• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MEDAN-BINJAI MENGACU PADA KETENTUAN PERPRES NOMOR 148 TAHUN2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MEDAN-BINJAI MENGACU PADA KETENTUAN PERPRES NOMOR 148 TAHUN2015"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN TOL MEDAN-BINJAI MENGACU PADA KETENTUAN PERPRES NOMOR 148 TAHUN2015

A. Sekilas Tentang Dampak Pembangunan JalanTol Medan - Binjai

Pertumbuhan kota Binjai yang semakin pesat akibat faktor kedekatan lokasi dengan kota Medan (sebagai hinterland Medan) mempunyai konsekuensi bertambahnya kebutuhan akan prasarana dan sarana perkotaan, seperti air bersih, drainase, saluran air kotor, perparkiran, listrik, persampahan, permukiman, fasilitas sosial dan umum, jalan raya, dan lain-lain. Begitu juga, dengan penetapan kota Binjai sebagai salah satu kota di kawasan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dengan hirarki fungsional pusat pelayanan primer menyebabkan kota ini diarahkan sebagai pusat aktivitas sekunder dan tersier bagi provinsi Sumatera Utara.102 Untuk itu, agar kota mempunyai hubungan yang saling menguntungkan (kota generatif) dengan daerah belakangnya maka kota tersebut harus mampu menjalankan berbagai fungsinya sebagai pusat inclustri, perdagangan dan jasa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk daerah belakangnya yang bersifat saling menguntungkan atau mengembangkan.103

Pembangunan ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Binjai dengan Kota Medan atau yang lebih dikenal dengan nama Jalan Medan-Binjai merupakan salah satu upaya pengembangan akses masyarakat di Provinsi Sumatera Utara hingga Provinsi Tetangganya seperti Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam

102

Bappenas. (2009). Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral (Modul 7 Gap

(2)

perencanaannya. Oleh karena demikian pelaksanaan pembangunan ruas jalan Medan-Binjai yang telah selesai beberapa tahun yang lalu tentunya akan senantiasa memberikan pelayanan yang lebih berkesinambungan seperti menghubungkan berbagai aktivitas masyarakat menuju Kota Medan sebagai daerah core bagi Kota Binjai. Sehingga banyak kalangan baik dari lapisan masyarakat sekitar jalur ruas jalan Medan-Binjai telah merasakan adanya perbaikan dan perubahan khususnya dalam dimensi pencaharian yang akan meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat yang dalam konteks penelitian ini tersebar disepanjang ruas jalan Medan-Binjai dan masih tercakup dalam Wilayah Administratif Kota Binjai.

Jalan Tol Medan-Binjai berada di Propinsi Sumatera Utara, Kotamadya Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Jalan Tol Medan-Binjai menghubungkan koridor-koridor ekonomi di Sumatera Utara antara lain Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang) serta akan terhubung langsung dengan Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera) dan Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Jalan Tol Medan-Binjai secara tidak langsung akan terkoneksi dengan Pelabuhan Internasional Belawan dan Bandara Internasional Kualanamu.

Jalan tol ini merupakan jaringan tol Trans Sumatera yang mempunyai nilai strategis bagi kegiatan transportasi manusia, barang dan jasa serta akan mengurangi kemacetan di sepanjang jalur tersebut dan memperpendek waktu tempuh.

Ruas Jalan Tol Medan-Binjai memiliki panjang 16,6 km da terdiri dari 3 seksi, yaitu :

(3)

- Seksi 2 : Helvetia – Semayang, panjang 6,1 km pembebasan tanah 85% - Seksi 3 : Semayang – Binjai, panjang 4,2 km pembebasan tanah 78%

Total biaya investasi untuk pembangunan jalan tol Medan – Binjai adalah sebesar Rp1.605 miliar. Porsi ekuitas akan bersumber dari Penyertaan Modal Negara sebesar Rp1.124 miliar.

Perkembangan pembiayaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Medan – Binjai adalah sebagai berikut ini :

1. Perjanjian Pembiayaan antara PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) dan PT.Hutama Karya (Persero) telah ditandatangani pada tanggal 13 Agustus 2015.

2. Saat ini belum dilakukan penarikan atas Fasilitas Pembiayaan karena belum terpenuhinya beberapa syarat penarikan antara lain Jaminan Pemerintah dan Pembebasan Tanah.

Skema pembiayaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Medan – Binjai :

• Maksimum Fasilitas : Rp481.000.000.000,-

• Jangka Waktu : 25 Tahun termasuk grace period 15 tahun • Jaminan :

 Surat Jaminan Pemerintah

 Fidusia Pendapatan atas Pengoperasian Jalan Tol Ruas Medan – Binjai  Gadai Rekening Penampungan

 Aset yang dibeli dengan Fasilitas Pembiayaan, sepanjang pembebanan atas aset tersebut diperbolehkan oleh PPJT.

(4)

Tata kelola pembiayaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Medan – Binjai : Pengelolaan pembiayaan akan dilakukan sesuai dengan standar dan prosedur yang ada di SMI dan sesuai dengan kondisi dan persyaratan yang telah disepakati antara Kreditur dan Debitur.

Manfaat pembiayaan proyek ruas jalan tol Medan-Binjai terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya bagi masyarakat sekitar proyek, yaitu :

1. Tanpa Konektivitas

• Terbatasnya perkembangan industri dan aktivitas ekonomi • Terbatasnya kesempatan ekspor dan impor

• Infrastuktur maritim (pelabuhan) tidak digunakan secara optimal • Biaya logistik yang tinggi dan waktu perjalanan yang panjang

• Terbatasnya efek spillover dari satu daerah ke daerah lain dan dari satu sektor ke sektor yang lain.

• Hanya beberapa kota yang berkembang, sedangkan sisanya akan tetap tidak berkembang.

2. Konektivitas Terbatas

• Industri dan aktivitas ekonomi akan berkembang • Ekspor dan impor tumbuh

• Infrastruktur maritim (pelabuhan) berkembang • Biaya logistik turun

• Efek spillover kota – kabupaten terbentuk

(5)

3. Konektivitas Penuh

• Industri dan aktivitas ekonomi tumbuh secara optimal, memanfaatkan skala ekonomi/economies of scale

• Kesempatan ekspor dan impor yang optimal

• Penggunaan infrastruktur maritim yang karena terbukanya akses ke pedalaman/hinterland.

• Biaya logistik yang kompetitif

• Efek spillover penuh dari daerah ke daerah dan sektor ke sektor, serta spesialisasi yang optimal.

• Seluruh Kota dan Kabupaten akan berkembang.

Masyarakat diharap mendukung penuh pembangunan proyek jalan tol Medan-Binjai yang direncanakan rampung 2017 mendatang. Namun di samping itu, tim apresial diingatkan untuk memberi ganti untung kepada warga yang terkena dampak pembangunan. Terkait pembangunan jalan tol Medan-Binjai, ada 2 kelurahan di Kecamatan Medan Deli yakni Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir yang terkena pembangunan jalan tol tersebut. Panjangnya lebih kurang 2,6 km. Untuk itu diharapkan dukungan Pemko Medan sehingga pembebasan lahan dapat lancar dilakukan.104

Proyek pembangunan jalan tol Medan-Binjai saat ini masih terganjal dengan masalah pembebasan lahan. Di sana terdapat lahan miliki 550 kepala keluarga (KK) yang harus dibebaskan. Hingga kini pembebasannya belum berlangsung dengan lancar, karena warga meminta ganti untung. Pemerintah Kota

(6)

(Pemko) Medan belum mengetahui penyebab kendala pembasan itu, karena selama ini pembebasan lahan tidak melibatkan aparat Pemko Medan secara langsung.105

105

http://www.jawapos.com/read/2016/05/16/28669/proyek-tol-medan-binjai-masih-terganjal-pembebasan-lahan

Konsinyasi atau penitipan ganti rugi di pengadilan dilakukan bila pihak yang berhak menolak besaran ganti rugi atau apabila pemilik tidak diketahui keberadaannya, atau objek sedang menjadi objek perkara atau lain sebagainya. Harapannya agar tidak menghambat pelaksanaan pembangunan proyek untuk kepentingan umum. Masyarakat tentu harus mendukung ini, merelakan tanah milik mereka untuk pembangunan. Namun panitia atau satuan kerja (satker) proyek jalan tol Medan-Binjai jangan sampai merugikan masyarakat, dalam hal ganti rugi lahan milik mereka. Apalagi sekarang istilah ganti rugi itu tidak ada, melainkan ganti untung. Pemberian kompensasi sesuai harga pasaran pada lahan mereka yang terkena dampak proyek tol tersebut. Pemerintah harus membayar ganti untung sesuai aturan yang berlaku. Kalau ada oknum yang coba bermain, kami siap menerima pengaduan mereka dan memperjuangkan hak mereka. Berdasarkan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dijelaskan bahwa penentuan harga ganti rugi dilihat dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan harga riil atau harga pasar dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak berjalan. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Trans Sumatera tersebut sebagian besar masyarakat. Masih tidak setuju dengan harga yang ditetapkan oleh panitia pengadaan tanah.

(7)

1. Efek yang muncul akibat perubahan pemanfaatan tanah untuk lokasi Jalan Tol Medan-Binjai ke Desa lain berupa gangguan terhadap saluran irigasi, tertimbunnya sawah akibat proses pembangunan, terjadi erosi tanah, dan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman;

2. Pembangunan jalan tol berdampak pada lingkungan sosio-kultural yang dicerminkan dengan adanya diversifikasi mata pencaharian oleh petani untuk menambah penghasilan;

3. Strategi penghidupan petani yang terkena dampak pembangunan jalan tol didominasi oleh tipologi strategi survival dan pasca pembangunan jalan tol tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap tipologi strategi penghidupan petani.

B. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Pada Pembangunan Jalan Tol Medan – Binjai

Berdasarkan Pasal 14 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Persiapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum bahwa Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan pengumpulan data awal mengenai pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah.

Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3) menegaskan bahwa Pendataan awal lokasi rencana pembangunan dilaksanakan oleh Tim Persiapan berdasarkan dokumen perencanaan pengadaan tanah, dalam waktu paling lama 3O (tiga puluh) hari kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Saat dimulainya pendataan awal lokasi rencana pembangunan, dihitung mulai tanggal notulen pertemuan. Tim

(8)

Persiapan melakukan pendataan awal lokasi rencana pembangunan bersama Pejabat Kelurahan/Desa atau nama lain.

Pasal 24 ayat (1) dan (2) bahwa hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan, dituangkan dalam bentuk daftar sementara lokasi rencana pembangunan yang ditandatangani oleh Ketua Tim Persiapan. Daftar sementara lokasi rencana pembangunan dibuat sesuai format merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. Daftar sementara lokasi rencana pembangunan digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan.

Pasal 25 ayat (1), (2), (3) dan (4) bahwa Konsultasi publik rencana pembangunan, dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak. Tim Persiapan melaksanakan konsultasi publik rencana pembangunan di Kantor Kelurahan/Desa atau nama lain atau Kantor Kecamatan di tempat rencana lokasi pembangunan, atau tempat yang disepakati oleh Tim Persiapan dengan pihak yang berhak. Pelaksanaan konsultasi publik, dapat dilakukan secara bertahap dan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan kondisi setempat. Pelaksanaan konsultasi publik, dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6o (enam puluh) hari kerja yang dihitung mulai tanggal ditandatanganinya daftar sementara lokasi rencana pembangunan.

Pasal 26 ayat (1) dan (2) bahwa Dalam hal pembangunan yang direncanakan akan mempunyai dampak khusus, Konsultasi Publik dapat melibatkan masyarakat yang akan terkena dampak pembangunan secara langsung. Konsultasi publik, dilaksanakan di Kantor Kelurahan/Desa atau nama lain atau

(9)

Kantor Kecamatan di tempat rencana lokasi pembangunan atau tempat yang disepakati oleh Tim Persiapan dengan pihak yang berhak.

Pasal 38 ayat (1) dan (2) menegaskan bahwa Penetapan lokasi pembangunan, dilampiri peta lokasi pembangunan yang disiapkan oleh Instansi yang memerlukan tanah. Peta lokasi pembangunan \menjadi satu kesatuan di dalam dokumen perencanaan. Pasal 40 (1) dan (2) bahwa dalam hal jangka waktu Penetapan Lokasi pembangunan untuk Kepentingan Umum tidak terpenuhi, dilaksanakan proses ulang terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaannya. Proses ulang dimulai dari tahap perencanaan.

Pasal 41 ayat (1) dan (2) bahwa Gubernur bersama Instansi yang memerlukan tanah mengumumkan Penetapan Lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Pengumuman Penetapan Lokasi pembangunan memuat nomor dan tanggal keputusan Penetapan Lokasi, peta lokasi pembangunan, maksud dan tujuan pembangunan, letak dan luas tanah yang dibutuhkan, perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah dan perkiraan jangka waktu pembangunan.

Di dalam Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menegaskan bahwa pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki Pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan antara lain untuk pembangunan umum.

(10)

Permasalahan tentang pengadaan tanah sampai saat ini masih tetap menjadi masalah rawan yang dapat menimbulkan pertikaian dan perseteruan jika penanganan dan tata cara pendekatan tidak memenuhi asas keadilan bagi masyarakat khususnya para pemilik tanah. Pengadaan tanah telah diatur melalui Undang-Undang (UU) No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pem-bangunan untuk Kepentingan Umum dan Perpres No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan telah diubah beberapa kali terakhir dengan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang mengatur secara lebih rinci setiap tahap penyeleng-garaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Pengadaan tanah menurut UU No. 2 Tahun 2012 adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi kerugian yang layak dan adil kepada pi-hak yang berpi-hak. Dengan diberlakukannya UU No. 2 Tahun 2012 menandakan bahwa pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum menghadapi era baru. terselenggaranya pembangunan untuk kepentingan umum dengan mengedepankan prinsip penghormatan terhadap Hak Azasi Manusia, keseimbangan antara kepentingan umum dan pemberian ganti kerugian yang berkeadilan.

Hal lain yang baru dalam UU ini adalah bahwa semula terdapat berbagai peraturan sektoral yang harus diikuti dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum,sekarang semua pengadaan tanah untuk kepentingan umum tunduk pada peraturan ini. Untuk itu,sosialisasi ini penting diikuti oleh Camat, Lurah dan Kades

(11)

agar tidak melakukan kesalahan mekanisme administrasi pengadaan tanah di wilayahnya bagi pembangunan untuk kepentingan umum,sehingga dapat mem-berikan penjelasan kepada masyarakatnya.Karena beberapa kegiatan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum banyak menimbulkan masalah hukum.

Dengan diadakannya Sosialisasi ini diharapkan dikemudian hari masalah mendasar dari pelaksanaan pengadaan tanah yang berpotensi konflik dimasyarakat tidak terjadi karena adanya pemahaman aparaturnya. Nilai investasi pembangunan ruas tol Medan-Binjai ditaksir sebesar Rp 4 triliun yang berasal dari ekuitas internal maupun pendanaan yang diberikan pemerintah. Namun begitu, saat ini badan usaha milik Negara saat ini juga tengah megkaji secara tidak resmi mengenai persiapan pembangunan seperti studi kelayakan (feasibility study), penetapan trase jalan dan pendataan lahan yang akan digunakan untuk membangun jalan tol. Pengadaan lahan untuk ruas tol ini nantinya akan menggunakan UU No 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Undang-Undang ini dinilai lebih efektif dalam membebaskan lahan karena ada kepastian penyelesaian dalam dua tahun.

Proses pelaksanaan pembebasan lahan dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Tanah (P2T) yang dibentuk oleh keputusan Walikota Salatiga berjumlah 9 (sembilan) anggota yang dibantu dengan Satgas dan Tim Pengadaan Tanah (TPT) Medan. Adapun tahapan pelaksanaan pengadaan tanah dalam pembangunan tol di kota Salatiga ini yaitu sebagai berikut:

(12)

1. Sosialisasi

Tahap pertama yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah (P2T) dalam rangka melaksanakan kebijakan pengadaan tanah dalam pembangunan tol Medan-Binjai adalah persiapan sosialisasi pembebasan lahan. Sosialisasi dilaksanakan di tiap kelurahan yang terkena proyek pembangunan tol. Adanya sosialisasi mengenai pengadaan tanah ini, masyarakat menjadi lebih memahami akan maksud dan tujuan adanya pembebasan lahan untuk pembangunan tol Medan-Binjai. Sasaran dari sosialisai awal ini ialah masyarakat umum di kelurahan yang akan terkena proyek pembangunan tol. Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat di sekitar wilayah Salatiga tentang rencana pembebasan tanah untuk pembangunan tol Medan-Binjai, tahapan-tahapan pengadaantanah dan ijin untuk melaksanakan pemasangan patok yang akan terkena jalan tol Medan-Binjai. Sosialisasi pengadaan tanah memang memiliki kendala, namun secara keseluruhan proses tersebut sudah mampu terlaksana dengan baik dan lancar sesuai harapan panitia pengadaan tanah. Masyarakat secara garis besar mendukung adanya kegiatan tersebut. Harapan masyarakat dengan adanya proses sosialisasi ini akan mencegah adanya kecurangan-kecurangan dalam proses pembebasan lahan.

Dalam tiap-tiap Sosialisasi/Penyuluhan, selalu dibagi dengan dua sesi:

a. Sesi I : Diawali oleh pemaparan Panitia Pengadaan Tanah berupa penyampaian rencana pembangunan Jalan Tol Gempol-Pandaan oleh Pemerintah Pusat dan fungsi daripada Panitia Pengadaan Tanah dalam pekerjaan ini. Pelaksana Operasional menyampaikan aspek tenik berupa

(13)

panjang, luas kebutuhan lahan, serta adanya antisipasi berupa penanganan jalan desa, saluran yang akan terpotong dengan adanya jalan tol ini. Badan Pertanahan Nasional menyampaikan bahwa dalam kepemilikan tanah terkandung juga fungsi sosial sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPA:”semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”, yang berarti bahwa kepentingan umum di atas kepentingan pribadi pemilik. Dalam setiap Sosialisasi/Penyuluhan BPN juga menguraikan apa-apa saja yang harus disiapkan pemilik tanah dalam rangka pelaksanaan inventarisasi dan pembayaran uang ganti kerugian. Seksi I Tanjung Mulia-Helvetia (6,27 km). Seksi I masih terdapat lahan seluas 41.974 m2

b. Sesi II : pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan pertanyaan sehingga diharapkan dari pertanyaan tersebut, masyarakat akan lebih mengerti tentang pembangunan jalan tol serta maksud dan tujuan dilaksanakannya sosialisasi/penyuluhan tersebut. Seksi II Helvetia-Semayang (6,175 km). Seksi II tanah seluas 45.865 m

yang belum dibebaskan.

2

di Desa Helvetia, 18.273 m2 di Desa Tanjung Gusta, dan 18.523 m2 Dusun IIA titi merah. di seksi II terdapat tanah seluas 45. 865 m2 di Desa Helvetia, 18.273 m2 di Desa Tanjung Gusta, dan 18.523 m2

c. Sesi III : Semayang-Binjai (4,275 km). Di Seksi 3 terdapat lahan belum bebas di kebun Sei Semayang 3 & 4 seluas 935 m

di Dusun IIA Titi Merah yang belum dibebaskan.

2

& 1.673 m2, Desa Mulyono Kecamatan Sunggal seluas 59.431 m2, Desa Kelambir

(14)

seluas 32.958 m2, Desa Paya Bakung seluas 145.300 m2, Kebun Sei Semayang (1) seluas 68.205 m2, dan Kebun Tandam seluas 1.633 m2. Pembangunan Tol Medan-Binjai tidak terganggu, termasuk masalah pembebasan lahan. Kendati demikian, ia tetap mendorong agar pembebasan lahan terus dilakukan agar nanti tidak mengganggu pekerjaan.106

2. Inventarisasi

Tahapan selanjutnya ialah inventarisasi yaitu dengan mendata warga terkena proyek (WTP) dengan melakukan pengukuran sesuai bidang. Kegiatan inventarisasi atas bidang-bidang tanah yang telah ditetapkan batas-batasnya itu dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah dengan menugaskan petugas dari instansi yang bertanggung jawab dibidangnya masing-masing. Proses pengukuran sempat mengalami kesulitan karena sejumlah patok sementara yang telah di pasang beberapa waktu lalu sudah tertutup semak, sehingga petugas harus mencari kembali untuk menentukan titik lahan terkena proyek tol. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui luas lahan milih warga yang terkena proyek secara detail agar tidak muncul persoalan di kemudian hari. Dalam pengukuran ini, tim gabungan menggunakan teodholit dengan teknologi GPRS untuk mencapai akurasi luasan lahan mendekati kebenaran. Lokasi tanah yang terkena pembebasan lahan untuk proyek pembangunan tol Medan-Binjai, sesuai hasil penelitian penulis secara umum adalah pertanian dan sebagian terdapat bangunan, sehingga petugas yang ditugaskan panitia

106

http://www.sinarharapan.co/news/read/150813011/konstruksi-ruas-tol-medan-kualanamu-terganjal-pembebasan-lahan

(15)

untuk menginventarisasi hanya petugas yang mengangani secara khusus di bidang pertanahan, pertanian dan bangunan Petugas-petugas tersebut diatas adalah merupakan satu tim dan melaksanakan tugasnya secara serentak, dibawah koordinasi panitia. Laporan hasil inventarisasi tim terpadu tersebut di atas ditanda-tangani masing-masing petugas yang melaksanakan tugas dan dilegalisir oleh atasan dan pimpinan instansi yang bersangkutan dan selanjutnya diserahkan kepada panitia. Laporan hasil inventarisasi tersebut oleh panitia selama 1 (satu) bulan diumumkan di dua tempat yakni : Kantor Pertanahan Medan dan Binjai. Pengumuman dilakukan melalui kelurahan masing-masing wilayah yang terkena pembebasan. Setelah adanya pengumuman mengenai hasil perhitungan luas, masyarakat (WTP) boleh melakukan komplain dengan waktu 1 minggu setelah pengumuman. Apabila ada WTP yang complain mengenai hasil pengumuman dari petugas, maka Tim Pengadaan Tanah beserta dinas terkait akan melakukan pengecekan secara langsung. Namun selama pengumuman berlangsung tidak ada pihak lain yang merasa berkeberatan atas lokasi tanah yang terkena proyek pembangunan tol Medan-Binjai.

3. Proses musyawarah dan penetapan ganti rugi

Musyawarah dilaksanakan setelah proses pengukuran dilakukan. Pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk menetapkan besarnya ganti rugi yang akan diberikan Tim Pengadaan Tanah kepada warga yang terkena pengadaan tanah pembangunan jalan tol Medan-Binjai. Dalam pelaksanaan musyawarah, hal-hal yang dibahas meliputi rencana pembangunan untuk kepentingan umum di

(16)

lokasi tersebut serta bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. Musyawarah bentuk dan/atau besarnya ganti rugi berpedoman pada kesepakatan para pihak, hasil penilaian tenggang waktu penyelesaian proyek pembangunan. Musyawarah dilaksanakan secara langsung dan bersama-sama antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para pemilik yang sudah terdaftar dalam Peta dan Daftar yang telah disahkan. Musyawarah tersebut dipimpin oleh Ketua Panitia Pengadaan Tanah Medan. Ditinjau dari jumlah pemilik, tidak dimungkinkan terselenggaranya musyawarah secara langsung. Musyawarah dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal kelurahan masing-masing. Setelah musyawarah tersepakati, kemudian selanjutnya yaitu pengumpulan berkas yang sebelumnya oleh TPT pada saat musyawarah memberikan blangko kepada warga yang akan dibebaskan tanahnya. Blangko tersebut diminta untuk segera dilengkapi dan dikumpulkan kembali kepada TPT melalui kelurahan setempat. Warga terkena proyek (WTP) juga melakukan penandatanganan kesepakatan serta mengajukan surat pengajuan pembayaran (SPP). Proses selanjutnya setelah musyawarah tersepakati dan terlaksana ialah proses pembayaran ganti rugi kepada masyarakat yang tanahnya akan dibebaskan. Dalam proses pembayaran ganti rugi, warga pemegang hak tanah harus menyerahkan sertifikat asli kepemilikan tanah dan kemudian warga akan mendapat surat pelepasan hak. Untuk tanah bersertifikat akan dibayar sejumlah 100% dari harga yang sudah ditentukan sedangkan untuk tanah Letter C (tanah bersertifikat tetapi belum dilegalkan pemerintah) akan dibayar sejumlah 95%. Total pembayaran yang sudah dilakukan oleh Tim Pengadaan

(17)

Tanah (TPT) sampai bulan Februari 2014 yaitu Rp 32.985.555.317,- sejumlah 135 bidang dengan luas 8,84 Ha. Pembayaran dilakukan dengan cara mengundang secara langsung warga pemilik lahan untuk menerima ganti rugi tanah mereka, yang dilakukan di kantor kelurahan masing-masing. Pembayaran ganti rugi dilakukan secara transfer melalui bank. Jadi, setiap warga yang menerima pembayaran akan langsung menerima buka tabungan dan rekening pribadi yang langsung diperoleh dari bank tersebut, rekening tersebut berlaku untuk setiap satu kali transaksi pembayaran per orang.

Dalam pembayaran ganti rugi, setiap warga harus melakukan penandatanganan berita acara pembayaran yang sudah disiapkan oleh Tim Pengadaan Tanah. Ganti rugi yang dibayarkan dalam rangka pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol ini hanya berupa uang. Tim Pengadaan Tanah jalan tol Medan-Binjai dalam menentukan besarnya ganti rugi didasarkan pada harga pasaran dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, sedangkan pemilik tanah meminta ganti kerugian yang nilainya jauh dari harga pasaran di masing-masing wilayah tersebut sehingga susah tercapainya kesepakatan antara Tim Pengadaan Tanah jalan tol Medan-Binjai dengan pemilik tanah. TPT perlu bekerja ekstra dalam menghadapi para pemilik tanah untuk mencapai kesepakatan harga ganti rugi. Dimulai dari penetapan lokasi yang dilakukan oleh Binar marga sebegai perencana yang diajukan kepada Gubernur Sumatera Utara selaku otoritas yang berlaku, karena itu sesuai dengan acuan dari Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

(18)

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum saat itu, pihak yang memerluka tanah mengajukannya kepada Gubernur.

Penetapan lokasi yang dilakukan saat itu adalah penetapan lokasi untuk pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai, diaman letaknya adalah diantara Medan-Binjai. Maka Gubernur harus menetukan otoritas diserahakan kepada siapa, untuk pengadaan tanah pembanguna Jalan Tol Medan-Binjai ini, dalam hal ini upaya penangan dalam pembetukan panita diserahkan ke otoritas Sumatera Utara. Panitia pengadaan tanah baru bisa dibentuk jika sudah diputuskan kewenangan yang menangani pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai ini ditangani oleh siapa. Pada proses penetapan yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi ini yang menjadi kendala untuk menentukan kewenangan untuk pengadaan tanah, walaupun pada akhirnya, diserahkan Walikota Medan kepada melalui Walikota Binjai. Pada Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, memiliki acuan dalam melakukan kegiatan pengadaan tanah yaitu Peraturan Kepala BPN No3 Tahun 2007 mengenai mekanisme pelaksanaannya. Dalam hal pengadaan tanah maka Bupati harus menetapkan dan membentuk Panita Pengadaan Tanah untuk pembangunan jalan Tol Medan-Binjai, akhirnya dibentuklah Panita Pengadaan Tanah atau biasa disebut P2T. Hal ini cukup menjadi kendala karena pembentukan ini bersifat kondisional dari masing masin instansi yang berbeda dan memiliki tugas dan fungsi pokok dari instansi asal. Tetapi ternyata penyelesaian di lapangan dapat dilaksanakan dengan baik, karena melalui

(19)

rapat –rapat yang diadakan sebelum melaksanakan kegiatan, mulai dari rapat persiapan, rapat pelaksanaan, samapai dengan pelaporan. Untuk Medan-Binjai sendiri kondisi ini cukup diuntungkan karena semua organisasi pemerintahan daerah yang terletak dalam satu wilayah jadi mempermudah dalam hal jarak dan komunikasi.

Pada tahap penyuluhan dan inventaris pada pengadaan tanah pada Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai sudah cukup baik dan efektif ini dapat dilihat dari karena sudah sesuai dengan standard yang ada pada Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, karena penyuluhan sudah tepat sasaran, ini dapat dilihat pada evaluasi pelaksanaan tahap penyuluhan dan inventaris masyarakat sudah mengerti dan menerima akan proses tersebut. Tahap yang dapat menjadi masukan kepada issue masalah pulik setelah diadakan evaluasi ini adalah mengenai musyawarah penetapan mengenai ganti kerugian, karena pada Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum tidak cukup baik untuk melakukan penangan terhadap hal tersebut. Ini dapat dilihat dari hampir 50 % dari warga Medan-Binjai ini tidak langsung setuju mengenai penetapan ganti rugi tersebut dan harus dilakukan musyawarah secara parsial oleh Panitia Pengadaa Tanah Medan-Binjai. Pada tahap peneteapan ganti rugi yang menggunakan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ini juga tidak bisa memfasilitasi mengenai ganti rugi akan

(20)

tempat usaha yang ada karena disitu ada nilai ekonomis berupa bentuk ganti kerugian non fisik yaitu kehilangan omset tempat usaha.

Pada Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum memang disebutkan mengenai penetapan rugi, akan tetapi ganti kerugian itu bukan berupa bentuk ganti rugi, karena bentuk ganti rugi itu dapat berupa uang atau bentuk pemukiman baru. Hal ini menghambat karena kebanyakan warga mengetahui ganti rugi itu ingin berupa uang dan mendapat ganti untung bukannya ganti rugi. Untuk penangan akan hal tersebut Panitia pengadaan tanah melakukan usaha ganti rugi secara keseluruhan untuk tempat usaha yang terkena pengadaan tanah untuk pembangunan Jala Tol Medan-Binjai.

Pada tahap ganti rugi yang sudah dilakukan pada warga memang lebih mahal jika dibandingkan Desa lain yang terkena pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai ini. Pada penangannya Panitia Pengadaan Tanah Medan-Medan-Binjai masih sesuai dengan standard mekanisme yang pada Perpres No .65 Tahun 2006, dimana penelitia yang dilakukan menggunakan lembaga appraisal independent dan harga yang dibayarkan masi di bawah harga taksiran tersebut. Perihal ganti rugi yang tidak diterima oleh warga yang terkena pengadaan tanah dalam Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai ini, Panita Pengadaan Tanah melakukan upaya konsinyasi. Ganti rugi yang tidak diterima oleh warga melalui upaya konsinyasi ini dititipkan ke pengadilan negeri Medan, dan jika warga ingin mengambilnya tidak melakui Panita Pengadaan Tanah Medan-Binjai lagi, tetapi langsung mengurusnya ke Pengadilan Negri. Sampai pada

(21)

tahun 2012 ini peneliti melakukan evaluasi mengenai ganti rugi yang belum diterima tersebut dan hasilnya ganti rugi tersebut sudah diambil pada pertengahan tahun 2011.

Untuk pelaksaaan pembayaran ganti rugi pada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Bogor, lebih aman karena uang ganti rugi yang ada tidak berupa uang tunai tetapai dengan dibukakan rekening, dimana dana tersebut hanya bisa dicairkan oleh pemilik tanah langsung. Pada keseluruhan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Medan-Binjai ini, yang menggunakan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dapat dikatakan kebijakan tersebut sudah tidak cukup efektif dalam pelaksanannya. Hal ini didukung karena banyak terjadinya gap antara pelaksanaan dengan standard yang ada perihal penetapan lokasi dan penetapan ganti rugi yang cukup menimbulkan masalah dan menghambat proses dalam pengadaan tanah tersebut. Pada Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ini juga dapat dikatakan belum cukup melindungi hak para pemilik tanah terkait tahapan penetapan lokasi dan ganti rugi yang dibayarkan karena tidak semua pada dasarnya setuju dengan penetapan lokasi yang ditetepakan secara sepihak oleh Bina Marga selaku instansi yang memiliki proyek tersebut, dan juga ganti rugi yang kebanyakan tidak ada ketentuan dalam bentuk pemukiman baru. Terkait Pembentukan panita sendiri yang pada dasarnya memiliki tugas fungsi pokok pada instansinya masing ini juga tidak

(22)

efektif karena dapat menghambat dalam pelaksanaan pengadaan tanah, teatapi dengan adanya rapat dan komunikasi yang baik dalam upaya penangan persamaan persepsi akhirnya setiap kegiatan dapat berjalan dengan baik.

Pasal 43 ayat (1), (2), (3) dan (4) bahwa Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Persiapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum bahwa Gubernur mendelegasikan kewenangan tahapan kegiatan persiapan pengadaan tanah bagi pernbangunan untuk kepentingan umum di daerah kepada Bupati/Walikota, agar optimal serta efektif dan efisien. Pendelegasian wewenang dilakukan dalam hal pengadaan tanah terletak dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota dan anggararlnya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. Dalam hal pengadaan tanah terletak dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota dan anggarannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi Sumatera Utara dan/atau anggaran badan hukum milik negara/badan usaha milik negaralbadan usaha milik daerah, Gubernur dapat mendelegasikan kewenangan, yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur. Pelaksanaan tahapan kegiatan persiapan pengadaan tanah oleh Bupati/Walikota dilaksanakan secara mutatis mutandis.

C. Permasalahan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Medan - Binjai

Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria sebagai berikut: "Ayat (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik

(23)

Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ayat (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) Pasal ini meliputi: a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat."

Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. Undang-undang Pokok Agraria menegaskan surat-surat tanda bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai alat pembuktian yang mutlak. Alat bukti kepemilikan tanah di Indonesia yang sudah berupa Sertipikat Hak Atas Tanah saja setiap saat atau di kemudian hari masih dapat diganggu gugat. Pasal 43 Undang-Undang ini menyatakan: Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) bahwa: "Kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara."

Permasalahan pembebasan tanah untuk jalan tol sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat pelik dalam usaha penambahan lajur maupun jalur jalan tol. Seringkali proyek jalan tol terhambat hanya karena masih ada masalah dengan tanah yang ternyata masih menjadi sengketa. Proses ini seringkali membutuhkan waktu yang sangat lama. Permasalahan mengenai pembebasan tanah untuk proyek jalan tol sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan aturan turunannya seperti Peraturan Pemerintah

(24)

Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, serta aturan lain yang berkaitan dengan pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang diatur dengan Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Menurut Pasal 2 Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Selanjutnya di Pasal 5 dijelaskan bahwa pembangunan Jalan Tol termasuk dalam kategori pembangunan untuk kepentingan umum.

Salah satu kunci keberhasilan dalam proses pembebasan tanah adalah masyarakat yang dapat diajak bekerja sama dengan baik. Jika penawaran yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan pemilik tanah, tentu proses pembebasan ini tidak akan berjalan terlalu lama. Dalam Pasal 58 ayat (3) Undang-Undang 38 Tahun 2004 ditentukan bahwa Pemegang hak atas tanah, atau pemakai tanah negara, atau masyarakat ulayat hukum adat, yang tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan, berhak mendapat ganti kerugian. Pengertian ganti kerugian yang diberikan oleh Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan

(25)

kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Sementara Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 memberikan pengertian sebagai penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Dari rumusan ganti kerugian yang diberikan oleh Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum seharusnya ganti rugi yang ditawarkan tidak merugikan pemilik tanah, justru seharusnya memberikan kelangsungan hidup sosial dan ekonomi yang lebih baik. Namun kenyataannya selama ini terkadang masih ada perlawanan yang dilakukan oleh pemilik tanah yang tanahnya dilalui proyek jalan tol.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pembebasan lahan sulit untuk dilakukan. Faktor pertama yang akan menyulitkan proses pembebasan lahan adalah belum tercapainya kesepakatan antara pemilik lahan dengan panitia pengadaan tanah. Ketidak sesuaian harga yang ditetapkan dengan harga yang diinginkan pemilik tanah kerap kali menjadi masalah. Ketentuan mengenai ganti rugi sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Bentuk ganti rugi bisa berupa Uang; Tanah pengganti; Permukiman kembali; Kepemilikan saham; atau Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Dasar perhitungan besarnya ganti rugi meliputi Tanah; Ruang atas tanah dan bawah tanah; Bangunan; Tanaman; Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau Kerugian lain yang dapat dinilai. Harga inilah yang kemudian kerap kali menjadi masalah dalam proses pembebasan lahan. Namun Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 sudah memperhitungkan hal tersebut dan menentukan bahwa

(26)

apabila Bila tidak terjadi kesepakatan besarnya ganti Kerugian, Pihak yang Berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan Ganti Kerugian. Bila Pihak yang Berhak menolak besarnya Ganti Kerugian, tidak mengajukan keberatan, Pihak yang Berhak dianggap menerima Ganti Kerugian. Pengadilan negeri kemudian memutus besarnya Ganti Kerugian dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan. Bila Pihak yang berhak masih berkeberatan terhadap putusan pengadilan negeri, Pihak yang berhak tersebut dalam waktu maksimal 14 hari kerja dapat mengajukan kasasi Kepada Mahkamah Agung dan diputus maksimal 30 hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan pengadilan negeri/Mahkamah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum inilah yang akan menjadi dasar pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan. Bila Pihak yang Berhak masih menolak Ganti Kerugian, Ganti Kerugian dititipkan di pengadilan negeri setempat. Penitipan Ganti Kerugian juga dilakukan terhadap:

1. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian tidak diketahui keberadaannya; atau

2. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian: a. Sedang menjadi objek perkara di pengadilan;

b. Masih dipersengketakan kepemilikannya;

c. Diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau d. Menjadi jaminan di bank.

(27)

Faktor kedua yang mungkin dihadapi adalah bila ternyata tanah yang dilalui proyek Jalan Tol tersebut adalah tanah ulayat. Masyarakat adat tentu akan berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan tanah ulayat yang dimilikinya, sedangkan ketentuan dalam Undang-Undang, memungkinkan untuk mengambil alih tanah yang dimaksud. Permasalahan tersebut akan muncul pada pembangunan Jalan Tol di daerah yang masih memegang teguh tanah ulayat. Bahkan lebih jauh dalam Pasal 59 Undang-Undang 38 Tahun 2004, ditentukan lagi bila kesepakatan tidak tercapai dan lokasi pembangunan tidak dapat dipindahkan, dilakukan pencabutan hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan, dan dalam pelaksanaannya pembangunan jalan dapat dimulai pada bidang tanah yang telah diberi ganti kerugian atau telah dicabut hak atas tanahnya. Dari gambaran pasal di atas, bisa terbayang akan banyak penolakan yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan proses pembebasan tanah yang akan digunakan sebagai jalan tol. Potensi permasalahan ini sekiranya akan banyak muncul ketika MoU Pembangunan Jalan Tol di Sumatera akan direalisasikan mengingat di Pulau Sumatra masih banyak suku yang mempertahankan eksistensi tanah ulayat yang mereka miliki. Oleh karena itu hendaknya rencana pembangunan Jalan Tol di Sumatera juga memperhatikan apakah pembangunan tersebut akan melintasi tanah ulayat atau tidak dan kemungkinannya untuk membebaskan tanah tersebut.

Pembebasan lahan hendaknya memperhatikan ketentuan ganti rugi yang telah ditetapkan dalam Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Ganti rugi yang

(28)

dimaksud dalam ketentuan tersebut haruslah dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Jika melihat culture masyarakat Indonesia yang konsumtif, rasanya pemberian ganti rugi berupa uang, tanah, atau pemukiman baru saja belum cukup untuk dapat meningkatkan tarah kehidupan baik secara sosial maupun ekonomi karena ganti rugi yang diberikan tidak kemudian dikembangkan namun akan habis untuk keperluan konsumsi. Harus ada metode penggantian ganti rugi yang tepat dan dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara berkesinambungan bagi pemilik lahan. Jika melihat ketentuan di Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dicontohkan ganti kerugian berupa Kepemilikan saham. Dengan demikian, Pemilik lahan yang dibebaskan akan menyadari bahwa bisnis jalan tol adalah bisnis yang besar dan akan mendatangkan keuntungan. Pemilik lahan juga akan turut merasa memiliki jalan tol karena mempunyai bagian saham dari jalan tol itu sendiri. Pemberian ganti kerugian berupa saham juga bisa meningkatkan kehidupan sosial ekonomi karena akan memberikan keuntungan secara berkelanjutan.107

Dalam pelaksanaannya, proyek jalan tol ini ternyata mengalami masalah-masalah yang membuat pembangunannya sering terhambat bahkan terhenti. Masalah yang mengganggu pembangunan jalan tol Medan-Binjai ini adalah Pembebasan lahan untuk proyek pembangunan strategis di Sumatera Utara (Sumut) hingga saat ini berjalan baik. Pembayaran ganti rugi lahan yang dititipkan ke pengadilan atau konsinyasi untuk jalan tol Medan-Binjai sudah mencapai 90%.

107

http://wisnu.blog.uns.ac.id/2012/07/02/pembebasan-tanah-jalan-tol/html, diakses tanggal 19 Maret 2017

(29)

Masyarakat diharap mendukung penuh pembangunan proyek jalan tol Medan-Binjai yang direncanakan rampung 2017 mendatang. Namun di samping itu, tim apresial diingatkan untuk memberi ganti untung kepada warga yang terkena dampak pembangunan. Terkait pembangunan jalan tol Medan-Binjai, ada 2 (dua) kelurahan di Kecamatan Medan Deli yakni Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir yang terkena pembangunan jalan tol tersebut. Panjangnya lebih kurang 2,6 km. Untuk itu diharapkan dukungan Pemerintah Kota Medan sehingga pembebasan lahan dapat lancar dilakukan. pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol Medan-Binjai sudah rampung 77 persen lebih, termasuk pembebasan lahan sepanjang 22,8 km di wilayah Deliserdang. Tinggal pembebasan lahan lebih kurang 2,6 kilometer di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir. Dari 2,6 km lahan yang akan dibebaskan di 2 kelurahan tersebut, 2,1 km di antaranya merupakan lahan stanvas yang kini dikuasai masyarakat sebanyak 500 KK. Lahan stanvas itu saat ini terdapat bangunan dan tanaman milik penduduk. Itu sebab tim optimis dengan bantuan Pemko Medan pembebasan lahan dapat dilakukan, sehingga pembangunan jalan tol Medan-Binjai bisa selesai sesuai waktu yang ditetapkan. Pemko Medan beserta seluruh jajaran siap mendukung, termasuk membantu proses pembebasan lahan di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir.108

Dalam menyelesaikan proyek jalan tol Trans Sumatera tersebut, pemerintah dihadapkan pada masalah anggaran. Total kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk menuntaskan proyek jalan tol Trans Sumatera yang akan menghubungkan

108

(30)

http://sumutpos.co/2016/05/09/pembebasan-lahan-tol-medan-binjai-ganti-untung-roda ekonomi Jawa dan Sumatera mencapai Rp 58 triliun. Sehingga dibutuhkan sumber pendanaan yang lebih besar dengan menggandeng BUMN-BUMN pembiayaan. Di samping itu, dalam menjalankan pembangunan proyek Trans Sumatera, pemerintah tidak bekerjasama dengan pihak swasta. Hal tersebut disebabkan karena setelah dilakukan lelang tidak ada satu pun investor swasta yang tertarik dalam proyek tersebut. Oleh karena itu, dalam mengatasi masalah anggaran tersebut pemerintah mengadakan konsorsium BUMN dengan pinjaman lunak. Selain itu, Kementerian Keuangan akan membentuk Bank Infrastruktur yang merupakan entitas BUMN baru yakni wajah masa depan dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dimana hal tersebut sejalan dengan pengalihan aset dan modal PIP ke SMI melalui skema penyertaan modal negara (PMN) dalam APBNP 2015. Permasalahan pendanaan atau anggaran seringkali mengahambat pembangunan infrastruktur di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus mengantisipasi atau mengatasi masalah tersebut salah satunya mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk pihak swasta. Solusi yang ditawarkan pemerintah pada artikel tersebut cukup solutif untuk menyelesaikan permasalahan anggaran yang sedang dihadapi mengingat belum ada pihak swasta yang tertarik dengan proyek tersebut sehingga pendanaan murni dari pemerintah dan perusahaan-perusahaan BUMN saja. Namun, kedepannya diharapkan pemerintah harus berusaha untuk melakukan kerjasama dengan swasta dalam menyelesaikan proyek jalan tol Trans Sumatera. Hal tersebut dilakukan agar beban anggaran yang saat ini dibebankan pada APBNP 2015 dapat berkurang sehingga pembangunan proyek dapat dilaksanakan. Prinsip kerjasama yang dapat digunakan

(31)

pemerintah apabila terdapat pihak swasta salah satunya adalah prinsip BOT. Prinsip tersebut dapat membantu pemerintah dalam hal pendanaan. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta digunakan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau infrastruktur berdasarkan standar-standar yang disusun oleh pemerintah. Selain itu, dengan prinsip BOT pihak swasta tidak akan dirugikan karena pihak swasta diberikan masa periode yang cukup panjang sekitar 10 hingga 20 tahun untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan guna membangun infrastruktur dalam hal ini adalah jalan tol Trans Sumatera. Namun, dalam hal ini pemerintah tetap menguasai kepemilikan fasilitas infrastruktur dan pemerintah memiliki dua peran sebagai pengguna dan regulator pelayanan infrastruktur tersebut.

Selain Tol Medan-Kualanamu, Dirjen Bina Marga juga meninjau langsung pekerjaan Tol Medan-Binjai sepanjang 19 km. Kontraktor Hutama Karya memang sudah melakukan pekerjaan fisik Hutama Karya, 80 persen lahan sudah dibuka (land clearing), bahkan di interchange Binjai dan Semayang sudah dipancang.

Pasal 46 ayat (1) dan (2) bahwa Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pedoman Persiapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum bahwa Gubernur melakukan pembinaan, pengarffasan dan pengendalian terhadap pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan oleh Bupati/Walikota. Pembinaan dilakukan dalam bentuk kegiatan supervisi dan pembinaaan teknis yang diselenggarakan secara berkala.

(32)

BAB IV

UPAYA PENYELESAIAN PEMBEBASAN LAHAN UNTUK KEPENTINGAN JALAN TOL MEDAN – BINJAI

A. Upaya Penyelesaian Masalah Hukum

Masalah pembebasan lahan masih menjadi kendala dalam proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia. Proyek jalan tol di wilayah Sumatera Utara, misalnya, hingga saat ini masih belum bisa rampung karena masalah lahan. persoalan kendala pembebasan lahan antara lain disebabkan masih adanya lahan sengketa, lahan yang sudah ditempati penduduk sejak lama, sampai pembebasan lahan hutan yang sudah ditempati warga selema puluhan tahun. beberapa sesi yang terkendala antara lain tol Medan-Binjai yang panjangnya 24 kilometer, tersisa 3 kilometer lagi yang belum dibebaskan tanahnya PT Hutama Karya (Persero) mengeluhkan pembebasan lahan Medan-Binjai yang belum rampung. Pasalnya, pembebasan lahan tersebut menghambat pengerjaan konstruksi tol sepanjang 16,8 kilometer (km). Sementara untuk progres pengerjaan ruas Tol Medan-Binjai, sampai saat ini masih terus dikerjakan. Pasalnya, ruas tol ini menjadi salah satu bagian pembangunan jalan tol yang membentang dari Aceh hingga Lampung atau biasa disebut Tol Trans Sumatera.

Hingga saat ini, perkembangan pembebasan lahan untuk ruas Tol Medan-Binjai terus berjalan. Tol Medan-Medan-Binjai merupakan satu dari sembilan ruas yang masuk ke dalam Jaringan Tol Trans Sumatera. Didesain sepanjang 16,72 kilometer, ruas tol ini akan dibangun dalam tiga seksioleh PT Hutama Karya (persero) dengan total investasi Rp 1,604 triliun. Menurut data Badan Pengatur

(33)

Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR), hingga saat ini pembebasan tanahnya sudah mencapai 77,92 persen dibandingkan data awal tahun sebesar 69,7 persen.

Satuan kerja (Satker) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) masih terganjal pembebasan lahan untuk pengerjaan Tol Medan -Binjai yang mancakup di kawasan Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Mengenai perkembangan terbaru pembangunan tol trans Sumatera Medan-Binjai, banyak lahan di PTPN II yang diokupasi masyarakat di Kelurahan Tanjung Mulia dan Tanjung Mulia Hilir, di antaranya merupakan lahan stanvas (grand Sultan) yang ditempati masyarakat. Pembangunan tol sepanjang 16,72 Kilometer itu diketahui menggunakan tiga seksi tahap pengerjaan dengan biaya investasi mencapai Rp1,6 triliun serta biaya kontruksi diperkirakan memakan biaya Rp1,2 triliun. saat ini sebagian warga yang terimbas pembangunan sudah dilakukan pendataan oleh tim percepatan. Langkah yang sudah dilakukan seperti pendataan administratif yang mana harus dilengkapi sebelum kompensasi pembebasan lahan dilakukan. Masyarakat yang terkena 6trase jalan tol sudah diimbau untuk melengkapi syarat administrasi seperti melengkapi Pajak Bumi Bangunan (PBB), foto copy surat tanah kepemilikannya dan sarat administrasi lainnya. Lahan masyarakat yang saat ini status lahannya stanvas, dirinya mengaku belum mengetahui bagaimana mekanisme pembebasannya. Itukan lahan masyarakat yang sudah puluhan tahun menetap, harus diganti. Namun mengenai

(34)

pembebasannya belum mengetahui. Jangan sampai masyarakat merasa dirugikan sehingga tidak timbul permasalahan nantinya.109

Merujuk pada Pasal 9 ayat 2 UU No 2 Tahun 2012, pada dasarnya pengadaan lahan untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan pemberian ganti kerugian yang layak dan adil yang ditetapkan penilai yakni lembaga pertanahan. Nilai ganti rugi hasil penilai menjadi dasar musyawarah penetapan nilai ganti

Pembebasan lahan menjadi hambatan utama pembangunan jalan bebas hambatan (tol) di Indonesia. Akibatnya proyek jalan tol mandek dan tidak bisa diprediksi kapan bisa diselesaikan. Dalam mengurai persoalan hambatan pembebasan lahan tersebut memang pemerintah tidak melipat tangan. Sayangnya, upaya yang ditempuh mengatasi masalah klasik tersebut sepertinya tidak bergaung. Buktinya, sejumlah ruas jalan tol mangkrak bertahun-tahun karena terhambat pembebasan lahan. Setiap proses pembebasan lahan pembangunan jalan tol akan dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah terhitung mulai tahun depan. Dampak dari pembebasan lahan yang sulit itu bisa dilihat dari penambahan jalan tol yang sangat minim. Kembali pada persoalan pembebasan lahan, sebenarnya pemerintah kurang tegas saja karena sudah ada payung hukum yang mengaturnya yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2012. Dalam perpres yang merupakan penerapan dari Pasal 53 dan Pasal 59 Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum jelas mengatur tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan umum dari tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga penyerahan hasil.

109

http://bumantaranews.com/2016/10/12/pembangunan-jalan-tol-medan-binjai-terganjal-pembebasan-lahan/tml, diakses tanggal 21 Maret 2017

(35)

kerugian. Apabila pihak berhak atau yang menguasai objek pengadaan tanah tidak sepakat nilai ganti kerugian berhak mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri.

Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib menyelesaikan hambatan dan permasalahan dibidangnya dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.110 Dalam hal penyelesaian hambatan dan permasalahan bersifat mendesak untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta pelayanan publik, menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota mengambil diskresi sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik, berdasarkan alasan-alasan yang objektif, tidak menimbulkan konflik kepentingan, dan dilakukan dengan iktikad baik serta memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan.111 Pengambilan diskresi termasuk dilakukan dalam rangka penanganan dampak sosial yang timbul dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.112 Dalam hal tertentu pengambilan diskresi dilakukan berdasarkan koordinasi dan pembahasan dengan kementerian/lembaga dan/atau Pemerintah Daerah.113 Dalam hal pengambilan diskresi, terdapat permasalahan hukum terkait dengan administrasi Pemerintahan, penyelesaiannya dilakukan melalui ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi Pemerintah.114

110

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Pasal 28 ayat (1)

111

Ibid., Pasal 28 ayat (2)

112

Ibid., Pasal 28 ayat (3)

113

(36)

Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota berwenang untuk menetapkan dan/atau melakukan keputusan dan/atau tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik.115Pimpinan Badan Usaha wajib mengambil langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional sesuai dengan kewenangan.116 Dalam hal pengambilan langkah-langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan terdapat permasalahan hukum, penyelesaiannya dilakukan dengan mendahulukan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.117

Reformasi peraturan dan lembaga sudah siap. Tetapi implementasinya tidak bisa berjalan dengan mulus, sehingga harga dan waktu pengadaan tanah yang selama ini menjadi pokok masalah dalam pembangunan jalan tol tidak punya kepastian. Tidak adanya kepastian biaya dan waktu pembebasan tanah menyebabkan menurunnya tingkat kelayakan investasi jalan tol atau bahkan membuatnya sama sekali tidak layak. Dari ruas tol yang telah ditenderkan, terjadi kenaikan harga tanah yang signifikan hampir di semua ruas yang akan dibangun dan tertinggi mencapai 321 persen dari estimasi awal. Dalam Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

115

Ibid., Pasal 29

116

Ibid., Pasal 30 ayat (2)

117

(37)

Untuk Kepentingan Umum tersebut tidak jelas lead-nya siapa dan seringkali (dalam pembebasan tanah) dispute terjadi di tingkat bawah, masalah tanah adalah masalah yang dikendalikan oleh pemerintah, namun investor yang harus membayarnya. Pemerintah menggunakan cara musyawarah di dalam membebaskan tanah untuk kepentingan umum.

Banyak kalangan menganggap negatif Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan ini dituding akan bisa menjadi alat semena-mena untuk menghilangkan hak atas tanah dengan tiba-tiba. Meskipun memiliki dokumen dan surat-menyurat yang sah dan lengkap, oleh Perpres ini, pemerintah (presiden) bisa mencabut hak atas tanah tersebut apabila tanah itu akan digunakan untuk kepentingan umum. Yang paling dikhawatirkan adalah Perpres ini akan disalahgunakan. Hal ini dipertanyakan sebab seringkai dalam praktiknya terjadi perubahan arah, misalnya ruang lingkup "kepentingan umum" berubah menjadi kepentingan pemilik modal. Hal inilah yang justru sering mendapat penolakan dari rakyat pemilik tanah.

Dari pengalaman, pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang bukan disebabkan oleh tidak relanya rakyat pemilik tanah atau tidak sepakatnya harga tanah, melainkan oleh ulah oknum aparat dan atau spekulan tanah, baik itu yang berkaitan dengan urusan administrasi tanah maupun oknum yang memanfaatkan situasi. Sebagai akibatnya, sengketa tanah telah berubah menjadi ajang rebutan rezeki, yang dampak nya cenderung tak terkendali. Pasal 10 ayat 2 Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

(38)

Untuk Kepentingan Umum yang antara lain menyebutkan, bila tidak ada kesepakatan dalam suatu musyawarah, pihak yang memerlukan lahan dapat menitipkan uang untuk ganti rugi ke pengadilan dan instansi tersebut dapat menggunakan lahan. Pasal itu, oleh banyak pihak mengesankan pemberian legitimasi yuridis untuk munculnya tindakan pemaksaan oleh pemerintah melalui suatu perbuatan hukum yang disebut dengan konsinyasi.

B. Upaya Penyelesaian Masalah Sosial Ekonomi Dari Masyarakat Yang Dibebaskan

Pembangunan infrastruktur adalah bagian dari upaya mensejahterakan rakyat, pun upaya ganti adil atas obyek kepemilikan tanah. Demikian juga dengan pengaturan pengelolaan ruas jalan selanjutnya. Siapapun tidak ingin pembangunan menjadi bentuk lain dari upaya pemiskinan atau menciptakan kemiskinan baru. Dan, kesejahteraan bagi rakyat adalah upaya perlindungan, penjaminan, pemenuhan dan pemberdayaan hak-hak dan kepentingan rakyat di bidang ekonomi (termasuk kepemilikan atas tanah deserta kemungkinan ganti adilnya), di bidang politik (termasuk rasa aman dan nyaman, dihargai keberadaannya diruang pengambilan keputusan politik ganti adil tanah, dihormati martabatnya dalam pelaksanaan kebijakan, dan lain-lain) serta di bidang budaya (termasuk penerimaan cara-cara penyelesaian masalah yang dihadapi).

Pemerintah selaku pemberi regulasi atas semua perencanaan tata ruang yang ada di suatu daerah untuk melaraskan pembangunan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks. Masyarakat kurang memahami kerja

(39)

pemerintah karena kurangnya transparasi dari pemerintah. Masyarakat luhur yang memiliki tanah meskipun tanpa surat-surat yang lengkap, tetap kukuh akan mempertahankan tanah mereka dan menjadi penghambat dalam pembangunan infrastruktur. Karena kurangnya edukasi akan pentingnya pembangunan jalan tol Medan-Binjai yang juga termasuk sub pusat perkembangan kota otomatis akan mempercepat meningkatnya perekonomian di daerah tersebut dan otomatis akan berdampak pada masyarakat sekitar juga.

Prinsip utama lambatnya pembangunan yaitu masih banyak Surat Hak atau Sertifikat yang tumpang tindih, sehingga butuh BPN Medan dan BPN Binjai butuh waktu untuk melakukan verifikasi terhadap kasus. Hal ini bisa berdampak pada masalah hukum apabila salah melakukan verifikasi. Oleh karena itu, pemerintah masih ragu untuk memberi ganti rugi yang tinggi untuk lahan masyarakat yang ini dibeli karena kurangnya surat-surat tanah sehingga kurang meyakinkan. Masyarakat pun tidak dapat memberikan tanahnya secara sembarangan kepada pemerintah karena takut akan kerugian yang akan mereka dapatkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan antar stakeholder tersebut sehingga pembangunan tersebut berhenti cukup lama.

Proses pemberian ganti rugi bagi masyarakat pemilik tanah dalam proyek pembangunan jalan tol Medan-Binjai belum terlaksana secara maksimal, bahkan penentuan besarnya nilai ganti rugi pun belum dilakukan secara merata, meskipun masyarakat di tujuh kecamatan yang dilalui telah mendengar mengenai rencana ganti rugi tersebut. Arti ganti rugi menurut Perpres Nomor 148 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan sebagaimana

(40)

disebutkan dalam Pasal 1 ayat (12) sebagai berikut: Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik maupun non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena proyek pengadaan tanah.

Proses pelaksanaan pengadaan tanah untuk proyek tersebut tidak dapat dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, karena penentuan besarnya ganti rugi tidak melalui musyawarah tetapi dilakukan dengan ancaman dan intimidasi. Harga tanah yang diberlakukan ditetapkan oleh pemerintah karena berkaitan dengan ketersediaan dana APBD sehingga berada dibawah harga yang seharusnya. Akibat dari hal tersebut sikap dari masyarakat adalah tidak mau melepaskan tanahnya. Sebagai solusi alternatif yang diberikan adalah dibentuknya badan independen yang mengawasi pelaksanaan pengadaan tanah agar dilakukan sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. Perbaikan terhadap kebijakan, prosedur, dan praktik-praktik pengadaan tanah untuk pembangunan adalah langkah yang tepat. Pelaksanaan pembebasan tanah dapat dipermudah dengan dua pendekatan, yaitu dengan meningkatkan keberpihakan dan penghormatan terhadap pemilik hak atas dengan mengedepankan sosialisasi, negosiasi, dan pemberian kompensasi yang lebih komprehensif.

Belum tuntasnya permasalahan pembebasan lahan tol Medan-Binjai, berdampak serius. Pembangunan jalan tol belum bisa direalisasikan karena banyak

(41)

lahan yang belum bebas. Ada rumah penduduk yang belum diganti rugi, kemudian juga ada sekolah, dan masjid. Kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah. Objek pengadaan tanah tersebut adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai. Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Ganti Kerugian tersebut adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden

Penyelenggaraan jalan tol dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan menjaga keseimbangan dalam pengembangan wilayah mdengan memperhatikan keadilan, yang dapat dicapai dengan membina jaringan jalan yang dananya berasal dari pengguna jalan. Selain itu tujuan dari dibangunnya jalan tol yakni untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya. Pembangunan Tol Medan-Binjai belum terganggu masalah

melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

(42)

pembebasan lahan. Kendati demikian, pembebasan lahan akan terus dilakukan agar nanti tidak mengganggu pekerjaan.

Persoalan–persoalan yang timbul dari pelaksanaan pengadaan tanah pada umumnya timbul karena tidak terdapat kesesuaian mengenai jumlah ganti rugi, yang kemudian mengakibatkan musyawarah antara pemerintah dengan masyarakat selaku pemegang hak atas tanah tidak mencapai kata mufakat dan pembangunan menjadi terhambat karena penyelesaian menjadi berlarut-larut dan berkepanjangan. Seperti halnya yang terjadi dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Medan-Binjai, tidak semua warga di tiap desa yang terkena pembebasan lahan langsung mencapai kata mufakat ketika diadakan musyawarah, meskipun begitu pada akhirnya Panitia Pengadaan Tanah terus melakukan negosiasi hingga akhirnya warga setuju, dan untuk beberapa warga yang masih belum sepakat dengan harga ganti rugi yang ditawarkan oleh Panitia Pengadaan Tanah, maka dilakukan upaya konsinyasi.

Setelah dilakukan inventarisasi dan identifikasi, proses selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan Tol Medan-Binjai adalah musyawarah atau negosiasi. Pelaksanaan musyawarah ini adalah untuk menetapkan besarnya ganti rugi yang akan diberikan Tim Pengadaan Tanah kepada warga yang terkena pengadaan tanah pembangunan jalan Tol Medan-Binjai. Musyawarah yang dilaksanakan dalam upaya pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Medan-Binjai ini telah sesuai dengan prinsip-prinsip musyaarah yang tertuang dalam Pasal 31 s/d 38 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan

(43)

Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 junto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Hal-hal yang dibahas dalam pelaksanaan musyawarah ini meliputi rencana pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi tersebut dan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi Sedangkan musyawarah bentuk dan/atau besarnya ganti rugi berpedoman pada kesepakatan para pihak, hasil penilaian, tenggat waktu penyelesaian proyek pembangunan.

Dari aspek sosial, dampak yang timbul akibat pembangunan jalan tol ini antara lain berupa ketidakpuasan masyarakat terhadap proses pembebasan tanah, terutama menyangkut harga ganti rugi kepada masyarakat yang tanahnya dijadikan lahan pembangunan jalan tol Medan-Binjai, konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal. Akibat pembangunan jalan tol Medan-Binjai lahan sawah juga hilang sehingga diperkirakan Medan-Binjai akan kehilangan pertanian per tahun. Dalam hubungan ini masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan petani dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anak-anak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan.

(44)

Salah satu dampak positif jalan tol Medan-Binjai diharapkan mampu meningkatkan gairah perekonomian Medan-Binjai yang pada akhirnya akan mendorong kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, pembangunan ini juga tidak menutup kemungkinan munculnya beberapa dampak lain yang justru negatif, seperti berkurangnya aktivitas bisnis masyarakat yang selama ini tergantung pada mobilitas transportasi. Dampak ini muncul karena pembangunan jalan tol akan mengalihkan arus mobilitas masyarakat, sehingga sektor-sektor usaha tertentu yang berada pada jalur transportasi eksisting menjadi terancam. Untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya nampak ini, maka perlu dilakukan kajian yang diarahkan untuk mengetahui dampak sosial ekonomi pembangunan jalan tol Medan-Binjai.

C. Hasil Yang Diperoleh Dalam Pembebasan Jalan Tol Medan - Binjai

Pembangunan merupakan suatu proses mengubah masyarakat secara terencana, yang bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan program-program yang sudah ditentukan melalui suatu kebijakan. Pembangunan itu sendiri meliputi semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Konsep pembangunan meliputi beberapa aspek multi kompleks, pembangunan bukan hanya persoalan ekonomi semata tetapi juga menyangkut aspek sosial budaya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya pembangunan tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial ekonomi dan budaya, hal ini berkaitan dengan sistem sosial dan juga faktor ekonomi maupun non ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pembangunan jalan tol Medan-Binjai akan membuka kawasan hutan lindung dan produksi. Selain itu proyek

(45)

tersebut melewati tanah penduduk (sawah ataupun bangunan fisik seperti rumah dan sejenisnya). Sehubungan dengan hal tersebut maka pemerintah melakukan kebijakan yakni melakukan pembebasan lahan dengan melakukan sistem pemberian uang ganti rugi guna kepentingan pembangunan jalan tol Medan-Binjai.

Dalam pelaksanaan pembebasan lahan juga terdapat permasalahan berupa tidak sesuainya harga ganti rugi yang diberikan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah terkait kesepakatan harga ganti rugi. Menetapkan nilai ganti rugi terhadap kerugian non fisik dalam pelepasan atau penyerahan hak atas tanah tidaklah mudah mengukurnya karena sifatnya sangat relatif, tetapi dapat berakibat pemegang hak atas tanah akan meminta harga di atas harga pasaran karena mereka tidak berminat melepaskan bidang tanahnya yang terkena pembebasan lahan. Penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan, penilaian atas tanah di Medan-Binjai telah dilakukan oleh pemenang tender konsultan penilai. Sebagian besar masyarakat yang menolak adalah masyarakat petani yang menopangkan penghidupannya dari hasil tanah yang dimiliki.

Pembangunan jalan tol merupakan salah satu alternatif perluasan lapangan kerja Medan-Binjai, jika dapat dikelola dengan baik. Oleh karenanya, pemerintah kabupaten harus mampu menghilangkan kesan, bahwa pembangunan jalan tol Medan-Binjai hanya untuk kepentingan investor dan kelompok tertentu saja. Dengan demikian, upaya perlawanan masyarakat terhadap pembangunan jalan tol dapat berkurang. Adanya pembangunan jalan tol khususnya jalan tol Medan-Binjai

(46)

menyebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian di beberapa Desa/dusun di beberapa di kecematan wilayah Medan dan Binjai. Dengan makin berkurangnya lahan pertanian, maka makin berkurang pula penduduk yang bekerja di bidang pertanian. Rencana pembangunan jalan tol Medan-Binjai disosialisasikan.

Proses pengumpulan berkas–berkas kepemilikan tanah mulai dilakukan. Sepanjang proses tersebut warga berusaha melengkapi segala persyaratan yang diminta oleh panitia pengadaan tanah. Warga berharap agar nantinya ketika segala berkas persyaratan sudah lengkap, dalam proses pembayaran uang ganti rugi tidak menemui kendala lagi. Setelah melengkapi segala berkas-berkas persyaratan yang diminta panitia pengadaan tanah. Dipenuhi oleh warga, proses selanjutnya adalah pemberian uang ganti rugi. Proses pemberian uang ganti rugi dimulai. Pemberian uang ganti rugi diberikan kepada warga yang tanah atau lahannya terkena pembangunan jalan tol Medan-Binjai. Proses pembayaran uang ganti rugi ini dilewatkan melalui rekening tabungan. Sehingga warga yang tanah ataupun lahannya diberi ganti rugi akan mendapatkan rekening tabungan yang didalamnya berisi nominal sesuai dengan luas lahan mereka yang terkena pembebasan. Setelah proses pembayaran uang ganti rugi sebagai upaya pembebasan lahan telah dilaksanakan. Proses pembangunan jalan tol Medan-Binjai dilanjutkan dengan proses eksekusi lahan berupa pengurukan. Dalam proses eksekusi ataupun pengurukan dilakukan pada awal tahun 2013 hanya sebagaian tanah lahan pertanian yang sudah dibebaskan saja, karena pada saat itu masih ada beberapa warga yang belum sepakat mengenai pembebasan atau lahan pertanian miliknya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam aktivitas ini, untuk memberikan hasil terbaik, Anda perlu mengingat beberapa hal sebagai berikut:. † Baca setiap surat

Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada Warga Jemaat yang berulang tahun perkawinan periode tanggal 14 Februari s.d 20 Februari 2021.. Media Kharisma

Sampul luar skripsi berisi: (1) judul (dicetak dengan HURUF KAPITAL SEMUA dan tidak boleh menggunakan singkatan; jika ada sub-judul, maka yang ditulis dengan huruf besar hanya

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat Anggota, kontrak Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, keputusan Rapat Anggota, kontrak kerja dan ketentuan lainnya yang

Widya Unggul Lestari diketahui bahwa jenis hama yang dominan menyerang pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tikus semak ( Rattus tiomanicus), ulat api (

Hasil analisis statistik data pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah polong

[r]

Panitia pengadaan tanah Kebupaten Bekasi menargetkan proses pembebasan lahan untuk kebutuhan pembangunan jalan tol Cimanci rampung pada September tahun ini 23 Sindo (halaman 10)