• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penyelesaian Masalah Sosial Ekonomi Dari Masyarakat Yang Dibebaskan

UPAYA PENYELESAIAN PEMBEBASAN LAHAN UNTUK KEPENTINGAN JALAN TOL MEDAN – BINJAI

B. Upaya Penyelesaian Masalah Sosial Ekonomi Dari Masyarakat Yang Dibebaskan

Pembangunan infrastruktur adalah bagian dari upaya mensejahterakan rakyat, pun upaya ganti adil atas obyek kepemilikan tanah. Demikian juga dengan pengaturan pengelolaan ruas jalan selanjutnya. Siapapun tidak ingin pembangunan menjadi bentuk lain dari upaya pemiskinan atau menciptakan kemiskinan baru. Dan, kesejahteraan bagi rakyat adalah upaya perlindungan, penjaminan, pemenuhan dan pemberdayaan hak-hak dan kepentingan rakyat di bidang ekonomi (termasuk kepemilikan atas tanah deserta kemungkinan ganti adilnya), di bidang politik (termasuk rasa aman dan nyaman, dihargai keberadaannya diruang pengambilan keputusan politik ganti adil tanah, dihormati martabatnya dalam pelaksanaan kebijakan, dan lain-lain) serta di bidang budaya (termasuk penerimaan cara-cara penyelesaian masalah yang dihadapi).

Pemerintah selaku pemberi regulasi atas semua perencanaan tata ruang yang ada di suatu daerah untuk melaraskan pembangunan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Masyarakat kurang memahami kerja

pemerintah karena kurangnya transparasi dari pemerintah. Masyarakat luhur yang memiliki tanah meskipun tanpa surat-surat yang lengkap, tetap kukuh akan mempertahankan tanah mereka dan menjadi penghambat dalam pembangunan infrastruktur. Karena kurangnya edukasi akan pentingnya pembangunan jalan tol Medan-Binjai yang juga termasuk sub pusat perkembangan kota otomatis akan mempercepat meningkatnya perekonomian di daerah tersebut dan otomatis akan berdampak pada masyarakat sekitar juga.

Prinsip utama lambatnya pembangunan yaitu masih banyak Surat Hak atau Sertifikat yang tumpang tindih, sehingga butuh BPN Medan dan BPN Binjai butuh waktu untuk melakukan verifikasi terhadap kasus. Hal ini bisa berdampak pada masalah hukum apabila salah melakukan verifikasi. Oleh karena itu, pemerintah masih ragu untuk memberi ganti rugi yang tinggi untuk lahan masyarakat yang ini dibeli karena kurangnya surat-surat tanah sehingga kurang meyakinkan. Masyarakat pun tidak dapat memberikan tanahnya secara sembarangan kepada pemerintah karena takut akan kerugian yang akan mereka dapatkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan antar stakeholder tersebut sehingga pembangunan tersebut berhenti cukup lama.

Proses pemberian ganti rugi bagi masyarakat pemilik tanah dalam proyek pembangunan jalan tol Medan-Binjai belum terlaksana secara maksimal, bahkan penentuan besarnya nilai ganti rugi pun belum dilakukan secara merata, meskipun masyarakat di tujuh kecamatan yang dilalui telah mendengar mengenai rencana ganti rugi tersebut. Arti ganti rugi menurut Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 1 ayat (12) sebagai berikut: Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik maupun non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena proyek pengadaan tanah.

Proses pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek tersebut tidak dapat dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, karena penentuan besarnya ganti rugi tidak melalui musyawarah tetapi dilakukan dengan ancaman dan intimidasi. Harga tanah yang diberlakukan ditetapkan oleh pemerintah karena berkaitan dengan ketersediaan dana APBD sehingga berada dibawah harga yang seharusnya. Akibat dari hal tersebut sikap dari masyarakat adalah tidak mau melepaskan tanahnya. Sebagai solusi alternatif yang diberikan adalah dibentuknya badan independen yang mengawasi pelaksanaan pengadaan tanah agar dilakukan sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. Perbaikan terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik-praktik pengadaan tanah untuk pembangunan adalah langkah yang tepat. Pelaksanaan pembebasan tanah dapat dipermudah dengan dua pendekatan, yaitu dengan meningkatkan keberpihakan dan penghormatan terhadap pemilik hak atas dengan mengedepankan sosialisasi, negosiasi, dan pemberian kompensasi yang lebih komprehensif.

Belum tuntasnya permasalahan pembebasan lahan tol Medan-Binjai, berdampak serius. Pembangunan jalan tol belum bisa direalisasikan karena banyak

lahan yang belum bebas. Ada rumah penduduk yang belum diganti rugi, kemudian juga ada sekolah, dan masjid. Kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah. Objek pengadaan tanah tersebut adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai. Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Ganti Kerugian tersebut adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden

Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan menjaga keseimbangan dalam pengembangan wilayah mdengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Selain itu tujuan dari dibangunnya jalan tol yakni untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya. Pembangunan Tol Medan-Binjai belum terganggu masalah

melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

pembebasan lahan. Kendati demikian, pembebasan lahan akan terus dilakukan agar nanti tidak mengganggu pekerjaan.

Persoalan–persoalan yang timbul dari pelaksanaan pengadaan tanah pada umumnya timbul karena tidak terdapat kesesuaian mengenai jumlah ganti rugi, yang kemudian mengakibatkan musyawarah antara pemerintah dengan masyarakat selaku pemegang hak atas tanah tidak mencapai kata mufakat dan pembangunan menjadi terhambat karena penyelesaian menjadi berlarut-larut dan berkepanjangan. Seperti halnya yang terjadi dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Medan-Binjai, tidak semua warga di tiap desa yang terkena pembebasan lahan langsung mencapai kata mufakat ketika diadakan musyawarah, meskipun begitu pada akhirnya Panitia Pengadaan Tanah terus melakukan negosiasi hingga akhirnya warga setuju, dan untuk beberapa warga yang masih belum sepakat dengan harga ganti rugi yang ditawarkan oleh Panitia Pengadaan Tanah, maka dilakukan upaya konsinyasi.

Setelah dilakukan inventarisasi dan identifikasi, proses selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Tol Medan-Binjai adalah musyawarah atau negosiasi. Pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk menetapkan besarnya ganti rugi yang akan diberikan Tim Pengadaan Tanah kepada warga yang terkena pengadaan tanah pembangunan jalan Tol Medan-Binjai. Musyawarah yang dilaksanakan dalam upaya pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Medan-Binjai ini telah sesuai dengan prinsip-prinsip musyaarah yang tertuang dalam Pasal 31 s/d 38 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 junto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Hal-hal yang dibahas dalam pelaksanaan musyawarah ini meliputi rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut dan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi Sedangkan musyawarah bentuk dan/atau besarnya ganti rugi berpedoman pada kesepakatan para pihak, hasil penilaian, tenggat waktu penyelesaian proyek pembangunan.

Dari aspek sosial, dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol ini antara lain berupa ketidakpuasan masyarakat terhadap proses pembebasan tanah, terutama menyangkut harga ganti rugi kepada masyarakat yang tanahnya dijadikan lahan pembangunan jalan tol Medan-Binjai, konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal. Akibat pembangunan jalan tol Medan-Binjai lahan sawah juga hilang sehingga diperkirakan Medan-Binjai akan kehilangan pertanian per tahun. Dalam hubungan ini masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan petani dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anak-anak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Salah satu dampak positif jalan tol Medan-Binjai diharapkan mampu meningkatkan gairah perekonomian Medan-Binjai yang pada akhirnya akan mendorong kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, pembangunan ini juga tidak menutup kemungkinan munculnya beberapa dampak lain yang justru negatif, seperti berkurangnya aktivitas bisnis masyarakat yang selama ini tergantung pada mobilitas transportasi. Dampak ini muncul karena pembangunan jalan tol akan mengalihkan arus mobilitas masyarakat, sehingga sektor-sektor usaha tertentu yang berada pada jalur transportasi eksisting menjadi terancam. Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya nampak ini, maka perlu dilakukan kajian yang diarahkan untuk mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Medan-Binjai.

Dokumen terkait