langkah awal yang sangat penting dalam mem-berikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian be-sar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat di atasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Kesehatan Anak
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa Angka Kematian Neonatal (AKN) di Provinsi Sulawesi Utara adalah 24/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 33/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita 43/1000 kelahiran hidup. Cakupan kunjungan neonatal (KN 1) hanya 56%, cakupan kunjungan bayi 53% (target na-sional 83%), Cakupan penanganan komplikasi neo-natal 9%(target nasional 70%), cakupan imunisasi
Hepatitis B 0 38,8%(target nasional 80%), cakupan injeksi Vitamin K 03,55%, Cakupan imunisasi leng-kap 58%, Cakupan ASI eksklusif 67,7%, dan caku-pan inisiasi menyusui dini 67,7%.
Prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 7-20%, prevalensi balita dengan gizi kurang 11,4%, prevalensi balita gizi buruk 4,3% dan prevalensi gizi.
Penyebab kematian terbesar pada bayi adalah BBLR dan asfiksia, sedangkan penyakit pe -nyebab kematian pada umur lebih dari 1 bulan sampai 5 tahun adalah diare dan pneumonia.
Selain itu faktor-faktor seperti persalinan yang terjadi di rumah dan masih ditolong oleh bi-ang kampung/dukun bayi, status gizi ibu hamil masih kurang, sarana dan prasarana masih terba-tas, adanya disparitas pendidikan, sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan, kendala geografis (DTPK), sumber daya manusia dan kompetensi yang masih belum memadai menjadi pernyebab masih tingginya angka kematian bayi.
Dari gambaran tersebut di atas menunjukkan bahwa kesehatan anak masih merupakan masalah yang harus dilakukan langkah-langkah strategis untuk penanggulangannya
Jika ditinjau dari kesiapan petugas dalam hal kapasitasnya untuk penangulangan masalah kesehatan anak, maka hingga tahun 2008 telah dilakukan beberapa pelatihan dengan data seba-gaimana terlihat dalam tabel V.1 dan V.2.
BAB V
UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
Tabel V. 1. DATA PUSKESMAS,TENAGA KESEHATAN DILATIH MTBS DAN SDIDTK TAHUN 2008
Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2009
PUSKESMAS PKM DILATIH NAKES DILATIH
TT NON TT MTBS SDIDTK MTBS SDIDTK
Tabel V. 2. DATA PUSKESMAS, TENAGA KESEHATAN DILATIH MANAJEMEN ASFIKSIA DAN BBLR TAHUN 2008
Dari data tersebut di atas terlihat bahwa seharusnya cukup banyak tenaga kesehatan dan puskesmas yang sudah pernah mengikuti pelatihan MTBS, SDIDTK, manajemen asfiksia dan BBLR tapi hasil yang dicapai belum optimal. Masih banyak petugas pengelolah program kesehatan anak yang merangkap tugas lain sehingga pencapaian program mengalami kendala.
b. Kesehatan Ibu
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkem-bangan anak. Ganguan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kese-hatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelaya-nan antenatal, persalipelaya-nan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasili-tas kesehatan, mulai dari Posyandu sampai Rumah Sakit baik pemerintah maupun swasta.
Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan se-cara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang
membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan professional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dok-ter umum, bidan dan perawat) yang meliputi pen-gukuran ber badan dan tekanan darah, pemerik-saan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai pedoman pe-layanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pe-layanan dapat dilihat dari cakupan pepe-layanan kun-jungan ibu hamil K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelaya-nan ibu hamil merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat-kan pelayanan antenatal.
Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gam-baran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distri-busi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk meli-hat kualitas pelayanan kesemeli-hatan kepada ibu hamil. Cakupan pelayanan K1 dapat dilihat pada grafik berikut.
Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2009 MANAJEMEN ASFIKSIA MANAJEMEN BBLR Jlh. Kab/Kota Yg mlkkn plth Afiksia Dr Bida n Per awa t Jlh. PKM Yg tenagan ya tlh dilatih Dr Bid an Pe ra wa t Jlh. PKM Yg tenaga nya tlh dilatih 24 85 6 94 13 100 8 95 8
Gambar V.1. Cakupan pelayanan K1 ibu hamil Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2008
Dari grafik di atas, maka cakupan K1 terbe-sar pada tahun 2008 adalah di Kabupaten Bolaang Mongondow (107,2 %) dan Kabupaten Sangihe merupakan daerah dengan cakupan K1 terkecil (62,6 %).
Semenara itu jika dilihat dari cakupan K4 (grafik V.2) maka cakupan terbesar adalah di Kabupaten Minahasa Utara (94,1 %) dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan kabupaten dengan pelayanan K4 terkecil (60,71%).
Sumber : Profil kab/Kota 2008
Gambar V.2 Cakupan pelayanan K4 Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008
Sumber : Profil kab/kota 2008
Pertolongan Persalinan oleh tenaga Kesehatan dengan Komptensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa seki-tar persalinan, hal ini anseki-tara lain disebabkan per-tolongan tidak dilkaukan oleh tenaga kesehatan
(professional). Pada grafik terlihat cakupan per-tolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menu-rut kabupaten/kota tahun 2008 dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Bolmong (98.2%), se-dangkan cakupan terendah adalah Kabupaten Bo-laang Mongondow Utara (57.51%). Secara Provin-sial, cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan
Gambar V.3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008
Sumber : Profil kab/kota 2008
Gambar V. 4. Persentase distribusi penolong persalinan Provinsi Sulawesi Utara
Sumber : IDHS, 2007
Angka-angka di atas cukup baik dibandingkan den-gan target nasional yaitu 60 %, juga ketika mem-bandingkan dengan data SDKI 2007, dimana dari seluruh kejadian kelahiran hidup, hanya 55 % yang ditolong di lokasi / fasilitas kesehatan, yaitu 26.6
% di fasilitas kesehatan pemerintah dan 28.4% di fasilitas swasta. Berdasarkan SDKI 2007, persen-tase distribusi penolong persalinan dari yang di-tolong di fasilitas kesehatan adalah seperti pada gambar di bawah.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa persentase terbanyak penolong persalinan adalah Bidan/ perawat/bidan desa, yang memperlihatkan bahwa peranan mereka sangat besar dalam menekan angka kematian ibu maternal.
Deteksi Risiko dan Penanganan Komplikasi
Kegiatan deteksi dini dan penanganan ibu hamil berisiko/komplikasi kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun di masyarakat. Deteksi
Risiko oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2008 Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar 30,76 %. Risiko/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/ komplikasi kebidanan meliputi Hb< 8 g%, Tekanan darah tinggi (systole >140 mmHg, diastole > 90 mmHg). Oedema nyata, eklamsia, perdarahan per-vaginam. Ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan pre-mature.
Gambar V. 6. Grafik Cakupan pelayanan kesehatan neonatal (KN2) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008
Dari semua kasus bumil risti/komplikasi selu-ruhnya (100%) dilakukan penanganan.
Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)
Bayi hingga usia kurang satu bulan meru-pakan golongan umur yang memiliki risiko gang-guan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan per-salinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan ke-sehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari (KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,
petugas kesehatan disamping melakukan pe-meriksaan kesehatan bayi juga melakukan konsel-ing perawatan bayi kepada ibu.Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan in-feksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi ); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah men-gunakan buku KIA.
Cakupan kunjungan neonatal (KN2)menurut kabu-paten/kota tahun 2008 seperti pada grafik beri-kut.
Dari 13 kabupaten/kota yang melakukan deteksi risiko tinggi ibu hamil, Kota Tomohon mendeteksi ibu hamil paling tinggi yaitu 62,56 dan Kabupaten Minahasa Utara paling rendah yaitu 4,95
Gambar V. 5. Deteksi ibu hamil risti/komplikasi Provinsi Sulawesi Utara tahun 2008
Dari grafik tersebut terlihat bahwa cakupan KN2 tertinggi adalah Kabupaten Minahasa Selatan dan terendah pada Kabupaten Sangihe.
Jika dilihat dari sumberdaya yang berhubun-gan denberhubun-gan pelayanan kesehatan ibu, maka di sektor pemerintah telah ada bidan desa / bidan PTT yang ditempatkan di Poskesdes / Polindes namun penyebarannya belum merata di seluruh wilayah Provinsi Sulut. Melalui program desa siaga telah dilatih bidan desa dan bidang Koordinator serta dokter puskesmas di beberapa Puskesmas di Provinsi Sulawesi Utara. Sampai dengan tahun
2009 telah ada 1440 desa siaga di Provinsi Sulawesi Utara. Data Kesehatan Ibu 2008 menunjukkan ada 872 orang bidan desa di Provinsi Sulawesi Utara. 478 (67,2 %) orang bidan tinggal di desa dan 573 ( 81 % ) orang bidan desa yang memiliki bidan kit. Data menunjukkan belum semua desa memiliki bidan desa demikian juga untuk Kab./Kota masih ada 3 Kabupaten / Kota yang belum memiliki dokter spesialis kebidanan yaitu Kab. Bolaang Mongondow Utara, Kab. Minahasa Tenggara, Kab. Sitaro.
Tabel V.3.Jumlah Bidan / Bidan Desa & Bidan Kit
Di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya Puskesmas dengan tempat tidur, belum semua mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Di Provinsi Sulawesi Utara dari 56 Puskesmas Rawat Inap hanya 34 Puskesmas yang sudah mampu PONED. Demikian pula untuk
Rumah Sakit Kabupaten / Kota belum semua kab./ kota yang memiliki memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK). Di Provinsi Sulawesi Utara terdapat 29 Rumah Sakit Pemerintah / Swasta hanya 9 Rumah Sakit yang mampu PONEK.
Total Desa Total Bidan Bidan Desa Bidan Tinggal di
Telah APN Mampu GDON
Punya Bidan Kit
1440 872 711 478 266 281 573
Jumlah PKM Mampu Jumlah RS Mampu PONEK
56 34 29 9
Tabel V.4. Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit di Sulawesi Utara yang mampu melaksanakan PONED & PONEK