• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

Bersama ini saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner penelitian Saya dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul “Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas”. Informasi yang Anda berikan merupakan bantuan yang bernilai bagi Saya dalam penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Atas kerjasama yang baik, Saya ucapkan terima kasih.

I. Petunjuk Pengisian

a. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan jawabannya. b. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Jawablah pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang pada salah satu jawaban yang menurut Anda benar.

d. Berikan penjelasan terhadap jawaban yang dipilih.

II. Identitas Responden 1. Nama :

2. Usia : 3. Agama :

(2)

d. Budha e. Hindu

4. Suku :

a. Batak b. Jawa c. Melayu

d. Lainnya, sebutkan 5. Pendidikan terakhir :

a. Tidak sekolah b. Tamat SD

c. Tamat SLTP/Sederajat d. Tamat SLTA/Sederajat 6. Pekerjaan :

a. Buruh b. Petani c. Pedagang

d. Ibu rumah tangga 7. Jumlah anak :

a. Belum ada b. 1 orang c. 2 orang d. 3 orang

(3)

III. Karakteristik Jawaban Responden

Respon masyarakat dalam pelaksanaan Program FDS dapat dilihat melalui: A. Respon Kognitif

1. Apakah ibu tahu di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas ada pelaksanaan program Family Development Session (FDS)?

a. Tahu

b. Kurang tahu c. Tidak tahu Alasan:

2. Apakah ibu tahu tujuan dari Program Family Development Session (FDS)? a. Tahu

b. Kurang tahu c. Tidak tahu Alasan:

3. Apakah ibu merasakan manfaat dari Program Family Development Session (FDS) hingga saat ini?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

(4)

4. Apakah ibu tahu di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas sebelumnya pernah dilaksanakan program Pemerintah yang lain selain Program FDS?

a. Tahu

b. Kurang tahu c. Tidak tahu Alasan:

5. Dari mana ibu memperoleh informasi mengenai Program Family Development

Session (FDS)?

a. Pendamping/Ketua Kelompok b. Pihak Kelurahan

c. Teman/tetangga Lainnya, sebutkan

6. Apakah informasi yang ibu peroleh tersebut dapat ibu pahami? a. Paham

(5)

7. Apakah materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendamping sesuai dengan kebutuhan Ibu?

a. Sesuai b. Belum sesuai c. Tidak sesuai Alasan:

8. Apakah media poster dan film pendek yang diberikan pendamping membantu Ibu dalam memahami materi dengan baik?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

9. Apakah pendamping memberikan contoh-contoh yang konkret dalam penyampaian setiap materi pembelajaran?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

(6)

10. Apakah pendamping menanyakan kepada Ibu mengenai pemahaman Ibu terhadap materi yang disampaikan?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

B. Respon Afektif

11. Bagaimana penilaian ibu atas adanya pelaksanaan program Family Development

Session (FDS) ini?

a. Baik

b. Kurang baik c. Tidak baik Alasan:

12. Bagaimana tanggapan ibu mengenai sosialisasi program Family Development

Session (FDS)?

a. Baik

(7)

13. Bagaimana tanggapan ibu terhadap bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat?

a. Cukup

b. Kurang cukup c. Tidak cukup Alasan:

14. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai proses pembelajaran FDS yang dilangsungkan selama 2 jam dalam setiap pertemuan kelompok?

a. Cukup

b. Kurang cukup c. Tidak cukup Alasan:

15. Apakah proses pembelajaran Program Family Development Session (FDS) yang Ibu rasakan sudah berjalan dengan baik?

a. Baik

(8)

16. Apakah pendamping sudah menjalankan tugasnya dengan baik? a. Sudah baik

b. Kurang baik c. Tidak baik Alasan:

17. Apakah pendamping tanggap terhadap masalah yang Ibu hadapi dalam proses pembelajaran?

a. Tanggap

b. Kurang tanggap c. Tidak tanggap Alasan:

18. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai kewajiban untuk harus selalu hadir dalam setiap pertemuan kelompok?

a. Setuju

(9)

19. Bagaimana tanggapan Ibu mengenai adanya sanksi bagi yang tidak hadir dalam pertemuan kelompok?

a. Setuju

b. Kurang setuju c. Tidak setuju Alasan:

20. Bagaimana tanggapan ibu tentang kelanjutan Program Family Development

Session (FDS)?

a. Setuju dilanjutkan

b. Kurang setuju dilanjutkan c. Tidak setuju dilanjutkan Alasan:

C. Respon Konatif

21. Apakah ibu selalu ikut serta dalam setiap pertemuan kelompok yang dilaksanakan?

a. Selalu

(10)

22. Apakah Ibu ikut serta dalam menentukan waktu dan tempat pembelajaran bersama pendamping?

a. Ya selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan:

23. Apakah Ibu aktif dalam menanggapi pertanyaan dari pendamping? a. Ya selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah Alasan:

24. Apakah Ibu menerapkan hasil pembelajaran dalam pertemuan kelompok di rumah?

a. Selalu

(11)

25. Apakah setelah menerapkan hasil pembelajaran Ibu merasakan perubahan yang positif didalam keluarga?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

26. Apakah setelah mengikuti pembelajaran, Ibu memiliki kemauan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

27. Apakah setelah mengikuti pembelajaran, ibu paham menjadi orang tua yang lebih baik?

(12)

28. Apakah setelah mengikuti pembelajaran, Ibu sadar akan pentingnya mendidik dan mengasuh anak di rumah?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

29. Apakah setelah mengikuti pembelajaran, Ibu paham cara mengahadapi perilaku anak?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

Alasan:

30. Apakah Ibu percaya diri dalam menerapkan materi pembelajaran terhadap keluarga di rumah?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

(13)

Tabel Penskoran Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

(14)
(15)

Daftar Nama Responden

1. Ida Rohani Napitupulu 2. Bandaria Sihombing 3. Ramalina Siringoringo 4. Hotria Sitohang 5. Sarmauli Limbong 6. Delima Sihombing 7. Merita Pangaribuan 8. Asni

9. Rohani Sinambela 10. Tiorasma Panjaitan 11. Tumiah

12. Naudur Hutagalung 13. Tiodosia Situngkir 14. Roma Simbolon 15. Ariyati

16. Tiur Marbun 17. Romauli Silitonga 18. Setiawati

(16)

23. Rospita Natalia Rajagukguk 24. Ernawati

25. Roylis Simamora 26. Kartini Nainggolan 27. Pesta Nurcahaya Manalu 28. Resli Simamora

29. Tiamar Sianturi 30. Romaida Barutu

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Bappenas. 2009. Laporan Akhir Evaluasi Program Perlindungan Sosial: Program

Keluarga Harapan. Jakarta.

Effendy, Onong. 2003. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamijoyo, Santoso. 2002.Psikologi Komunikasi. Jakarta: CV Rajawali.

Kementerian Sosial RI.2013.Pedoman Umum Program Keluarga Harapan. Jakarta. __________________. 2015. Jaminan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.

Jakarta.

Mardikanto & Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Prespektif

Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sekaran, Uma. 2003.Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial (Pedoman Praktis Penelitian

Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan). Medan: PT Grasindo Monoratama.

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

(18)

Sumber lain:

Kementerian Sosial RI. 2014. Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak. Jakarta. __________________. 2014. Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan

Usaha. Jakarta.

__________________. 2014. Modul Kesehatan dan Gizi. Jakarta. __________________. 2014. Modul Perlindungan Anak. Jakarta.

__________________. 2015. Rapat Koordinasi Program Keluarga Harapan

Provinsi Sumatera Utara. Medan.

Super User. 2016. Transformasi Kepesertaan. Diakses dari

pada 18 Januari 2016 pukul 14.02. WIB

Badan Pusat Statistik. 2015. Persentase Penduduk Miskin Maret 2015 Mencapai

11,22 Persen. Diakses daripada 18 Januari 2016

pukul 14.35 WIB.

Wikipedia. 2015. Teori Belajar Behavioristik. Diakses dari pukul 08.45 WIB.

Kompasiana. 2013. Millenium Development Goals. Diakses dari

Zulfaidah, Indriana. 2013. Pengertian, Unsur dan Kriteria Masyarakat. Diakses dari

Hasan, Furqon. 2012. Bab II Tinjauan Teoritis. Diakses dari

13.08 WIB.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini, penulis ingin menggambarkan bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan program

Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan

Amplas.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.Adapun alasan penulis melakukan penelitian di lokasi ini karena Kelurahan Timbang Deli merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Amplas yang sudah menjalankan Program Family Development Session (FDS).

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(20)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta PKH di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas yang berjumlah 137 Keluarga Sangat Miskin (KSM).

3.3.2 Sampel

Secara umum sampel adalah contoh. Sampel adalah sebagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti (Roscoe, dalam Siagian, 2011:156). Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi. Jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampel sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi (Arikunto, 2006:134). Peneliti menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi, yaitu 25% x 137=34,25 dan dibulatkan menjadi 34. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang.

Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel bertujuan (purposive sampling

technique). Teknik penarikan sampel ini digunakan dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan tertentu. Penggunaan teknik penarikan sampel bertujuan-tujuan menuntut pengenalan yang luas atas populasi (Siagian, 2011:164). Kriteria responden dalam penelitian ini, yaitu masyarakat yang selalu hadir dalam pertemuan kelompok sesuai dengan saran dari pendamping agar diperoleh data yang representatif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(21)

1. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti melalui penelahaan buku, jurnal dan karya tulis lainnya. 2. Studi lapangan, yaitu mengumpulkan data atau informasi menyangkut masalah

yang diteliti dengan langsung turun ke lokasi penelitian guna memperoleh fakta yang diperlukan.

Dalam sebuah penelitian, alat ukur disebut dengan instrumen penelitian.Secara terminologis, instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur atau mengumpulkan informasi kuantitatif maupun kualitatif sebagai bahan pengolahan berkenaan dengan objek ukur yang sedang diteliti (Sholihin, 2015). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh peneliti dengan responden untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

c. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga diperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011:206-207). Metode pengumpulan data kuesioner pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode personnally administrated

qustonnaires, yaitu peneliti menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden

(22)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskrptif dan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur indikator seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial. Subyek penelitian ini dihadapkan pada pernyataan positif dan negatif dalam jumlah yang berimbang.

Adapun pemberian skor data yang dilakukan melalui respon yang negatif menuju respon yang positif, yaitu:

a.Skor tidak setuju (negatif) adalah -1 b.Skor tidak berpendapat (netral) adalah 0 c.Skor setuju (positif) adalah 1

Sebelum menentukan klasifikasi kognitif, afektif dan konatif, maka ditentukan interval kelas sebagai berikut:

Berdasarkan interval di antara kelas sebagai gambaran kategori dari unsur variabel penelitian, maka dapat diketahui dan ditetapkan makna atau tafsiran atas nilai rata-rata yang diperoleh memiliki makna sebagai berikut:

������������� (�) =Nilai tertinggi (H)−Nilai terendah (L) Banyak kelas (K)

=1−(−1) 3

=2 3

(23)
(24)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan. Kecamatan ini mempunyai 7 kelurahan, yaitu Amplas, Sitirejo, Sitirejo III, Timbang Deli, Harjosari, Harjosari II, dan Bangun Mulia. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Timbang Deli.Kelurahan ini terletak di Jl. Balai Desa No. 17 Medan. Daerah ini secara fisik telah mengalami perkembangan dengan adanya sarana dan prasarana kota seperti air bersih, kesehatan, pendidikan, penerangan, pabrik-pabrik dan lain-lain. Kelurahan Timbang Deli memiliki 15 lingkungan dan dikepalai oleh seorang lurah.Berdirinya Kelurahan Timbang Deli hingga tahun 1973 secara administrasi merupakan wilayah dari Kecamatan Patumbak, Deli Serdang. Namun, sejak tahun 1974 hingga sekarang ini, secara administrasi menjadi Kelurahan Timbang Deli yang berada dalam wilayah administratif kotamadya Medan.

(25)

aslinya, sekalipun mereka telah memiliki identitas sebagai penduduk di Kelurahan Timbang Deli dan telah lama menetap di Kelurahan ini.

4.2 Sejarah Lokasi

Kelurahan Timbang Deli berdiri sekitar tahun 1950. Pada awalnya Timbang Deli merupakan daerah hutan yang kemudian dibuka oleh masyarakat. Masyarakat yang pertama sekali membuka hutan tersebut adalah masyarakat yang beretnis Melayu. Menurut kisah, Timbang Deli pertama sekali bernama “Sinong Rejo” dalam bahasa Jawa, yang artinya “Senang Makmur” atau “Suka Makmur”. Perubahan nama terjadi dimulai pada tahun 1965, saat itu terjadi konflik tanah didaerah Kecamatan Patumbak. Konflik tanah tersebut terjadi karena tidak adanya batasan kepemilikan tanah yang jelas. Kepemilikan tanah pada waktu itu dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan melemparkan biji pinang. Biji pinang dilempar sejauh mungkin, dimana biji pinang itu jatuh maka secara otomatis tempat jatuhnya biji pinang itu menjadi batas tanah dari orang yang melemparkan biji pinang tersebut dan tanah itu menjadi haknya. Tanah yang telah menjadi hak si pelempar tersebut selanjutnya disebut sebagai “ajuang ambo” dalam bahasa Melayu yang artinya milik saya, ini maksudnya orang tersebut berhak atas kepemilikan tanah tersebut.

(26)

terjadilah konflik yang berlangsung lama dan terjadi kesepakatan diantara mereka. Pada saat perdamaian dilakukan, dicapailah satu kesepakatan berdasarkan musyawarah, yaitudisepakatinya tempat si Gara-gara melemparkan tombak dinamakan Desa Sigara-gara. Lalu tempat melintasnya tombak dinamakan Desa Lantasan, serta tempat jatuhnya tombak dinamakan Desa Patumbak. Sedangkan tempat berlangsungnya perdamaian dinamakan Desa Timbang Deli. Desa Timbang Deli inilah kemudian yang menjadi jantung dari Kelurahan Timbang Deli sekarang. Sejak saat itu, perdamaian mengenai perebutan lahan dan konflik akibat penguasaan tanah seperti dalam cerita tersebut tidak pernah terjadi lagi hingga sekarang ini.

Masyarakat asli Kelurahan Timbang Deli ini adalah masyarakat beretnis Melayu, akan tetapi sekarang ini telah banyak pendatang yang masuk ke daerah Timbang Deli sehingga hampir tidak ada lagi masyarakat yang beretnis Melayu yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli. Masyarakat aslinya lebih banyak berada dan tinggal di daerah Patumbak, sedangkan Kelurahan Timbang Deli lebih banyak ditinggali oleh para pendatang, karena di Kelurahan Timbang Deli banyak terdapat pabrik-pabrik industri. Pendatang umumnya bekerja sebagai buruh industri, hampir 60 % dari mereka menempati ruang di Kelurahan Timbang Deli.

4.3 Keadaan Geografis

(27)

dengan ketinggian banjir antara 10 cm s/d 60 cm, tergantung dengan tingginya curah hujan yang turun pada bulan-bulan tersebut.

Adapun batas wilayah kelurahan Timbang Deli ini adalah sebagai berikut: -Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Amplas/Desa Marindal

-Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Marindal II/Patumbak -Sebelah barat berbatsan dengan Kelurahan Harjosari I dan II -Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bangun Mulia

4.4 Keadaan Demografis

Jarak tempuh dari kantor Pemerintahan Kelurahan ke kantor Pemerintahan Kecamatan sekitar ± 0,5 km. Wilayah Kelurahan Timbang Deli memiliki luas areal 284 Ha dengan rincian areal pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Wilayah Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Dataran 2

2 Rawa-rawa 4

3 Pekarangan 125

4 Perladangan 53

5 Tanah kosong 75,5

6 Tegalan 24,5

Jumlah 284

(28)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan di kelurahan Timbang Deli yang terbesar adalah wilayah penggunaan lahan untuk pekarangan, yaitu 125 Ha.Hal ini membuktikan bahwa sudah banyak masyarakat yang memahami manfaat kegiatan pekarangan sebagai tambahan penghasilan bagi keluarganya, diantaranya menghasilkan berbagai tanaman sayuran, buah-buahan, ternak dan lain sebagainya.Hasil pekarangan ini selain dikonsumsi untuk mereka sendiri, juga mereka jual untuk menambah penghasilan mereka.

4.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Dilihat dari kependudukannya, jumlah penduduk kelurahan Timbang Deli telah mencapai 12.670 jiwa denganjumlah keluarga sebanyak 1.843 Kepala Keluarga, yang terdiri dari 6.375 jiwa laki-laki dan 6.295 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabelberikut ini:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 6375 50,32

2 Perempuan 6295 49,68

Jumlah 12670 100

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

(29)

4.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Timbang Deli ini meliputi: TNI/Polri, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang, petani, pertukangan, buruh tani, karyawan swasta, pensiunan, dan sebagai penarik becak. Adapun data persentase dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Pekerjaan Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 179 9,7

2 TNI/Polri 24 1,3

3 Karyawan swasta 802 43,5

4 Pedagang 68 3,7

5 Petani 31 1,7

6 Pertukangan 66 3,6

7 Buruh tani 67 3,6

8 Pensiunan 97 5,3

9 Penarik Becak 509 27,6

Jumlah 1843 100

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

(30)

4.5 Sarana Kelurahan Timbang Deli

Pembangunan di suatu daerah sangat erat kaitannya dengan adanya fasilitas pendukung yang memudahkan masyarakat dalam melakukan aktivitas, khususnya di kelurahan Timbang Deli. Untuk itu diperlukan adanya fasilitas berupa sarana yang memadai.

4.5.1 Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Kelurahan Timbang Deli memiliki beberapa sarana peribadatan, yaitu gereja yang terdiri dari 8 bangunan dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya, masjid yang terdiri dari 5 bangunan dengan jarak yang cukup berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya, serta sarana ibadah yang lainnya adalah mushola yang terdiri dari 6 bangunan dan tempatnya juga berjauhan antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Sarana Peribadatandi Kelurahan Timbang Deli

No Rumah Ibadah Jumlah (Unit)

1 Gereja 8

2 Masjid 5

3 Mushola 6

Jumlah 19

(31)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah rumah ibadah yang ada di kelurahan Timbang Deli adalah sebanyak 19 unit.Semua sarana peribadatan ini dalam keadaan baik dan aktif digunakan oleh masyarakat Kelurahan Timbang Deli.

4.5.2 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan digunakan sebagai tempat untuk menimba ilmu bagi para generasi muda Indonesia, khususnya yang ada di kelurahan Timbang Deli. Adapun sarana pendidikan yang ada di Kelurahan Timbang Deli dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

Sarana Pendidikan di Kelurahan Timbang Deli

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Unit)

1 SD 6

2 SLTP 1

Jumlah 7

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

(32)

4.5.3 Sarana Kesehatan

Kelurahan Timbang Deli memiliki berbagai sarana kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Timbang Deli antara lain puskesmas yang terdiri dari 1 unit, balai kesehatanibu dan anak terdiri dari 1 unit, klinik 2 unit dan posyandu 13 unit. Selain itu ada juga beberapa praktek swasta di kelurahan Timbang Deli, yaitu praktek dokter terdiri dari 7 unit, dukun sunatan rosul terdiri dari 1 tempat, dukun beranak terdiri dari 1 orang. Untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.6

Sarana Kesehatan di Kelurahan Timbang Deli

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Balai kesehatan Ibu dan anak 1

3 Klinik 2

4 Posyandu 13

5 Praktek swasta (dokter, dukun) 9

Jumlah 26

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

(33)

4.5.4 Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di Kelurahan Timbang Deli sama dengan daerah-daerah lainnya yang ada di Kota Medan, yaitu becak dan angkot yang jumlahnya belum diketahui karena jumlahnya yang tidak menentu, bus kota ada 6 unit dengan merk yang berbeda-beda dan yang terakhir ada bus umum dengan jumlah 173 unit dengan merk yang berbeda-beda juga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Sarana Transportasi di Kelurahan Timbang Deli

No Jenis Transportasi Jumlah

1 Becak Tak tentu

2 Angkot Tak tentu

3 Bus kota 6

4 Bus umum 173

Jumlah 179

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

Berdasarkan tabel diatas maka tidak bisa ditentukan jumlah sarana transportasi yang mendominasi di kelurahan Timbang Deli karena jumlah becak dan angkot yang tidak menentu.

4.5.5 Sarana Perhubungan

(34)

adalah jalan menuju tempat dimana berlangsungnya kegiatan ekonomi. Jalan Protokol yang merupakan jalan utama terdiri dari 1 jalan. Dan jalan menuju Kabupaten yang kebetulan bersebelahan dengan Ibu kota, hanya terdiri dari 1 jalan. Selain jalan-jalan tersebut, sarana perhubungan yang dimiliki kelurahan ini adalah Jembatan, dimana ada 3 jembatan yang sering dilalui oleh masyarakat Kelurahan Timbang Deli.Dan yang terakhir adalah Terminal, dimana ada 1 terminal yaitu terminal sudako 04. Untuk lebih jelasnya dijelaskan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8

Sarana Perhubungan di Kelurahan Timbang Deli

No Jenis Perhubungan Jumlah

1 Jalan desa 6

2 Jalan ekonomi 1

3 Jalan protokol 1

4 Jalan menuju Kabupaten 1

5 Jembatan 3

6 Terminal 1

Jumlah 13

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

4.5.6 Sarana Olahraga

(35)

.Tabel 4.9

Sarana Olahraga di Kelurahan Timbang Deli

No Jenis Sarana Olahraga Jumlah

1 Lapangan sepak bola 1

2 Lapangan voli 3

3 Lapangan bulu tangkis 3

4 Lapangan tenis 2

Jumlah 9

Sumber: Kantor Kelurahan Timbang Deli

Dengan demikian kelurahan Timbang Deli memiliki sarana olahraga berjumlah 9 lapangan dan semua sarana ini dalam keadaan bagus.

4.5.7 Sarana Komunikasi

Sarana komunikasi yang tersedia di kelurahan Timbang Deli adalah telepon umum yang bentuknya adalah wartel.Di Kelurahan ini ada 12 unit wartel yang tersedia untuk digunakan masyarakat umum.

4.5.8 Sarana Keamanan

(36)

4.6 Organisasi Sosial dan Struktur Pemerintahan

Kelurahan Timbang Deli yang berdiri pada tahun 1950, sejak tahun 1947 telah masuk menjadi wilayah bagian administratif kotamadya Medan, dimana sebelumnya berada di wilayah administratif kabupaten Deli Serdang dengan menempati klasifikasi makmur. Kelurahan Timbang Deli kini dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama Azhari, SH, MH. Perangkat Kelurahan ini terdiri dari 6 orang staff, 15 orang kepala lingkungan dan 30 orang hansip.

(37)

BAB V

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya. Dalam hal ini data hasil penelitian diperoleh langsung dari responden, yaitu masyarakat kelurahan Timbang Deli yang mengikuti program Family Development Session (FDS). Responden berjumlah 34 orang. Pemilihan responden ini berdasarkan tingkat kehadiran yang memadai dalam pertemuan kelompok sesuai dengan saran dari pendamping agar diperoleh data/informasi yang representatif. Adapun urutan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan penelitian disaat responden sedang melakukan kegiatan kelompok dengan berkoordinasi bersama pendamping.

b. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan ke lokasi. c. Peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden dan sekaligus menjelaskan

mengenai cara mengisi kuesioner tersebut.

d. Peneliti menjelaskan butir-butir soal yang akan diisi oleh responden sebagai sumber data.

e. Peneliti menarik kembali kuesioner yang telah selesai diisi oleh responden agar dianalisa dan dipersiapkan untuk pengolahan data.

(38)

Pembahasan data dalam penelitian ini dibagi dalam dua sub-bab agar penelitian tersebut tersusun secara sistematis, yaitu:

1. Analisis identitas responden meliputi usia, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan dan jumlah anak dari responden.

2. Analisis data pembahasan dalam 3 indikator meliputi respon kognitif, afektif dan konatif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development

Session (FDS) di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas.

5.1 Analisis Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mengikuti program PKH. Berikut ini adalah karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan berdasarkan usia, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan dan jumlah anak.

5.1.1 Usia

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui usia responden yang termuda adalah 34 tahun dan yang tertua adalah 56 tahun. Data distribusi frekuensi responden berdasarkan usia disajikan dalam tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase(%)

1 31 - 40 tahun 13 38,2

2 41 - 50 tahun 16 47,1

3 51 - 60 tahun 5 14,7

Jumlah 34 100

(39)

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat usia pada tabel diatas menjelaskan bahwa:

- jumlah respondenberusia31–40tahun sebanyak 13 responden (38,2 %) -jumlah respondenberusia41–50tahun sebanyak 16responden (47,1 %) - jumlah respondenberusia 51–60 tahun sebanyak 5responden (14,7 %)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia responden dalam penelitian ini adalah usia berkisar 41-50 tahun, yaitu sebanyak 16 orang dengan persentase 47,1 %.

5.1.2 Agama

Berdasarkan hasil penelitian,diketahui responden dalam penelitian ini beragama Islam, Protestan dan Katolik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Frekuensi Persentase(%)

1 Islam 5 14,7

2 Protestan 26 76,5

3 Katolik 3 8,8

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(40)

demikian dapat disimpulkan bahwa agama responden dalam penelitian ini mayoritasnya adalah yang beragama Protestan, yaitu sebanyak 26 orang dengan persentase 76, 5 %. Kerukunan antar umat beragama tetap terjalin dengan baik dan setiap responden tetap saling menghargai dan menghormati agama lain tanpa diskriminasi.

5.1.3 Suku Bangsa

Berdasarkan hasil penelitian,diketahui suku bangsa responden dalam penelitian ini diantaranya suku Batak, suku Jawa dan suku Melayu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Frekuensi Persentase(%)

1 Batak 29 85,3

2 Jawa 4 11,8

3 Melayu 1 2,9

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(41)

5.1.4 Pendidikan

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini merupakan pendidikan terakhir yang berhasil diselesaikan oleh responden.Adapun distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan ditampilkan pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Pendidikan Frekuensi Persentase(%)

1 SD 7 20,6

2 SMP 8 23,5

3 SMA 19 55,9

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pendidikan terakhir tingkat SD sebanyak 7 orang (20,6 %), tingkat SMP sebanyak 8 orang (23,5 %) dan tingkat SMA sebanyak 19 orang (55,9 %). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik, dilihat dari jumlah responden yang mayoritasnya adalah tamatan SMA.Tingkat pendidikan responden ini juga akan mempengaruhi respon mereka dalam pelaksanaan program tersebut.

5.1.5 Pekerjaan

(42)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan No. Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)

1 Buruh 2 5,9

2 Petani 2 5,9

3 Pedagang 8 23,5

4 Ibu Rumah Tangga 22 64,7

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa responden yang memiliki pekerjaan sebagai buruh berjumlah 2 orang (5,9%), petani berjumlah 2 orang (5,9%), pedagang berjumlah 8 orang (23,5 %) dan ibu rumah tangga berjumlah 22 orang (64,7 %). Dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini mayoritasnya adalah responden sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 22 orang dengan persentase 64,7 %. Hal ini juga mendukung para ibu untuk mengikuti kegiatan kelompok dalam program FDS karena tidak adanya alasan untuk tidak mengikuti kegiatan yang dilangsungkan berhubung tidak ada pekerjaan yang harus selalu dikerjakan di luar.

5.1.6 Jumlah Anak

(43)

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase (%)

1 1 - 3 orang 14 41,2

2 4 – 6 orang 16 47

3 7 – 9 orang 4 11,8

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat jumlah anak pada tabel diatas menjelaskan bahwa:

- jumlahanak responden berkisar 1 sampai 3 orang dimiliki oleh 14 responden (41,2 %)

- jumlah anak responden berkisar 4 sampai 6 orang dimiliki oleh 16 responden (47 %)

- jumlah anak responden berkisar 7 sampai 9 orang dimiliki oleh 4 responden (11,8 %)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini memiliki jumlah anak yang terhitung banyak. Diharapkan setelah mengikuti program FDS para responden bisa merawat dan mendidik anak mereka dengan lebih baik lagi.

5.2 Analisis Kualitatif Responden Dalam Pelaksanaan Program FDS

(44)

respon masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS). Analisa dalampenelitian ini terbagi atas tiga variabel, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Adapun langkah-langkah analisis yang dilakukan antara lain:

a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya. b. Memberi katagori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah

dianalisa serta disimpulkan guna menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.

c. Tabulasi, yaitu menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.

Berikut ini akan dijelaskan analisis kualitatif responden dari setiap variabel.

5.2.1 Respon Kognitif Masyarakat Dalam Program FDS

Kognitif merupakan respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon kognitif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas berdasarkan pada pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan tujuan, manfaat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan program FDS.

(45)

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Tahu 26 76,5

2 Kurang tahu 5 14,7

3 Tidak tahu 3 8,8

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang tahu akan adanya pelaksanaan program ini berjumlah 26 orang (76,5%). Responden yang mengetahui adanya program FDS adalah responden yangrutin menghadiri pengenalan program yang dilakukan oleh fasilitator, yaitu pendamping. Sebanyak 5 orang responden (14,7%) kurang tahu adanya program FDS di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas karena mereka tidak rutin datang dalam sosialisasi program FDS dan 3orang sisa responden (8,8%) tidak tahu mengenai program tersebut disebabkan oleh kesibukan pekerjaan yang membuat mereka tidak dapat mengikuti pengenalan program FDS untuk pertama kalinya.

(46)

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden Mengenai Pemahaman Tujuan Dari Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Tahu 26 76,5

2 Kurang tahu 3 8,8

3 Tidak tahu 5 14,7

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(47)

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Manfaat Yang Dirasakan Dari Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Ya 32 94,1

2 Kadang-kadang 2 5,9

3 Tidak 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(48)

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Informasi Mengenai Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Pendamping 23 67,6

2 Pihak Kelurahan 7 20,6

3 Teman 4 11,8

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(49)

Tabel 5.11

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kesesuaian Kebutuhan Dengan Materi Yang Disampaikan

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Sesuai 24 70,6

2 Belum Sesuai 9 26,5

3 Tidak Sesuai 1 2,9

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

(50)

5.2.2 Respon Afektif Masyarakat Dalam Program FDS

Pengukuran berikutnya yang berkenaan dengan respon masyarakat dalam pelaksanaan program FDSadalah melalui respon afektif masyarakat.Afektif merupakan respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian seseorang terhadap sesuatu. Respon afektif masyarakat dalam pelaksanaan program Family

Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

meliputi penilaian masyarakat saat menjalani program FDS, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini. Peneliti menjabarkan variabel kedalam 6 indikator yang mewakili respon afektif masyarakat dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 5.12

Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Pelaksanaan Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Baik 34 100

2 Kurang baik 0 0

3 Tidak baik 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa seluruh responden yang berjumlah 34 orang menyatakan pelaksanaan program FDS sudah berjalan dengan baik. Hal ini membuktikan program ini memberikan kontribusi yang baik bagi para peserta program.Salah satu responden, Masdiana (50 tahun) memberikan pendapat, “Program ini sangat mendukung dalam kehidupan rumah

tangga Saya dengan terciptanya kerja sama yang baik antara saya sebagai orangtua

(51)

Tabel 5.13

Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Sosialisasi Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Baik 34 100

2 Kurang baik 0 0

3 Tidak baik 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Sosialisasi yang baik akan mendukung penilaian awal masyarakat dalam menerima program ini.Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat dilihat bahwa seluruh responden yang berjumlah 34 orang menyatakan sosialisasi program FDS sudah berjalan dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa pihak-pihak yang terkait dalam program ini menyampaikan informasi dengan baik kepada para peserta.Adapun sosialisasi mengenai program FDS ini disampaikan langsung oleh fasilitator, yaitu pendamping.“Banyak arahan dan manfaat yang baik untuk

(52)

Tabel 5.14

Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Lama Waktu Dalam Pertemuan Kelompok

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Cukup 32 94,1

2 Kurang cukup 2 5,9

3 Tidak cukup 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Lama waktu (durasi) dalam pertemuan kelompok menentukan efektif atau tidaknya pembelajaran antara pendamping dengan peserta program. Adapun lama waktu pembelajaran yang ditentukan dalam setiap pertemuan kelompok adalah 2 jam. Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat 32 orang responden (94,1%) menyatakan bahwa lama waktu dalam pertemuan kelompok sudah cukup. “Saya rasa pertemuan

selama 2 jam sudah cukup karena sudah banyak pembahasan yang dapat

diterangkan oleh pendamping”, jelas salah seorang responden, Romauli (37 tahun).

Selain itu ada 2 orang responden (5,9%) yang menanggapi lama waktu dalam pertemuan kelompok tersebut kurang cukup dan tidak ada responden yang menanggapi lama waktu tidak cukup. Merita (35 tahun) menanggapi, “Banyak

permasalahan dalam keluarga, tentang cara bersikap terhadap sesuatu terkhusus

kepada anak. Saya rasa tidak masalah waktunya ditambah berhubung waktu

pertemuan hanya satu kali dalam sebulan.Dengan begitu banyak permasalahan yang

(53)

Tabel 5.15

Distribusi Frekuensi Penilaian Responden Mengenai Tugas Pendamping

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Sudah baik 34 100

2 Kurang baik 0 0

3 Tidak baik 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Peran fasilitator sangat penting dalam berjalannya suatu program, terkhusus dalam program FDS di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas.Peran pendamping sebagai fasilitator menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan program ini.Berdasarkan tabel 5.15 diatas dijelaskan bahwa seluruh responden yang berjumlah 34 orang menyatakan pendamping sudah menjalankan tugasnya dengan baik.Ibu Delima Sihombing (49 tahun) menerangkan, “Pendamping selalu

menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan selalu tanggap terhadap masalah

(54)

Tabel 5.16

Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Sanksi Bagi Anggota Yang Tidak Hadir

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 28 82,3

2 Kurang setuju 4 11,8

3 Tidak setuju 2 5,9

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjumlah 28 orang (82,3%) setuju dengan diadakannya sanksi bagi anggota yang tidak hadir. “Perlu ada sanksi bagi yang tidak bisa hadir, apalagi tanpa ada alasan

yang jelas.Diharapkan teman-teman bisa lebih rajin lagi datang dalam setiap

pertemuan kelompok”, ujar Sarmauli (42 tahun). Sementara itu ada 4 orang

(55)

Tabel 5.17

Distribusi Frekuensi Tanggapan Responden Mengenai Kelanjutan Program FDS

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Setuju 34 100

2 Kurang setuju 0 0

3 Tidak setuju 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel 5.17 diatas dinyatakan seluruh responden yang berjumlah 34 orang (100%) setuju bila program FDS ini dilanjutkan.Para peserta sebagian besar sudah merasakan manfaat dalam mengikuti program ini. “Jika program ini terus dilanjutkan, maka semakin luas juga pemahaman kami dalam bertindak untuk memahami tingkah laku yang baik dalam keluarga.”, ungkap Sarmauli (20 tahun). Diharapakan dengan berlanjutnya program FDS ini di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas, maka dapat membawa pengaruh yang positif di lingkungan mereka terkhusus bagi keluarga. Jika pola pikir berkembang tentu akan membawa kehidupan mereka lebih maju dari masa sekarang.

5.2.3 Respon Konatif Masyarakat Dalam Program FDS

(56)

mendukung, netral ataupun menolak. Peneliti menjabarkan variabel kedalam 6 indikator yang mewakili respon konatif masyarakat dan diuraikan dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 5.18

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kehadiran Dalam Pertemuan Kelompok

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Selalu 32 94,1

2 Kadang-kadang 2 5,9

3 Tidak pernah 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Tingkat kehadiran para peserta merupakan salah satu bentuk perilaku mereka dalam mendukung program FDS. Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 32 orang (94,1%) selalu hadir dalam setiap pertemuan kelompok. Banyak tanggapan yang diberikan oleh para responden mengenai permasalahan kehadiran ini dan salah satunya tanggapan dari Ibu Tiorasma Panjaitan (44 tahun), “Saya selalu hadir dan selalu tepat waktu di setiap pertemuan

kelompok yang dilaksanakan tiap bulan.Kalau tidak mau didenda, ya hadirlah

selalu”. Sementara itu ada 2 orang responden (5,9%) yang kadang-kadang hadir

(57)

Tabel 5.19

Distribusi Frekuensi Keaktifan Responden Dalam Menanggapi Pertanyaan Dari Pendamping

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Selalu 18 53

2 Kadang-kadang 16 47

3 Tidak pernah 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Dalam hal ini para peserta juga dituntut untuk bisa percaya diri dalam menyampaikan pendapat mereka masing-masing.Hal itu bisa dibuktikan dengan aktifnya peserta dalam menanggapi pernyataan maupun pertanyaan dari pendamping.Berdarkan tabel 5.19 diatas, responden yang selalu aktif dalam menanggapi pertanyaan dari pendamping adalah sebanyak 18 orang (53%).Seperti yang dikutip dari pernyataan Ibu Hotria Sitohang (36 tahun), “Saya aktif kalau

ditanya sama pendamping karena itu kan berdasarkan apa yang Saya alami dalam

keluarga.Arahan yang dikasih pendamping jadi bisa Saya terapkan juga”. Selain itu

ada 16 orang responden (47%) yang kadang-kadang atau jarang menanggapi pertanyaan dari pendamping dan tidak ada responden yang tidak pernah sama sekali menanggapi pertanyaan dari pendamping. Sebagian responden yang hanya terkadang menanggapi pertanyaan dari pendamping adalah mereka yang memiliki masalah dalam rasa percaya diri mereka.“Saya sebenarnya mau menanggapi pertanyaan

pendamping, tapi kadang takut salah.Ya, ga percaya diri”, ungkap Nurhaida (35

(58)

Tabel 5.20

Distribusi Frekuensi Intensitas Responden Dalam Menerapkan Hasil Pembelajaran

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Selalu 20 58,8

2 Kadang-kadang 14 41,2

3 Tidak pernah 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Suatu pembelajaran tentu akan sia-sia bila tidak diterapkan, seperti masyarakat di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas yang mengikuti program FDS. Berdasarkan tabel 5.20 diatas dapat dilihat bahwa belum seluruh responden dapat menerapkan hasil pembelajaran di rumah mereka. Responden yang selalu menerapkannya berjumlah 20 orang (58,8%), responden yang kadang-kadang menerapkannya berjumlah 14 orang (41,2%) dan tidak ada responden yang tidak pernah sama sekali menerapkannya di rumah. Responden yang selalu menerapkan hasil pembelajaran di rumah adalah mereka yang sudah memiliki kesadaran akan pentingnya usaha dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. “Saya punya 3

orang anak dan sikap mereka selalu berubah setiap harinya.Untuk itu Saya akan

giat menerapkan pembelajaran agar anak-anak di rumah jadi mudah diatur”,

(59)

Tabel 5.21

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perubahan Positif Yang Dirasakan

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Ya 18 53

2 Kadang-kadang 16 47

3 Tidak 0 0

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Hasil penerapan pembelajaran tentu akan menghasilkan perubahan yang positif maupun negatif, tergantung pada penerapan yang dilakukan. Berdasarkan tabel 5.21 responden yang selalu merasakan perubahan positif setelah merapkan hasil pembelajaran adalah 18 orang (53%).“Saya menerapkan pembelajaran ini kepada

anak Saya. Sebelumnya dia agak susah diatur, namun Saya coba lebih mengerti

anak Saya dan belakangan ini dia jadi selalu tepat waktu pulang sekolah langsung

ke rumah. Ya, positif lah perubahannya”, jelas Ibu Ariyati (43 tahun). Di sisi lain

terdapat 16 orang responden (47%) yang kadang-kadang merasakan perubahan positif dan tidak ada responden yang tidak pernah sama sekali merasakan perubahan positif setelah menerapkan pembelajaran terhadap keluarganya. Ibu Linda Silalahi (45 tahun) mengungkapkan, “Penerapan yang saya lakukan dalam keluarga, tidak

semuanya dapat berjalan dengan baik.Jadi Saya belum merasakan perubahan positif

yang sepenuhnya”.Untuk memperoleh perubahan yang positif tentunya harus

(60)

Tabel 5.22

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemahaman Menjadi Orangtua Yang Lebih Baik

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Ya paham 25 73,5

2 Kurang paham 8 23,5

3 Tidak paham 1 3

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Setiap orangtua belum tentu paham menjadi orangtua yang baik bagi anaknya. Oleh sebab itu indikator ini juga menentukan apakah program FDS ini berhasil mengubah pola pikir dan perilaku peserta untuk bisa menjadi orangtua yang lebih baik. Berdasarkan tabel 5.22 diatas, 25 orang responden (73,5%) menyatakan sudah paham bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik. “Pendamping memberikan

materi pembelajaran yang baik dengan memberikan tips-tips bagaimana cara

mendidik anak yang benar sehingga Saya dan anak Saya bisa saling menunjukkan

perasaan kasih sayang”, ujar Ibu Linda Silalahi (45 tahun). Peneliti juga melihat

pendamping memberikan penjelasan yang sangat mudah dimengerti bagi para ibu peserta dengan menyertakan film pendek sebagai contoh kasus.

(61)

Tabel 5.23

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepercayaan Diri Dalam Penerapan Pembelajaran

No. Kategori Frekuensi Persentase(%)

1 Ya 25 73,5

2 Kadang-kadang 8 23,5

3 Tidak 1 3

Jumlah 34 100

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel 5.23 sebagian besar responden sudah merasakan kepercayaan diri dalam menerapkan materi pembelajaran, yaitu 25 orang responden (73,5%). Ibu Masdiana Harianja (50 tahun) mengungkapkan, “Saya ingin

menerapkan materi ini di dalam kehidupan keluarga Saya agar menjadi keluarga

yang bahagia, maka Saya harus percaya pada diri Saya untuk mampu

menerapkannya bersama dengan keluarga”. Responden yang kadang-kadang merasa

percaya diri berjumlah 8 orang (23,5%) dan responden yang tidak merasa percaya diri berjumlah 1 orang (3%). Adapun alasan para responden yang belum bahkan tidak percaya diri diantaranya karena kurangnya pemahaman tentang materi yang disampaikan, sehingga sulit menerapkannya dalam keluarga.“Saya sulit memahami

perilaku anak-anak Saya dan Saya kurang sejalan (kurang sependapat) dengan

suami Saya sehingga Saya tidak percaya diri”. Dukungan dari anggota keluarga,

(62)

5.3 Analisis Kuantitatif Responden Dalam Pelaksanaan Program FDS

Respon masyarakat di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas dalam pelaksanaan program FDS telah dianalisis, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:

1. Skor negatif adalah -1 2. Skor netral adalah 0 3. Skor positif adalah 1

Untuk menarik kesimpulan respon kognitif, afektif dan konatif dari responden, maka terlebih dahulu harus dicari nilai rata-rata dari ketiga variabel tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua nilai yang diperoleh responden dari semua indikator, dimana masing-masing indikator tersebut diwakili oleh sejumlah pertanyaan kuesioner. Setelah jumlah keseluruhan nilai sudah diperoleh, maka keseluruhan nilai tersebut dibagi dengan jumlah indikator (unsur variabel) kemudian hasil pembagian tersebut dibagi dengan jumlah responden penelitian. Berikut akan dijabarkan hasil skor dari setiap variabel.

5.3.1 Respon Kognitif Masyarakat Dalam Program FDS

Pemberian skor variabel kognitif dalam pelaksanaan program FDS ini merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel kognitif(�1)

merupakan hasil penjumlahan Σ skor variabel kognitif dibagi hasil jumlah sub variabel dan dikalikan dengan jumlah responden. Jumlah sub variabel kognitif ada 5 sub variabel. Dengan demikian skor rata-rata (�1)= Σ skor variabel : ( 5 x 34 ).

(63)

positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah respon kognitif positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert sebagai berikut:

(�1) = ����� ℎ�����������Σ����� ℎ���������

(�1) = 118 5 � 34

(�1) = 118 170

(�1) = 0,69

Keterangan :

Σ (penjumlahan skor kognitif) = 118

Jumlah sub variabel kognitif = 5

Jumlah responden = 34

Hasil skor variabel kognitif (�1) = 0,69

Dengan demikian Respon Kognitif dinyatakan POSITIF dengan perolehan nilai 0,69 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1,00

(64)

5.3.2 Respon Afektif Masyarakat Dalam Program FDS

Pemberian skor variabel afektif dalam pelaksanaan program FDS ini merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel afektif(�2)

merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel afektif dibagi hasil jumlah sub variabel dan dikalikan dengan jumlah responden. Jumlah sub variabel afektif ada 6 sub variabel. Dengan demikian skor rata-rata (�2)= Σ skor variabel : ( 6x 34 ).

Untuk mengetahui apakah respon afektif masyarakat tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah respon afektif positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert sebagai berikut:

(�2) = ����� ℎ�����������Σ����� ℎ���������

(�2) = 194 6 � 34

(�2) = 194

204

(�2) = 0,95

Keterangan :

Σ (hasil rata-rata skor afektif) = 194

Jumlah sub variabel afektif = 6

Jumlah responden = 34

(65)

Dengan demikian Respon Afektif dinyatakan POSITIF dengan perolehan nilai 0,95 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1,00

Berdasarkan hasil skala likert tesebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki respon afektifyang positif saat menjalani program FDS dan dapat disimpulkan bahwa masyarakat di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas masyarakat menerima program ini dilaksanakan.

5.3.3 Respon Konatif Masyarakat Dalam Program FDS

Pemberian skor variabel konatif dalam pelaksanaan program FDS ini merupakan variabel ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel konatif (�3)

merupakan hasil rata-rata Σ skor variabel konatif dibagi hasil jumlah sub variabel dan dikalikan dengan jumlah responden. Jumlah sub variabel konatif ada 6 sub variabel. Dengan demikian skor rata-rata (�3)= Σ skor variabel : ( 6x 34 ).

Untuk mengetahui apakah respon konatif masyarakat tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa dengan memberikan nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.

Hasil akhir dapat dilihat apakah respon konatif positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut:

(�3) = ����� ℎ�����������Σ����� ℎ���������

(�3) = 136 6 � 34

(�3) = 136

204

(66)

Keterangan :

Σ (hasil rata-rata skor konatif) = 136

Jumlah sub variabel konatif = 6

Jumlah responden = 34

Hasil skor variabel konatif (�3) = 0,66

Dengan demikian Respon Konatif dinyatakan POSITIF dengan perolehan nilai 0,66 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1,00

Berdasarkan hasil skala likert tesebut dapat disimpulkan bahwa responden memiliki respon konatifyang positif dengan menunjukkan perilaku yang baik saat menjalani program FDS dan dapat disimpulkan bahwa masyarakat di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas masyarakat mendukung program ini untuk terus dilanjutkan..

5.3.4 Hasil Analisis Data Kuantitatif Responden

(67)

Tabel 5.24

Rekapitulasi Hasil Respon Masyarakat Dalam Program FDS

No. Respon Hasil Keterangan

1 Kognitif 0,69 Positif

2 Afektif 0,95 Positif

3 Konatif 0,66 Positif

Sumber: Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil di atas, maka dapat diperoleh hasil respon masyarakat dalam pelaksanaaan program Family Development Session (FDS) di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas dengan menjumlahkan seluruh hasil analisis dari ketiga variabel respon lalu dibagi dengan banyak kelas. Dengan demikian dijelaskan bahwa hasil kognitif + hasil afektif + hasil konatif dibagi dengan banyak kelas, yaitu:

��+ ��+ �� �

=

�,�� + �,�� + �,��

=

�,� �

= 0,76

(68)

BAB VI

PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat dalam bab ini merupakan hasil yang dicapai dari analisis data mengenai respon masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development

Session (FDS). Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang yang mewakili

seluruh peserta program FDS di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa respon masyarakat dalam pelaksanaan program FDS dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu:

1. Respon Kognitif

Diketahui bahwa respon masyarakat di kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas memiliki kognitif yang positif dengan nilai 0,69. Pengukuran respon kognitif dilihat berdasarkan pada pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan tujuan, manfaat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan program FDS.

2. Respon Afektif

(69)

3. Respon Konatif

Analisa data menunjukan responden memiliki konatif yang positif dengan nilai 0,66. Pengukuran respon konatif masyarakat dilihat dari perilaku masyarakat dalam menerima program FDS, apakah mendukung netral ataupun menolak.

Dengan demikian hasil dari pengukuran Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, dapat dilihat dari nilai rata-rata respon masyarakatnya adalah positif dengan nilai 0,73 (berada diantara 0,33 sampai dengan 1,00)

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa program FDS yang diberikan kepada masyarakat sebagai peserta program FDS bertujuan untuk mengubah pola pikir keluarga menjadi lebih maju dan mereka bisa meningkatkan kapasitas diri mereka untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarganya. Hal ini sudah tercapai dengan baik dilihat dari respon positif para responden dalam mengikuti pelaksanaan program yang disampaikan oleh fasilitator.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, penulis mengajukan saran yang kiranya dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang membutuhkannya antara lain:

(70)
(71)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon berasal dari kata response yang berarti tanggapan atau balasan.Respon merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menyebutkan reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indera. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul respon positif dan negatif. Respon positif, yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, sedangkan respon negatif, yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000: 23).

Secara teoritis respon adalah sikap atau perilaku seseorang dalam proses

komunikasi ketika menerima suatu pesan yang ditujukan padanya. Respon yang

(72)

Setelah masyarakat mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan masyarakat untuk mengubah sikap (Effendy, 2003: 254).

Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu: 1. Diri orang yang bersangkutan, apalagi seseorang melihat dan berusaha

memberikan interprestasi tentang apayang dilihatnya dan dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, melihat penyaluran dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut, sasaran itu berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.

3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara karteksual yang berarti situasi dimana respon itu timbul, perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang (Hamijoyo, 2002:46).

Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Kognitif

(73)

b. Afektif

Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu.Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.

c. Konatif

Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan.Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar (Hasan, 2012).

Dari uraian tentang konsep respon diatas, maka peneliti akan melihat, mengamati, mencari informasi dan mencoba mengungkapkan bagaimana respon masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas yang mencakup 3 hal, yaitu kognitif, afektif dan konatif.

2.2. Teori Belajar Behavioristik

(74)

semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman (Wikipedia, 2015).

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Dalam hal ini, para pendamping memberikan gambaran tentang pentingnya kegiatan pembelajaran melalui program FDS dan juga memberikan motivasi dalam setiap pertemuan, sehingga akan menimbulkan kesadaraan tersendiri dari masyarakat miskin tentang pentingnya mengikuti kegiatan yang sudah terjadwalkan tersebut.

Stimulus adalah apa saja yang diberikan pengajar kepada pelajar, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh pengajar tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan ole (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Kegiatan pendampingan Family Development Session (FDS) ini dapat dilihat dari perubahan perilaku peserta yang semakin berinisiatif secara mandiri untuk mengikuti program pendampingan tersebut. Kondisi ini bisa dilihat dari semakin menurunnya/meningkatnya jumlah peserta dalam setiap pertemuan.

(75)

(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat (Wikipedia, 2015). Hal tersebut terbukti dari tingkat kepercayaan diri para peserta kegiatan Family

Development Session (FDS) semakin meningkat. Peserta yang sebelumnya hanya

pasif, pemalu, dan merasa kurang percaya diri, bisa berubah menjadi pribadi yang lebih berani mengutarakan pendapat, lebih percaya diri dalam bermasyarakat dan lebih aktif dalam bertanya jawab, baik dengan kelompoknya maupun dengan masyarakat sekitar.

2.3 Masyarakat

2.3.1 Pengertian Masyarakat

Kata masyarakat berasal dari dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah (Soekanto, 2007: 22).

2.3.2 Golongan Masyarakat

Masyarakat dibagi dalam 3 golongan, yaitu: a. Masyarakat Tradisional

(76)

dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.

b. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia, pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

c. Masyarakat Transisi

Gambar

Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa jarak rumah dari sumber bising berhubungan dengan tekanan darah pada Masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas

Gangguan Tidur pada klien diabetes melitus di Kelurahan Harjosari Lingkungan VII. Kecamatan

Begitu juga dengan kebutuhan pendidikan, keluarga sangat miskin tidak dapat.. memenuhi

Berdasarkan hasil penelitian Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Family Development Session pada Program Keluarga Harapan di Desa Manang Kecamatan

Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui bahwa 9 dari 10 sampel makanan jajanan (90%) yang dijajakan di sekitar Sekolah Dasar (SD) Negeri Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEJAHTERAAN SOSIAL OLEH LEMBAGA PELAYANAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT INDONESIA DI KELURAHAN MABAR HILIR.. KECAMATAN

Merujuk pada pedoman diklat Family Development Session 2015, diklat Family Development Session atau disingkat dengan kata FDS adalah salah satu diklat di BBPPKS

The author aims to explore how the Local Community Development Model through the empowerment of the Family Development Session FDS group is not only able to improve women's skills but,