesehatan dan fisik tidak ditemukan penyakit yang berbahaya dan menular dapat ditempatkan pada program selanjutnya.

c. Pelaksanaan cold turkey maupun ditoksifikasi dilakukan diruang khusus yang terisolasi dari pengaruh lingkungan lainnya. 19

Berdasarkan hasil wawancara, pengertian dari cold

turkey adalah tindakan seseorang /tindakan medis yang

memberikan penggunaan obat secara bertahap dengan mengurangi kecanduan melalui pengurangan bertahap atau dengan menggunakan penggantian obat.20

2.2.1.4. Pembinaan kepribadian.

Berdasarkan PP No M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Bab VII tentang pelaksanaan pembinaan, pembinaan kepribadian meliputi:

a. Pembinaan kesadaran beragama 

Usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama memberi pengertian agar warga binaan pemasyarakatan dapat menyadari akibat-akibat dari

19

 Wawancara tanggal 15 Februari 2011, pukul 10.00 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc, IP, SH

20

 Wawancara tanggal 15 Februari 2011, pukul 10.03 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc, IP, SH

(64)

perbuatan-perbuatan yang benar dan perbuatan-perbuatan yang salah.  

b. Pembinaan kesadaran mental dan fisik

1. Kegiatan bertujuan menguatkan jasmani dan rohani Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan melalui pendidikan, penyuluhan agama, pembinaan psikis, pembinaan olahraga, dan lain-lain.

2. Pelaksanaan pembinaan kesadaran mental dan fisik dilakukan oleh Subsi Bimkesmawat

3. Untuk melaksanakan kegiatan pembinaan kesadaran mental, dan fisik disusun rencana kegiatan yang mencakup : materi, waktu, tempat, peserta, pembawa materi dan sebagainya.

Pembinaan kesadaran mental dan fisik dilaksanakan sendiri oleh pihak lembaga pemasyarakatan dengan mengundang pembawa materi dari instansi terkait atau masyarakat.

c. Pembinaan berbangsa dan bernegara, serta kesadaran hukum.

1. Pelaksanaan pembinaan berbangsa dan bernegara serta kesadaran hukum dilakukan dengan metode : ceramah, diskusi, simulasi.

2. Tanggung jawab pelaksanaan pembinaan berbangsa dan bernegara serta kesadaran hukum dilakukan oleh Kasi Binadik/Subsi Bimaswat;

3. Untuk melaksanakan pembinaan berbangsa dan bernegara serta kesadaran hukum disusun rencana kegiatan yang mencakup : materi, tempat, dan waktu.21

(65)

d. Pembinaan kemampuan intelektual

Usaha ini diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat.22

Menurut Kepala Pelaksana Harian Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Sidoarjo Hal ini mengingat bahwa sangat penting untuk membekali para narapidana dengan kemajuan yang terjadi di dunia luar dan agar mereka mempunyai bekal apabila telah kembali lagi kemasyarakat. Pembinaan kesadaran intelektual dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Cara pelaksanaan pendidikan formal yang ditempuh Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo ini adalah dengan dikerjakannya pendidikan agama, budi pekerti, penyuluhan dan sebagainya. Bagi narapidana penyalahgunaan narkotika, penyuluhan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan tentang narkotika merupakan salah satu wadah bagi mereka untuk belajar bersosialisasi dan membangun kepercayaan diri mereka.23

2.2.1.5. Pembinaan Pencegahan Kambuhan

Pembinaan pencegahan kambuhan dapat dilaksanakan melalui:

a. Case work (bimbingan personal) yaitu bimbingan melalui

konseling, konsultasi dan sebagainya yang dilaksanakan oleh dokter, psikolog dan pekerja sosial ;

b. Community organization (bimbingan kelompok) dapat

dilaksanakan melalui diskusi kelompok, dinamika kelompok, simulasi dengan materi narkotika.24

22

 ibid

23

 wawancara tanggal 15 Februari 2011, pukul 10.11 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc, IP, SH.

24

 . wawancara tanggal 14 Februari 2011, pukul 09.50 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan

Klas II A Sidoarjo, narasumber : dr. Titik.

(66)

2.2.2. Pembinaan Tahap Lanjutan Bagi Narapidana Penyalahgunaan Narkotika Melalui Kegiatan Rehabilitasi Terpadu

Setelah dilaksanakannya pembinaan tahap awal, maka dilakukan pembinaan tahap rehabilitasi yang meliputi :

2.2.2.1. Rehabilitasi medis

Program ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pengobatan dan perawatan bagi warga binaan (yang selanjutnya disebut dengan residen) yang mengalami ketergantungan narkoba. Program ini meliputi :

a. Detoksifikasi

Detoksifikasi merupakan suatu proses menghilangkan racun-racun dalam tubuh akibat pemakaian narkoba. Metode yang digunakan berupa terapi alternatif dengan mengkonsumsi D5. D5 merupakan ramuan dari bahan-bahan alami yang berfungsi untuk menetralkan dan membuang racun-racun dalam tubuh sehingga dapat menghilangkan rasa sakaw dan sugesti. Detoksifikasi merupakan langkah pertama dalam penanganan ketergantungan narkoba. Residen dinyatakan telah siap memasuki tahapan selanjutnya setelah selesai menjalani tahapan detoksifikasi ini.25

25

 . wawancara tanggal 14 Februari 2011, pukul 09.45 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan

(67)

b. Kegiatan Pengobatan dan Perawatan Penyakit

Kegiatan ini dilakukan oleh dokter dan perawat di poliklinik jika residen mengalami gangguan kesehatan. Poliklinik menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan bagi residen. Perlu adanya kerjasama dengan instansi terkait yang secara khusus menangani penggunaan narkotika. Instansi tersebut biasanya Lembaga Pemasyarakatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan setempat.26

c. Rehabilitasi sosial

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Pelaksana Harian Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo Rehabilitasi sosial merupakan suatu kegiatan pembinaan yang bertujuan untuk membimbing narapidana mengembangkan sikap kemasyarakatan dan menanamkan sikap proposial, sehingga mereka nantinya dapat kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi tindakan penyalahgunaan narkoba setelah bebas. Tujuan yang ingin dicapai dalam program ini adalah untuk membentuk perilaku yang lebih positif, mengembangkan kepercayaam diri, meningkatkan rasa tanggung jawab dan disiplin, menciptakan gaya hidup yang sehat dan meningkatkan produktifitas warga binaan.27

d. Rehabilitasi kerohanian

Rehabilitasi kerohanian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan

26

 Wawancara tanggal 15 Februari 2011, pukul 11.15 WIB, di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Sidoarjo, narasumber : Agus Dwi Hartanto, Bc.IP, SH

27

Gambar

Tabel 2 : Data Warga Binaan Pemasyarakatan Kasus Narkotika Tahun
Gambar 1 : Gambar Warga Binaan Yang Mendapatkan Pembebasan
Tabel 2.1. Jadwal Kegiatan Warga Binaan Lembaga
Tabel 2.1.Jadwal Kegiatan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembinaan perilaku Narapidana di lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pekalongan sudah berhasil karena berdasarkan data yang ada, menujukan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta dalam rehabilitasi terhadap narapidana adalah memberikan program terapi dan

PENGARUH PEMBINAAN NARAPIDANA NARKOTIKA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PENGULANGAN TINDAK PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KLAS II-A YOGYAKARTA.. Disusun

Para petugas pembina narapidana Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wirogunan Yogyakarta telah memberikan pembinaan dan pelayanan yang profesional bagi para

5 Adapun penanganan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta bagi narapidana atau tahanan kasus narkoba khususnya pengguna

Judul Peranan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Dilembaga Pemasyarakatan Kelas Ii A Sragen) Oleh Ricki Aditya Putra Pada

Menurut Bapak, apa-apa saja upaya yang dilakukan oleh petugas Lembaga. Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai dalam

Efektivitas pembinaan napi narkotika di Lapas Kelas II A Sibolga dinilai kurang efektif disebabkan oleh tidak adanya pola yang dilakukan dalam pembinaan narapidana narkotika, pembinaan