• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN

PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP

WANA WISATA CURUG NANGKA KPH BOGOR

PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

Oleh

NURDIANTI RAHAYU

H24102053

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Konsumen terhadap Wana Wisata Curug Nangka, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Di bawah bimbingan Mimin Aminah

Penelitian ini menganalisis tentang Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen terhadap Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) yang dilakukan di Wana Wisata Curug Nangka (WWCN), berlokasi di Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dan dilakukan selama tiga bulan dari April hingga Juni 2006. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi WWCN, (2) Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian terhadap jasa wisata WWCN, (3) Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut WWCN, (4) Merumuskan upaya-upaya apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola WWCN dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangkan objek wisata yang dimilikinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 110 responden. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif, Analisis Faktor dan Regresi Logistik Ordinal. Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel, program SPSS versi 11.5 for Windows, dan Minitab 14.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar pengunjung WWCN berjenis kelamin laki-laki (70.91%) dengan usia berkisar antara 15 tahun hingga 24 tahun (44.55%). Daerah asal kedatangan pengunjung WWCN mayoritas datang dari Jakarta (49.09%) dan Bogor (35.45%). Tingkat pendidikan terakhir pengunjung sebagian besar adalah lulusan SMU/SMK (41.82%). Pengunjung sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta (39.09%), dengan pendapatan terbanyak berada pada level B atau kelas menengah bawah (63.64%) yaitu pendapatan yang berkisar antara Rp500.000 hingga Rp2.350.000 per bulan.

Berdasarkan analisis diketahui bahwa proses pengambilan keputusan konsumen terhadap WWCN dimulai dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pasca pembelian. Tujuan utama berkunjung ke WWCN adalah untuk menikmati keindahan alam. Manfaat utama yang dicari konsumen adalah hiburan. Sumber informasi konsumen mengenai WWCN didapatkan melalui teman. Suasana yang segar dan santai merupakan fokus perhatian utama konsumen pada saat mengetahui promosi tentang WWCN. Pertimbangan utama konsumen dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi adalah dari keindahan alam. Hal yang membuat konsumen pertama kali memutuskan berkunjung ke WWCN adalah karena lokasinya yang mudah didapat dan mereka merencanakan sebelumnya untuk melakukan kunjungan. Media yang paling mempengaruhi konsumen untuk berkunjung adalah teman. Pengaruh teman sangat terasa karena sebagian besar konsumen datang ke WWCN bersama temannya. Sebagian besar dari konsumen telah mengunjungi WWCN lebih dari satu kali dan biaya yang mereka habiskan selama berkunjung berkisar Rp50.000 sampai dengan Rp100.000. Curug (air terjun) merupakan objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen dan berenang dan bermain air merupakan kegiatan yang paling banyak digemari. Sebagian besar dari konsumen menyukai objek wisata dan menyatakan puas setelah berkunjung ke WWCN serta berniat untuk berkunjung kembali.

(3)

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP

WANA WISATA CURUG NANGKA KPH BOGOR

PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

NURDIANTI RAHAYU

H24102053

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan

barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya

pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang

yang bersyukur.

(QS. Ali Imran 145)

Karya kecil ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kusayangi:

Ayahanda Dadi Sutadi Iskandar, Ibunda Yayah Setiasih,

Teh Epi, Kang Ridwan, A’ Adi, Teh Ima, Mas Rahmat, Tasya dan

(5)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 12 Februari

1984 dari pasangan Bapak Dadi Sutadi Iskandar dan Ibu

Yayah Setiasih sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di TK Rantai Sari Sagalaherang

pada tahun 1990-1991, kemudian melanjutkan pendidikan di

SDN Sagalaherang III (tamat tahun 1996), SLTP Negeri 1

Panawangan (tamat tahun 1999), lalu ke SMU Negeri 1 Ciamis (tamat tahun

2002). Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan

akademik dan organisasi kemahasiswaan. Dalam kegiatan akademik, penulis

mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa yang diselenggarakan dan dibiayai oleh

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Penulis aktif dalam kepengurusan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai

staff Administrasi Kesekretariatan dan Keuangan (AK2) periode 2003/2004.

Selain itu, penulis berpartisipasi dalam beberapa kepanitiaan acara seperti pada

seminar dan dialog interaktif Manajemen Syariah dalam Praktek, Income 2003

(Interaction among the Community of Management Departement) serta kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM FEM IPB seperti panitia Kompetisi

Ekonomi SMU se-Jawa dan Bali pada acara Dies Natalis III FEM. Penulis juga

aktif dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan seminar, seperi Marketing Touch, seminar Bisnis, seminar Pasar Uang dan Pasar Modal, The Agro Estate Expo 2003 Centre of Management (Com@), SPSS Training for Management dan pelatihan aplikasi multivariate menggunakan SPSS yang diselenggarakan oleh program

softskill Departemen Manajemen, dan lain-lain.

(6)

iv

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah AWT, karena atas

curahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen

Terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa

Barat dan Banten.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dengan

setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga selesainya

penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Ibu Ir Mimin Aminah, MM (The most important person in making this scription..) sebagai dosen pembimbing, terimakasih telah memberikan arahan, bimbingan, nasihat, serta wawasan ilmu yang begitu berharga

kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, MSc dan ibu Erlin Trisyulianti, S.TP.,

M.Si sebagai dosen penguji pada ujian sidang skripsi. Terimakasih atas

segala masukan dan arahannya kepada penulis.

3. Ayahanda Dadi Sutadi Iskandar dan Ibunda Yayah Setiasih yang tiada

henti-hentinya memberikan doa, dukungan dan kasih sayang yang selalu

tercurah kepada penulis. Terimakasih atas segala pemberian dan

pengorbanan selama penulis menyelesaikan studi di IPB. Terimakasih juga

untuk Teh Epi, Kang Ridwan, A’Adi, Teh Ima, Tasya dan Dede Ayyasy

yang senantiasa memberikan do’a, nasihat, bantuan dan dukungan kepada

penulis.

4. Mas Rahmat..terimakasih atas doa, dukungan, bantuan, kasih sayang, dan

segala perhatian yang selalu tercurah kepada penulis. You make my life more beautiful.. Thanks for everything.. Juga buat ibu terimakasih atas do’a dan nasihatnya.

5. Teman-teman seperjungan, anet, ap, uthe dan uthie. Terimakasih buat

dukungan,do’a dan kerjasamanya. Semoga apa yang telah kita lalui akan

(7)

v

Untuk teman-teman dekatku, anggi, isyana, widya, eko, yulis, dian, eko,

aang, yushinta, lusi. Terimakasih atas semua kebaikannya.

6. Kemuning’s crew: nawang dan tionya, belen, ima, fitri, adik baruku ‘mimi cilik’, yani, nia, teh mpop, teh iar, maya, wini the pooh, the ade dan yang lainnya. Terimakasih buat kebersamaan dan dukungannya. (jangan lupa

passwordnya ya..!)

7. Pengelola Wana Wisata Curug Nangka, Mas Yusuf, Mas Ervan, Mas

Riswan, Mba Sri, Pak Wendi, Pak Edi, Pak Ece, Pak Agus, dan Pak

Rahmat. Terimakasih atas segala informasi dan pemberian data yang

dibutuhkan oleh penulis. Terimakasih juga kepada bapak Kepala Desa

Sukajadi dan bapak Ketua RT Sukajadi atas kesediaannnya untuk

diwawancara oleh penulis.

8. Semua teman-teman Manajemen ’39 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu. Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakkannya selama

empat tahun di bangku kuliah.

9. Seluruh dosen dan staf TU Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Manajemen IPB. Untuk Mas Dedi terimakasih atas saran, masukan

traktiran dan izinnya untuk menggunakan komputer di lab kom. Juga buat

Mas Eko terimakasih atas saran-sarannya dan mas da’a buat terimakasih

traktiran seminarnya.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga semua amal kebaikannya mendapat ridho dan pahala dari Allah

SWT. Amiin..

Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadikannya

lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amiin.

Bogor, Agustus 2006

(8)

vi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen ... 8

(9)

vii

4.1.1. Sejarah Wana Wisata Curug Nangka ... 44

4.1.2. Letak dan Luas ... 44

4.1.3. Kondisi Biologis ... 45

4.1.4. Objek dan Kegiatan Wisata ... 45

4.1.5. Pengelolaan dan Struktur Organisasi ... 46

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.2.1. Jenis Kelamin ... 47

4.2.2. Usia ... 47

4.2.3. Status Pernikahan ... 49

4.2.4. Asal Kedatangan ... 49

4.2.5. Pendidikan Terakhir ... 50

4.2.6. Pekerjaan ... 51

4.2.7. Pendapatan ... 52

4.3. Analisis Proses Pengambilan Keputusan Konsumen ... 54

4.3.1. Pengenalan Kebutuhan ... 54

4.3.2. Pencarian Informasi ... 56

4.3.3. Evaluasi Alternatif ... 57

4.3.4. Pembelian ... 59

4.3.5. Evaluasi Pasca Pembelian ... 65

4.4. Analisis Variabel Wisata yang Mempengaruhi Preferensi Pengunjung ... 69

4.5. Analisis Variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan ... 77

4.6. Upaya-Upaya Dalam Meningkatkan Pelayanan dan Pengembangan Objek Wisata WWCN ... 82

KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

1. Kesimpulan ... 86

2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(10)

viii

No. Halaman

1. Data kunjungan wisatawan ke Wana Wisata

di Kabupaten Bogor tahun 2000-2005 ... 2

(11)

ix

No. Halaman

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian ... 8

2. Model pemrosesan kognitif pengambilan keputusan konsumen... 11

3. Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan konsumen... 12

4. Komponen dasar proses evaluasi alternatif ... 15

5. Alus kerangka pemikiran penelitian ... 26

(12)

x

2. Uji validitas dan reliabilitas ... 92

3. Anti Image Matriks ... 95

4. Total Variance Explained ... 97

5. Communalities ... 98

6. Component Matrix ... 99

7. Rotated Component Matrix ... 100

8. Score Factor ... 101

9. Ordinal Logistic Regression ... 104

10. Pembentukan variabel boneka (Dummy Variabel) ... 106

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara kepulauan terletak di khatulistiwa dengan iklim tropis memiliki kekayaan lingkungan alam berupa sumber

daya alam hayati dan non-hayati yang harus dilindungi, dipelihara dan

dilestarikan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan seluruh

masyarakat Indonesia. Semua potensi tersebut merupakan modal bagi

pembangunan nasional Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang ditunjang dengan pembangunan pada semua sektor.

Pariwisata adalah salah satu sektor potensial yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 bab II pasal 3 yang

menyatakan bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah

untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Salah satu sektor pariwisata yang memiliki potensi besar untuk

dikembangkan adalah wisata alam hutan. Wisata alam hutan atau wana

wisata diartikan sebagai hutan yang mencakup bagian daratan maupun

lautan terutama dapat dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam

(Atmajaya, 2002). Pengelolaan objek wisata alam hutan ini dimaksudkan

sebagai salah satu upaya untuk memanfaatkan fungsi hutan secara optimal,

serba guna dan lestari dengan tetap mempertahankan aspek konsevasi,

keserasian dan keseimbangan lingkungan serta tidak merubah bentuk aslinya

(Perum Perhutani, KPH Bogor).

Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata di

Provinsi Jawa Barat yang memiliki beberapa lokasi yang dijadikan sebagai

objek wisata berupa wisata alam hutan atau wana wisata. Terdapat lima

lokasi wana wisata (WW) di Kabupaten Bogor yang pengelolaannya berada

di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Wana wisata

(14)

Nangka (WWCN), Wana Wisata Bumi Perkemahan Sukamantri, Wana

Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder, dan Wana Wisata Penangkaran

Rusa (Perum perhutani, KPH Bogor). Kelima lokasi tersebut merupakan

objek wisata yang memiliki daya tarik dan banyak diminati oleh pengunjung

untuk menikmati keindahan alam yang ada.

Konsep pemasaran menitikberatkan kepada apa yang diinginkan

konsumen dapat dipenuhi oleh produsen. Selain itu untuk menunjang

keberhasilan suatu usaha, maka konsumen memegang peranan yang sangat

penting. Dengan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen maka

perusahaan akan mampu memasarkan produknya dengan baik bahkan

mampu mempertahankan loyalitas konsumennya. Oleh karena itu penelitian

perilaku konsumen khususnya mengenai proses pengambilan keputusan

serta preferensinya perlu dilakukan untuk mendukung efisiensi pemasaran

suatu produk, dalam hal ini adalah pemasaran produk jasa wisata.

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu faktor yang sangat berperan dalam eksistensi suatu objek

wisata adalah pengunjung. Dewasa ini tidak sedikit masyarakat yang ingin

mencari kesenangan di objek wisata alam terbuka (out door recreation) dengan menikmati udara segar, pemandangan indah dan suasana alam yang

nyaman. Wana Wisata Curug Nangka (WWCN) merupakan salah satu objek

wisata alam hutan yang terdapat di Kabupaten Bogor yang memiliki daya

tarik berupa pesona alam yang indah. Objek wisata ini telah dikembangkan

sejak tahun 1990 dan dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan

Banten. Pembangunan objek wisata ini tidak semata-mata ditujukan untuk

memperoleh pendapatan atau keuntungan, tetapi dimaksudkan pula sebagai

sarana pembinaan masyarakat agar lebih mencintai alam dan lingkungannya.

(Perum Perhutani, KPH Bogor).

Inovasi dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

agar tetap mampu bersaing dengan objek wana wisata lainnya sangat

diperlukan oleh WWCN. Kompetisi untuk dapat menarik minat pengunjung

tidak dapat diabaikan karena di Bogor terdapat beberapa objek wana wisata

(15)

3

banyaknya jumlah pengunjung dapat dilihat pada Tabel 1. Dari data pada

Tabel 1 tersebut jika diurutkan berdasarkan banyaknya pengunjung, pada

tahun 2001-2005 WWCN menempati urutan kedua setelah WW Curug

Cilember.

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Wana Wisata Di Kabupaten Bogor tahun 2001-2005

2004 104.225 69.651 7.900 39.303 679

2005 121.860 87.723 6.674 46.298 2.008

Sumber: Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor

Peningkatan pengambilan keputusan untuk berwisata merupakan

gejala yang menggembirakan. Akan tetapi perkembangan objek wisata lain

baik yang sejenis maupun bukan, akan menyebabkan persaingan konsumen

semakin ketat. Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa

dibandingkan dengan objek wisata yang menjadi pesaing utama WWCN

yaitu WW Curug Cilember, maka banyaknya pengunjung WWCN masih

berada di bawah jumlah pengunjung WW Curug Cilember. Pada tahun 2002

jumlah pengunjung WWCN mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Pada tahun berikutnya jumlah pengunjung mengalami kenaikan, dan

kenaiknnya cukup pesat pada tahun 2005. Meskipun jumlah pengunjung

WWCN meningkat, tetapi jumlahnya masih tetap berada di bawah

pesaingnya. Hal ini seharusnya menjadi pendorong bagi perusahaan untuk

melakukan pengembangan dan pembenahan yang diperlukan.

Dalam menentukan keberhasilan suatu usaha, perusahaan sebagai

pemasar pada umumnya sepakat bahwa konsumen memainkan peranan yang

penting. Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen,

mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana ia

(16)

yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Setiadi (2003) menyatakan bahwa

pemahaman kebutuhan dan proses pembelian konsumen adalah sangat

penting dalam membangun strategi pemasaran yang efektif. Disamping itu

para pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi

kebutuhan pembeli. Dengan mengerti berbagai partisipan dalam proses

pembelian dan pengaruh-pengaruh utama dalam pembelian mereka, para

pemasar dapat merancang program pemasaran yang lebih efektif.

Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan memungkinkan

pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli

apa yang ditawarkan oleh pemasar.

Berdasarkan uraian diatas, maka hal yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik konsumen yang mengunjungi WWCN ?

2. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian terhadap jasa

WWCN ?

3. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut WWCN ?

4. Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan?

5. Upaya-upaya apakah yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola

WWCN untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan objek

wisata yang dimilikinya?

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi WWCN.

2. Menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian terhadap jasa

WWCN.

3. Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut WWCN.

4. Merumuskan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi tingkat

kepuasan.

5. Merumuskan upaya-upaya apa yang sebaiknya dilakukan oleh

pengelola WWCN untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan

(17)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

pengelola tempat wisata, khususnya pengelola WWCN untuk

mengembangkan tempat wisatanya sehingga dapat menarik minat

pengunjung lebih banyak ke tempat tersebut.

2. Bagi penulis sebagai salah satu sarana pengembangan wawasan dan

pengalaman dalam menganalisis preferensi dan proses pengambilan

keputusan konsumen terhadap suatu objek wana wisata alam.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah

penulis paparkan, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Penelitian mengenai analisis proses pengambilan keputusan dan

preferensi konsumen/pengunjung terhadap WWCN.

2. Responden adalah pengunjung yang datang ke objek WWCN dengan

sasaran pengunjung berusia 15 tahun ke atas. Jumlah responden

sebanyak 110 orang yang diambil dari aturan umum analisis faktor

yaitu lima kali jumlah variabel. Jumlah variabel dalam penelitian ini

sebanyak 21 variabel.

(18)

2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu atau

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002).

Menurut American Marketing Association dalam Kotler (2002) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan eksekusi,

mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi

barang-barang, ide-ide, jasa-jasa, untuk melakukan pertukaran yang

memuaskan individu dan lembaga-lembaganya.

Menurut Boyd, Walker dan Larecce (2000) pemasaran sebagai suatu

proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang

memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk

mengembangkan hubungan pertukaran.

2.2. Karakteristik Jasa

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi

rancangan program pemasaran yaitu terdiri dari intangible (tidak berwujud),

inseparability (tidak terpisahkan), variability (bervariasi), perishability

(mudah lenyap). Keempat karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut: (Kotler, 2002)

1). Intangible (Tidak Berwujud)

Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba,

didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi

ketidakpastian, para pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu

jasa. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai mutu jasa dari tempat,

(19)

7

2). Inseperability (Tidak Terpisahkan)

Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak

seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan. Jika

seseorang memberikan pelayanan, maka penyedianya merupakan bagian

dari jasa itu.

3). Variability (Bervariasi)

Jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana

jasa itu diberikan. Perusahaan dapat melakukan tiga langkah dalam

pengendalian mutu. Pertama adalah melakukan investasi untuk

menciptakan prosedur perekrutan dan pelatihan yang baik. Kedua adalah

menstandarisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi. Ketiga

adalah memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan,

survei pelanggan, dan melakukan belanja perbandingan.

4). Perishability (Mudah lenyap).

Suatu jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah lenyap tidak

akan jadi masalah apabila permintaan tetap. Masalah akan timbul apabila

permintaan akan jasa berfluktuatif.

2.3. Perilaku Konsumen

Pemahaman mengenai perilaku konsumen berkaitan dengan segala

cara orang yang mungkin melakukan perannya sebagai konsumen, tetapi

dalam prakteknya cenderung mengarah pada perlaku yang berhubungan

dengan mencari, membeli dan menggunakan produk dan jasa. Konsumen

mungkin diperlakukan sebagai suatu kelompok, segmen pasar khusus,

diidentifikasi dengan karakteristik demografi dan diasumsikan memiliki

sikap dan perilaku yang umum. Individu sebagai suatu alternatif, pandangan

subjektif yang dapat membentuk pola keteladanan dalam karakter seseorang

(Johns dan Pine, 2002).

Menurut Engel. J. F. et al (1994), pengertian dari perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi

dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan ini. Sedangkan Schiffman dan Kanuk

(20)

”The term consumer behavior refers to the behavior that consumers display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products and services that they expect will satisfy their needs.”

Dapat diartikan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang

diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan

akan memuaskan kebutuhan mereka.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Berbagai keputusan mengenai aktivitas seringkali harus dilakukan oleh

setiap konsumen pada setiap hari. Perilaku konsumen berusaha memahami

bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

menghabiskan produk dan jasa. Selain itu, disiplin perilaku konsumen juga

berusaha mempelajari bagaimana konsumen mengambil keputusan dan

memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan yang terlibat

dalam pengambilan keputusan tersebut (Sumarwan, 2004). Faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan tersebut dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

( Kotler, 1997)

Menurut Setiadi (2003) keputusan pembelian dari pembeli sangat

dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari

pembeli. Sebagian besar adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh

pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Penjelasan dari

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

(21)

9

1). Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari

keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya

bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya

dipelajari. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya - sub-budaya

yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang

lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan

menjadi empat jenis, yaitu kelompok nasionalisme, kelompok

keagamaan ras, dan area geografis. Kelas sosial adalah

kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu

masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya

mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2). Sosial

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap

maupun perilaku seseorang. Beberapa diantaranya adalah kelompok

primer, yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan

seperti teman, keluarga, tetangga, dan teman sejawat.

Kelompok-kelompok sekunder yang cenderung lebih resmi dan yang mana

interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan. Kelompok yang

seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi.

Suatu kelompok disasosiatif (memisahkan diri) adalah sebuah

kelompok yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu.

Keluarga mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap perilaku

dan motivasi pembeli. Keluarga mempunyai sumber nilai, sikap,

tingkah laku, dan aspirasi bagi anggotanya (Sumarwan, 2004).

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya

baik keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang dalam

kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.

3). Pribadi

Usia dan tahap daur hidup, pekerjaan dan situasi konsumen, gaya

(22)

konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan (Kotler, 1997).

Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.

Menurut Sumarwan (2004) jenis pekerjaan dan situasi ekonomi

mempengaruhi konsumen dalam hal selera terhadap produk atau

merek. Pekerjaan dan situasi ekonomi menentukan besarnya

pendapatan yang dimiliki seseorang sehingga menggambarkan daya

beli orang tersebut, yang akhirnya akan menggambarkan banyaknya

jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh seorang

konsumen dan seluruh anggota keluarganya.

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang

diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya

hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi

dengan lingkungan. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang

sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Kepribadian

adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang

memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

4). Psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar,

kepercayaan, dan sikap konsumen. Motivasi timbul disebabkan adanya

kebutuhan dan keinginan yang dirasakan konsumen. Persepsi

didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,

mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk

menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini (Setiadi,

2003). Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang

yang timbul dari pengalaman. Suatu gagasan deskriptif yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu dinamakan kepercayaan dan sikap.

2.5. Pengambilan Keputusan Konsumen

Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan di antara dua atau lebih

pilihan alternatif tindakan (perilaku). Pemasar biasanya tertarik pada

perilaku pembelian konsumen, terutama pilihan merek mana yang akan

(23)

11

membuat beberapa keputusan sehubungan dengan perilaku tidak membeli

(Peter dan Olson, 2000).

Gambar 2. Model Pemrosesan Kognitif Pengambilan Keputusan Konsumen

(Peter dan Olson, 2000)

Gambar 2 memperlihatkan bahwa di dalam model pengambilan

keputusan konsumen semua aspek pengaruh dan kondisi dilibatkan dalam

pengambilan keputusan konsumen termasuk pengetahuan, arti, kepercayaan,

yang diaktifkan dari ingatan serta proses perhatian dan pemahaman yang

terlibat dalam penerjemahan informasi baru di lingkungan. Inti dari proses

pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah

proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu

diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian adalah suatu pilihan (choice)

yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Keinginan

Exposure pada Informasi Lingkungan

Ingatan

Perilaku Perhatian Pemahaman

Pengetahuan, Arti, Dan Kepercayaan

Proses Pengintegrasian

Sikap dan Keinginan Pengambilan

keputusan Proses Interpretasi

(24)

berperilaku adalah suatu rencana (kadangkala disebut sebagai rencana

keputusan) untuk terlibat dalam beberapa perilaku.

Gambar 2 menjelaskan bahwa semua perilaku sengaja (voluntary)

dilandaskan pada keinginan yang dihasilkan ketika konsumen secara sadar

memilih salah satu diantara tindakan alternatif yang ada. Ini tidak berarti

bahwa suatu proses pengambilan keputusan sadar harus muncul setiap saat

perilaku tersebut dinyatakan. Beberapa perilaku sadar dapat berubah

menjadi kebiasaan. Perilaku tersebut didasarkan pada keinginan yang

tersimpan diingatan yang dihasilkan oleh proses pengambilan masa lampau.

Ketika diaktifkan, keinginan atau rencana keputusan yang telah terbentuk

sebelumnya ini secara otomatis mempengaruhi perilaku. Akhirnya, beberapa

perilaku tidak dilakukan secara sengaja dan sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan (Peter dan Olson, 2000).

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan

membeli, tidak dapat muncul begitu saja melainkan melalui suatu tahapan

tertentu. Menurut Engel. J. F. et al (1994) proses dalam pengambilan keputusan konsumen terdiri dari lima tahapan. Kelima tahapan tersebut

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Langkah-Langkah Dalam Pengambilan Keputusan Konsumen

(Engel. J. F. et al)

Penjelasan dari gambar di atas adalah sebagai berikut:

1). Pengenalan Kebutuhan

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah

kebutuhan. Dalam proses pengenalan kebutuhan, konsumen

mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi alternatif

Pembelian

(25)

13

aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses

keputusan. Timbulnya kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan

internal yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar, haus dan

lain-lain yang akan timbul dan menjadi dorongan untuk memenuhi

dorongan tersebut. Selain itu kebutuhan juga berasal dari rangsangan

eksternal. Segera setelah konsumen tergerak oleh suatu stimulus, maka

kemungkinan ia akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi

(Kotler, 1997).

Menurut Sumarwan (2004) kebutuhan harus diaktifkan

(activated) terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali (recognized).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan

(need activation), yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk,

konsumsi produk, perbedaan individu, dan pengaruh pemasaran.

2). Pencarian Informasi

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen

memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli

dan mengkonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi

yang tersimpan di dalam ingatannya (internal) dan mencari informasi

dari luar (eksternal). Dalam pencarian internal, informasi yang dicari

meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan

masalahnya atau memenuhi kebutuhannya.

Konsumen mungkin cukup sampai pada pencarian internal jika

apa yang dicari telah dipenuhi. Jika tidak, konsumen akan berlanjut ke

tahap pencarian eksternal. Konsumen mungkin juga

mengkombinasikan antara pencarian internal dan eksternal agar

informasi yang diperolehnya mengenai produk dan merek menjadi

sempurna dan meyakinkan. Pencarian ekternal adalah proses pencarian

informasi mengenai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi

kepada lingkungan konsumen. Konsumen akan bertanya kepada

teman, saudara atau tenaga penjual. Selain itu, konsumen akan

membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat dan

(26)

Tahap pencarian informasi dipengaruhi oleh faktor lain yaitu

situasi pencarian, ciri-ciri produk/jasa dan konsumen itu sendiri.

Tekanan waktu merupakan salah satu sumber pengaruh situasi. Situasi

yang mendesak menuntut sedikit waktu untuk melakukan pencarian

ekstensif dan teliti. Pencarian ekstensif akan dilakukan apabila

konsumen merasakan adanya perbedaan ciri-ciri produk/jasa di antara

merek-merek yang ada. Terakhir, pengetahuan, keterlibatan,

kepercayaan, sikap, serta karakteristik demografi merupakan

karakteristik konsumen yang mempengaruhi pencarian informasi

(Engel. J. F. et al, 1995). 3). Evaluasi Alternatif

Kriteria yang digunakan konsumen selama pengambilan

keputusan akan tergantung pada beberapa faktor, diantaranya: 1)

Pengaruh situasi, 2) Kesamaan alternatif-alternatif pilihan, 3).

Motivasi, 4) Keterlibatan, 5) Pengetahuan (Engel. J. F. et al, 1995). Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dimana kebanyakan

model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu

mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap

produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan

rasional (Setiadi, 2003).

Evaluasi alternatif merupakan suatu proses dimana suatu

alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih oleh konsumen. Pada tahap

evaluasi konsumen harus: 1). Menentukan kriteria yang akan

digunakan untuk menilai alternatif, 2). Memutuskan alternatif mana

yang akan dipertimbangkan, 3). Menilai kinerja dan alternatif yang

dipertimbangkan dan 4). Memilih dan menerapkan kaidah keputusan

untuk membuat pilihan akhir. Tahapan evaluasi tersebut dapat dilihat

(27)

15

Gambar 4. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif

(Engel. J. F. et al, 1995) 4). Pembelian

Jika konsumen telah memutuskan alternatif yang akan dipilih dan

mungkin penggantinya jika diperlukan, maka ia akan melakukan

pembelian. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa

yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana

membeli, dan bagaimana cara pembayarannya (Sumarwan, 2004).

Menurut Setiadi (2003) terdapat dua faktor yang mempengaruhi tujuan

membeli dan keputusan membeli. Pertama adalah sikap orang lain,

sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan

seseorang. Kedua, tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh

faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang

diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen

ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin

timbul dan mengubah tujuan membeli. Proses pembelian produk dan

jasa yang dilakukan konsumen dapat digolongkan ke dalam tiga

macam yaitu sebagai berikut (Engel. J. F. et al, 1994): 1) Pembelian yang Terencana Sepenuhnya

Dalam proses pembelian produk dan jasa ini, konsumen

menginvestasikan waktu dan energi dalam mendapatkan produk Menentukan kriteria

evaluasi

Memutuskan alternatif evaluasi

Menilai kinerja dan alternatif

(28)

dalam proses pembelian yang terencana sepenuhnya. Konsumen

biasanya lebih menentukan pilihan produk dan merek jauh sebelum

pembelian dilakukan.

2). Pembelian yang Separuh Terencana

Konsumen sering kali mengetahui produk yang akan dibeli, namun

konsumen masih tidak mengetahui secara pasti merek yang akan

dibeli.

3). Pembelian yang Tidak Terencana

Konsumen seringkali membeli suatu produk tanpa direncanakan

terlebih dahulu. Pembelian yang tidak terencana disebut juga

pembelian berdasarkan impuls. Pembelian terjadi ketika konsumen

mengalami desakan yang mendorong konsumen untuk membeli

produk tersebut dengan segera

5). Hasil

Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih

memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Menurut

Sumarwan (2004) di dalam suatu proses keputusan, konsumen tidak

akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan

melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah

dilakukannya. Dalam tahap proses keputusan pembelian, hal ini

dinamakan hasil atau evaluasi alternatif pasca pembelian atau pasca

konsumsi. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi adalah konsumen

merasa puas atau tidak puas terhadap konsumsi produk atau merek

yang telah dilakukannya. Setelah mengkonsumsi suatu produk satu

jasa, konsumen akan merasa puas atau tidak puas terhadap produk atau

jasa yang dikonsumsinya. Kepuasan akan mendorong konsumen

membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya

perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan

menghentikan pembelian kembali dan konsumsi produk tersebut.

2.6. Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai

(29)

17

konsep preferensi menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan dia lebih

menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut

disukai daripada kondisi di bawah pilihan B. Hubungan preferensi

konsumen biasanya diasumsikan memiliki dua sifat dasar (properti), yaitu

Nicholson (2001):

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus selalu

harus bisa menspesifikan apakah:

a. A lebih suka daripada B

b. B lebih suka daripada A

c. A dan B sama-sama disukai

Dengan properti ini tiap orang diasumsikan tidak pernah bingung

dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik dan

mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan

pilihan di antara dua alternatif.

2. Transitivitas (Transitivity)

Jika seorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan B lebih

disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C.

Dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan

preferensinya yang saling bertentangan. Properti di atas

mengasumsikan bahwa konsumen selalu dapat membuat peringkat atas

semua situasi dan kondisi mulai dari hal yang paling disukai hingga

hal yang paling tidak disukai.

Preferensi konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen.

Karakteristik konsumen adalah sifat-sifat yang membedakan konsumen yang

satu dengan konsumen yang lainnya. Menurut Irawan dan Wijaya (1996),

perbedaan tersebut meliputi 6 O, yaitu :

1. Object (Apa yang Dibeli)

Berdasarkan produk atau barang apa yang dibeli dapat digabungkan ke

(30)

2. Objective (Mengapa Membeli)

Tujuan konsumen membeli produk dipengaruhi oleh faktor,

diantaranya faktor sosial, ekonomi dan psikologis.

3. Occupant (Siapa Konsumen)

Konsumen dapat dibedakan berdasarkan umur, pendapatan, tingkat

pendidikan, mobilitas, selera dan sebagainya. Perbedaan

masing-masing konsumen perlu dipelajari guna mengembangkan produk agar

sesuai kebutuhan konsumen.

4. Occasion (Kapan Membeli)

Strategi pemasaran harus menyesuaikan dengan perbedaan tingkat

pemakaian, yaitu pemakaian sering, ringan atau jarang. Tingkat

pemakaian akan berbeda pada masing-masing konsumen.

5. Operation (Bagaimana Membeli)

Pembelian bukanlah hanya satu tindakan saja bagi konsumen,

melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keutusan

tentang jenis produk, bentuk, merek, jumlah penjual, waktu dan cara

pembayaran. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kebiasaan konsumen.

6. Organization (Siapa yang Terlibat dalam Pembelian)

Salah satu tugas bagian pemasaran adalah menentukan siapa yang

mengambil keputusan dalam membeli suatu barang dan jasa. Pemasar

perlu mengetahui berbagai peran yang dimainkan orang dalam

keputusan pembelian, yang mencakup pengambil inisiatif (initiator),

pemberi nasehat (influencer), pengambil keputusan pembelian

(decider), pelaku pembelian (buyer), dan pengguna produk (user).

2.7. Pariwisata

Undang-Undang no. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

mendefinisikan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan

wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha

yang terkait di bidang tersebut. Wisata terbagi ke dalam dua jenis, yaitu

wisata alam dan wisata terbatas. Wisata alam adalah kegiatan atau sebagian

dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela, bersifat sementara, untuk

(31)

19

adalah wisata alam yang kegiatannya terbatas pada mengunjungi, melihat

dan menikmati keindahan alam.

Menurut Yoeti (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang

dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud

bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat wisata, tetapi

semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan

rekreasi atau untuk memenuhi keinginan lainnya.

Suyitno (2001) membuat suatu kesimpulan bahwa wisata berbeda

dengan perjalanan dalam hal:

- Pemakaian waktu yang relatif cepat

- Melibatkan komponen wisata seperti objek wisata, toko cinderamata

- Wisata dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata

daerah.

- Tujuan wisata untuk mendapatkan kesenangan.

- Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan

Suyitno (2001) memberikan batasan produk wisata, yaitu:

1). Tidak berwujud (intangible) dalam arti wisata hanya memberikan

kesan atau pengalaman kepada wisatawan.

2). Wisata tidak dapat diukur secara kuantitatif (unmeasurable),

pengukuran melalui kelas wisata, seperti deluxe, standard, economy, atau berdasar budget.

3). Wisata merupakan produk yang tidak tahan lama dan mudah

kadaluarsa (perishable) serta masa jual terbatas.

4). Tidak dapat disimpan (unstorable)

5). Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya.

6). Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang sama.

2.8. Wana Wisata

PT Perhutani aktif mengembangkan sektor kepariwisataan dengan

memanfaatkan nilai estetika hutan. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu

upaya untuk mengoptimalkan fungsi hutan. Dengan tidak meninggalkan asas

perlindungan dan kelestarian alam, lokasi objek wisata dikembangkan

(32)

Menurut Surat Edaran Direksi Perum Perhutani No. 034.7/Dir tanggal

5 Nopember 1980 tentang Pedoman Pengembangan Wana Wisata

mendefinisikan wana wisata sebagai objek-objek wisata alam yang

lokasinya di dalam kawasan hutan lindung dan hutan produksi.

Pembangunan dan pengembangan wana wisata dilakukan oleh Perum

Perhutani. Wana wisata yang dikembangkan oleh Perum Perhutani pada

dasarnya dapat dibagi dalam dua macam diantaranya 1) Wana wisata

bermalam yaitu dalam hal ini berupa Bumi Perkemahan. 2) Wana wisata tak

bermalam (day recreation) yaitu lapangan terbuka dengan sekedar fasilitas

antara lain bangku piknik (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan

Bidang Kepariwisataan Perum Perhutani, 1994).

Terdapat beberapa kegiatan lain yang dapat dilakukan di tempat wana

wisata, antara lain: (Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Kepariwisataan Perum Perhutani, 1994)

1). Lintas Jalan Kaki, yaitu suatu jalur jalan selebar kurang lebih 2 meter

untuk jalan kaki yang tidak sukar sehingga orang dapat jalan dengan

santai selama lebih kurang 1.5 jam.

2). Lintas Hutan Indah, yaitu jalur jalan kaki yang disediakan dengan

tujuan untuk menikmati, mempelajari, mengkaji keindahan alam,

fenomena alam, flora, fauna dan sebagainya yang terdapat di kanan

kiri jalur setapak dalam hutan.

3). Penangkaran Rusa, yaitu pembiakan rusa di alam bebas dalam rangka

pelestariannya sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

rekreasi, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4). Perlindungan Jurang, yaitu usaha pengawetan tanah serta memperbaiki

keseimbangan lingkungan dengan cara penutupan tanah/jurang oleh

vegetasi hutan untuk melindungi tanah dari bahaya erosi dan lain-lain.

Sebagai salah satu komponen wisata terdapat beberapa kelebihan dari

wana wisata yaitu sifatnya yang alami, udara yang bersih dan sejuk, objek

yang menarik dan luas serta beberapa kelebihan lain. Kelebihan ini

(33)

21

Menurut Atmajaya (2002), hutan wisata alam didefinisikan sebagai

hutan yang mencakup bagian daratan maupun lautan terutama yang dapat

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam (out-bond), dengan kriteria

sebagai berikut:

1) Memiliki keadaan alam yang menarik dan indah.

2) Memenuhi kebutuhan untuk rekreasi.

3) Berdekatan dengan zona pemukiman.

4) Memiliki jenis-jenis satwa baru.

5) Cukup luas dan keadaan lapangan tidak membahayakan.

2.9. Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan salah satu teknik interdependen metrik

dalam analisis multivariat. Teknik interdependen merupakan teknik yang

mencoba untuk membagi suatu variabel menjadi beberapa kelompok atau

untuk memberi arti pada kelompok variabel. Analisis multivariat

didefinisikan sebagai metode aplikasi yang berhubungan dengan sejumlah

besar hasil pengukuran atas sebuah objek dalam satu atau lebih sampel yang

simultan (Wibisono, 2000).

Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearman

untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya pada American Journal of Psichology pada tahun 1904 mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis faktor menganalisis sejumlah variabel dari suatu

pengukuran atau pengamatan yang dititikberatkan pada teori dan kenyataan

yang sebenarnya dan menganalisis interkolesasi (hubungan) antar variabel

tersebut untuk menetapkan apakah variasi-variasi yang tampak dalam

variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang

jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Selain

itu Wibisono (2002) menambahkan bahwa analisis faktor dapat

menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada set data atau

variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling

berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru

(34)

2.10. Ordinal Logistic Regression

Analisis regresi logistik digunakan untuk memeriksa hubungan antara

peubah respon yang biasanya terdiri atas data kualitatif, yaitu peubah

berskala nominal atau ordinal dengan peubah-peubah penjelas yang bisa

terdiri dari data kualitaif atau kuantitatif. Peubah respon dalam regresi

logistik dapat dalam bentuk dikhotom (biner) maupun polytomous (ordinal

atau nominal). Jika kategori dari peubah respon menunjukkan suatu

peringkat maka analisis yang dipergunakan adalah regresi logistik ordinal,

sedangkan jika kategori peubah respon tidak menunjukkan peringkat maka

disebut regresi logistik nominal (Hosmer & Lameshow, 1989).

Menurut Aldrich & Nelson dalam Thoha (2003) asumsi yang mendasari model regresi logistik multirespon adalah sebagai berikut:

1) Ada sejumlah N pengamatan dengan K peubah penjelas.

2) Peubah tak bebas memiliki M kategori dengan M>1.

3) Peubah tak bebas diukur sebagai banyaknya respon yang masuk ke

dalam kategori tertentu.

4) Respon saling bebas di dalam dan antar pengamatan.

2.11. Hasil Penelitian Terdahulu

Prasetia (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Preferensi

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Bunga

Nusantara Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuan dari

penelitiannya adalah untuk: 1). Mengetahui karakteristik dan proses

pengambilan keputusan kunjungan ke Taman Bunga , 2). Preferensi

pengunjung terhadap atribut agrowisata Taman Bunga Nusantara. 3).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Wisata. Metode

analisis data yang digunakan adalah analisis Thrustone, metode regresi

logistik, dan metode analisis deskriptif. Setelah dilakukan pengolahan data

maka diperoleh bahwa atribut yang paling dipentingkan oleh pengunjung

Taman Bunga Nusantara adalah kelengkapan fasilitas yang ada di Taman

Bunga Nusantara. Fasilitas yang ada berpengaruh nyata terhadap keputusan

(35)

23

sebesar 48,380 kali dibandingkan dengan pengunjung yang tidak berkunjung

kembali.

Mahfudz (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis

Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Wisata Alam Pantai Anyer. Tujuan

dari penelitian tersebut adalah 1). Menganalisis perilaku dan proses

keputusan konsumen dalam pembelian jasa wisata alam Pantai Anyer. 2).

Menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut wisata alam Pantai

Anyer. 3). Rekomendasi alternatif kebijakan dalam meningkatkan pelayanan

dan pengembangan. objek wisata Pantai Anyer. Metode analisis yang

digunakan dalam pengolahan data penelitian tersebut adalah analisis

deskriptif dengan analisis tabulasi silang (uji chi-kuadrat) untuk melihat

keterkaitan antara karakteristik demografi dengan perilaku konsumen wisata

alam Pantai Anyer. Selain itu digunakan analisis Thrustone untuk melihat

peringkat kepentingan atribut wisata Pantai Anyer. Hasil tabulasi silang

dengan uju chi-kuadrat didapat variabel-variabel yang berhubungan antara

lain pendapatan dengan biaya transportasi, tingkat pendidikan dengan biaya

transportasi, status pernikahan dengan teman berkunjung, tingkat pendidikan

dengan sumber informasi. Dari hasil analisis Thrustone, urutan peringkat

kepentingan atribut wisata alam pantai anyer antara lain (1). Kenyamanan,

(2). Kebersihan, (3). Harga, (4). Lokasi Wisata, (5). Pelayanan Wisata, (6).

Kelengkapan Fasilitas. (7). Manfaat yang Diperoleh, (8).

Karyawan/Pemandu Wisata, (9). Promosi.

Sunaryo (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Proses

Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Wisata Agro

Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, Bogor, Jawa Barat. Alat analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif, dan Important Performance Analysis. Hasil dari analisis tingkat kepentingan menunjukan bahwa udara yang segar merupakan atribut yang dinilai paling penting oleh konsumen,

sedangkan atribut yang relatif paling tidak penting menurut konsumen

adalah pemandu wisata. Harga merupakan atribut kedua yang paling tidak

dipentingkan oleh konsumen. Luas areal perkebunan merupakan atribut

(36)

merupakan atribut yang menimbulkan ketidakpuasan paling besar.

Atribut-atribut yang harus menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya

adalah kebersihan, toilet, dan fasilitas areal teawalk yang juga terletak pada Kuadran I. Sarana peribadatan, kenyamanan, keamanan, lokasi parkir, dan

keindahan alam merupakan atribut-atribut yang perlu dipertahankan

kinerjanya (Kuadran II). Atribut yang terlalu berlebihan kinerjanya adalah

atribut luas areal perkebunan (Kuadran III). Sedangkan atribut-atribut yang

memiliki tingkat kepentingan di bawah rata-rata dan kinerja perusahaanpun

di bawah rata-rata juga sehingga menjadi prioritas terakhir adalah fasilitas

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Fokus penelitian dalam analisis proses pengambilan keputusan

pembelian dan preferensi konsumen terhadap Wana Wisata Curug Nangka

(WWCN) ini adalah konsumen pariwisata atau pengunjung yang datang ke

tempat wisata tersebut. Konsumen adalah pihak yang menentukan kualitas

jasa. Oleh karena itu pemasar harus mengetahui sampai sejauh mana

kebutuhan konsumen yang perlu dipenuhi oleh pemasar tersebut.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan suatu wisata

adalah pengunjung. Begitu pula dengan Wana Wisata Curug Nangka

(WWCN) dalam mempertahankan eksistensinya sangat dipengaruhi oleh

jumlah pengunjung yang datang. Oleh karena itu sangat penting bagi

pemasar untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari pengunjung tersebut

agar perusahaan mendapatkan informasi yang akurat tentang pengunjung.

Dalam setiap konsumsinya, konsumen cenderung melalui beberapa tahapan

proses dalam pengambilan keputusan terlebih dahulu untuk mencapai

kepuasan yang maksimum. Tahapan yang dilalui konsumen dalam proses

keputusan pembeliannya tersebut diantaranya adalah pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian serta pasca pembelian

atau hasil. Dalam menelaah proses tersebut digunakan analisis deskriptif.

Pengunjung WWCN sebagai pemasar pariwisata memiliki penilaian

tersendiri terhadap atribut-atribut WWCN. Untuk menganalisis preferensi

pengunjung terhadap atribut WWCN digunakan analisis multivariat yaitu

analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui preferensi

konsumen terhadap atribut-atribut jasa wisata WWCN. Selain itu juga

dilakukan analisis model regresi logistik ordinal untuk mengetahui

variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung. Setelah

dilakukan analisis mengenai proses pengambilan keputusan konsumen serta

preferensi terhadap WWCN, maka akan membantu pemasar dalam

(38)

Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Objek Wisata

Wana Wisata Curug Nangka

Karakteristik Pengunjung:

a. Jenis Kelamin

b. Asal c. Usia d. Pendidikan e. Status f. Pekerjaan g. Pengeluaran

Proses Pengambilan Keputusan: a.Pengenalan

Kebutuhan b.Pencarian

Informasi c.Evaluasi

Alternatif d.Pembelian e.Hasil

Preferensi Pengunjung Terhadap Atribut Tempat

Wisata

Pengembangan Wana Wisata Curug Nangka

Analisa Deskriptif

Analisis Faktor

Ordinal Logistic Regression

Atribut-atribut Tempat Wisata

(39)

27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai ”Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan

Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka KPH Bogor

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten” ini dilaksanakan di Wana

Wisata Curug Nangka KPH Bogor yang berlokasi di wilayah perbatasan

antara Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari dan Desa Gunung Malang

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) yang didasarkan atas pertimbangan

bahwa WWCN merupakan salah satu objek wisata di kabupaten Bogor yang

memiliki potensi wisata yang cukup besar untuk dikembangkan. Potensi

tersebut berupa daya tarik, seperti pemandangan alam yang indah, adanya

objek wisata curug, area bumi perkemahan, tegakan pinus, kegiatan-kegiatan

wisata dan sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Waktu penelitian

dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Juni 2006.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan

(observasi), hasil penyebaran kuesioner kepada responden/pengunjung dan

wawancara kepada pengunjung, manajemen perusahaan maupun masyarakat

serta tokoh masyarakat setempat. Observasi merupakan pengumpulan data

primer dengan mengamati langsung perilaku dan kegiatan

konsumen/pengunjung selama berkunjung ke lokasi WWCN. Kuesioner

yang diberikan kepada pengunjung dapat berupa pertanyaan terbuka maupun

pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka berupa pertanyaan yang diberikan

dengan memberikan kebebasan jawaban dari responden, sedangkan

pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disediakan alternatif

jawabannya. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

pertanyaan kepada pihak pengelola WWCN dan masyarakat serta tokoh

masyarakat setempat.

Untuk data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi

kepustakaan. Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui

(40)

mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, brosur-brosur,

dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian. Selain itu, data

sekunder pada penelitian ini diperoleh internet serta kantor-kantor yang

berhubungan dengan penelitian, seperti Perum Perhutani/ Kesatuan

Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor serta dari hasil penelitian yang relevan

dengan topik penelitian.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling. Dalam metode purposive sampling sampel yang akan

dipilih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam

penelitian ini sampel yang dipilih didasarkan pada kesediaaan

responden/pengunjung untuk mengisi kuesioner serta berdasarkan pada

kemampuan responden tersebut untuk menjawab pertanyaan pada

kuesioner.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung berdasarkan aturan umum

dalam analisis faktor yaitu jumlah observasi empat sampai lima kali jumlah

variabel (Wibisono, 2000). Variabel atau atribut yang digunakan dalam

penelitian ini berjumlah 21 buah sehingga jumlah contoh ideal yang

diperlukan sebanyak 105 (5 x 21 = 105). Jumlah riil dari sampel dibulatkan

menjadi 110 responden.

Berdasarkan buku pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya

Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) tahun 2003 yang dikeluarkan oleh

Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Direktorat

Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan

bahwa variabel kriteria penilaian dan pengembangan dari Objek dan Daya

Tarik Wisata Alam adalah: (modifikasi)

1). Daya Tarik

- Keindahan Alam

- Keunikan Sumber Daya Alam

- Banyaknya jenis sumber daya alam yang menonjol

- Jenis kegiatan wisata alam (tracking, mendaki, rafting, camping,

(41)

29

- Kebersihan lokasi

- Keamanan kawasan

2). Kadar Hubungan/Aksesabilitas

- Kondisi dan jarak jalan darat dari ibu kota propinsi

- Waktu tempuh dari ibu kota propinsi

- Frekuensi kendaraan dari pusat informasi ke objek wisata

3). Pengelolaan dan pelayanan

- Pengelolaan

- Kemampuan berbahasa

- Pelayanan pengunjung

4). Iklim

- Pengaruh iklim terhadap waktu kunjungan

5). Sarana dan Prasarana penunjang

- Sarana (rumah makan, sarana wisata tirta, sarana wisata budaya,

sarana angkutan umum, kios cenderamata).

- Prasarana (jalan, jembatan, areal parkir, jaringan listrik, jaringan

air minum, jaringan telepon, jaringan drainase/saluran, sistem

pembuangan limbah, dermaga, helipad)

6). Ketersediaan air bersih

- Jarak lokasi air bersih terhadap lokasi objek

- Kelayakan dikonsumsi

- Ketersediaan

7). Pengaturan pengunjung

- Kenyamanan

8). Pemasaran

- Tarif/harga terjangkau

- Sarana penyampaian informasi

- Promosi

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Tahap awal dalam pengolahan data adalah menguji validitas

(42)

digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal. Sedangkan

metode skala yang digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert

kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar ’penting’ dan ’tidak

penting’ saja melainkan terdapat kemungkinan beberapa jawaban

dengan kisaran bobot antara satu sampai lima. Untuk pernyataan

’sangat penting’ diberi bobot nilai 5, bobot 4 untuk menyatakan

’penting’, bobot 3 untuk menyatakan ’cukup penting’. Pernyataan

’tidak penting’ diberi bobot 2, dan untuk menyatakan ’sangat tidak

penting’ diberi bobot 1.

Uji validitas adalah pernyataan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin

diukur (Umar, 2002). Alford dan Engelland (2004) mengemukakan

bahwa persoalan mengenai pengukuran validasi dalam pemasaran

dimaksudkan untuk mengevaluasi secara kritis penggunaan standar

pada saat ini untuk pengukuran suatu penelitian. Pengukuran yang

tidak valid dapat merusak kesesuaian dari pemahaman penelitian

untuk suatu peristiwa yang menarik, hasil dari penemuan yang

mempunyai penggunaan yang minimal dan menambah sesuatu yang

kurang berharga untuk penelitian yang berada di sekeliling kita.

Pengujian validitas kuesioner menggunakan teknik korelasi Product

Moment Pearson yaitu dengan bantuan program SPSS (Statistical

Package for Social Science) versi 11.5 for Windows.

Rumus dari korelasi product moment yaitu:

r = n(

Σ

XY ) – (

Σ

X

Σ

Y)

[ n

Σ

X – (

Σ

X ) ][ n

Σ

Y – (

Σ

Y)]

Dimana:

X adalah skor pertanyaan

Y adalah skor total

Tingkat kevalidan kuesioner dapat terlihat dari perbandingan r

hitung dengan r tabel. Jika diperoleh nilai r hitung lebih kecil dari r tabel

(43)

31

valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Sehingga keseluruhan

variabel dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan pengukuran

konsistensi semua alat pengukur di dalam mengukur gejala yang

sama (Umar, 2002). Reliabilitas menunjukkan suatu hasil

pengukuran relatif konstan apabila pengukuran dilakukan dua kali

atau lebih. Alat ukur yang digunakan untuk menguji tingkat

reliabilitas ini adalah dengan analisis Cronbach’s Alpha (Umar,

2002). Analisis ini dipergunakan untuk instrumen yang berupa

rentangan antara 1-5.

Rumus pengujian reliabilitas dengan menggunakan analisis

Cronbach’s Alpha adalah:

r11 = k 1 –

Σ

σ2b

k – 1 σt

Dimana:

r11 adalah reliabilitas instrumen

k adalah banyak butir pertanyaan

σ2

t adalah ragam total

Σσ

2

b adalah jumlah varians butir

Rumus untuk mencari nilai ragam adalah (Umar, 2002):

(

Σ

X)2

Σ

X2 –

n σ2

=

n

Di mana:

σ2 adalah ragam

n adalah jumlah contoh (responden)

X adalah nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir

(44)

3.5.2. Analisis Deskriptif

Analisis selanjutnya adalah analisis proses pengambilan

keputusan konsumen dilakukan analisis deskriptif. Studi deskriptif

bertujuan untuk menguraikan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari

suatu keadaan serta mencoba untuk mencari suatu uraian yang

menyeluruh dan teliti dari suatu keadaan (Suprapto, 1991).

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk

mengetahui karakteristik umum dan proses pengambilan keputusan

konsumen untuk berkunjung ke WWCN. Karakteristik dan proses

pengambilan keputusan konsumen tersebut diperoleh dari hasil

penyebaran kuesioner yang berkunjung ke WWCN yang

ditabulasikan dalam kerangka tabel yang telah dipersiapkan. Pada

analisis ini jawaban yang sama dikelompokkan dan dipresentasikan.

Karakteristik umum yang dilihat meliputi jenis kelamin, status

perkawinan, asal, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan rata-rata

pendapatan RT/keluarga per bulan. Sedangkan analisis mengenai

proses pengambilan keputusan konsumen untuk berkunjung ke

WWCN meliputi pengenalan kebutuhan pengunjung, pencarian

informasi yang dilakukan pengunjung terhadap tempat wisata yang

dikunjungi, evaluasi alternatif, hasil, dan pasca pembelian

pengunjung terhadap tempat wisata (WWCN).

3.5.3. Analisis Faktor

Analisis yang digunakan untuk mengetahui preferensi

konsumen terhadap WWCN adalah analisis faktor. Pengolahan

analisis faktor ini dibantu dengan program SPSS (Statistical Package

for Social Science) versi 11.5 for Windows. Secara matematis,

analisis fakor menyerupai analisis regresi berganda dalam hal adanya

kombinasi linear yang diperlihatkan setiap variabel pada

faktor-faktor yang mendasarinya. Perbedaannya adalah dalam analisis

regresi berganda dikenal dengan adanya dependent variabel (variabel

tak bebas) dan independent variabel (variabel bebas) dimana analisis

(45)

33

interdependensi adalah teknik yang mencoba untuk membagi suatu

variabel menjadi beberapa kelompok atau untuk memberi arti pada

sekelompok variabel (Wibisono, 2000).

Menurut Cooper (1998) analisis faktor merupakan deskripsi

umum bagi beberapa teknik perhitungan tertentu dimana semua

teknik tersebut bertujuan untuk mereduksi (menurunkan) jumlah

variabel menjadi jumlah yang mudah ditangani dan memiliki

karakteistik pengukuran yang tumpang tindih. Dalam penelitian ini,

analisis faktor digunakan untuk menentukan variabel jasa dari wana

wisata yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih

objek wisata.

Ada beberapa teknik analisis interdependensi variabel yang

dapat dimasukkan dalam analisis faktor, yaitu (Wibisono, 2000):

1. Analisis Komponen Utama (Principle Component Analysis)

Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk

membentuk suatu kombinasi linear dari variabel awal dengan

memperhitungkan sebanyak mungkin jumlah variasi variabel

awal yang mungkin.

2. Analisis Faktor Umum (Common Factor Analysis)

Merupakan model faktor yang digunakan untuk

mengidentifikasikan sejumlah dimensi dalam data (faktor) yang

tidak mudah untuk dikenali.

Proses dasar dari analisis faktor adalah sebagai berikut:

(Santoso, 2002)

1). Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis

2). Menguji variabel-variabel yang akan ditentukan, dengan

menggunakan metode Barlett test of sphericity. Untuk menguji

kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode

Kaiser-Meyer-Olkin (KMO). KMO merupakan indeks

pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan

besarnya koefisien korelasi parsial (Wibisono, 2000). Menurut

Gambar

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan ke Wana Wisata Di Kabupaten Bogor tahun 2001-2005
Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Gambar 2. Model Pemrosesan Kognitif Pengambilan Keputusan Konsumen
Gambar 3. Langkah-Langkah Dalam Pengambilan Keputusan Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen yang melakukan pembelian Frestea , untuk mengidentifikasi proses pengambilan

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik konsumen bakso bakar, untuk menganalisis hubungan faktor umur, pendapatan, dan tingkat pendidikan dengan keputusan

low/non fat, dan menganalisis perilaku konsumen wanita bekerja dalam proses pengambilan keputusan pembelian susu low/non fat di pasar swalayan Hero Bogor.. Pengambilan

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut buah semangka yang menjadi preferensi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian di Kota Surakarta dan

Tujuan konsumen mempertimbangkan ber- bagai faktor di dalam proses keputusan pembelian beras organik adalah untuk mendapatkan hasil pembelian yang sesuai dengan harapan,

Berdasarkan hasil analisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor, maka dapat disimpulkan bahwa

Selain itu tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh antara perilaku konsumen dengan pengambilan keputusan pembelian di KFC Daan Mogot Baru

Menurut preferensi responden, faktor penentu kepuasan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang sangat penting adalah Faktor Lokasi dan Harga, kemudian