• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya-Upaya yang Sebaiknya Dilakukan oleh Pengelola WWCN Untuk Meningkatkan Pelayanan dan Pengembangan Objek Wisata

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.4. Upaya-Upaya yang Sebaiknya Dilakukan oleh Pengelola WWCN Untuk Meningkatkan Pelayanan dan Pengembangan Objek Wisata

yang Dimilikinya.

Salah satu faktor yang dapat mempertahankan keberadaan suatu objek wisata adalah pengunjung. Pengelola WWCN perlu melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan pelayanan serta pengembangan dari objek wisata yang dimilikinya supaya jumlah pengunjung yang datang ke WWCN semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah pengunjung maka pendapatan bagi perusahaan pun akan semakin bertambah. Disamping itu, upaya ini perlu dilakukan supaya WWCN dapat bersaing dengan objek wana wisata lainnya, terutama dengan Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) yang merupakan pesaing utama WWCN.

WWCC merupakan salah satu objek wana wisata yang berada di kota Bogor, tepatnya berada di Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Objek WWCC ini memiliki daya tarik yang cukup tinggi, diantaranya air terjun, daerah aliran sungai, hutan pinus, dan objek wisata buatan ( Taman Anggrek, Taman Kupu-Kupu, dan Wisma Peristirahatan), serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pengelola WWCN untuk dapat meningkatkan pelayanan dan pengembangan agar dapat bersaing dengan WWCC, antara lain:

1). Menjaga keindahan dan kelestarian sumber daya alam.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar tujuan pengunjung yang datang ke WWCN adalah untuk menikmati keindahan alam (59.09%). Hal ini merupakan alasan yang wajar karena WWCN merupakan salah satu objek wana wisata di Kabupaten Bogor yang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut berupa daya tarik, seperti pemandangan alam yang indah, adanya objek wisata curug, area bumi perkemahan, tegakan pinus, kegiatan-kegiatan wisata dan sarana dan prasarana yang cukup lengkap.

Upaya yang dapat dilakukan pengelola untuk tetap menjaga kelestarian dan keindahan alam adalah dengan cara menjaga kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan harus selalu diperhatikan supaya

83

kenyamanan pengunjung tidak terganggu. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah tempat-tempat sampah di tempat yang ramai dikunjungi pengunjung serta petugas kebersihan membersihkan lokasi setiap hari.

Selain itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi vendalisme atau

corat-coret di sembarang tempat karena hal ini dapat merusak keindahan lingkungan.

2). Meningkatkan kegiatan promosi

Pengelola WWCN perlu melakukan kegiatan promosi baik promosi melalui media cetak maupun media elektronik agar WWCN dapat dikenal secara meluas. Berdasarkan hasil penelitian, yang paling mempengaruhi konsumen dalam memutuskan melakukan kunjungan ke WWCN adalah teman (49.09%). Dari data ini dapat dilihat bahwa cara promosi melalui

word of mouth adalah salah satu cara yang efektif. Pengelola dapat melakukan upaya dalam mempromosikan WWCN dengan cara memberikan menitipkan brosur atau leaflet yang berisi informasi lengkap tentang objek WWCN kepada pengunjung. Dengan cara ini diharapkan pengunjung yang datang akan menginformasikan WWCN kepada temannya sehingga mereka akan tertarik untuk berkunjung.

Hasil penelitian juga menunjukkan hanya sebagian kecil pengunjung yang mengetahui WWCN dari media elektronik (5%), media massa (5%), dan papan reklame (1%). Jika dibandingkan dengan Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) yang merupakan objek wisata saingannya, WWCN masih perlu melakukan promosi secara lebih meluas. Gunarya (2004) menyatakan dari hasil penelitiannya, selama ini WWCC telah melakukan promosi dengan jangkauan informasi yang cukup luas, yaitu dengan peliputan yang dilakukan stasiun televisi seperti SCTV, TPI, Trans TV, dan RCTI. Selain itu, media cetak nasional seperti Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, serta media cetak lokal seperti Radar Bogor pernah meliput daya tarik dan keindahan Curug Cilember. Hal yang sama sebaiknya dilakukan juga oleh WWCN supaya masyarakat yang mengetahui keberadaan WWCN semakin meluas.

3). Menambah fasilitas dan kegiatan wisata yang lebih bervariasi terutama pada objek air

Pengelola WWCN perlu melakukan upaya untuk dapat

meningkatkan pelayanan kepada pengunjung sehingga mereka merasa puas setelah berkunjung ke WWCN. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pengunjung yang datang ke WWCN menyenangi kegiatan permainan air. Oleh karena itu, pengelola sebagai pemasar sebaiknya memperhatikan kegiatan permainan air misalnya disediakannya perahu, rakit atau kegiatan memancing.

Hasil penelitian diketahui bahwa salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung WWCN adalah variabel daya tarik berupa kegiatan wisata. Pengelola dapat melakukan upaya untuk dapat meningkatkan kepuasan pengunjung dengan cara menambah kegiatan wisata yang lebih bervariasi pada objek WWCN yang didukung dengan adanya fasilitas yang dapat menunjang kegiatan wisata tersebut. Pada objek wisata WWCC yang merupakan saingan dari WWCN terdapat objek wisata buatan seperti taman anggrek dan tempat penangkaran kupu-kupu. Hal ini sebaiknya menjadi pertimbangan bagi pengelola WWCN untuk lebih meningkatkan daya tarik objeknya dengan menambah fasilitas untuk kegiatan wisata yang sejenis seperti halnya WWCC, misalnya dengan membuat taman buatan seperti taman anggrek juga adanya tempat penangkaran burung atau kupu-kupu.

4). Memperbaiki aksesabilitas untuk menuju lokasi WWCN

Salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan pengunjung untuk

datang ke suatu objek wisata adalah aksesabilitas untuk menuju lokasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, aksesabilitas merupakan salah satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kepuasan pengunjung. Oleh karena itu pengelola sebaiknya melakukan beberapa upaya diantaranya memperbaiki jalan atau akses untuk menuju lokasi objek wisata WWCN dan menyediakan peta atau rute di dalam area wisata tersebut.

85

5). Kebijakan Untuk Meningkatkan Harga Tiket

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pengunjung WWCN tidak terpengaruh terhadap kenaikan tiket untuk memasuki WWCN. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan pengunjung yang sebagian besar akan tetap berkunjung ke WWCN walaupun harga tiket naik (84.55%). Berdasarkan hal tersebut, berarti WWCN dapat melakukan kebijakan untuk meningkatkan harga tiket.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran harga yang dapat dilakukan oleh pengelola berkisar antara Rp3000- Rp3500. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari pengelola WWCN, jumlah rata-rata pengunjung perbulan pada tahun 2005 sebanyak 7305 orang. Maka alokasi dana jika diambil dari rata-rata jumlah pengunjung per bulan adalah sebesar 7305 x Rp500 = Rp3.652.500. Dengan tambahan pendapatan ini, pengelola dapat melakukan upaya untuk dapat meningkatkan jumlah pengunjung, diantaranya menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan seperti perahu angsa atau fasilitas untuk kegiatan memancing yang dapat menunjang kegiatan wisata air. Selain itu pengelola dapat meningkatkan promosi melalui pembuatan leaflet atau brosur juga promosi melaui media cetak maupun elektronik, meningkatkan aksesabilitas dengan memperbaiki jalan dan penyediaan peta atau rute di dalam area wisata.

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari pengunjung Wana Wisata Curug Nangka berjenis kelamin laki-laki (70.91%) dengan usia yang cukup merata berkisar antara 15 tahun hingga 24 tahun (44.55%). Daerah asal kedatangan pengunjung WWCN mayoritas datang dari Jakarta (49.09%) dan Bogor (35.45%). Tingkat pendidikan terakhir dari pengunjung sebagian besar adalah lulusan SMU/SMK (41.82%). Pengunjung sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (39.09%) dan pendapatan terbanyak pengunjung (63.64%) berkisar antara Rp500.000 - Rp2.350.000 per bulan.

Berdasarkan analisis diketahui bahwa proses pengambilan keputusan konsumen terhadap WWCN dimulai dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Tujuan utama berkunjung ke WWCN adalah untuk menikmati keindahan alam (59.09%). Sumber informasi konsumen didapatkan melalui teman (87.27%). Pertimbangan utama konsumen dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi adalah dari keindahan alam (53.64%). Wana Wisata Curug Nangka dijadikan prioritas pengunjung jika dihadapkan pada berbagai pilihan objek wisata (54.55%). Hal yang membuat konsumen pertama kali memutuskan berkunjung ke WWCN adalah karena lokasinya yang mudah didapat (47.27%) dan mereka merencanakan sebelumnya untuk melakukan kunjungan (58.18%). Media yang paling mempengaruhi konsumen untuk berkunjung adalah teman (49.09%). Sebagian besar dari konsumen telah mengunjungi WWCN lebih dari satu kali (60%) dan biaya yang mereka habiskan selama berkunjung berkisar Rp 50.000-Rp 100.000 (29.09%). Curug (air terjun) merupakan objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen (89.09%) dan berenang dan bermain air merupakan kegiatan yang paling banyak digemari (35.45%). Sebagian besar dari konsumen menyatakan puas setelah berkunjung ke WWCN (60%) dan mereka tidak terpengaruh

87

dengan adanya kenaikan tiket dimana akan tetap berkunjung ke WWCN walaupun harga tiket naik (84.55%).

Dari hasil analisis faktor terbentuk enam faktor preferensi konsumen terhadap WWCN yaitu faktor fasilitas alam, faktor pengelolaan dan pelayanan, faktor aksesabilitas, faktor motivasi wisata, faktor daya tarik wisata. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap tingkat kepuasan terdiri dari faktor aksesabilitas, faktor motivasi wisata, faktor daya tarik wisata, dan asal kedatangan.

2. Saran

1). Mengingat keindahan alam merupakan tujuan utama berkunjung ke WWCN, maka pengelola WWCN sebagai pemasar sebaiknya tetap menjaga kelestarian dan keindahan alam yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan kebersihan lingkungan dan mengurangi

vendalisme atau tindakan-tindakan yang dapat merusak lingkungan. 2). Berdasarkan hasil penelitian, informasi yang diperoleh pengunjung dalam

pengambilan keputusan untuk berkunjung ke WWCN berasal dari teman yang pernah berkunjung, maka pengelola WWCN dapat melakukan promosi dengan cara menitipkan brosur atau leaflet yang berisi informasi lengkap tentang objek WWCN kepada pengunjung. Dengan cara ini diharapkan pengunjung yang datang akan menginformasikan WWCN kepada temannya sehingga mereka akan tertarik untuk berkunjung.

3). Analisis terhadap proses pembelian konsumen terhadap jasa WWCN menyatakan bahwa kegiatan yang paling banyak disukai pengunjung adalah berenang dan bermain air, maka pengelola WWCN sebagai pemasar sebaiknya memperhatikan kegiatan permainan air misalnya disediakan perahu angsa atau kegiatan memancing. Selain itu untuk lebih menarik minat pengunjung sebaiknya pengelola WWCN menyediakan fasilitas untuk permainan anak.

4). Mengingat faktor aksesabilitas berpengaruh nyata terhadap tingkat kepuasan pengunjung, maka pengelola WWCN disarankan untuk memperbaiki jalan atau akses untuk menuju lokasi objek wisata WWCN dan menyediakan peta atau rute di dalam area wisata tersebut.

5). Pengelola WWCN dapat melakukan kebijakan untuk meningkatkan harga tiket disertai dengan peningkatan pelayanan terhadap pengunjung melalui peningkatan fasilitas untuk kegiatan rekreasi, memperbaiki sarana prasarana yang kurang layak dan meningkatkan promosi objek WWCN. Peningkatan harga yang masih dapat dilakukan oleh pengelola berada pada kisaran antara Rp3000 – Rp3500.